Anda di halaman 1dari 2

Puasa Memperkuat Ukhuwah Islamiyah dan Insaniyah

َ‫اس َوَأ َم َرنَا َأ ْن تَ َز َّو َد بِهَا لِيوْ م ال ِح َساب اَ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَه‬ِ َ‫ال َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َج َع َل التّ ْق َوى خَ ي َْر ال َّزا ِد َواللِّب‬
ُ‫اس َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ٍد َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬
ِ َّ‫ك لَهُ َربُّ الن‬ َ ‫اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
Ramadan adalah bulan istimewa. Bulan di mana setiap Muslim menunggu
kedatangannya. Bulan yang penuh berkah bagi siapapun, termasuk bagi
yang tidak berpuasa sekalipun.
Dalam dimensi yang lebih luas, perintah puasa di bulan Ramadan memiliki
peran penting dalam mempererat ukhuwah islamiyyah (persaudaraan
Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), maupun ukhuwah
insaniyah (persaudaraan sesama).
Puasa yang salah satu maknanya adalah menahan, sesungguhnya
mengajak umat manusia untuk menahan segala sesuatu yang berpotensi
merusak tata hubungan sosial bermasyarakat.
Puasa mengajarkan arti penting rasa kebersamaan dalam satu nasib, serta
menumbuhkan semangat saling membantu sebagai pondasi dasar
ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah.
Manusia yang mempunyai karakter kerasnya sikap, padahal sikap tersebut
dapat merusak kehidupan itu sendiri.
Manusia yang tak memiliki kepekaan sosial, tidak memiliki empati terhadap
nasib kaum miskin, diibaratkan sebagai mereka yang berhati batu. Hal ini
seperti difirmankan dalam Surat al-Baqarah ayat 74:
ُ َّ‫ك فَ ِه َي َك ْال ِح َجا َر ِة َأوْ َأ َش ُّد قَس َْوةً ۚ َوِإ َّن ِمنَ ْال ِح َجا َر ِة لَ َما يَتَفَ َّج ُر ِم ْنهُ اَأْل ْنهَا ُر ۚ َوِإ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ َّشق‬
ُ‫ق فَيَ ْخ ُر ُج ِم ْنه‬ َ ِ‫ت قُلُوبُ ُك ْم ِم ْن بَ ْع ِد ٰ َذل‬
ْ ‫ثُ َّم قَ َس‬
 ﴾٧٤  ﴿  َ‫ع َّما تَ ْع َملُون‬ َ ‫بِغَافِ ٍل‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫ۗ َو َما‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ْال َما ُء ۚ وَِإ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ ْهبِطُ ِم ْن َخ ْشيَ ِة‬
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah
lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
Hati yang keras bak batu jika dibiarkan tumbuh dalam kehidupan
seseorang, maka akan memunculkan berbagai penyakit sosial:
individualistis, serakah, intoleran, sombong dan sifat-sifat buruk lainnya.
Inilah sikap diri yang membahayakan keutuhan sebuah kehidupan.
Berpuasa berarti membakar setiap sikap diri yang potensial merusak
hubungan sesama dalam berbangsa dan bernegara. Sikap-sikap intoleran,
individualistis, dan sejenisnya, adalah potensi yang dapat memunculkan
keretakan hubungan.
Puasa mengajak umat manusia untuk bersama merasakan rasa lapar,
sehingga menumbuhkan sikap saling menghormati, saling menyayangi dan
saling mengasihi. Karena dengan berpuasa kita diajarkan untuk menyatu
dalam satu tujuan, satu nasib dan satu ikatan yang kuat.
Ramadan ini mari setiap kita mengikis berbagai sifat diri yang
mencerminkan hati yang membatu. Saatnya kita membuka diri menerima
kebaikan dari luar, meski itu berasal dari mereka yang berbeda warna kulit,
bahasa maupun agama.
Kita harus banyak membuat simpul-simpul pertemuan yang dapat
mendekatkan, serta menjauhkan dari hal-hal yang dapat memecah belah
bangsa. Jadikan puasa sebagai wahana introspeksi dan memperkuat batin
untuk saling menyapa antar sesama Muslim, sesama sebangsa, sesama
umat manusia. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai