Anda di halaman 1dari 14

SINDIKAT

SEJARAH PERJUANGAN HMI


Diajukan untuk memenuhi persyaratan menjadi peserta Senior Course (SC)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ambon

Disusun Oleh
MUSLEH

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG MATARAM

2017
SINDIKAT
(SISTEM PENDIDIKAN SINGKAT)

Jenjang : Latihan Kader I (Basic Training)


Materi : Sejarah Perjuagan HMI
Alokasi Waktu : 4 Jam

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian sejarah dan manfaatnya
2. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI
3. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI
4. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI
C. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Pengantar Ilmu Sejarah.
a. Pengertian Ilmu Sejarah.
b. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Latar Belakang Berdirinya HMI.
a. Kondisi Islam di Dunia.
b. Kondisi Islam di Indonesia.
c. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
d. Saat Berdirinya HMI.
3. Gagasan dan Visi Pendiri HMI.
a. Sosok Lafran Pane.
b. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
c. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
d. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar perjuangan
HMI.
4. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan Bangsa.
a. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
b. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
c. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
d. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
e. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru
D. Alokasi Waktu 4 Jam (240 Menit)
1. Ice Breaking – 10 Menit
2. Diskusi – 50 Menit
3. Ceramah – 2 Jam (120 Menit)
4. Tanya Jawab – 60 Menit
E. Metode
1. Ice Breaking 4. Tanya – Jawab
2. Diskusi 5. Konfirmasi
3. Ceramah 6. Evaluasi
F. Alat dan Bahan
1. White Board 4. Hand Out
2. Spidol 5. Alat Tulis
3. Power Point

URAIAN MATERI

A. Pengantar Ilmu Sejarah


1. Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan
benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran
sejarah didukung bukti bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-
benar terjadi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah
adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa
dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari
pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara
sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya,
sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau
peristiwa tersebut.
2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah
lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil
hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi
dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu,
dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam
mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan
prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa
masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.
B. Latar Belakang Berdirinya HMI
1. Kondisi Islam di Dunia
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI
dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan
Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun
pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah
ketiak penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh
kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan
masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada
umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif,
sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata
tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang
tidak hanya mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun
lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden ke
dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada
dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di
seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam
yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi
ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat
dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan
Islam.
2. Kondisi Islam di Indonesia
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat
Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah
memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan
diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok
mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat,
dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya
kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga
pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian
ulama yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini
menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu
umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam
aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal
ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.
3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam
Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan
menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak
perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang
lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak
golongan yang ingin menguasainya demi untuk kepentingan golongan
tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang
strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan
mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain
sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem
pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat
menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan.
Selain itu adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis
dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang
terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena
menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan
Islam dan umat Islam.
Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada
dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan
harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan
ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk
bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.
4. Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi
yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak
tercermin dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi
oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh
partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan
aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan
tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik.
Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari
1947 sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak umat
dan anak bangsa.
C. Gagasan Dan Visi Pendiri HMI
1. Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI
HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai
pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane,
lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane
tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami
perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk
mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane
pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia
menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama
Islam yang lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur
masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup
yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan
selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah
studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta
dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas
Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk
mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP
berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran
Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut
pada tanggal 26 Januari 1953.
2. Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya
harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran
Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat
menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada
kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan
masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya
gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan
dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai
dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa
pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang
hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas
bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal.
Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat
menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan
masa lalu.
3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial
budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa
yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan
mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan
visi perjuangan sosial budaya, yaitu :
a. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia
b. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan
sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru
diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun
harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan
kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam
sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya
yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui
proses panjang dan bertahap.
4. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan
HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan
kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan
HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
a. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan
atau pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
b. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya
terkandung pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud
nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan
adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader
berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah
untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan
masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas
tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di
Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak dilakukan secara
institusional, melainkan dampak dari proses pembentukan kader yang
dilakukan oleh HMI.
D. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI
1. HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi
pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan
tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah
dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal
tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan
membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota
HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain
itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer
Belanda.
Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam
perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia.
Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena
dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab
dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa
dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan
dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk
memperthankan dan mempersatukan bangsa.
2. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun
yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam,
dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an,
PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia.
Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak
semua pihak yang ada untuk menentang komunis.
Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara,
tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI
menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus
diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang
non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara,
yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut
pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi
Akbar di Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955,
keputusan yang diambil adalah :
a. Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai
Islam dalam pemilu yang akan datang
b. Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi
keruncingankeruncingan, tidak saling menyerang
c. Kepada warga dan anggota HMI supaya :
1) Wajib aktif dalam pemilu
2) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
3) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan
memilih partai Islam yang disenangi
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB
HMI mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai
Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di
Indonesia. Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat
tekanan kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan
lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional
Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa
pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang
diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau
tidak ? (2) HMI setuju pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju
sosialisme Indonesia atau tidak ? Munas memberikan jawaban sebagai
berikut :
a. Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
b. Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan
dengan Piagam Jakarta
c. Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil
makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI
dapat terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI
tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.
3. HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam
dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga
HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. HMI
adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran
komunis, sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik
yang besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk
membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya,
usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau
tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja),
apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar
Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi
masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan
masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan
Negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan
Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut
dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD,
dan menghabisi para perwira itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk
Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh PKI
(pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali
dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut
membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI
untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan
naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap
mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen dan HMI ikut dalam usaha-
usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.
4. HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas
insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki
intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada
umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan
penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik
Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
b. Partisipasi dalam pemberian konsep
c. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan
yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya
pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan
HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa
pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan
perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di
Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat
Organisasi.
5. HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan
bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata
sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum dapat
terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa
yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan
berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa
sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada
fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali
menempatkan HMI sebagai common enemy. Dinamika organisasi di
manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap
bertahan ?
DAFTAR PUSTAKA

Agus-Salim Sitompul. 1995. Historiografi HMI. Tintamas

Drs. Agus Salim Sitompul. Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), BinaIlmu

M. Rusli Karim. 1997. HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan

Muhammad Kamal Hasan. 1987. Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan


Muslim Masa Orde Baru, LSI

Prof. Dr. Deliar Noer. 1980. Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942),
LP3ES.

Prof. Dr. Deliar Noer. 1984. Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers.

Ramli Yusuf (ed). 1997. 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI.

Sharsono. 1997. HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam. Cl IS.

Sulastomo. 1988. Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai