Anda di halaman 1dari 77

SOAL PERSALINAN

1. Seorang ibu usia 32 tahun hamil yang kedua datang ke rumah sakit mengeluh kenceng-
kenceng dan keluar lendir darah. Hasil pemeriksaan TFU 40 cm. janin tunggal, hidup,
intrauterin, puka, preskep, kepala sudah masuk panggul, pembukaan lengkap. UUK kiri
depan, kontraksi 4 x dalam 10 menit, lama 40 detik, kulit ketuban positif.

Apakah risiko yang dapat terjadi pada kasus tersebut?

A. Partus lama
B. Partus tak maju
C. Partus presipitatus
D. Distosia bahu
E. Posisi oksipito posterior

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan

Kunci Masalah: Komplikasi Persalinan

Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis

Konsep Teori:

Mengetahui tafsiran berat janin dapat menggunakan Mc. Donald dengan rumus:

(IFU dalam cm n) x 155 gram

Bila kepala di atas atau kepala di spina ischiadica maka n = 12. Bila kepala berada di
bawah spina ischiadica n=11. (Walyani, 2015)

Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari kepalanya,
sehingga mempunyai risiko terjadi distosia bahu. Risiko akan meningkat dengan
bertambahnya perbedaan antara ukuran badan dan bahu dengan ukuran kepalanya.
Pada bayi makrosomia, perbedaan ukuran tersebut lebih besar dibanding bayi tanpa
makrosomia, sehingga bayi makrosomia lebih berisiko (Prawirohardjo, 2012).

Bahu macet (distosia bahu) adalah kelahiran janin dengan bahu anterior macet di atas
sim sis pubis dan tidak bisa masuk melalui pintu bawah panggul, sehingga bahu menjadi
tidak dapat digerakkan. Kondisi yang perlu diantisipasi terhadap kemungkinan adanya
distosia bahu salah satunya yaitu janin besar yang ditemukan dari pemeriksaan palpasi
(Sulistyawati, 2013).

Penyelesaian:
Berdasarkan pemeriksaan didapatkan TFU yaitu 40 cm. Apabila dihitung menggunakan
rumus Mc.Donald maka didapatkan TBJ sebagai berikut:

(TFU dalam cm n) x 155 gram=TBJ

(40 11) 155 4.495 gram

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan bayi besar atau makrosomi dan dapat
menyebabkan risiko terjadinya distosia bahu.

 Jawaban: D
2. Seorang ibu melahirkan di BPM, ibu mengatakan bayi baru saja lahir, plasenta belum
lahir. Hasil pemeriksaan bayi menangis keras, warna kulit kemerahan.

Apakah tindakan bidan selanjutnya?

A. Menyuntikkan oksitosin
B. Cek janin tunggal
C. Masase uterus
D. Evaluasi perdarahan
E. Melakukan PTT

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan

Kunci Masalah: Langkah Asuhan Persalinan Normal

Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan

Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi

Konsep Teori:

Dalam 60 langkah Asuhan Persalinan Normal, langkah pada asuhan bayi baru lahir
adalah:

 Lakukan penilaian (selintas).


 Keringkan tubuh bayi.
 Periksa kembali uterus untuk memasitikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal)
dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
 Menyuntikkan oksitosin.
 Klem tali pusat.
 Potong tali pusat.
 IMD.

Penyelesaian:
Pada kasus, setelah bayi lahir maka langkah selanjutnya adalah memeriksa kembali
uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan
kehamilan ganda (gemelli).

 Jawaban: B
3. Seorang perempuan datang ke BPM, dilakukan anamnesa dan pemeriksaan didapatkan
hasil fase inpartu dengan dilatasi serviks 6 cm, air ketuban utuh, tidak ada penyusupan.
Setelah selesai melakukan VT, bidan akan menuliskan pada lembar partograf.

Bagaimana penulisan pada partograf untuk air ketuban pada hasil pemeriksaan sesuai
dengan kasus tersebut?

A. U
B. J
C. O
D. M
E. K

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Penulisan Partograf
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:
Lambang-lambang yang digunakan untuk menilai air ketuban pada partograf adalah:
 U: selaput ketuban masih utuh (belum pecah).
 J: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
 M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium.
 D :selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
 K:selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi ("kering").

Penyelesaian:
Pada kasus, air ketuban masih utuh. Maka penulisan pada partograf untuk air ketuban
adalah

 Jawaban: A
4. Seorang perempuan datang ke Bidan. Praktik Mandiri mengeluh mules teratur dan
mengeluarkan lendir darah.lbu mengatakan sudah mengeluarkan cairan seperti air 10
menit yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam diperoleh hasil pembukaan 6 cm,
air ketuban sudah pecah berwarna jernih, dan tulang kepala saling tumpang tindih tapi
masih dapat dipisahkan.

Bagaimana penulisan pada partograf untuk hasil pemeriksaan molase pada kasus di atas?

A. 4
B. 3
C. 2
D. 1
E. O

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Pemeriksaan Ibu Bersalin
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:
Moulage adalah indikator tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul. Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau
disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang
berat sehingga tulang kepala saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.
0: sutura terpisah.
1: sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) bersesuaian.
2: sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki.
3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Penyelesaian:
Pada kasus di atas, penulisan molase pada partograf yang benar dengan hasil
pemeriksaan tulang kepala saling tumpang tindih namun masih dapat dipisahkan adalah
2
 Jawaban: C

5. Seorang perempuan usia 22 tahun datang ke Bidan Praktik Mandiri mengatakan seperti sudah
ingin melahirkan. Ibu mengeluh kenceng-kenceng sejak tadi pagi dan sudah mengeluarkan
lendir darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan janin tunggal, hidup, puka, pembukaan 4 cm,
ketuban utuh, kepala turun Hodge 3. Ibu terlihat cemas dan takut karena ini merupakan
pengalaman persalinan yang pertama.

Apa konseling yang tepat untuk kasus di atas?

A. Menganjurkan ibu mencoba posisi yang nyaman


B. Mengajurkan ibu untuk mendapat asupan selama proses persalinan
C. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
D. Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan melakukan pendampingan
E. Mengajarkan keluarga tentang managemen nyeri

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah : Kecemasan Ibu Bersalin
Kompetensi: Komunikasi Efektif
Tinjauan (Sub Kompetensi): Konseling Kala I Persalinan
Konsep Teori:
Asuhan yang dapat diberikan pada ibu bersalin kala I bervariasi, tergantung kebutuhan
ibu. Asuhan yang dapat diberikan antara lain:

- Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan. Berupa


partus set (di dalam wadah stenlis yang berpenutup), perlengkapan resusitasi bayi baru
lahir, obat obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/penanganan
penyulit, dan set jahit
- Dukungan emosional dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
- Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan
melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi
- Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan proses kelahiran (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:
Pada kasus di atas, konseling yang tepat diberikan untuk ibu yang mengalami
permasalahan kecemasan menjelang persalinan adalah dengan menganjurkan keluarga
memberikan dukungan emosional dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
 Jawaban: D

6. Seorang perempuan usia 24 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu datang ke bidan
praktik mandiri pukul 03.00 WIB dengan keluhan kenceng-kenceng semakin kuat dan
sering sejak kemarin pukul 20.00 WIB. Ibu mengatakan sudah keluar lendir darah dari
jalan lahir. Pada pemeriksaan diperoleh hasil pembukaan 4 cm, ketuban utuh, presentasi
kepala, penurunan kepala Hodge II, HIS 3x/10 menit lamanya 30 detik, DJJ 136 x/menit.

Pada jam berapa dilakukan pemeriksaan kontraksi kembali?


A. 03.00 WIB
B. 03.30 WIB
C. 05.00 WIB
D. 05.30 WIB
E. 07.00 WIB
PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Bersalin Fisiologis
Kompetensi :Landasan Ilmiah Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Perencanaan
Konsep Teori:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan sangat penting dilakukan dalam masa
persalinan Pada fase aktit observasi lebih seksama dilakukan meliputi denyut jantung
janin setiap 2 jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam, nadi setiap ½ jam,
pembukaan serviks setiap 4 jam penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam, tekanan
darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam, produksi urin, aseton dan protein setiap 2
sampai 4 jam (JNPK-KR, 2008).
Penyelesaian:

Pada kasus persalinan di atas, ibu sudah masuk dalam kala I fase aktif persalinan.
Sehingga observasi yang dilakan harus lebih intens. Sehingga pemeriksaan dilakukan
setiap 30 menit. Jika pemeriksaan terakhir dilakukan pada pukul 03.00, maka
pemeriksaan his selanjutnya adalah pukul 03.30 WIB

 Jawaban: B
7. Seorang perempuan G2P1A0 UK 39 minggu datang ke puskesmas mengeluh mules sejak
semalam, sudah mengeluarkan lendir darah dan sudah mengeluarkan cairan ketuban. Hasil
pemeriksaan dalam diperoleh hasil pembukaan 8 cm, ketuban (-) jernih, presentasi
belakang kepala, UUK kanan depan, Hodge II.

Apa batasan Hodge II?

A. Sejajar pintu atas panggul melalui tepi bawah sim sis


B. Sejajar pintu atas panggul melalui tepi atas sim sis
C. Sejajar pintu atas panggul melalui promontorium
D. Sejajar pintu atas panggul dan tepi bawah simpisis melalui spina ischiadika.
E. Sejajar pintu atas panggul melalui koksigis

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah :Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:
Penurunan bagian terendah janin dapat dinilai melalui pemeriksaan dalam berdasarkan
bidang hodge/bidang khayal. Bidang hodge terdiri dari Hodge 1, yaitu sejajar PAP melalui
bagian atas sim sis dan promontorium; Hodge 2, yaitu sejajar PAP melalui tepi bawah sim
sis; Hodge 3, yaitu sejajar dengan H1 dan H2 melalui spina iskiadika: Hodge 4, yaitu
sejajar dengan H1, H2, H3 melalui koksigis (Baety, 2012)
Penyelesaian:
Pada kasus di atas, hasil pemeriksaan dalam menunjukkan penuruan bagian terbawah
pada hodge I. Batas hodge Il adalah sejajar PAP melalui tepi bawah sim sis.
 Jawaban: A
8. Ny.W usia 30 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri
dengan keluhan kenceng-kenceng teratur, dan sudah mengeluarkan air ketuban dari jalan
lahir. Hasil pemeriksaan: TD 110/70 mmHg. N 78x/menit, RR = 20x/menit, S = 36,6 °C,
HIS 3x dalam 10 menit lama 40 detik, pembukaan = 10 cm, ada tali pusat yang
menumbung dan masih berdenyut.

Tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan adalah....

A. Memasang oksigen
B. Memimpin persalinan
C. Memposisikan ibu knee chest
D. Memposisikan ibu berbaring miring kiri
E. Merujuk ibu ke faskes yang lebih memadai

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Komplikasi dalam Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori
Penatalakasanaan tali pusat menumbung jika tali pusat masih berdenyut menurut
Kemenkes RI (2016):

a. Berikan oksigen.

b. Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan tali pusat yang
tampak pada vagina secara manual.

c. Posisi ibu trendelenburg atau knee-chest.

d. Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi kompresi pada
tali pusat.

e. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat proses transfer
dengan ambulans, posisi knee-chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke
kiri.

Penyelesaian:

Hal pertama yang harus dilakukan oleh bidan jika menemui keadaan patologis dan akan
dirujuk adalah stabilisasi Baik stabilisasi dengan memasang oksigen maupun dengan
memasang infus Karena hal tersebut diperlukan untuk menjaga keadaan umum pasien
agar tetap baik dan stabil

 Jawaban: A
9. Ny.F usia 30 tahun usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri dengan
keluhan kenceng-kenceng teratur dan sudah mengeluarkan lendir darah. Hasil
pemeriksaan: TD = 120/80 mmHg, N = 82x/ menit, RR 22x/menit, TFU = 30 cm, HIS =
3x dalam 10 menit lama 30 detik. Hasil pemeriksaan dalam: pembukaan 8 cm, KK+, UUK
kanan depan, penurunan kepala H 11+. Tindakan apa yang dilakukan bidan selanjutnya?
A. Melakukan amniotomi
B. Memimpin persalinan
C. Melakukan kateterisasi
D. Melakukan penyuntikan oksitosin
E. Menunggu hingga pembukaan lengkap

PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah:Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:
Amniotomi dilakukan jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
(Depkes RI, 2010).

Jangan lakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran
bayi dan atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi
urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri (Depkes RI, 2010).

Bimbinglah ibu untuk meneran bila tanda pasti kala dua telah diperoleh (Depkes RI.2010).

Penyelesaian:
Tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah menunggu hingga pembukaan lengkap.
Karena amniotomi tidak boleh dilakukan sebelum pembukaan lengkap, dan kateterisasi
urine pun tidak dianjurkan. Memimpin persalinan dilakukan hanya jika tanda gejala pasti
kala dua sudah ada.
 Jawaban: E
10. Ny.B usia 23 tahun P1A0 usia kehamilan 40 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri
dengan keluhan perut kenceng-kenceng sejak 8 jam yang lalu dan sudah mengeluarkan
lendir bercampur darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan: TTV dalam batas normal, TFU
30 cm, HIS 3x dalam 10 menit lama 40 detik, DJJ normal. Hasil pemeriksaan dalam:
pembukaan 5 cm, KK +, preskep, penurunan kepala di HI. Diagnosis kasus tersebut adalah
A. Inpartu kalal
B. Inpartu kala fase laten
C. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
D. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
E. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah :Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:
Menurut Sursilah (2010), fase dalam kala persalinan yaitu:
Fase aktif pada kala I persalinan

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), uterus mengeras waktu kontraksi,
serviks membuka. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada fase aktif, penurunan bagian terendah
janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu

1) Fase akselerasi

Pembukaan serviks bertambah dari 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal

Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat yaitu 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam

3) Fase deselerasi

Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi lengkap dalam waktu 2 jam.

Penyelesaian:
Pada kasus, yang menjadi fokus adalah his yang sudah mencapai 3x dalam 10 menit dan
lama 40 detik, serta pembukaan serviks sudah mencapai 5 cm, hal tersebut menunjukkan
bahwa sudah memasuki fase aktif dilatasi maksimal.
 Jawaban: E
11. Ny.V, usia 24 tahun G1P0A0 hamil 38 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri dengan
keluhan perut kenceng-kenceng teratur. Hasil pemeriksaan: TTV normal, TFU 31 cm. DJJ
140x/menit, HIS 3x dalam 10 menit lama 40 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala,
penurunan kepala di H III, UUK kanan depan, tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan. Penulisan lambang moulage yang tepat di partograf sesuai kasus tersebut
adalah....
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3
E. 4

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Tulang Kepala Janin Hanya Saling Bersentuhan
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:

Menurut Saifuddin (2010), lambang untuk nilai penyusupan kepala janin adalah:
0 tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
Penyelesaian:

Pada kasus, tulang kepala janin hanya saling bersentuhan, sehingga lambang yang tepat
untuk penulisan dalam partograf adalah 1.
 Jawaban: B
12. Ny.Z usia 29 tahun datang G1P0A0 datang ke Bidan Praktik Mandiri mengeluh perutnya
sudah mulai kenceng-kenceng dan nyeri hingga pinggang. Hasil pemeriksaan: TTV
normal, DJJ normal, his 3x dalam 10 menit lama 40 detik. Bidan kemudian
mendokumentasikan hasil pemeriksaan ke dalam partograf. Bagaimana pendokumentasian
his tersebut dalam partograf?
A. Kotak diarsir
B. Kotak kosong
C. Kotak disilang
D. Kotak diisi penuh
E. Kotak diisi titik-titik

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Partograf
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:
a. Nyatakan lama kontraksi di partograf dengan: Beri titik-titik di kotak yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
b. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40
detik.
c. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40
detik
(Saifuddin, 2008).

Penyelesaian:
Dikarenakan kontraksi lamanya 40 detik, maka kotak yang sesuai diberi garis-garis
(diarsir).
 Jawaban: A
13. Seorang perempuan usia 28 tahun hamil ke dua usia kehamilan 9 bulan datang ke bidan
praktik mandiri pukul 10.00 WIB, mengeluhkan kenceng-kenceng. Hasil pemeriksaan
Keadaan Umum Baik, TD 120/70 mmHg. Nadi 88 x/menit, respirasi 24 x/menit, TFU 31
cm, dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan serviks 6 cm, Kantong
ketuban utuh, kepala turun di Hodge III. Kapan prediksi pembukaan lengkap pada kasus di
atas?
A. 12.00
B. 13.00
C. 14.00
D. 15.00
E. 16.00

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah: Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:
Pada saat persalinan akan dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal, dan fase deselerasi. Fase akselerasi yaitu fase yang dalam waktu 2 jam serviks
akan mengalami pembukaan 3 cm sampai 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu fase dimana
serviks akan mengalami pembukaan secara cepat, yaitu selama 2 jam akan membuka dari
4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu fase dimana serviks akan mengalami
pembukaan yang melambat kembali, dalam 2 jam akan terjadi pembukaan dari 9 cm
menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Pada fase dilatasi maksimal akan terjadi
pembukaan dengan keceptaan rata-rata 1 cm perjam pada perempuan nulipara atau
primigravida dan 1 cm atau lebih pada perempuan multigravida (Sulistyawati, 2012).

Penyelesaian:

Pada kasus seorang perempuan datang ke BPM pada pukul 10.00 WIB dan telah
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan serviks 6 cm. Sesuai dengan
konsep teori apabila sudah terjadi fase dilatasi maksimal akan terjadi pembukaan dengan
kecepatan 1 cm perjam, sehingga pada pukul 14.00 pembukaan akan lengkap.

 Jawaban: C
14. Seorang perempuan usia 30 tahun hamil kedua berada di tempat Bidan Praktik Mandiri
dengan fase inpartu kala II. Setelah dilakukan pimpinan bersalin setengah jam yang lalu
ibu terlihat kelelahan. Kepala bayi masih berada di Hodge III dan tidak ada kemajuan
penurunankepala bayi, DJJ 160x/menit.

Bagaimana posisi meneran yang tepat agar kepala bayi cepat turun?
A. Baring miring kiri
B. Setengah duduk
C. Merangkak
D. Jongkok
E. Terlentang

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Kemajuan Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Fisiologi Persalinan
Konsep Teori:

Ada 4 posisi yang sering digunakan dalam persalinan, salah satunya adalah setengah
duduk: Ibu akan duduk dengan punggung bersandar pada bantal, kaki ditekuk dan paha
dibuka ke arah samping dan posisi ini mungkin bisa membuat ibu nyaman.
Keuntungannya, jalan lahir yang akan ditempuh bayi untuk bisa keluar jadi lebih pendek
dan suplai oksigen dari ibu ke janin juga akan dapat berlangsung secara maksimal. Selain
itu anda juga akan mendapatkan bantuan gaya gravitasi walaupun hanya sedikit dan
posisi ini tidak akan menggangu dalam epidural, pemasangan infus cateter, CTG.
Kekurangannya,posisi ini dapat menimbulkan keluhan lelah dan rasa sangat pegal pada
punggung Anda. Biasanya posisi ini akan lebih menyakitkan dibandingkan posisi lainnya
dan gerakan Anda akan dibatasi. Dapat meningkatkan forcep dan vakum serta dapat
meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat menimbulkan risiko robek (Sari, Eka
Puspita & Kurnia, Dwi Rimandini, 2014).

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa ibu mengalami kelelahan setelah 30 menit dilakukan
pimpinan persalinan. Kepala bayi masih berada di hodge III dan tidak ada tanda-tanda
penurunan kepala bayi. Sesuai dengan kasus ibu mengalami kelelahan sehingga posisi
yang paling cocok untuk persalinan yaitu posisi setengah duduk

 Jawaban: B
15. Seorang perempuan usia 27 tahun G2P1A0 dalam inpartu fase aktif kala di Bidan Praktik
Mandiri. Hasil pemeriksaan didapatkan DJJ 90 x/menit, hasil pemeriksaan dalam
pembukaan 8 cm, sutura saling tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan. Tindakan
apa yang salah yang dilakukan bidan sesuai dengan kasus di atas?
A. Menganjurkan ibu untuk makan
B. Memberikan cairan infus kepada ibu
C. Mendampingi ibu ke tempat rujukan
D. Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan napas panjang
E. Merujuk ibu

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah : Komplikasi Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Apabila DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan
jarak 5 menit (gawat janin). Rencana untuk kasus gawat janin adalah:

1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernapas secara teratur.

2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
ringer laktat atau garam siologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam

3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.

4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.

(JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus terdapat seorang perempuan usia 27 tahun G 2P0A0 dalam inpartu fase aktif
kala l pemeriksaan didapatkan DJJ 90 x/menit. Tindakan yang salah yang dilakukan oleh
bidan adalah dengan memberikan makanan kepada ibu.

 Jawaban: A
16. Seorang perempuan usia 29 tahun, G 2P1A0 dalam fase inpartu kala 2. Hasil pemeriksaan
pembukaan lengkap. Bidan sudah mempersiapkan alat untuk persalinan. Kepala bayi
sudah berada di introitus vagina sekitar 5-6 cm. Tindakan apa yang harus dilakukan oleh
bidan seusai dengan APN?
A. Melahirkan bayi
B. Meletakkan kain bersih dan kering di bawah bokong
C. Melakukan pemeriksaan DJJ
D. Melakukan episiotomi
E. Melakukan sangga susur

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah:Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Bidan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya
di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di
bawah kain bersih dan kering), ibu jan pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi
yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi
agar posisi kepala tetap eksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Pada kasus terdapat seorang perempuan usia 29 tahun G 2P1A0, dalam fase inpartu kala 2
dan kepala telah terlihat 5-6 cm di introitus vagina maka tindakan yang dilakukan
pertama yaitu meletakkan kain bersih dan kering di bawah bokong.

 Jawaban: B
17. Seorang perempuan usia 20 tahun telah melahirkan anak pertamanya di Bidan Praktik
Mandiri. Plasenta baru saja dilahirkan. Tindakan apa yang harus dilakukan oleh bidan
sesuai dengan APN?
A. Masase fundus uteri
B. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
C. Menyuntikkan oksitosin
D. Memeriksa bayi
E. Memeriksa perdarahan

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah: Kala III Persalinan
Kompetensi : Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:
Manajemen aktif kala Ill terdiri dari tiga langkah utama yaitu:
1. Pemberian suntukan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
2. Melakukan penengangan tali pusat terkendali.
3. Masase fundus uteri
(UNPK-KR,2008)

Penyelesaian:

Pada kasus terdapat seorang perempuan usia 20 tahun telah melahirkan anak
pertamanya. Plasentabaru saja dilahirkan. Tindakan yang perlu dilakukan setelah
plasenta lahir adalah dengan melakukan masase fundus uteri

 Jawaban: B
18. Seorang perempuan berusia 25 tahun dalam persalinan kala I. Ibu nampak lemas. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, pembukaan 7 cm, KK (+), presentasi
belakang kepala, penurunan kepala Hodge III, kandung kemih kosong. DJJ 144x/menit,
kontraksi 3x/10 menit, lamanya 30 detik. Asuhan tepat yang harus diberikan oleh bidan
adalah.....
A. Menganjurkan ibu berjalan jalan
B. Menganjurkan ibu untuk BAK
C. Menganjurkan latihan meneran
D. Menganjurkan makan dan minum
E. Menganjurkan tidur miring ke kiri

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Ibu Merasa Lemas
Kompetensi : Komunikasi Efektif
Tinjauan (Sub Kompetensi): Konseling dan Pendidikan Kesehatan
Konsep Teori:

Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontarksi
dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2010).

Penyelesaian:

Dari tanda-tanda yang ada ibu terlihat lemas akibat kurangnya intake cairan dan nutrisi
karena dari semua hasil pemeriksaan dalam batas normal. Sehingga asuhan yang tepat di
lakukan adalah menganjurkan ibu untuk makan dan minum sehingga mencegah
dehidrasi, dan memberikan lebih banyak energi.

 Jawaban: D
19. Seorang ibu umur 30 tahun, baru saja melahirkan anak ke tiga di bidan praktik mandiri,
plasenta telah lahir. Hasil pemeriksaan ibu mengalami robekan hingga ke otot perineum.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
A. Laserasi derajat satu
B. Laserasi derajat dua
C. Laserasi derajat tiga
D. Laserasi derajat empat
E. Laserasi derajat lima

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Laserasi Hingga Otot Perineum
Kompetensi: Landasan ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Derajat satu Derajat dua Derajat tiga Derajat empat


Mukosa vagina Mukosa vagina Mukosa vagina Mukosa vagina
Komisura Komisura Komisura Komisura posterior
posterior posterior posterior
Kulit perineum Kulit perineum Kulit perineum Kulit perineum
Otot perineum Otot perineum Otot perineum
Otots ngter ani Otots ngter ani
Dindingdepanrektum
(JNPK-KR, 2010)

Penyelesaian:

Ibu mengalami laserasi hingga otot perineum sehingga menurut teori di atas dapat
dipastikan bahwa ibu mengalami laserasi derajat dua.

 Jawaban: B
20. Seorang Ibu G,PA, datang ke bidan pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 21.00 WIB.
Mengeluhkan kenceng-kenceng dan keluar lendir kecokelatan dari jalan lahir sejak pukul
16.00 WIB tanggal 10 Februari 2018. Dari hasil pemeriksaan KU baik, TD 110/70 mmHg,
Nadi 80x/menit, RR 24x/menit. HIS 2x dalam 10 menit lamaya 25 detik, pembukaan Z
cm, penurunan 4/5. Ibu dianjurkan berjalan jalan, namun ibu memilih untuk pulang Pada
tanggal 11 Februari 2018 pukul 07.00 WIB ibu datang kembali ke bidan. Dilakukan
pemeriksaan HIS 2x dalam 10 menit lamanya 30 detik. Pembukaan 3 cm, penurunan 4/5,
STLD (+), VU kosong.Apakah diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?
A. Persalinan dengan fase laten memanjang
B. Persalinan macet
C. Persalinan dengan inersia uteri
D. Inpartu kala I fase laten
E. Persalinan dengan kala aktif memanjang

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Fase Laten yang Melampaui Batas Waktu Normal
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Menurut Friedman dan Sachtleben dalam Prawirohardjo (2010) mendefinisikan fase


laten berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam
pada ibu multipara

Penyelesaian:

Pada kasus lama kala fase laten berlangsung sejak pukul 16.00 tanggal 10 Februari 2018
hingga ibu datang kembali pukul 07.00 WIB tanggal 11 Februari 2018. Total waktunya
adalah 15 jam dan pembukaan masih 3 cm. Sehingga berdasarkan teon Friedman dan
Sachtleben kasus tersebut masuk dalam fase laten memanjang.

 Jawaban: A
21. Seorang perempuan usia 19 tahun. Plasenta baru saja lahir, kemudian bidan melakukan
masase, namun setelah 15 detik dilakukan masase uterus tetap lembek. Bidan segera
melakukan kompresi bimanual interna (KBI). setelah 4 menit dilakukan KBI terasa adanya
kontraksi dan perdarahan berkurang. KU baik. TD 120/80 mmHg. Nadi 88x/menit.
Tindakan apakah yang selanjutnya dilakukan bidan?
A. Teruskan KBI selama 5 menit
B. Teruskan KBI selama 2 menit
C. Memberikan 0,2 mg ergometrin IM
D. Memberikan misoprostol 600-1.000 mcg per rektal
E. Mengecek adanya laserasi perineum, vagina, atau serviks

PEMBNAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Evaluasi KBI
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Asuhan Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Evaluasi keberhasilan KBI:

a Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2
menit.kemudian secara perlahan keluarkan tangan dan pantau ibu.

b. Jika uterus berkontraksi namun perdarahan masih berlangsung, periksa ulang


perineum, vagina, serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian segera lakukan
penjahitan.

C.Jika uterus tidak berontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan
KBE kemudian lakukan langkah-langkah penanganan atonia uteri selanjutnya (JNPK-KR,
2008).

Penyelesaian:

Pada kasus diketahui bahwa setelah dilakukan KBI selama 4 menit timbul kontraksi dan
perdarahan berkurang maka tindakan selanjutnya yang harus dilakukan adalah terus
melakukan KBI selama 2 menit hingga benar-benar uterus berkontraksi dengan baik.

 Jawaban: B
22. Seorang perempuan usia 19 tahun melahirkan anak pertamanya di Bidan Praktik Mandiri
30 menit yang lalu. Suntikan oksitosin 10 IU yang kedua telah di berikan, belum ada
tanda-tanda pelepasan plasenta, tidak ada perdarahan, kontraksi baik. Apakah tindakan
yang harus dilakukan oleh Bidan?
A. Rujuk ke rumah sakit
B. Melakukan manual plasenta
C. Melakukan KBI
D. Melakukan KBE
E. Melakuan penyuntikan oksitosin ketiga

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Plasenta Belum Lahir Setelah Pemberian Oksitosin Kedua Tidak Ada
Perdarahan
Kompetensi: Etik Legal dan Keselamatan Pasien
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Apabila plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir maka persiapkan kemungkinan
rujukan apabila tersedia akses dan mudah menjangkau fasilitas kesehatan rujukan. Pada
menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak keluar maka rujuk segera. Tetapi apabila
fasilitas kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka
sebaiknya dilakukan plasenta manual (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Dalam kasus plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan tidak terjadi perdarahan
sehingga keputusan yang terbaik adalah dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi.

 Jawaban: A
23. Nyl usia 19 tahun G1P0A0 datang ke Bidan. Praktik Mandiri dan mengeluh perutnya
kenceng-kenceng serta terdapat pengeluaran cairan dari jalan lahir. Bidan kemudian.
melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah....

A. Pemeriksaan HB
B. Pemeriksaan STLD
C. Pemeriksaan dalam
D. Tes dengan kertas lakmus
E. Pemeriksaan darah lengkap

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Persalinan Patologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan
Manifestast klinisnya adalah keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning,
hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Salah satu pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah tes lakmus merah menjadi biru (Icesmi dan
Margareth, 2013).

Penyelesaian:

Keluhan ibu yaitu kenceng-kenceng menunjukkan bahwa ibu sudah mengalami his yang
menjadi salah satu indikator akan memasuki masa persalinan. Selain itu, ibu juga
mengeluh keluar cairan dari jalan lahir. Bagi ibu yang sudah hamil tua dan menjelang
HPL. Jika keluar cairan melalui jalan fahir, perlu diwaspadai bahwa cairan tersebut adalah
cairan ketuban. Sehingga untuk menegakkan Diagnosis untuk mengetahui cairan tersebut
ketuban atau bukan, dapat dilakukan dengan tes lakmus. Jika kertas lakmus berwarna
merah berubah menjadi biru, maka cairan tersebut memang cairan ketuban.

 Jawaban: D
24. Seorang perempuan usia 28 tahun G2P1A0 usia 2 1 0 kehamilan 39 minggu datang ke
puskesmas mengeluhkan kenceng-kenceng sejak pukul 11.00 WIB. Setelah dilakukan
pemeriksaan TTV dalam batas normal, DJJ 134x/menit, His 2x selama 10 menit selama 25
detik, pemeriksaan dalam serviks membuka 2 cm, kk (+), keluar lendir darah, tidak ada
moulage. Apakah penyebab pembukaan serviks pada kasus tersebut?
A. Pengeluaran lendir darah
B. Desakan kepala bayi
C. Kontraksi uterus
D. Usia kehamilan yang aterm
E. Pelepasan plasenta

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah :Pembukaan Serviks
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:

Kontraksi uterus menyebabkan adanya tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban


terhadap serviks dan segmen bawah uterus yang menyebabkan terjadinya pendataran
dan dilatasi serviks

(Saifuddin, 2010).
Penyelesaian:

Dalam kasus ibu mengalami kenceng-kenceng setelah dilakukan pemeriksaan dalam


serviks membuka 2 cm. Dalam konsep teori, pendataran dan dilatasi serviks disebabkan
karena adanya kontraksi uterus.

 Jawaban: C
25. Seorang perempuan umur 30 tahun G3P2A0 usia kehamian 38 minggu datang ke BPM pada
pukul 14.00, menyatakan merasa mules yang teratur. Dilakukan pemeriksaan dan.
didapatkan hasil TTV dalam keadaan normal, TFU 32 cm, penurunan kepala 3/5, his 3x
dalam 10 menit lamanya 30 detik, DJJ 144x/ menit. VT pembukaan 4 cm. Pukul
berapakah maksimal pembukaan servik akan lengkap?
A. 19.00 WIB
B. 20.00 WIB
C. 21.00 WIB
D. 22.00 WIB
E. 23.00 WIB

PEMBAHASAN

Stase :Persalinan
Kunci Masalah: Inpartu Fase Aktif dengan Pembukaan 4 cm
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pada saat persalinan akan dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal, dan fase deselerasi. Fase akselerasi yaitu fase yang dalam waktu 2 jam serviks
akan mengalami pembukaan 3 cm sampai 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu fase dimana
serviks akan mengalami pembukaan secara cepat, yaitu selama 2 jam akan membuka dari
4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu fase dimana serviks akan mengalami
pembukaan yang melambat kembali, dalam 2 jam akan terjadi pembukaan dari 9 cm
menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Pada fase dilatasi maksimal akan terjadi
pembukaan dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada perempuan nulipara atau
primigravida dan 1 cm atau lebih pada perempuan multigravida (Sulistyawati, 2012).

Penyelesaian:

Pada kasus seorang perempuan datang ke BPM pada pukul 14.00 WIB dan telah
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan serviks 4 cm. Sesuai dengan
konsep teori apabila sudah terjadi fase dilatasi maksimal akan terjadi pembukaan dengan
kecepatan 1 cm per jam,sehingga maksimal pembukaan serviks akan lengkap yaitu 6 jam
kemudian pada pukul 20.00 WIB.

 Jawaban: B
26. Seorang perempuan usia 26 tahun G2P0A1 hamil 40 minggu datang ke Bidan Praktik
Mandiri, merasa kenceng-kenceng sejak pukul 07.00 WIB dan mengeluarkan lendir
bercampur darah serta nyeri pada punggung. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan
hasil TTV dalam keadaan normal, his 4x/10 menit selama 40 detik, DJJ 148x/menit,
pemeriksaan dalam serviks membuka 10 cm, KK (+), penurunan kepala di hodge III.
Setelah selesai melakukan pemeriksaan bidan menjelaskan hasil pemeriksaan dan
mengarahkan ibu cara meneran yang baik serta mempersilakan ibu memilih pendamping
serta posisi yang nyaman. Merupakan tindakan apa yang diberikan oleh bidan?
A. Membuat keputusan klinik
B. Pencegahan infeksi
C. Pencatatan atau rekam medik
D. Asuhan sayang ibu
E. Rujukan

PEMBAHASAN

Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Bidan Menjelaskan Hasil Pemeriksaan dan Mengarahkan Ibu Cara
Meneran yang Baik
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Menurut JNPK-KR, 2008 ada lima benang merah yang penting dan terkait dengan asuhan
persalinan yang bersih dan aman, salah satunya yaitu asuhan sayang ibu. Berikut asuhan
sayang ibu pada persalinan:

1. Hargai ibu sesuai martabatnya.


2. Menjelaskan asuhan persalinan sebelum memulai asuhan.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Menganjurkan ibu bertanya dan membicarakan kekhawatirannya.
5.Mendengarkan dan menanggapi rasa kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan kepada ibu dan keluarganya.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suami atau keluarganya selama proses persalinan.
8. Menghargai privasi ibu.
9. Menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman.
10. Menganjurkan ibu untuk makan atau minum.

Penyelesaian:
Dalam kasus bidan bidan menjelaskan hasil pemeriksaan dan mengarahkan ibu cara
meneran yang baik serta mempersilakan ibu memilih pendamping serta posisi yang
nyaman. Hal ini merupakan asuhan sayang ibu pada saat proses persalinan.

 Jawaban: D
27. Seorang perempuan 22 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu, mengeluhkan
mengeluarkan lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak jam 08.00 WIB. Pada
pemeriksaan Leopold didapatkan letak puka, TFU 2 jari di bawah px. Hasil pemeriksaan
lainnya HIS 3x selama 10 menit durasi 30 detik, VT: pembukaan 3 cm, KK +, teraba
keras, tidak teraba bagian kecil janin. Peristiwa apakah yang terjadi pada kasus di atas?
A. His adekuat
B. Persalinan Percobaan
C. His Palsu
D. Persalinan Palsu
E. Inpartu

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah :Persalinan Fisiologis
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (serviks akan membuka atau menipis) dan akan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap (Saifuddin, 2009).

Penyelesaian:

Pada kasus di atas seorang perempuan telah mengeluarkan lendir bercampur darah serta
merasakan kenceng-kenceng secara teratur. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam
diketahui bahwa telah terjadi pembukaan 3 cm. Sehingga dalam kasus tersebut sudah
terjadi inpartu

 Jawaban: E
28. Seorang perempuan umur 30 tahun G3P1A1, hamil 38 minggu datang ke Bidan Praktik
Mandiri pada pukul 13.00 WIB. Mengeluhkan kenceng-kenceng sejak pukul 05.00 WIB.
Hasil pemerikasaan TTV normal, TFU 30 cm, presentasi kepala, DJJ 146x/menit, teratur,
His 3 kali/10 menit selama 40 detik, VT pembukaan 9 cm, ketuban jernih, kepala hodge
III, sutura merapat.

Fase apakah yang tepat pada kasus di atas?

A. Inpartu kala I fase aktif deselerasi


B. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
C. Inpartu kala I fase aktif dilatasi
D. Inpartu kala I fase aktif deselerasi maksimal
E. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

PEMBAHASAN

Stase:Persalinan
Kunci Masalah: Inpartu Pembukaan 9 cm
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Fisiologi Persalinan
Konsep Teori:

Fase aktif dibagi menjadi 3 bagian yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase
deselerasi. Fase akselerasi yaitu fase yang dalam waktu 2 jam serviks akan mengalami
pembukaan 3 cm sampai 4 cm. Fase dilatasi maksimal yaitu fase dimana serviks akan
mengalami pembukaan secara cepat, [09.52, 14/9/2022] tika: yaitu selama 2 jam akan
membuka dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu fase dimana serviks akan
mengalami pembukaan yang melambat kembali, dalam 2 jam akan terjadi pembukaan
dari g cm menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Pembukaan lengkap ini berarti bibir
serviks dalam keadaan tak teraba dan diameter lubang serviks adalah 10 cm
(Sulistyawati, 2012).

Penyelesaian:

Kasus yang dialami di atas menunjukkan bahwa terjadi pembukaan 9 cm, sehingga dalam
Diagnosis kebidanan diberi penjelasan bahwa sudah memasuki inpartu kala I fase aktif
deselerasi.

 Jawaban: A
29. Seorang perempuan umur 22 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri pada pukul 16.00 WIB. Mengeluhkan kenceng-kenceng sejak pukul 12.00
WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan hasil bahwa hamil aterm, TFU 31 cm,
presentasi kepala, DJJ 144 x/menit teratur, His 3 kali/10 menit selama 25 detik,
Pemeriksaan dalam didapatkan serviks membuka 3 cm, ketuban utuh, penurunan kepala di
hodge II, sutura terpisah.

Dimanakah bagian kepala janin turun dalam panggul sesuai dengan kasus di atas?

A. Kepala berada di bagian bagian pintu atas panggul


B. Kepala berada di pintu atas panggul dan terletak setinggi bagian bawah sim sis
C. Kepala berada di pintu atas panggul dan terletak setinggi bagian atas sim sis
D. Kepala berada di pintu atas panggul dan terletak setinggi bagian bawah sim sis setinggi
spina iskiadika
E. Kepala berada di pintu atas panggul dan terletak setinggi bagian bawah sim sis setinggi
os kokcigis
PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Persalinan Fisiologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di manakah bagian


terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.

1. Bidang Hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas sim sis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.

2. Bidang Hodge II: ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge terletak setinggi
bagian bawah sim sis.

3. Bidang Hodge III: ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge dan II terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut juga
bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (1) atau sebaliknya.

4. Bidang Hodge IV: ialah bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II,III, terletak
setinggi os koksigis (Saifuddin, 2009).

Penyelesaian:

Pada kasus didapatkan hasil pemeriksaan berupa penurunan kepala janin sudah berada
di hodge III, sesuai dengan teori menurut Saifuddin, 2009 didapatkan bahwa bidang
hodge terbagi menjadi 4 bagian yaitu Hodge I, Hodge II, Hodge III dan Hodge IV. Letak
hodge II yaitu berada pada bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge atau sejajar pintu
atas panggul dan terletak setinggi bagian bawah sim sis.

 Jawaban: B
30. Seorang perempuan umur 30 tahun G3P1A1 hamil 39 minggu datang ke Bidan Praktik
Mandiri pada pukul 13.00 WIB. Mengeluhkan kenceng-kenceng sejak pukul 09.00 WIB.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa TTV normal, TFU 30 cm,
presentasi kepala, DJJ 146 x/menit teratur, his 3x dalam 10 menit durasi 35 detik, VT
pembukaan 5 cm, ketuban utuh, kepala H II+, sutura terpisah.

Apakah simbol moulage pada partograf?

A. 4
B. 3
C. 2
D. 1
E. 0
PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan Sutura Terpisah
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:

Menurut JNPK-KR (2008) pada partograf terdapat cara penulisan molase dengan
menggunakan lambang angka. Berikut cara penulisannya:

0: sutura terpisah
1: sutura bersesuaian atau merapat (pertemuan dua tulang tengkorak)
2: sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki
3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

Penyelesaian:

Pada kasus di atas setelah dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan bahwa sutura
terpisah, sehingga simbol yang diberikan pada partograf yaitu "0"

 Jawaban: E
31. Seorang perempuan umur 27 tahun G1P0A0 hamil 38 minggu datang ke Bidan Praktik
Mandiri mengeluhkan merasakan kenceng kenceng sejak 5 jam yang lalu, hasil dari
pemeriksaan didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, his 3x/10 menit
selama 30 detik, DJJ 138x/menit, pemeriksaan dalam pembukaan 3 cm, selaput ketuban
utuh, penurunan hodge Il+, presentasi kepala. Pemeriksaan 4 jam kemudian didapatkan
hasil TTV normal, his 3x dalam 10 menit lama 25 detik. VT pembukaan 4 cm, KK utuh,
penurunan hodge II+. Ibu mengatakan merasa lemas.

Bagaimana cara untuk meningkatkan energi pada ibu bersalin?

A. Informasi dan kepastian


B. Pemberian cairan dan nutrisi
C. Mengosongkan kandung kemih dengan pispot atau kateterisasi
D. Menganjurkan ibu jalan-jalan
E. Memijat abdomen, punggung serta menganjurkan ibu untuk merubah posisi tidur

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Ibu dengan Inpartu Kala Fase Aktif dengan Penurunan His
Kompetensi : Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Konseling dan Pendidikan Kesehatan
Konsep Teori:
Pemberian cairan dan nutrisi selama proses persalinan akan memberikan lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat membuat kontraksi menjadi tidak
teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Pada kasus pasien sudah memasuki kala I fase aktif namun terjadi penurunan his. Pasien
juga mengatakan merasa lemas. Hal ini dikarenakan pada proses persalinan, energi akan
berkurang sehingga kebutuhan ibu pada kasus ini adalah asupan nutrisi dan cairan.

 Jawaban: B
32. Seorang perempuan usia 25 tahun G1P0A0 usia 0 0 kehamilan 38 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri mengeluhkan kenceng-kenceng dan ingin meneran. Hasil pemeriksaan
didapatkan hasil bahwa TTV dalam batas normal, TBJ 3.700 gram, DJJ 142 x/menit,
pemeriksaan dalam pembukaan serviks lengkap, KK utuh, kepala turun di hodge III.

Apakah tindakan yang tepat untuk kasus di atas?

A. Amniotomi
B. Episiotomi
C. Kateterisasi
D. Pimpin meneran
E. Menahan perineum

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala Pembukaan Lengkap, KK Utuh
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Penegakan Diagnosis
Konsep Teori:

Menurut JNPK-KR (2008) apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan amniotomi.

Penyelesaian:

Pada kasus didapatkan hasil pemeriksaan yaitu pembukaan sudah lengkap, namun kulit
ketuban masih utuh. Tindakan yang tepat untuk kasus di atas yaitu amniotomi.

 Jawaban: A
33. Seorang perempuan umur 25 tahun G2P1A0, usia kehamilan 38 minggu datang 10' ke
Bidan Praktik Mandiri pukul 13.00 WIB dan mengeluhkan kenceng-kenceng sejak pukul
11.00 WIB serta ingin mengejan. Hasil pemeriksaan TTV dalam keadaan normal, TBJ
3.850 gr, kepala turun 3/5, DJJ tampak kepala di depan vulva 6 cm, bidan memimpin
meneran hingga akhirnya kepala lahir namun terjadi trauma jalan lahir yang menyebabkan
perdarahan pada ibu.
Apakah penyebab dari perdarahan pada kasus tersebut?

A. Posisi ibu meneran


B. Kesalahan bidan menahan perineum
C. Usia ibu
D. Partus presipitatus
E. Ibu kelelahan

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah :Ibu dengan Partus Presipitatus yang Menyebabkan Perdarahan
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:

Salah satu kelainan pada kontraksi adalah tetani uteri yang menyebabkan terjadinya
partus presipitatus yaitu persalinan yang berlangsung kurang dari 3 jam. Akibat yang
mungkin terjadi yaitu terjadi trauma janin, trauma jalan lahir, dan as ksia intrauterin
bahkan kematian janin (Manuaba,2010).

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa ibu menjalani proses persalinan selama 2 jam sedangkan
keadaan lainnya dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan bahwa perdarahan
yang dialami ibu disebabkan persalinan presipitatus

 Jawaban: D
34. Seorang perempuan umur 34 G4P2A1 tahun usia kehamilan 42 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri mengeluhkan belum merasakan kenceng-kenceng. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil bahwa TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, S:36,7 °C, setelah
dilakukan pemeriksaan dalam belum terdapat pembukaan.

Diagnosis apa yang tepat untuk kasus di atas

A. Multipara
B. Kehamilan dengan infeksi
C. Polihidramnion
D. Gangguan his
E. Serotinus

PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah:Serotinus
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:
Serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu yang disebabkan adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan (Saifuddin,
2010).

Penyelesaian:

Di dalam kasus sudah disebutkan bahwa ibu hamil 42 minggu namun belum mengalami
tanda-tanda persalinan sehingga diagnosis yang tepat pada kasus tersebut adalah
serotinus

Jawaban: E

35. Seorang wanita berusia 30 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu datang ke rumah sakit
mengeluhkan kenceng-kenceng sejak 6 jam yang lalu dan telah mengeluarkan cairan 1 jam
yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, DJJ 136x/menit, TFU 30 cm, His
3x/10 menit lama 30 detik, pembukaan serviks 4 cm, KK jernih, kepala turun di hodge II.
Bidan melakukan pemeriksaan dalam 4 jam kemudian dengan hasil pembukaan 8 cm,
teraba tali pusat.

Apakah penyebab kejadian tersebut?

A. Pecahnya ketuban sebelum pembukaan


B. lengkap Usia ibu
C. Kelainan panggul
D. Tali pusat pendek
E. Kelainan letak

PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah :Persalinan Patologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Pengkajian
Konsep Teori:

Penyebab terjadinya prolaps tali pusat adalah:

1. Pecah ketuban dan presentasi bokong, presentasi campuran, presentasi lintang, janin
kecil atau kurang dari 2.000 gram, kehamilan kembar, prematuritas dan tali pusat sangat
panjang.
2. Amniotomi jika kepala belum masuk PAP
3. Pemeriksaan dalam yang menyebabkan pecah ketuban yang tidak disengaja saat
kepala belum masuk PAP
4. Ketuban pecah spontan saat kepala belum masuk PAP
(Varney, 2008)

Penyelesaian:
Dalam kasus di atas disebutkan bahwa ketuban sudah pecah 5 jam yang lalu sedangkan
kepala masih berada di Hodge Il sehingga faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya prolaps tali pusat adalah pecahnya ketuban secara spontan.

 Jawaban: A
36. Seorang perempuan umur 28 tahun G2P0A1 usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri pukul 16.00 WIB, mengeluh kenceng-kenceng sejak pukul 11.00 WIB.
Dilakukan pemeriksaan dengan hasil DJJ 144 x/menit, kontraksi uterus 3x dalam 10 menit
lama 30 detik, keadaan umum ibu baik, pembukaan 4 cm, KK utuh. Pukul 20.00 WIB
dilakukan pemeriksaan his 3x dalam 10 menit lama 35 detik VT pembukaan 6 cm, KK
utuh, kandung kemih penuh.

Apa tindakan asuhan sayang ibu yang bisa dilakukan bidan pada kasus tersebut?

A. Memberikan dukungan emosional


B. Kateterisasi
C. Menganjurkan ibu ke kamar mandi untuk BAK
D. Pencegahan infeksi
E. Mengajak ibu untuk berdoa

PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah :Ibu Inpartu Kala Fase Aktif dengan Kandung Kemih Penuh
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Paktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk:


1. Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan atonia uteri
4. Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
5. Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan
Anjurkan ibu untuk berkemih sendiri merupakan asuhan sayang ibu selama persalinan,
(INPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa kandung kemih ibu penuh sehingga menurut asuhan
sayang ibu. bidan seharusnya menganjurkan ibu ke kamar mandi untuk berkemih sendiri.

 Jawaban: A
37. Seorang perempuan usia 21 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan kenceng kenceng
sejak 8 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, N: 86x/ menit, S: 37 °C,
pemeriksaan abdomen kepala teraba di bagian bawah, DJJ terdengar di bawah pusat
146x/menit, pemeriksaan dalam pembukaan serviks lengkap, teraba dagu kanan depan,
penurunan hodge III.

