Untitled
Untitled
Manajemen produksi atau operasional terlibat dalam perencanaan dan desain proses
yang akan mentransformasikan sumber daya yang dimiliki tersebut menjadi produk
atau jasa, mengelola perubahan sumber daya melalui proses transformasi, dan
menjamin produk dan jasa yang diberikan kepada pelanggan dengan memenuhi
standar kualitas yang diharapkan oleh pelanggan.
Untuk dapat menghasilkan produk atau memberikan jasa atau layanan, organisasi
memiliki paling tidak empat fungsi, yaitu pemasaran, operasional/ produksi,
keuangan, dan sumber daya manusia. Fungsi pemasaran berperan dalam menciptakan
permintaan pelanggan atau paling tidak menimbulkan dorongan pelanggan untuk
memesan produk atau jasa. Fungsi operasional atau produksi berperan dalam
menghasilkan produk. Fungsi ini dimulai dari mendesain produk hingga produk siap
dipasarkan atau mendesain sistem layanan hingga layanan diterima oleh pelanggan.
Fungsi keuangan berperan mengumpulkan dana dan menggunakan sumber-sumber
dana yang berhasil dikumpulkan tersebut untuk menghasilkan produk atau jasa bagi
pelanggan. Sedangkan fungsi sumber daya manusia berperan dalam memperoleh
karyawan yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau operasional
perusahaan.
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi
individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2)
frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Teori Alderfer dikenal dengan akronim
“ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama
dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness
(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan
akan pertumbuhan) Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal
penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model
yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “
Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut
konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self
actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa
berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : Makin tidak
terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya; Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi”
semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. Tampaknya
pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada
hal-hal yang mungkin dicapainya.
Pengembangan produk adalah strategi dan proses yang dilakukan oleh perusahaan
dalam mengembangkan produk, memperbaiki produk lama atau memperbanyak
kegunaan produk ke segmen pasar yang ada dengan asumsi pelanggan menginginkan
unsur-unsur baru mengenai produk.
Berikut definisi dan pengertian pengembangan produk dari beberapa sumber buku:
Menurut Tjiptono (2008), pengembangan produk adalah strategi untuk produk
baru meliputi produk orisinil, produk yang disempurnakan, produk yang
dimodifikasi, dan merek baru yang dikembangkan melalui usaha riset dan
pengembangan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pengembangan produk strategi untuk
pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk memodifikasi atau
produk baru ke segmen pasar yang ada sekarang pengembangan konsep
produk menjadi produk fisik dalam upaya memastikan bahwa ide produk bisa
diubah menjadi produk yang bisa diwujudkan secara efektif.
Menurut Simamora (2000), pengembangan produk adalah proses pencarian
gagasan untuk barang dan jasa baru dan mengkonversikannya kedalam
tambahan lini produk yang berhasil secara komersial. Pencarian produk baru
didasarkan pada asumsi bahwa para pelanggan menginginkan unsur-unsur
baru dan pengenaan produk baru akan membantu mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Alma (2002), pengembangan produk adalah semua kegiatan yang
dilakukan oleh pabrikan atau produsen dalam menentukan dan
mengembangkan produknya, memperbaiki produk lama, memperbanyak
kegunaan dari produk yang sudah ada dan mengurangi biaya produksi dan
biaya pembungkus.
Tujuan Pengembangan Produk
Tujuan pengembangan produk adalah untuk memberikan nilai maksimal bagi
konsumen, memenangkan persaingan perusahaan dengan memilih produk yang
inovatif, produk yang dimodifikasi serta mempunyai nilai yang tinggi baik dalam
desain warna, ukuran, kemasan, merek, dan ciri-ciri lain.
Menurut Kotler dan Keller (2008), umumnya tujuan pengembangan produk baru
adalah:
Untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan
sebagai investor, yaitu dengan menawarkan produk yang lebih baru dari
pada produk sebelumnya.
Untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada, yaitu
dengan jalan menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan
yang baru. Bentuknya bisa bertambah terhadap lini produk yang sudah ada
maupun revisi terhadap produk yang telah ada.
Referensi :
Ariani, D. W. (2017). Manajemen Operasi.