Anda di halaman 1dari 4

Lingkungan

Anggota rumah tangga ada


yang merokok
Beban ekonomi yang dirasa
semakin berat
Kurang ventilasi dan
pencahayaan
Minimnya pegetahuan tentang
penyakit hipertensi
Stress Psikis
Geografi: tinggal dekat pantai

Perilaku
Genetika
Hiperten
Jarang berolahraga
Tidak ada riwayat keluarga Pola konsumsi
kandung
si
makanan asin dan MSG
Idiopatik Perokok Pasif
Ras Remeh terhadap promosi
kesehatan atau sosialisasi

Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan ke
puskesmas tidak mudah
Tidak ada Posyandu Lansia
Sumber Daya Manusia belum
memadai (40:100,000)
[tenaga kesehatan:penduduk]
Politik yang tidak kondusif~
tidak fokus terhadap
pelayanan kesehatan
Natural history penyakit
hipertensi
Keterbatasan fasilitas

Penerapan H.L. Blum pada kasus hipertensi dapat mencakup keempat aspek
yang
telah disebutkan diatas, adapun penjelasannya sebagai berikut.

Pada kasus hipertensi, genetik memang memiliki peranan untuk mencetuskan


penyakit tersebut. Berdasarkan literatur, bagi banyak individu memiliki kecendrungan
untuk
terjadi peningkatan pada rangsangan saraf simpatisnya, atau mungkin memiliki
rensponsivitas berlebihan dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, yang mana
dapat
ikut berperan menyebabkan hipertensi. Hal ini juga dapat terjadi akibat respons stres
yang
berkepanjangan, yang diketahui melibatkan pengaktifan sistem simpatis, atau mungkin
akibat
kelebihan genetik reseptor norepinefrin di jantung atau otot polos vaskular.

Pengaruh genetik lain mungkin dipengaruhi oleh ras. Sebagai contoh terdapat
bukti
bahwa individu Afro-Amerika, yang umumnya menderita hipertensi lebih sering dan
lebih
parah menunjukkan gangguan pemompaan natrium-kalsium sehingga kalsium
berakumulasi
di sel-sel otot polos akibatnya meningkatkan kontraksi dan tahanan otot.

Namun walaupun demikian peranan genetik tidaklah besar. Apabila individu bisa
menjaga prilaku hidup sehat misalnya kurangi mengkonsumsi rokok, garam, makanan
berkolesterol tinggi, minum alcohol dan jarang berolahraga dapat mencetuskan
terjadinya
penyakit hipertensi yang diturunkan dari orang tuanya.

Genetik juga tidaklah dapat mempengaruhi secara langsung ketiga faktor


determinan
yang lain (pelayanan kesehatan, perilaku, dan lingkungan). Melainkan faktor genetiklah
yang
dapat dicetuskan oleh ketiga faktor tersebut.

Sebagai contoh, seseorang dengan faktor genetik hipertensi, jika memiliki


kebiasaan
(determinan perilaku) makan makanan mengandung kolesterol, mengkonsumsi alkohol,
serta
bergaya hidup tidak sehat akan mencetuskan terjadinya hipertensi.

Kemudian, jika sesorang dengan genetik hipertensi dan life style yang buruk
hidup di
lingkungan yang tidak tanggap dan tidak saadar akan bahaya hipertensi akan lebih
memperburuk keadaan hipertensi seseorang. Contohnya pada lingkungan (kebiasaan
dan
tradisi) masyarakat yang tidak lepas dari kebiasaan mengkonsumsi garam berlebihan
dan
kopi secara terus-menerus. Selain itu, prilaku masyarakat yang acuh terhadap
pelayanan
kesehatan yang dianggap remeh terhadap penyuluhan seperti promosi atau sosialisasi
juga
dapat menurunkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya makanan yang ia
konsumsi yang
mana dapat mencetuskan penyakit hipertensinya. Sebab, pada dasarnya perilaku
seseorang
(individu) akan membentuk karakter dari lingkungan tempat tinggalnya.

Selain itu, sebaliknya faktor lingkungan juga dapat memengaruhi sercara


langsung
perilaku individu dalam kebiasaan hidupnya. Orang yang tinggal di lingkungan pinggir
pantai
biasanya sering mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam dikarenakan
daerah pantai merupakan daerah penghasil garam, sehingga mau tidak mau keadaan
lingkungan tersebut membentuk individu-individu dengan kebiasaan tersebut. Lain
halnya
dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan, disana mereka kurang
mengkonsumsi
garam yang mana dapat menyebabkan penyakit hipotiroid.

Terakhir faktor determinan pelayanan kesehatan. Diketahui pelayanan kesehatan


sangat mempengaruhi drajat kesehatan di suatu lingkungan masyarakat. Namun,
banyak
faktor yang dapat menghambat kuallitas pelayanan kesehatan, politik misalnya.
Keadaan
politik yang tidak kondusif menyebabkan kegiatan pemerintahan tidak banyak terfokus
pada
pelayanan kesehatan. Selain itu, pada daerah konflik umumnya menyebabkan
pelayanan
kesehatan terhambat.

Terlebih lagi daerah terpelosok, keterhambatan pelayanan kesehatan dapat


memperparah dari penyakit hipertensinya, karena berdasarkan natural historynya
dimana
hipertensi yang tidak terkontrol lama kelamaan dapat menimbulkan berbagai komplikasi
salah satunya penyakit jantung koroner. Disamping biasanya masyarakat juga malas
untuk
memeriksakan kesehatannya yang dirasa tidak terlalu parah akibat perjalanan yang
jauh
ditempuh jika akan ke rumah sakit atau puskesmas yang terfasilitasi dengan lengkap.
Hal
tersebut yang dapat menyebabkan peningkatan penyakit hipertensinya semakin parah.

Terlebih lagi bila terjadi kekurangan tenaga medis ataupun obat-obatan dapat
menyebabkan kurangnya pelayanan kesehatan seperti penyuluhan terhadap beberapa
faktor
mungkin yang dapat menjadi pemicu timbulnya hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai