Anda di halaman 1dari 3

Peran Protein dan Karbohidrat Membran Plasma

dalam Proses Infeksi Kuman Patogen ke dalam Sel


Inangnya

Nama : Nabilah

Kelas : C

Semester : 2

NIM : E1A020071

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN

2020/2021
Rangkuman peran protein dan karbohidrat membran plasma
dalam proses infeksi kuman pathogen ke dalam sel
inangnya.
 Protein
Protein permukaan yang berperan dalam perlekatan kuman.
Protein yang berperan dalam resistensi antibiotik dan faktor virulensi
lainnya.
S. aureus memiliki protein permukaan yang membantu penempelan
bakteri pada sel inang, berupa laminin dan fibronektin yang membentuk
matriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan endotel.
Ikatan protein fibrin/fibrinogen yang mampu meningkatkan
penempelan bakteri pada darah dan jaringan, sebagian besar memiliki
protein ikatan terhadap fibronektin dan fibrinogen.
Staphylococcus aureus memiliki sejumlah protein permukaan dalam
menimbulkan infeksi, yang disebut dengan “microbial surface
components recognizing adhesive matrix molecules” (MSCRAMMs)
yang memperantarai perlekatan ke jaringan penjamu.
Protein invasin membantu invasi dan penyebaran bakteri ke dalam
tubuh seperti leukosidin, kinase dan hyaluronidase.
Protein A untuk bergabung dengan bagian Fc dari IgG bertanggung
jawab menghambat fagositosis strain virulen, tetapi kompleks IgG-
protein A mengikat komplemen.
Stafilokokus juga memilki protein A dipermukaannya, yang mengikat
bagian Fc dari molekul immunoglobulin.
Protein toksin dapat merusak membran sel yang rentan.
Protein ekstraseluler dapat berikatan dengan protrombin inang untuk
membentuk sebuah kompleks yang disebut stafilotrombin.
Protein A merupakan protein permukaan yang berikatan dengan daerah
Fc molekul IgG, sehingga dapat mengganggu opsonisasi dan fagositosis
bakteri.
Protein reseptor merupakan perantara perlekatan S.aureus.
Protein permukaan S.aureus berperan dalam proses adhesi terhadap
protein host.
Hasil penelitian dari Teranishi et al (1998) dikutip dariSuarsana
(2002) menunjukkan bahwa protein-A positif dari strain
Staphylococcus sp. menyerang sel vero dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan strain protein-A negatif.

 Karbohidrat
S.aureus mampu menghasilkan enterotoksin ketika bakteri tumbuh
pada makanan yang mengandung dari karbohidrat dan protein.
Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon
pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu
produk pertanian yang murah dan mudah ditemukan serta memiliki
kandungan gula yang stabil sebagai sumber karbon bagi bakteria
(Zahroh et al. 2011).
Leepel et al. (2009) mengungkapkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
glukosa yang ditambahkan pada media Sabouraud maka semakin
meningkat pula pertumbuhan koloni Candida albicans baik pada isolat
klinik maupun strain ATCC 10231.
Penelitian lain menyatakan bahwa glukosa tidak sebagai sumber nutrisi
tetapi sebaliknya, justru mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Mahae et al. (2011) meneliti bahwa kompleks glukosa 5%-kitosan
memiliki penghambatan bakteri terhadap Staphylococcus aureus
setelah inkubasi selama 24 jam.
Childree (2011) menyatakan efektivitas pengobatan tuberkulosis dan
beberapa infeksi lain meningkat ketika pengobatan menggunakan
antibiotic bersamaan dengan glukosa dan merupakan langkah yang
mudah untuk pengobatan infeksi bakterial yang kronis.
glukosa sebagai agen antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtillis, dan Escherichia coli.

Anda mungkin juga menyukai