Poa Hipertensi PKM Mangasa
Poa Hipertensi PKM Mangasa
Oleh:
Nur Multazam, S.Ked
Nurmawati A.T, S.Ked
A. Nurul Amaliah, S.Ked
Ahmad Wardiman, S.Ked
Pembimbing :
dr. Hj. Asniaya, M.Kes
Muhammadiyah Makassar.
PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan tutorial klinik ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Tutorial klinik yang berjudul “ANALISIS KASUS PENYAKIT
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGASA PADA
TAHUN 2018” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang mendalam kepada dr. Hj. Asniaya, M.Kes, selaku pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam
membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tutiniorial klinik belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar refarat ini dapat memberi manfaat kepada
semua orang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
B. Tujuan ......................................................................................................... 3
C. Manfaat ....................................................................................................... 4
E. Hipertensi .................................................................................................. 12
1. Definisi ................................................................................................. 12
2. Etiologi ................................................................................................. 13
3. Klasifikasi ............................................................................................. 16
5. Patofisiologi .......................................................................................... 19
6. Diagnosis .............................................................................................. 20
7. Tatalaksana ........................................................................................... 21
iii
BAB III GAMBARAN UMUM PKM MANGASA .......................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi
beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia
sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan
kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik
dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi
3,8%. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9%
menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8%
menjadi 34,1%. Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menderita hipertensi. artinya 1 dari 3 orang
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 15 Miliar orang yang terkena
1
hipertensi. Diperkirakan setiap tahun 9,4 juta orang meninggal akibat
kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Sampai
penduduk usia >15 tahun dengan tekanan darah tinggi di Sulawesi Selatan
sebesar 20,85%, diakui memang kondisi ini belum mencapai target (19,84%)4
namun capaian ini menurun bila dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013
yaitu 28%. Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor antara
lain faktor alat pengukur tensi yang berbeda ataupun masyarakat mulai sadar
mengubah pola hidup masyarakat baik pola konsumsi dan gaya hidup
dengan jumlah kasus yang berhasil didata sebanyak 64.051 kasus setelah
2
Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas (ISPA) dengan jumlah kasus
dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak
mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah
kolesterol total sebagai faktor risiko Penyakit Jantung Iskemik dan Stroke.4
dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko PTM secara terpadu
yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodic. Berdasarkan Data Dinas
3
Kesehatan Kota Makassar tahun 2016, distribusi Posbindu PTM untuk
puskesmas.4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
4
pentingnya pemeriksaan tekanan darah untuk mendiagnosis penyakit
hipertensi.
hipertensi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan periodik. Pelaksanaan tindak lanjutnya dalam bentuk konseling dan
penyakit tidak menular di masyarakat. Agar upaya ini dapat berjalan dengan
baik, benar, dan tepat sasaran perlu disusun satu pedoman untuk
masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak
lanjut dini, sehingga dampak yang fatal dari PTM dapat dihindari. Sasaran
6
kegiatan Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat yang sehat, berisiko dan
tokoh masyarakat.
sebagai berikut6:
Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang
konseling.
pemeriksaan kadar alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin bagi
7
pengemudi, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan,
Selain itu kemitraan dengan pos kesehatan desa/ kelurahan, industri, dan
kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olah raga
atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat serta ruang terbuka hijau. 5
faktor risiko PTM. Sasaran Posbindu PTM yaitu, kelompok masyarakat sehat,
berisiko dan penyandang PTM atau orang dewasa yang berumur 15 tahun
keatas.Pada orang sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal.
PTM.5
8
Beberapa manfaat dibentuknya Posbindu PTM antara lain sebagi berikut :
kesehatan anda secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik,
diet yang sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, kelola stres
2. Mawas diri yaitu faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala
dan bertanggung jawab yang telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini
disepakati.
9
sehingga masyarakat dapat mandiri dan kegiatan Posbindu dapat
10
pengendalian PTM, memberikan kemampuan dan keterampilan dalam
memantau faktor risiko PTM dan melakukan konseling serta tindak lanjut
lainnya.6
setiap Posbindu PTM paling sedikit mempunyai lima kader dengan kriteria
mau dan mampu melakukan kegiatan Posbindu PTM, dapat membaca dan
jadi maksimal ada enam Posbindu PTM yang akan dilaksanakan oleh
dipersiapkan.
ada rantai penularan, dapat berlangsung kronis, etiologi atau penyebab tidak
jelas, multikausal atau penyebabnya lebih dari satu, diagnosis penyakit sulit,
biaya mahal dan tidak muncul dipermukaan seperti fenomena gunung es serta
11
mortalitas dan morbiditasnya tinggi. PTM dapat dicegah melalui pengendalian
E. Hipertensi
1. Definisi
darah itu sendiri. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah, maka
jantung akan lebih keras bekerja untuk memompa darah, sehingga jika
mengalami pelebaran akibat tekanan yang tinggi atau tekanan yang tinggi
darah diastolik atau sistolik yang tidak teratur atau terus menerus, biasanya
atau diastolik di atas nilai normal. Tekanan arteri disebut normal jika
12
tekanan sistolik < 120 mmHg ( tapi > 90 mmHg ) dan tekanan diastolik <
mmHg dan tekanan sistolik antara 120 sampai 139 mmHg dianggap
sebagai prehipertensi. Disebut hipertensi jika tekanan darah sistolik > 139
2. Etiologi Hipertensi
Adapun beberapa faktor risiko hipertensi yaitu ada yang tidak dapat
a. Faktor genetik
b. Umur
tua usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
13
lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki-
laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah usia 65 tahun tekanan
usia. 7
c. Jenis kelamin
d. Riwayat keluarga
kedua orang tua atau salah satunya, mempunyai risiko lebih besar
e. Merokok
14
terdapat dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
f. Obesitas
Peningkatan tekanan darah diatas nilai optimal yaitu > 120/80 mmHg
secara signifikan. 7
g. Stress
15
3. Klasifikasi Hipertensi
16
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh masalah
4. Gejala Klinis
berjalan tanpa gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi komplikasi
yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung.
misalnya sakit kepala atau pusing. Akan tetapi, pada penderita hipertensi
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
d. Sesak nafas
e. Gelisah
g. Mata berkunang-kunang
17
h. Mudah marah
i. Telinga berdengung
j. Sulit tidur
m. Nyeri di dada
n. Otot lemah
p. Keringat berlebihan
s. Impotensi
keparahan dari penyakit hipertensi, hal ini telah dijelaskan oleh WHO
tahun 2013.
18
5. Patofisiologi
vasomotor ini bermula jenis saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebaban
19
Bagan 1: Patofisiologi Hipertensi
eight (JNC 8), seseorang akan dinyatakan menderita hipertensi jika dalam
tiga kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dengan keadaan
sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg.7,8
20
Bagan 2 : Kriteria diagnostik berdasarkan JNC 89
Sumber :Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
7. Penataaksanaan
21
target tekanan darah <130/80 mmHg, dan tidak lupa mengobati kerusakan
organ target.1
Hipertensi tanpa penyulit bisa diberikan monoterapi. JNC 7
menganjurkan thiazide sebagai pilihan pertama. Monoterapi bisa mencapai
tekanan darah normal sekitar 40%. Dengan kombinasi dua obat atau lebih
dapat mencapai target tekanan darah normal lebih dari 80%.1
Terapi non-farmakologis/Modifikasi gaya hidup (JNC 7)
Menurunkan berat badan berlebih atau kegemukan
Pembatasan asupan garam kurang atau sama dengan 100
meq/L/hari (2,4 g natrium atau 6 g natrium klorida)
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
Menurunkan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali minum/hari
Meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit/hari
selama 5 hari/minggu
Menghentikan merokok
Terapi farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone
Antagonist (Aldo Ant)
Beta blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor
antagonist/blocker (ARB)
Direct renin inhibitor (DRI)
22
Apabila dengan modifikasi gaya hidup tidak berhasil, terdapat
sejumlah obat yang dapat membantu menurunkan tekanan darah.Kriteria
untuk memulai antihipertensi ialah:
1. Pasien hipertensi derajat 1 dengan minimal salah satu dari penyerta
berikut:
a. Jejas pada organ target
b. Riwayat penyakit kardiovaskular
c. Penyakit ginjal
d. Diabetes mellitus
2. Semua pasien hipertensi derajat 2
Adapun rekomendasi tatalaksana terbaru menurut JNC 8, yaitu:9
1) Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90
mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 150 mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg.
(Rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A).
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, bila terapi
farmakologi menghasilkan penurunan tekanan darah sitolik yang lebih
rendah dari target (misalnya < 140 mmHg) dan pasien dapat
mentoleransi dengan baik, tanpa efek samping terhadap kesehatan dan
kualitas hidup, maka terapi tersebut tidak perlu disesuaikan lagi (Opini
ahli, tingkat rekomendasi E).
2) Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target
penurunan tekanan darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur 30 – 59
tahun, rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 – 29
tahun, opini ahli, tingkat rekomendasi E).
23
3) Rekomendasi 3
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi
adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg (Opini
ahli, rekomendasi E).
4) Rekomendasi 4
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita penyakit ginjal
kronik, terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥
140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi
adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan
diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli, tingkat rekomendasi E)
5) Rekomendasi 5
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi
farmakologi dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau
diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan
darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini
ahli, tingkat rekomendasi E)
6) Rekomendasi 6
Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk
diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim
ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang,
tingkat rekomendasi B).
7) Rekomendasi 7
Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita
diabetes, terapi antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe
tiazida atau penghambat saluran kalsium. (Untuk populasi kulit hitam
secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B) (Untuk ras
kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi
C).
24
8) Rekomendasi 8
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik,
terapi antihipertensi awal atau tambahan hendaknya temasuk
penghambat enzim ACE atau penghambat reseptor angiotensin untuk
memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita
penyakit ginjal kronik tanpa melihat ras atau status diabetes.
(Rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B).
9) Rekomendasi 9
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan
menjaga target tekanan darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai
dalam waktu sebulan terapi, naikkan dosis obat awal atau tambahkan
obat kedua dari kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6
(diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim
ACE, dan penghambat reseptor angiotensin). Penilaian terhadap
tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi
sampai target tekanan darah tercapai. Bila target tekanan darah tidak
tercapai dengan terapi oleh 2 jenis obat, tambahkan obat ketiga dari
kelompok obat yang tersedia. Jangan menggunakan obat golongan
penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin bersama-sama
pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat
antihipertensi yang tersedia pada rekomendasi 6 oleh karena kontra
indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3 macam obat,
maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan.
Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi. (Opini
Ahli, tingkat rekomendasi E).4
25
Bagan 3: Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC 89
Sumber :Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
Sumber :Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
26
Tabel 3. Rekomendasi Dosis Obat AntihipertensiMenurut JNC 89
Sumber :Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
27
BAB III
dan 7 orang pegawai magang dengan luas kerja 306.5 Ha. Selain itu,
puskesmas Mangasa terdiri dari 142 RT, 29 RW dan terdiri dari 52.119
jiwa.
- VISI
- MISI
28
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang merata ,terjangkau dan
berkeadilan
- MOTTO :
B. Keadaan Demografi
2. Jumlah KK : 10.137 KK
29
C. Keadaan Sarana Wilayah Mangasa
Mesjid : 22 buah
Gereja : 1 buah
TK : 9 buah
SD/sederajat : 12 buah
SMP/Sederajat : 8 buah
SMA/Sederajat : 10 buah
Posyandu : 23 buah
Pustu : 1 buah
2. Hj.Hasbiah
3. Haerana,SKM
4. Hj.Hasnidar
5. Rohani
6. Saenong,SKM
30
2. Drg.Walmawati,M.Kes
3. Irmawati,SKM
4. Ita Hardianti,S.Kep
31
17 Perekam Medik 3 1 4
18 Petugas Kebersihan 0 1 1
19 Security 0 1 1
20 Sopir 0 2 1
Jumlah total 27 8 35
32
BAB IV
penyelesaiannya yaitu
Kriteria
A. Besar Masalah
1. Identifikasi Masalah
pada tahun 2018 diwilayah kerja puskesmas mangasa sebesar 675 orang.
33
Beberapa masalah kemudian ditemukan pada pos pembinaan terpadu
2. Besar Masalah
berikut:
= 1 + 3,3 log 5
= 1 + 3,3 (0,69)
= 1 + 2,27
= 3,27
=3
86,9−57,9
=
3
= 9,6
34
Besar Masalah terhadap angka kejadian
penyakit
Interval
No Masalah (Posbindu) Nilai
57,9-67,5 67,6-77,2 77,3-86,9
Nilai
3,33 6,66 10
3 RW V Mangasa √ 10
4 RW X Mangasa √ 10
5 RW VIII Mannuruki √ 10
B. Kegawatan Masalah
35
Biaya yang
No Masalah Keganasan Urgensi Nilai
dikeluarkan
1 RW I Gunung Sari 2,4 4 3 9,4
2 RW VIII Gunung Sari 4 4 3 11,0
3 RW V Mangasa 2,8 4 3 9,8
4 RW X Mangasa 2,8 4 3 9,8
5 RW VIII Mannuruki 3 4 3 10,0
C. Kemudahan Penanggulangan
Kemudahan
No Masalah Jumlah
Penanggulangan
4+4+4+4
1 RW I Gunung Sari 4
4
4+4+4+4
2 RW VIII Gunung Sari 4
4
4+4+4+4
3 RW V Mangasa 4
4
4+4+4+4
4 RW X Mangasa 4
4
4+4+4+4
5 RW VIII Mannuruki 4
4
D. PEARL Factor
36
Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan
lembaga terkait
1 = Setuju
0 = Tidak Setuju
No Masalah (Posbindu) P E A R L
1 RW I Gunung Sari 1 1 1 1 1
3 RW V Mangasa 1 1 1 1 1
4 RW X Mangasa 1 1 1 1 1
5 RW VIII Mannuruki 1 1 1 1 1
rumus :
37
NPD = NPT =
No Masalah (Posbindu) A B C D
( A+B) X C ( A+B) X C X D
(3,33+9,4) x 4 (3,33+9,4) x 4 x
1 RW I Gunung Sari 3,33 9,4 4 1
= 50,92 1 =50,92
(10+11) x 4 = (10+11) x 4 x 1
2 RW VIII Gunung Sari 10 11,0 4 1
84 = 84
(10+9,8) x 4 = (10+9,8) x 4 x 1
3 RW V Mangasa 10 9,8 4 1
79,2 = 79,2
(10+9,8) x 4 = (10+9,8) x 4 x 1
4 RW X Mangasa 10 9,8 4 1
79,2 = 79,2
(10+10) x 4 = (10+10) x 4 x 1
5 RW VIII Mannuruki 10 10 4 1
80 = 80
Dari hasil tabel sebelumnya, didapatkan urutan dari prioritas masalah adalah
sebagai berikut :
3. Posbindu RW V Mangasa
4. Posbindu RW X Mangasa
38
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH HIPERTENSI
Sistem
KEMUNGKINAN PENYEBAB
KOMPONEN
MASALAH
tentang hipertensi.
penyuluhan gizi
39
3. Aktivitas fisik dan olahraga tertaur
40
Tabel Paired Comparison
A B C Total
A B C 0
B C 1
C 0
Total Vertikal 0 1 0 1
Total
0 1 1 2
Horizontal
Total 0 2 1 3
Tabel Kumulatif
Jumlah 3 100%
41
A. Tingginya angka kejadian hipertensi berdasarkan prevalensi kejadian
RENCANA KEGIATAN :
yaitu :
menular.
42
BAB V
KESIMPULAN
kegiatan di puskesmas.
Pelaksanaan kegiatan jasmani untuk usia lansia pada penyakit tidak menular.
43
DAFTAR PUSTAKA
44