PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FARMASI DASAR 2022 - 2023 - Farmasi UMP
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FARMASI DASAR 2022 - 2023 - Farmasi UMP
Disusun Oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmatNya maka buku Petunjuk Praktikum Kimia Farmasi Dasar ini dapat
terselesaikan penyusunannya oleh tim pengampu mata Praktikum Kimia Farmasi
Dasar di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Buku Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Praktikum Kimia Farmasi Dasar.
Dalam Praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami secara lebih
mendalam ilmu-ilmu Kimia Farmasi Dasar dan melaksanakan ketrampilan/ keahlian
laboratorium yang menunjang Mata Kuliah Kimia Farmasi Dasar dan Mata Kuliah lain
di Fakultas Farmasi.
Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan
dan penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini.
Semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat menuntun para praktikan
sebelum melakukan praktikum Kimia Farmasi Dasar. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
1
TATA TERTIB PESERTA PRAKTIKUM
1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang ditentukan. Apabila peserta
praktikum terlambat lebih dari 15 menit dari waktu tersebut, maka ia tidak dapat
mengikuti praktikum pada hari itu dan tidak diperkenankan mengikuti pada hari
lain.
2. Setiap peserta harus sudah melaksanakan pretes yang dibuktikan dengan nilai
dan paraf dosen/asisten pada kartu praktikum. Bagi yang belum pretest sampai
pada waktu praktikum, tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
3. Pada saat pretest mahasiswa wajib membawa laporan sementara. Bagi
mahasiswa yang tidak membawa laporan sementara tidak diperkenankan
mengikuti pretest.
4. Setiap peserta diwajibkan membuat laporan praktikum yang bentuk dan
formatnya sudah ditentukan, dengan dilampiri laporan sementara hasil
praktikum tersebut. Peserta yang belum mengumpulkan laporan pada acara
praktikum selanjutnya, tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
5. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih.
6. Setiap peserta menjaga kebersihan laboratorium dan bekerja dengan tertib,
tenang dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersikap sopan,
baik dalam berpakaian, cara bicara, maupun bergaul. Peserta yang melanggar
ketentuan ini dapat dikeluarkan dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum
pada hari tersebut. Kegiatan praktikum dinyatakan gagal.
7. Peserta praktikum tidak diperkenankan membawa mobile phone ataupun
ataupun perangkat gadget yang lain pada saat praktikum. Pada kondisi
tertentu penggunaan laptop bisa diperkenankan.
8. Setiap peserta harus mengembalikan botol bahan-bahan kimia yang tertutup
rapat dan alat-alat yang digunakan ke tempat semula, dalam keadaan bersih dan
kering.
9. Bagi peserta yang tidak dapat mengikuti praktikum karena alasan tertentu, bisa
melakukan inhal (menunda praktikum). Permintaan inhal dan ijin tidak mengikuti
praktikum kepada penanggung jawab praktikum yang bersangkutan
10. Inhal yang diperbolehkan maksimal 2 kali, lebih dari itu kegiatan praktikum
ditunda tahun depan
11. Butir nomor 10 tidak berlaku bagi mereka yang sakit dan opname di Rumah
Sakit.
12. Peserta praktikum yang tidak mengikuti tata tertib praktikum bisa dikeluarkan
dari praktikum dan dianggap tidak mengikuti praktikum
2
DAFTAR ISI
HAL.
PERCOBAAN P1 PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
DAN PENGGUNAANNYA 4
PERCOBAAN P2 PENIMBANGAN BAHAN PADAT DENGAN
NERACA ANALITIK, PEMBUATAN LARUTAN,
DAN PENGUKURAN VOLUME LARUTAN
19
PERCOBAAN P3 PERANGKAIAN ALAT SOKHLETASI, REFLUKS,
DAN DESTILASI 25
PERCOBAAN P4 INDIKATOR ASAM BASA, PENENTUAN pH
LARUTAN, DAN PEMBUATAN LARUTAN
BUFFER 29
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 1 Format Laporan Praktikum Sementara 44
LAMPIRAN 2 Format Laporan Akhir Praktikum 46
3
PERCOBAAN P1
PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM DAN PENGGUNAANNYA
TUJUAN PERCOBAAN:
Mengenalkan beberapa macam alat-alat yang sederhana penggunaannya.
Percobaan ini sebagai pendahuluan percobaan selanjutnya.
DASAR TEORI:
Ketepatan hasil analisis kimia sangat bergantung pada ketersediaan dan mutu
peralatan yang digunakan, pemahaman pelaksana mengenai dasar analisis yang
dikerjakan, serta kecermatan dan ketelitian analisis yang dilakukan. Penanganan
peralatan pokok yang banyak digunakan merupakan persyaratan penting demi
keselamatan dan berhasilnya pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang peralatan menjadi hal yang mutlak diperlukan.
Peralatan laboratorium kimia dapat terbuat dari kayu, gelas, plastik, karet, dan
logam. Sebagian besar alat gelas tersebut terbuat dari gelas borosilikat. Di dalam
perdagangan, jenis gelas ini dikenal dengan berbagai merk seperti: pyrex, yena,
vycor, duran, schott, assistant, dan sebagainya. Gelas jenis ini terbuat dari
kuarsa/silikat oksida berkualitas tinggi, boron oksida, aluminium oksida, dan natrium
oksida. Gelas jenis ini mencair pada suhu agak tinggi dan mempunyai angka muai
yang kecil, oleh karena itu dapat dipanaskan hingga suhu tinggi dan dapat direndam
di dalam air dingin atau es tanpa terjadi keretakan atau pecah. Sifat-sifat yang
menguntungkan lainnya adalah tembus cahaya atau tembus pandang (opaque),
kaku (rigid), tidak mudah bereaksi dengan bahan kimia.
Pada percobaan ini, praktikan berkenalan dengan peralatan yang disediakan di meja
kerja dan di bagian laboratorium lainnya. Nama alat-alat laboratorium dan fungsinya
dapat dilihat pada Tabel 1.
4
ulir atau skrup.
5
8 Pipet tetes/pipet pasteur Terbuat dari gelas dilengkapi karet, digunakan
untuk mengambil larutan dalam
jumlah kecil (tetes)
6
14 Gelas arloji Terbuat dari gelas, digunakan sebagai penutup
dan menimbang bahan kimia yang berwujud
padat atau kristal.
16 Kaca Preparat dan kaca penutup Alat ini berfungsi sebagai media alas
mikroorganisme yang akan diamati dengan
mikroskop.
7
Sedang pipette tips merupakan pasangan
mikropipet yang berfungsi untuk menampung
cairan yang dipompa.
21 Evaporating dish Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang
akan diuapkan dengan pemanasan.
8
0,01 g, 0,0001 g, dan 0,00001 g)
29 Rak tabung reaksi Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan
sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
9
31 Pro Pipet (pipet filler) Digunakan untuk membantu proses
a. Bulb pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang
disertai dengan tanda untuk menyedot
cairan (suction), mengambil udara (aspirate)
dan mengosongkan (empty)
c. Pro pipet controller Pro pipet ini memiliki mode pengambilan dan
pengeluaran cairan secara otomatis dan
kecepatannya dapat dikontrol.
1
35 Penjepit tabung reaksi, krusibel, Terbuat dari kayu, kawat, dan logam lainnya.
dan alat lainnya (tang krusibel, Digunakan sebagai pembantu pengambilan alat-
pinset, dan lain-lain) alat yang sukar/tidak boleh diambil dengan
tangan. Misalnya pengambilan botol-botol
timbang, alat-alat panas, dan sebagainya.
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit
tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk
membantu mengambil kertas saring atau benda
lain pada kondisi panas.
39 Penangas air (water bath) Fungsi utama adalah untuk menciptakan suhu
yang konstan dan digunakan untuk pemanasan,
inkubasi, dan penguapan.
1
jumlahnya terlalu sedikit.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Letak beban simeteris terhadap poros yang
berat setiap beban sama. Jika hanya satu
tabung yang disentrifuse, ambillah tabung
kedua dan isi dengan air biasa, ditaruh
berhadapan dengan tabung pertama.
2. Tabung jangan diisi terlalu penuh, sebab jika
berputar, tabung akan sedikit horizontal
letaknya. Kalau ada cairan yang tercecer
hendaklah segera dikeringkan (sebelum
menyerahkan sentrifuse kepada orang lain).
3. Kecepatan berputar sebanding dengan
kecepatan endapan terpisah dari cairan induk,
tutup alat dapat rusak, tabung dapat pecah
dan sebagainya
4. Pada waktu berputar, tutup sentrifuse harus
dipasang.
41 Laboratory jack Meja yang dapat disesuaikan ketinggiannya, yang
digunakan untuk menyesuaikan ketinggian posisi
objek dari instrumen pendukung. Terdiri dari
panel atas, pelat bawah, poros rotasi, dan roda
tangan
1
44 Oven Dapat digunakan untuk melakukan proses
sterilisasi, pemanasan, dan pengeringan alat atau
media pada kondisi kering. Prinsip kerja dari oven
adalah melakukan pemanasan secara tertutup
sehingga suhu dan waktunya bisa diatur.
CARA KERJA
Untuk memahami tentang alat-alat yang sudah diperkenalkan di atas, berikut akan
dilakukan beberapa percobaan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menggunakan alat tersebut dengan baik.
2. Pilihlah alat-alat gelas yang dapat digunakan untuk mengukur volume tertentu
suatu larutan dengan ketelitian yang rendah, laporkan hasil pemilihan anda
kepada asisten.
3. Pilihlah alat-alat gelas yang dapat digunakan untuk mengukur volume tertentu
larutan dengan ketelitian yang tinggi, laporkan hasil pemilihan anda kepada
asisten praktikum.
1
B. Penggunaan Pro Pipet
Rubber Bulb
1. Pasang bagian ujung pipet ke bagian bawah rubber bulb dengan menekannya
sedikit demi sedikit.
2. Setelah terhubung dengan ruber bulb angkat dengan kedua tangan. Tangan kiri
digunakan untuk memegang pipet sementara itu tangan kanan digunakan untuk
memegang rubber bulb. Setelah itu arahkan pipet pada cairan yang ingin diambil
dan disedot dengan menggunakan tangan kiri dengan menekan katup aspirate (A).
Setelah itu, kempeskan rubber bulp sehingga mengeluarkan angin yang
terperangkap di rubber bulb.
3. Apabila angin sudah keluar, tekan bagian katup Suction (S), sedot cairan yang ingin
anda pindahkan, namun jangan sampai cairan tersebut melebihi skala dari pipet.
Pastikan juga cairan ini tidak masuk ke bagian rubber bulb yang terbuat dari karet
karena membuat komponennya cepat rusak.
4. Setelah anda menyedot cairan lalu pipet mulai terisi dengan larutan, maka
anda bisa mengeluarkan cairan tersebut ke wadah lainnya. Cara untuk
mengeluarkannya adalah dengan langkah nomor 1 yaitu mengangkat kedua
tangan. Selanjutnya letakkan dan arahkan bagian pipet ke wadah lain sesuai
volume yang diinginkan. Caranya adalah dengan menekan bagian katup Exhaust
(E) dengan posisi yang tegak lurus secara perlahan-lahan.
5. Cukup tunggu hingga beberapa saat sampai larutan ini keluar dari pipet
secara maksimal. Jika sudah digunakan, letakkan pipet dengan baik.
6. Laporkan hasil pekerjaan anda kepada asisten praktikum
1
Gambar 1. Penggunaan propipet glassfirn pump.
1
D. Perangkaian Alat-Alat untuk Percobaan Titrasi
1. Pilihlah alat-alat yang dibutuhkan untuk titrasi (lihat gambar)
2. Rangkailah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
3. Laporkan hasil pekerjaan anda kepada asisten praktikum
4. Cucilah alat-alat tersebut dengan benar.
1
2. Panaskan 50 ml Larutan menggunakan perangkat B
3. Laporkan hasil pekerjaan anda kepada asisten praktikum
1
H. Penanganan dan Pembersihan Alat-Alat Gelas
Penanganan Alat-Alat Gelas
Alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca beresiko untuk pecah. Pecahan yang
dihasilkan dapat melukai anda. Oleh sebab itu penanganan alat-alat ini harus sangat
hati-hati. Cermatilah hal-hal berikut dengan baik:
1. Jangan menggunakan kekuatan saat merakit atau membongkar perangkat yang
terbuat dari kaca
2. Jangan menggunakan alat-alat gelas dengan memberikan perbedaan suhu yang
tiba-tiba (pemanasan atau pendinginan tiba-tiba).
3. Jangan memanaskan wadah gelas dengan dinding tipis hanya di satu titik (spot).
4. Jangan memberikan tekanan kuat saat memasukkan pipet, termometer,
pengaduk kaca, dan alat lainnya pada suatu lubang penghubung (selang, pro
pipet, dan lain-lain). Jika diperlukan, gunakan pelumas seperti gliserin, grease,
atau bahkan air saja.
5. Jika ada sambungan yang macet, kendurkan sambungan atau sumbat yang macet
tanpa paksa dengan mengetuk sambungan secara perlahan hanya dengan benda
lunak (kayu atau gabus). Jangan memutar bagian-bagiannya. Pemanasan dengan
heating gun atau dengan nyala api lemah, atau penggunaan rendaman ultrasonik
juga dapat membantu mengendurkan sambungan yang macet.
6. Jangan sekalipun memanaskan wadah tertutup, terutama jika mengandung zat
peka panas atau reaktif, karena dapat meledak.
7. Kaca pecah atau retak tidak boleh digunakan lagi. Masukkan ke dalam ember
limbah kaca atau ke dalam wadah untuk diperbaiki. Limbah kaca tidak boleh
dibuang ke tempat sampah biasa. Pecahan kaca di tempat sampah menimbulkan
risiko cedera yang tinggi, terutama bagi staf kebersihan.
1
PERCOBAAN P2
PENIMBANGAN BAHAN PADAT DENGAN NERACA ANALITIK, PEMBUATAN
LARUTAN, DAN PENGUKURAN VOLUME LARUTAN
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep, prinsip dan prosedur penggunaan neraca,
dan dapat mengoperasikannya secara disiplin dan bertanggung jawab
2. Mahasiswa dapat mengukur volume larutan dengan berbagai macam alat
volumetrik dengan baik dan benar, mengetahui fungsi dan penggunaan masing-
masing alat, mengetahui angka penting dan kesalahan dalam pengukuran.
3. Mahasiswa dapat membuat larutan dengan berbagai satuan konsentrasi,
konversi satuan konsentrasi larutan, dan mengencerkan larutan
DASAR TEORI
1. Penimbangan Pada Timbangan Analitik
Penimbangan adalah tahap yang sering dilakukan pada prosedur analitik,
oleh karena itu timbangan adalah perlengkapan penting suatu laboratorium.
Timbangan harus dipasang pada permukaan yang padat dan datar, non magnetik,
minimal dari transmisi getaran (seperti meja timbang dari granit). Timbangan harus
ditempatkan dalam ruangan dengan suhu dan kelembapan terkendali. Tempat harus
bersih, dengan arus listrik yang stabil. Ruangan harus bebas dari debu dan jauh dari
oven, tanur, saluran AC atau kipas pendingin yang berasal dari peralatan atau
komputer. Timbangan harus terhindar dari sinar matahari langsung.
2. Larutan
Larutan adalah campuran homogen dalam suatu campuran terdapat
molekul-molekul, atom-atom, ion-ion dan zat atau lebih disebut campuran, karena
susunannya dapat diubah-ubah disebut campuran homogen, karena komponen-
komponen penyusunnya telah kehilangan sifat fisiknya dan susunannya sangat
seragam sehingga tidak dapat diamati. Contohnya: Larutan NaOH dan larutan CH 3OH
dalam Aquades. Suatu larutan tersusun dari komponen pelarut (jumlahnya lebih
banyak). Serta komponen zat terlarut (jumlahnya sedikit). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan
zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas
akan bertambah, apabila tekanan diperbesar.
Komponen Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut.
Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran
homogen, larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair dan padat.
1
Campuran etil alkohol dengan air dalam perbandingan 50 : 50 sifat fisik baik air
maupun etil alkohol tetap dipertahankan jumlah keduanya zat dalam larutan sama.
Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut.
Kosentrasi Larutan
Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila
zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan
bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang
terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan
itu encer atau kosentrasinya sangat rendah. Banyak cara untuk memeriksa
kosentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam
kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus
menyatakan butir-butir berikut:
1. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
2. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas keduaKonsentrasi dapat dinyatakan
dengan beberapa cara yaitu:
a. Persen Volume
Persen volum menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan
misalnya: Alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter
alkohol murni.
b. Persen Massa
Persen Massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan
contohnya: Sirup merupakan larutan gula 80% artinya dalam 100 gram sirup
terdapat 80 gram gula.
c. Molalitas
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut perkilo gram pelarut yang
terkandung dalam suatu larutan. Molalitas (m) tidak dapat dihitung dari
kosentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitas) larutan itu diketahui.
d. Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Contohnya:
NaCl 0,1 M, berarti dalam 1 liter larutan tersebut terdapat 0,1 Mol NaCl.
Kosentrasi molar = Jumlah mol terlarut Jumlah L larutan. M = mol/L atau
mmol/L.
e. Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang
terkandung di dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul
yang berkenaan dengan satu satuan tertentu, reaksi kimia dan 1 gram ekuivalen
adalah fraksi yang sama dari pada 1 mol.
N = gram ekuivalen zat terlarut
cm3 larutan/liter larutan
2
f. Fraksi Mol
Fraksi mol suatu zat dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n)
komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan
itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
n (terlarut)
X (terlarut) =
n (terlarut) + n (pelarut)
n (pelarut)
X (pelarut) =
n (terlarut) + n (pelarut)
Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat:
1. Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
2. Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3. Zat yang digunakan mudah dikeringkan.
4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar
larutan yang tidak diketahui.
2
3. Labu ukur 100 mL
4. Labu ukur 50 mL
5. Pipet volume 5 mL
6. Pipet ukur 10 mL
7. Kaca arloji
8. Spatula
Bahan :
1. NaCl
2. Akuades
3. Kertas timbang
Cara Kerja
A. PENIMBANGAN BAHAN PADAT DENGAN NERACA ANALITIK
1. Penimbangan dengan Penambahan (untuk bahan padat / cairan yang tidak
mudah menguap)
Timbanglah 600 mg bahan padat (NaCl) dan/atau cair sesuai prosedur berikut:
a. Pastikan stop kontak sudah terpasang pada aliran listrik
b. Pastikan water pass berada pada posisi tengah
c. Tekan tombol ON:OF untuk menghidupkan timbangan
d. Tunggu hingga muncul angka 0 pada layar
e. Letakkan wadah di atas timbangan (Catatan: wadah bisa menggunakan
kertas timbang atau botol timbang, sesuaikan dengan bahan yang ditimbang)
f. Tunggu sampai angka yang ditunjukkan pada layar timbangan telah stabil
g. Tara (nol-kan) timbangan dengan menekan tombol “tare”
h. Ambil bahan dengan sendok yang bersih dan kering (untuk bahan padat)
atau pipet yang bersih dan kering (untuk bahan cair), masukkan sejumlah
sampel yang ditimbang ke dalam wadah. Anda diminta menimbang bahan
sebanyak 600 mg.
i. Tunggu sampai angka yang ditunjukkan pada layar timbangan telah stabil
j. Catat angka yang tertera pada layar timbangan di buku kerja (Bobot sampel
awal)
k. Pindahkan sampel secara kuantitatif ke dalam wadah lain (labu ukur 100 mL),
atau jika tidak pasti bahwa semua bahan yang ditimbang sudah
terpindahkan, segera timbang kembali kertas timbang/botol timbang tanpa
merubah-rubah tombol pada timbangan
l. Catat angka yang tertera pada layar timbangan di buku kerja (Bobot sampel
sisa)
m. Hitung selisih bobot yang didapat :
Bobot sampel yang tertimbang = (Bobot sampel awal – Bobot sampel sisa)
n. Selesai menimbang, matikan timbangan dengan menekan tombol ON:OF
o. Bersihkan timbangan, pastikan Anda meninggalkan timbangan dalam kondisi
bersih lagi, tidak boleh ada bekas bahan dan bekas air yang menempel.
2
p. Cabut kembali stop kontak dari aliran listrik (saat praktikum, tidak perlu
dilakukan)
Bahan yang sudah ditimbang dan sudah dimasukkan ke dalam labu ukur
dilanjutkan ke bagian B (Pembuatan Larutan Dan Pengukuran Volume Larutan)
2
f. Tambahkan akuades lagi menggunakan pipet tetes secara perlahan hingga
larutan mencapai garis tanda (Perhatikan meniskus bawah cairan tepat
pada garis tanda).
g. Tutup labu ukur, kocok dengan cara membalikkan labu ke atas dan ke
bawah agar larutan tercampur secara sempurna.
h. Hitung konsentrasi larutan NaCl dalam satuan Normalitas dan % b/v.
(Diketahui : Bobot molekul NaCl = 58,5 g/mol)
2
PERCOBAAN P3
PERANGKAIAN ALAT SOKHLETASI, REFLUKS, DAN DESTILASI
TUJUAN PERCOBAAN:
Mahasiswa mampu merangkai peralatan gelas untuk ekstraksi, sokletasi, refluk, dan
destilasi
DASAR TEOR
A. Sokhletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan secara berulang dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan menggunakan alat sokhlet. Metode
sokletasi merupakan pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat
dengan cara mengalirkan pelarut tertentu pada zat padat tersebut secara berulang
ulang sehingga semua komponen yang diinginkan akan terekstraksi. Prinsip sokletasi
ini yaitu penyaringan yang dilakukan secara berulang- ulang dengan pelarut yang
sama sehingga hasil yang didapat lebih banyak dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Setelah melakukan penyarian, pelarut diuapkan kembali dan dan
dikondensasikan untuk menyari zat padat lagi. Zat yang terekstrak akan tertinggal
pada wadah (labu alas bulat) ketika pelarut menguap. Metode sokhletasi biasanya
menggunakan pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa yang
diekstrak yang terdapat pada bahan tersebut. Proses yang terjadi dalam ekstraksi
sokhletasi yaitu ketika pelarut dipanaskan, uapnya naik melewati soklet menuju ke
pipa pendingin. Pipa pendingin merupakan pipa yang dialirkan air dingin melewati
bagian luar pipa untuk mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair,
kemudian menetes ke thimble. Pelarut akan menyari senyawa dalam thimble,
ekstrak senyawa ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi,
ekstrak senyawa akan mengalir lewat sifon menuju labu alas bulat.
B. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu
campuran dua atau lebih zat yang mempunyai titik didih yang berbeda, dengan cara
mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah
dari campuran. Penyulingan seringkali digunakan pada pemisahan etanol juga pada
industry minyak atsiri. Pada industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode
penyulingan, yaitu : 1. Penyulingan dengan air (water distillation) 2. Penyulingan
dengan uap dan air (steam and water distillation) 3. Penyulingan dengan uap
langsung (steam distillation). Proses penyulingan dilakukan untuk memperoleh
minyak atsiri dari tumbuhan yang kandungan minyak atsirinya sulit untuk diekstrak
pada kondisi lingkungan normal. Hal ini dikarenakan minyak atsiri terdapat pada
kantung-kantung minyak di jaringan tanaman sehingga diperlukan suatu usaha
untuk mengeluarkannya. Untuk memisahkan minyak atsiri dari tanaman, dalam
prakteknya bahan tersebut dimasukkan ke dalam ketel penyuling, kemudian
ditambahkan air dan dididihkan. Dengan pemanasan oleh air atau uap, minyak atsiri
2
akan dibebaskan dari kelenjar minyak dalam jaringan tanaman. Alat penyuling, akan
berisi dua macam cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri yang tidak saling campur
atau hanya sebagian kecil saja melarut.
Prinsip kerja penyulingan yaitu, zat dengan titik didih rendah akan mendidih dan
menguap terlebih dahulu. Uap tersebut mengalir melalui pipa menuju ke pendingin
sehingga uap tersebut berubah menjadi fase cair. Destilat tersebut kemudian
ditampung dalam tabung atau wadah.
C. Refluks
Refluks digunakan untuk memanaskan suatu larutan pada suhu hampir sama atau
sama dengan titik didihnya tetapi diharapkan tidak ada pengurangan volume
pelarut. Refluks seringkali digunakan untuk membantu mempercepat suatu reaksi
atau menyempurnakan suatu reaksi. Reaksi hidrolisis suatu senyawa glikosida
seringkali dilakukan dengan bantuan refluks.
Prinsp kerja reluks yaitu larutan zat dipanaskan pada penangas minyak atau heating
mantle sampai titik didih larutan tersebut, pelarut yang menguap ke atas
didinginkan pada pendingin balik sehingga terkondesasi menjadi fase cair dan jatuh
kembali ke labu alas bulat sehingga tidak terjadi pengurangan/kehilangan pelarut.
2
5. Ambil sampel teh celup (serbuk the yang dibungkus dengan kertas saring
sehingga sampel tidak bercampur dengan pelarut).
6. Masukkan sampel ke dalam thimble. Setelah itu thimble
dihubungkan dengan Labu alas bulat dan direkatkan dengan klem
dan statif.
7. Ambil pendingin/kondensor dan hubungkan di atas thimble. Lalu dijepit
dengan klem dan statif.
8. Setelah alat terangkai, pasang dan alirkan air dari kran kemudian heating
mantel disambungkan arus listrik.
9. Jika cairan ekstraksi pada thimble tidak berwarna lagi maka proses ekstraksi
ini dikatakan selesai.
10. Pada hasil akhir pengekstraksian ambil sampel dan keringkan paa oven
setelah kering ditimbang kembali dan dianggap sebagai W2.
Pengamatan:
Bobot (mg)/Volume (mL) Keterangan
W1
W2
Jumlah pelarut
B. Destilasi
1. Siapkan Labu leher dua yang benar-benar bersih dan bebas dari senyawa
yang tidak diinginkan. Sebelumnya Labu alas bulat dicuci dan dikeringkan di
oven pada suhu 105 derajat Celcius selama 15 menit.
2. Didinginkan Labu leher dua di deksikator selama 15 menit.
3. Masukkan 100 mL laruatan etanol 30 % pada Labu leher dua yang telah diisi
batu didih. Labu leher dua diletakkan pada heating mantel
4. Siapkan pipa destilasi dengan pendingin air.
5. Hubungkan Labu leher dua dengan pipa destilasi pada salah satu mulut labu
dan diklem, dan masukkan thermometer pada Labu leher dua lewat mulut
yang lain.
6. Hubungkan pendingin pada detilator dengan selang air dan alirkan air dari
kran.
7. Hubungkan heating mantel dengan arus listrik, dan panaskan labu dengan
suhu pada titik didih etanol (lihat titik didih etanol di literatur.
8. Lakukan destilasi sampai tidak ada etanol yang menetes lagi. Tampung
destilat yang didapat pada gelas ukur, catat volume etanol yang didapatkan.
C. Refluks
1. Siapkan Labu alas bulat yang benar-benar bersih dan bebas dari senyawa
yang tidak diinginkan. Sebelumnya Labu alas bulat dicuci dan dikeringkan di
oven pada suhu 105 derajat Celcius selama 15 menit.
2
2. Didinginkan Labu alas bulat di deksikator selama 15 menit.
3. Tuangkan 100 mL air pada Labu alas bulat yang telah berisi dengan batu
didih. Letakkan Labu alas bulat pada heating mantel.
4. .
5. Ambil pendingin/kondensor dan hubungkan dengan labu alas bulat. Lalu
dijepit dengan klem dan statif.
6. Setelah alat terangkai, pasang dan alirkan air dari kran kemudian heating
mantel disambungkan arus listrik.
7. Panaskan pada suhu kurang lebih 100 oC, selama kurang lebih 30 menit. Lalu
matikan heating mantel
8. Setelah dingin ukur kembali volume air yag ada di dalam labu alas bulat.
Catatan: tahap nomor 1 dan 2 pada ketiga percobaan di atas dilakukan oleh
laboran
2
PERCOBAAN P4
INDIKATOR ASAM BASA, PENENTUAN pH LARUTAN, DAN PEMBUATAN LARUTAN
BUFFER
TUJUAN PERCOBAAN:
1. Mahasiswa mampu menentukan pH larutan dengan mengamati perubahan
warna pada kertas pH indikator universal, kertas lakmus, dan perubahan
warna larutan yang diberi larutan indikator asam basa.
2. Mahasiswa mampu membuat larutan buffer .
3. Mahasiswa mampu mengukur pH larutan menggunakan pH meter.
DASAR TEORI
pH merupakan salah satu sifat yang penting dalam larutan. Konsentrasi ion H + {[H+]
atau [H3O+]} sangat mempengaruhi kelarutan senyawa serta mempengaruhi
kecepatan reaksi kimia. Oleh sebab itu, penting untuk mengukurnya.
pH = -log [H+]
Jika [H+] = 1x10-4 M, maka pH larutan adalah 4. Dalam larutan berair, reaksi
kesetimbangan ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Kw adalah konstanta kesetimbangan air. pH air adalah 7,0. Jika larutan memiliki [H+]
> [OH-], maka dikatakan bahwa larutan tersebut bersifat asam dan nilainya pH nya
kurang dari 7. Larutan dinyatakan basa jika [H +] < [OH-] dan nilai pH nya >7. Larutan
dengan pH 10 akan memiliki [H+] = 1x10-10 M dan [OH-] = 1x10-4 M.
Pengukuran pH Larutan
Percobaan pengukuran pH larutan umumnya dilakukan dengan 2 metode. Metode
pertama melibatkan penggunaan zat warna yang disebut indikator. Senyawa ini
umumnya suatu basa/asam lemah yang memiliki 2 warna tergantung dari apakah
molekul tersebut terprotonasi (HIn), atau terdeprotonasi (In -). Dalam larutan berair,
terjadi kesetimbangan:
2
Tergantung dari adanya zat asam/basa lain yang ada dalam larutan, maka
kesetimbangan indikator akan bergeser, dan salah satu dari warna indikator akan
dominan dan menentukan warna dari keseluruhan larutan.
Indikator umumnya berubah warna pada kisaran pH yang relatif sempit (sekitar 2
unit pH), dan bila dipilih dengan benar dapat digunakan untuk menentukan kisaran
pH larutan. Suatu larutan indikator pH asam basa, berguna untuk menentukan pH
hanya di daerah di mana ia berubah warna. Tabel 1 di bawah ini mendata beberapa
indikator pH dan berbagai warnanya.
3
pH ini biasanya dihasilkan oleh adanya pasangan dapar (buffer pair) yang terdiri dari
asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Tabel 2 menunjukkan
contoh larutan buffer
B. Bahan
1. Kertas pH indicator universal
2. Jus buah
3. Cuka
4. Larutan sabun
5. HCl
6. NaOH
7. Berbagai larutan indikator asam basa
8. Lakmus merah dan biru
9. Na2HPO4
10. NaH2PO4
11. Akuades
12. Dapar standar yang sudah diketahui pH nya (pH 4, 7, dan 9)
3
CARA KERJA
A. Pendataan Indikator yang Tersedia di Laboratorium
1. Periksa dengan cermat indikator warna yang tersedia di laboratorium
2. Catat nama setiap indikator dan warna pada setiap nilai pH.
3
D. Pembuatan dan Pengukuran pH Larutan Buffer
1. Buatlah larutan 0,2 M Na2HPO4 dalam air
7,0975 g Na2HPO4 atau
8,9025 g Na2HPO4. 2 H2O atau
17,91 g Na2HPO4. 12 H2O; setiap 250 ml akuades
2. Buatlah larutan 0,2 M NaH2PO4 dalam air
6,90 g NaH2PO4 atau
7,80 g NaH2PO4. 2H2O untuk setiap 250 ml akuades
3. Campurlah X ml Na2HPO4 0,2 M dan (50-X) ml 0,2 M NaH2PO4 kemudian
encerkanlah dengan aquades ad 100,0 ml. Ukurlah pH larutan yang dibuat
menggunakan pH meter, setelah pH meter tersebut dikalibrasi terhadap baku
dapar terlebih dahulu (pengukuran pH pada suhu 25 ⁰C) (Percobaan E).
4. Bandingkan nilai pH yang diperoleh (larutan dapar yang dibuat) dengan nilai
pH teoritis.
E. Kalibrasi pH meter
1. Amati bagian-bagian pH meter berikut:
3
2. Buka tutup elektroda. Elektroda terbuat dari kaca, oleh sebab itu beresiko
pecah. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini.
3. Elektroda dibilas menggunakan akuades, keringkan dengan kertas tissue
4. Nyalakan pH meter
5. Lakukan proses kalibrasi dengan cara:
Elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 7 (celupkan sedalam 1-1,5
cm), tekan tombol cal, tunggu sampai angka pada layer stabil dan
menunjukkan angka 7.
6. Lakukan hal yang sama untuk larutan buffer pH 4 dan 9 (Elektroda selalu
dibilas jika akan mengganti larutan)
7. Lakukan pengukuran larutan sampel:
Bilas kembali elektroda yang akan digunakan dengan akuades, keringkan
dengan tissue. Celupkan elektroda ke dalam larutan sampel, tekan tombol
read. Catat pH larutan yang ditunjukkan pada layar.
8. Setelah pengukuran, bilas elektroda, keringkan, dan tutup kembali ujung
elektroda.
9. Matikan alat pH meter.
3
PERCOBAAN P5
PENGENALAN METODE PEMISAHAN
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan pemisahan
2. Mahasiswa memahami fenomena perpindahan massa di antara dua cairan
yang tidak saling campur dan memahami sifat-sifat kelarutan senyawa-
senyawa organik.
DASAR TEORI
Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu larutan
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama, dan
menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut
kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fasa tidak
tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa
asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan
B. BAHAN
1. Asam Benzoat 1,5 gram.
2. Naftalena 1,5 gram.
3. Dietil eter 15 ml.
4. NaOH 1,5 M 10 ml.
5. HCl pekat 1,5 ml.
6. Akuades 7,5 ml.
7. NaCl jenuh 7,5 ml.
CARA KERJA
Prinsip percobaan
Pada percobaan kali ini berjudul ekstrasi: pemisahan senyawa asam benzoat dan
naftalena yang memiliki tujuan untuk memisahkan asam benzoat dan naftalena
3
dengan metode ekstrasi. Prinsip dari percobaan ini adalah dengan menggunakan
prinsip dari kelarutan suatu zat, yang mana suatu senyawa kurang larut terhaap
pelarut yang satu tetapi sangat larut dengan pelarut lain. Biasanya air digunakan
sebagai pelarut polar, pelarut lainnya adalah pelarut yang tidak bercampur dengan
air. Syarat pelarut ini adalah memiliki titik didih yang jenuh lebih rendah dari
senyawa tereksitasi dan tidak mengubah karakteristiknya. Ekstrasi yang digunakan
pada percobaan ini adalah ekstrasi cair-cair. Yang dimaksud dengan ekstrasi cair-cair
adalah proses pemisahan suatu komponen campuran cairan dari suatu larutan ke
cairan yang lain.
Pada percobaan ini asam benzoat berfungsi sebagai reagen utama dalam campuran
yang memiliki sifat asam. Apabila asam benzoat ditambahkan suatu basa, maka akan
membentuk suatu garam yang larut dalam air. Sedangkan fungsi naftalena adalah
sebagai reagen utama dalam campuran yang bersifat netral, yang tida reaktif
terhadap asam maupun basa, sehingga naftalena akan larut dalam pelarut organik
hingga akhir ekstrasi. Dua bahan tersebut merupakn dua bahan yang akan diekstrasi.
Kemudian kedua bahan tersebut akan dilarutkan dalam larutan dietil eter. Fungsi
dari dietil eter adalah sebagai pelarut nonpolar, dietil eter digunakan sebagai
pembias sisa-sisa larutan karena senyawa polar akan larut pada pelarut nonpolar.
Larutan tersebut ditambahkan akuades, fungsi dari akuades sendiri yatu sebagai
pelarut sekaligus pengencer larutan.
Langkah percobaan:
1. Sebanyak 1,5 gram asam benzoat dan naftalena dimasukkan ke dalam
erlenmeyer berukuran 100 ml dan ditambahkan dengan 15 ml dietil eter.
Campuran tersebut dilarutkan sehingga didapat suatu larutan yang benar-
benar tercampur.
2. Campuran dipindahkan ke dalam corong pemisah, erlenmeyer dibilas dengan
sedikit eter dan ditambahkan ke dalam corong pisah. Sebanyak 5 ml akuades
dituangkan ke dalam corong pisah dan diperhatikan mana lapisan organik
dan mana lapisan air.
3. Kemudian 10 ml NaOH 1,5 M ditambahkan ke dalam corong pisah. Campuran
diekstraksi (kocok) secara menyeluruh dengan sesekali kran dibuka untuk
membuang gas yang tertimbun. Diulangi beberapa kali, kemudian lapisan
bawah dipisahkan ke dalam labu erlenmeyer (diberi label flask A),
4. Sebanyak 25 ml akuades ditambahkan ke dalam corong pisah dan campuran
di ekstrak seperti sebelumnya.
5. Sejumlah air ada dalam lapisan eter dan dapat dihilangkan dengan
dilakukannya ekstrasi dengan larutan jenuh natrium klorida.
6. Sebanyak 7,5 ml larutan jenuh ditambahkan ke dalam corong pisah,
campuran dikocok secara menyeluruh, kemudian lapisan air dipisahkan.
Lapisan eter dituangkan dari atas corong pemisah ke dalam labu erlenmeyer
berukuran 100 ml (diberi label flask B). Natrium sulfat anhidrous
ditambahkan ke lapisan eter sampai beberapa berputar-putar dengan bebas.
3
7. Sebanyak 1,5 ml larutan asam klorida pekat dituangkan ke dalam gelas beker.
Isi flask A diasamkan dengan ditambahkan beberapa tetes HCl. pH larutan
diuji dengan kertas indikator alkacid sampai pH 2 atau lebih rendah. Labu
erlenmeyer yang berisi campuran didinginkan. Selanjutnya, produk yang
terjadi disaring. Setelah itu, dicuci beberapa kali dengan akuades dan produk
dikeringkan.
8. Amati yang terjadi timbang produk hasil ekstaksi
9. Semua kegiatan no 1 sampai 7 dilakukan di lemari asam
HASIL PENGAMATAN
3
PERCOBAAN P6
IDENTIFIKASI STABILITAS BAHAN OBAT DAN PENELUSURAN INFORMASI TERKAIT
KARAKTERISTIK KIMIA BAHAN OBAT
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu melakukan analisis kesesuaian farmasetik, kompatibilitas
dan stabilitas bahan obat
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi stabilitas dan penyimpanan obat
3. Mahasiswa mampu melakukan penelusuran informasi terkait karakteristik
kimia bahan obat sebagai landasan studi praformulasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip stabilitas bahan aktif obat serta
teknik pengujiannya
DASAR TEORI
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam
batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu
shelf life nya, sifat dan karakterisitiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
produk dibuat meliputi Identitas, Kekuatan, Kualitas, dan Kemurnian.. Lima jenis
stabilitas yang umum dikenal, dapat dilihat pada tabel 1
3
bahan pengisi. Dalam sediaan obat, reaksi-reaksi berikut biasanya menyebabkan
berkurangnya kandungan zat aktif dan perubahan ini biasanya tidak tampak secara
visual
Stabilitas dan penyimpanan
Karena lingkungan merupakan actor utama yang dapat menurunkan stabilitas,maka
penyimpanan akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas obat tersebut.
Penyimpanan dan wadah yang digunakan diatur dalam Farmakope Indonesia.
Menurut Farmakope Indonesia edisi VI terkait penyimpanan adalah sebagai berikut:
Penyimpanan pada kondisi yang tidak ditentukan Jika tidak ada petunjuk dan
pembatasan yang khusus pada Wadah dan penyimpanan monografi atau pada
etiketnya, kondisi penyimpanan harus pada ruang dengan suhu terkendali,
terlindung dari lembab, dan jika perlu terlindung dari cahaya. Tanpa memperhatikan
jumlah, zat tersebut harus terlindung dari lembab, pembekuan, dan suhu berlebih,
dan jika perlu terlindung dari cahaya selama pengangkutan atau distribusi.
Wadah Suatu tempat penyimpanan bahan yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan bahan. Wadah langsung adalah wadah yang langsung berhubungan
dengan bahan sepanjang waktu. Tutup adalah bagian dari wadah.
Sebelum diisi wadah harus bersih. Prosedur pencegahan khusus dan pembersihan
diperlukan untuk menjamin agar tiap wadah bersih dan benda asing tidak masuk ke
dalamnya atau mencemari bahan.
Wadah dan tutup tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan di dalamnya baik
secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan,
mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera di Farmakope juga berlaku
untuk wadah yang digunakan dalam penyerahan obat oleh Apoteker.
3
CARA KERJA
1. Mahasiswa diberikan bahan aktif obat vit. C dan paracetamol masing-masing
2 jenis/keadaan (yang masih memenuhi kriteria stabil dan sudah rusak).
2. Lihat di pustaka terkait pemerian dan sifat fisika kimia kedua bahan obat di
atas.
3. Amati secara organoleptis (bentuk, bau, rasa dan warna).
4. Lakukan uji kelarutan pada air dan etanol, dengan cara mengambil bahan
obat masing-masing kurang lebih 100 mg dimasukkan ke dalam 3 tabung
reaksi kemudian masing-masing ditambahkan air, air mendidih dan etanol
sedikit demi sedikit dengan pipet tetes sambil tabung reaksi digoyangkan
hingga zat larut, amati apa yang terjadi.
5. Uji titik lebur ambil serbuk obat dengan pipa kapiler masukkan ke alat uji titik
lebur, amati yang titik lebur yang didapat bandingkan antara obat yang masih
memenuhi kriteria stabil dan yang sudah rusak.
a. Untuk penentuan titik leleh digunakan pipa kapiler dengan panjang
kurang lebih 6 cm dan diameter 1 mm. Sejumlah kristal parasetamol/vit.
C dihaluskan kemudian dimasukkan sedikit dengan cara menekan mulut
kapiler pada serbuk parasetamol. Tabung kapiler kemudian dipegang
vertikal dan dijatuhkan dari atas batang gelas yang panjang guna
memampatkan serbuk di dasar kapiler yang tertutup. Tabung kapiler
yang telah berisi serbuk parasetamol/vit. C dapat digunakan dalam
penentuan titik leleh yang dimasukkan dalam suatu alat tabung thiele
maupun melting point apparatus Stuart Scientific.
b. Penentuan titik leleh dengan melting points apparatus Stuart Scientific
Panaskan ujung pipa kapiler pada pembakar bunsen dengan nyala api
biru dan pastikan ujung pipa kapiler tertutup dengan benar. Gerus
parasetamol/vit. C agar partikel menjadi lebih halus, kemudian
masukkan parasetamol ke dalam pipa kapiler hingga mengisi pipa kapiler
tersebut setinggi ±2 mm. Masukkan pipa kapiler yang berisi parasetamol
ke dalam melting points apparatus dan nyalakan alat tersebut, atur
skala pemanasannya (heater), dan nyalakan booster-nya untuk
mempercepat proses pemanasan. Amati keadaan parasetamol/vit. C
pada pipa kapiler, dan catat suhu dimana parasetamol/vit. C mulai
meleleh sampai meleleh seluruhnya.
Pengamatan
Tabel 1a. Pengamatan organoleptis vitamin C
Pengamatan
Menurut
Oraganoleptis Vitamin C yang masih Vitamin C yang sudah
literatur
stabil rusak
Bentuk
Bau
Rasa
4
Warna
4
Zat mulai melebur
Zat melebur
sempurna
Range titik lebur
4
DAFTAR PUSTAKA
Furniss, B.S. Hannaford, A.J., Smith, P.W.G., Tatchell, A.R. 1989. Vogel’s Textbook of Practical
Organic Chemistry. 5th Edition. England: Longmand Scientific and Technical.
Verma, N.K., Vermani, B.K., Rehani, K.K. 2019. Comprehensive Practical Chemistry XII. Laxmi
Publication (P) LTD, New Delhi
Brady, J.E. 1990. General Chemistry, Principles and Structure. John Wiley & Sons,
Toronto.
Petrucci, R.H. 1985. General Chemistry, Principles and Modern Application. 4th. Ed.
Collier Mac Inc., New York.
Achmad, H. & Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energetika Kimia. PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
4
Lampiran. 1 Format Laporan Praktikum Sementara
Sampul :
PERCOBAAN....
JUDUL PERCOBAAN
Disusun Oleh :
NAMA
NIM
4
Isi:
Keterangan:
1. Setiap mahasiswa membuat laporan sementara praktikum
2. Laporan ditulis tangan pada kertas hvs atau kertas bergaris, kecuali sampul
4
Lampiran. 1 Format Laporan Akhir Praktikum
Sampul :
PERCOBAAN....
JUDUL PERCOBAAN
Disusun Oleh :
NAMA
NIM
4
Isi:
Keterangan:
3. Setiap mahasiswa membuat laporan akhir praktikum
4. Laporan ditulis tangan pada kertas hvs atau kertas bergaris, kecuali sampul