Kegiatan Belajar 3
SUMBER TEMA
a. Tema Cerita
Langkah awal menyusun tari yang sederhana dapat dilakukan dengan melakukan
pemilihan tema cerita. Sumber-sumber yang dapat dipakai sebagai materi tema tari
adalah sebagai berikut
1. Binatang. Pilihan tema dari jenis binatang yang menarik sesuai untuk dilakukan
anak setingkat SD. Misalnya kupu-kupu, katak, kucing, burung angsa, kelinci,
ayam jantan, atau burung merak. Hindari pemilihan tema binantang dengan
jenis-jenis yang kurang menarik (liar dan buas) dan kurang cocok untuk dijadikan
tema tari. Hindari pemilihan tema binatang seperti buaya,kerbau datau kuda nil.
Disamping kurang cocok untuk dunia anak, juga agak sulit untuk
mengekpresikan ke dalam suatu bentuk kreativitas gerak.
2. Alam. Alam sekitar dapat menjadi tema dalam penyusunan karya tari, misal
pepohonan , bunga, matahari, rembulan. Terang bulan di malam hari dapat
dijadikan tema tari, sehingga dapat muncul sebagai bentuk tari bermain di bawah
terang bulan.
3. Kegiatan sehari-hari, Kehidupan masyarakat dapat diangkat menjadi tema
cerita. Misalnya membantik, menenun, nelayan, petani, panen padi, memancing.
Dari tema-tema kegiatan sehari-hari dapat muncul tari Batik, Tari Tani, atau tari
tenun.
4. Suasana Hati. Emosi atau suasana hati dapat pula menjadi sumber tema.
Misalnya suasana gembira, gembira habis panen, gembira bermain, bermain di
bawah sinar bulan purnama, sepi, kesendirian, sedih, geisah, dapat diungkapkan
dalam karya tari.
b. Tema Gerak
1. Gerak kaki. Membuat gerak kaki dengan segala kemungkinan
pengemangannya. Misalnya tema binatang kelinci, maka cari segala
kemungkinan gerak yang mena\jadi ciri gerak kelinci (meloncat, lari, jongkok,
makan rumput, dan sebagainya).
a. Langkah gerak kaki pelan, agak cepat, cepat
b. Langkah gerak kaki rendah, sedang, tinggi
c. Langkah gerak lurus, silang, melingkar
d. Langkah jalan biasa, lari, meloncat, merendah
2. Gerak tangan. Mencari kreasi gerak tangan dengan segala kemungkinan yang
tetap mengacu pada tema cerita yang dipilih. Misalnya memilih binatang kupu-
kupu, maka lakukan observasi pencarian egerak tangan yang dapat
menunjukkan identitas kupu-kupu yang sedang terbang, hinggap di pohon,
menghisap madu dan sebagainya
3. Gerak badan/torso. Membuat gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan
menyesuaikan gerak kaki dan tangan seperti tegak, berputar ke kiri atau ke
kanan, membungkuk, merendah dan sebagainya.
4. Gerak kepala. Gerak kepala biasanya mengikuti gerak anggota badan lainnya
dengan mempertimbangkan segi artistik dan juga maknawi, misalnya lakukan
gerak kepala dengan mempertimbangkan segi artistik (gerak kaki dan tangan,
langkah melenggang dan gerak kepala, akan lebih indah bila gerak kepala/arah
pandangan) mengikuti langkah kaki, bukan mengikuti gerak tangan. Gerak
kepala juga dilakukan dengan mempertimbangkan gerak maknawi misalnya
gerakan membantik, maka gerak kepala atau arah pandangan sebaiknya
mengikuti gerakan tangan.
.
1. Pengertian, Klasifikasi, dan karakteristik Anak Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa: tunalaras adalah
gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Rosembera, anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang
berisiko tinggi dan rendah. Yang berisiko tinggi yaitu hiper aktif, agresif, pembangkang,
delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial, sedangkan yang berisiko
rendah yaitu autisme dan skizofrenia.
Dari segi sosial dan emosional, anak tuna laras akan menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar
norma budaya, aturan keluarga dan sekolah
b. Sering mengganggu, bersikap membangkang atau menentang dan tidak dapat
bekerjasama.
Untuk mengatasi permasalah anak semacam itu, perlu ada kerjasama antar staf dan
semua guru di sekolah. Penyimpangan anak tidak semata-mata dilakukan di dalam
kelas saja, tetapi terjadi juga di luar kelas pada saat jam istirahat. Ketika seseorang
siswa berbuat nakal di luar kelas, semua staf sekolah harus beranggapan bahwa hal
tesebut tidak hanya menjadi tanggung jawab guru yang mengajarnya.
b. Perilaku Destruktif
Perilaku destruktif tersebut dapat berupa :
1) Terus menerus memanggil guru dan berbicara seenaknya;
2) Berjalan kesama kemari di kelas
3) Menggerakkan kaki terus menerus di kursi
4) Suara sangat kerjas
5) Tidak mampu berkonsentrasi
Istilah – istilah yang sering diberikan kepada anak-anak serti itu adalah conduct
disorder (berperilaku menyimpang), attention-deficit disorder (kurang perhatian) socio
emotionally disturbed (terganggu secara sosial dan emosional), Hyperactive
(Hiperaktif). Semua istilah tersebut, lebih sering disebut dengan istilah berperilaku
menyimpang.
c. Perilaku mengajar
Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang anak harus dapat berkonsentrasi
pada pekerjaannya, mau mengikuti petunjuk, mengerjakan respons tugas, tetap duduk
di tempat dan mematuhi peraturan kelas.
Pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk mengerjakan anak agar berperilaku baik,
antara lain dengan memberikan pengarahan dalam hal-hal berikut :
1) Mengangkat tangan tanpa harus memanggil-manggil
2) Menunggu giliran daripada menyerobot
3) Duduk diatas tikar pada jam pelajaran
4) Duduk dikursi mereka lebih dari beberapa menit
5) Berbicara dengan lebih perlahan
6) Berjalan di dalam kelas tanpa mengganggu atau menjengkelkan orang lain
7) Mempertimbangkan perasaan orang lainapa yang harus dilakukan bila marah
Dalam program perubahan perilaku hendaknya dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga anak tidak merasa terbebani. Perubahan memerlukan waktu dan tiap anak
akan mempunyai daya tangkap yang berbeda. Keberhasilan perubahan dapat diukur
dari penurunan frekwensi dan intensitas perilaku yang diharapkan. Pemulihan perilaku
dapat dilakukan melalui gambar, percontohan, latihan yang ditargetkan, dorongan
individual dan umpan balik.