Apa diagnosis yang tepat untuk kasus di atas?

A. Presentasi kepala
B. Presentasi puncak
C. Presentasi muka
D. Presentasi bokong
E. Presentasi bokong kaki

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala II Setelah Dilakukan Pemeriksaan dalam Teraba Dagu
Kompetensi :Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Presentasi muka adalah presentasi longitudinal dari janin dimana kepala menjadi ekstensi
sehingga muka menjadi bagian paling bawah. Dagu atau mentum adalah titik petunjuk
pada muka yang menunjukkan posisi janin dalam pelvis ibu (Taber, 2012)

Penyelesaian:

Pada kasus di atas disebutkan bahwa terdapat seorang perempuan datang ke rumah
sakit untuk melahirkan, setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan VT
pembukaan serviks lengkap, teraba dagu kanan depan, penurunan Hodge III. Sesuai
dengan konsep teori apabila terjadi presentasi muka pada pemeriksaan dalam dapat
diraba dagu. Sehingga sesuai kasus di atas diagnosis yang tepat adalah presentasi muka

 Jawaban: C
38. Seorang perempuan umur 24 tahun melahirkan anak keduanya 30 menit yang lalu, bayi
lahir spontan, plasenta lahir 10 menit setelah penyuntikan oksitosin kedua. Hasil
pemeriksaan TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras, terdapat robekan perineum
hingga otot perineum. Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus di atas?
A. Laserasi derajat I
B. Laserasi derajat II
C. Laserasi derajat III
D. Laserasi derajat IV
E. Laserasi derajat V

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala IV dengan Laserasi pada Kulit, dan Otot Perineum
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu
dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan secara cepat dan tidak
terkendali. Laserasi perineum terbagi menjadi beberapa bagian:

1. Laserasi derajat I, yaitu laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior dan kulit
perineum
2. Laserasi derajat II, yaitu laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum
3. Laserasi derajat III, yaitu laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum otot perineum dan otot s ngter ani
4. Laserasi derajat IV, yaitu laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot s ngter ani dan dinding depan rektum.

(UNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Dalam kasus disebukan bahwa pasien mengalami robekan pada kulit, dan otot perineum,
sesuai dengan konsep teori kasus tersebut sesuai dengan laserasi derajat 2. Sehingga
diagnosis pada kasus tersebut adalah laserasi derajat II

 Jawaban: B
39. Seorang perempuan berusia 39 tahun melahirkan anak ketiganya 30 menit yang lalu di
rumah sakit. Ibu mengeluhkan pusing dan penglihatannya kurang jelas. Riwayat
kehamilannya ibu mengalami tekanan darah yang meningkat pada usia kehamilan 8 bulan.
Hasil pemeriksaan TD: 160/100 mmHg, kaki bengkak, protein urine +3.

Apakah diagnosis medis yang paling tepat pada kasus tersebut?

A. Eklamsi
B. Hipertensi
C. Preeklamsi ringan
D. Preeklamsi sedang
E. Preeklamsi berat

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah : Preeklamsia
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:
1. Preeklamsi sedang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau
diastolik 15 mmHg, proteinuria +2.
2. Preeklamsi berat ditandai dengan edema umum di daerah ekstremitas tekanan darah
160/100 atau lebih, albumin +3 atau +4
3. Eklamsi: mungkin diperberat oleh nyeri epigastrik dan peningkatan suhu diikuti
dengan kejang grand mal. Kejang tersebut ditandai dengan fase tonik selama terjadi
kontraksi otot, pinggang.lengan dan tungkai kaku, pernapasan menghilang dan pasien
menjadi sianosi
(EGC, 1995)

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan setelah melahirkan ibu mengeluhkan pusing dan penglihatannya
kurang jelas, setelah dilakukan pemeriksaan TD: 160/100 mmHg serta protein urin 3.
Selama kehamilan ibu mengalami peningkatan tekanan darah pada usia kehamilan 8
bulan. Menurut konsep teori Preekamsi berat ditandai dengan tekanan darah 160/100
atau lebih, albumin +3 atau +4, edema umum di daerah ekstremitas. Sehingga Diagnosis
pada kasus di atas adalah preeklamsi berat

 Jawaban: E
40. Seorang perempuan usia 22 tahun telah melahirkan anak pertamanya 1 menit yang lalu di
Bidan Praktik Mandiri. Plasenta belum lahir.

Asuhan apa yang paling tepat yang dilakukan bidan?

A. Melakukan eksplorasi
B. Mengecek kelengkapan plasenta
C. Melakukan massase fundus uteri
D. Menyuntikkan oksitosin
E. Melakukan manual plasenta

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah :Manajemen Aktif Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi Kala III
Konsep Teori:

Manajemen aktif kala II (MAK III) bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan siologis.
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
1. Pemberian suntikan oksitosin
2. Penegangan tali pusat terkendali
3. Rangsangan taktil (massase) fundus uteri UNPK-KR, 2008)
Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa ibu baru saja melahirkan 1 menit yang lalu. Sesuai
dengan teori manajemen aktif kala Il maka yang dilakukan bidan adalah menyuntikkan
oksitosin untuk merangsang kontraksi.

 Jawaban: D
41. Seorang perempuan umur 30 tahun telah melahirkan anak keduanya pukul 20.00 WIB
secara spontan. Setelah bayi lahir bidan segera memberikan suntikan oksitosin 10 unit
secara IM setelah itu dilakukan PTT, 15 menit kemudian plasenta belum lahir. Setelah itu
bidan menyuntikkan oksitosin kedua. 10 menit kemudian terdapat kontraksi yang kuat.

Apa tindakan yang harus dilakukan?

A. Melakukan PTT
B. Melakukan observasi selama 15 menit lagi
C. Pasang infus RL
D. Melakukan manual plasenta
E. Memberikan oksitosin drip

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Retensio Plasenta
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Jika setelah 15 menit melakukan PTT dan dorongan dorsokranial, plasenta belum juga
lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10 IU IM, tunggu kontraksi yang kuat kemudian
ulangi PTT dan dorongan dorsokranial hingga plasenta dapat dilahirkan (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa 10 menit setelah pemberian oksitosin kedua uterus
teraba keras sehingga penatalaksanaan selanjutnya adalah mengulangi PTT.

 Jawaban: A
42. Seorang perempuan usia 37 tahun G5P4A0 hamil 40 minggu datang ke Bidan Praktik
Mandiri pukul 21.00 WIB mengeluhkan merasa kenceng-kenceng sejak pukul 15.00 WIB.
Hasil pemeriksaan didapatkan TTV normal, TFU 30 cm, DJJ 152x/menit, VT pembukaan
5 cm, KK utuh, teraba pulsasi di bagian terendah janin.

Apa diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?

A. Rupture uteri
B. Occult prolapse
C. Tali pusat menumbung
D. Tali pusat terkemuka
E. Plasenta restan

PEMBAHASAN
Stase :Persalinan
Kunci Masalah: Persalinan Patologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Prolaps tali pusat adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba pada pemeriksaan
vagina (Taber, 2012). Menurut Saifuddin (2010) prolaps tali pusat dapat diklasi kasikan
sebagai berikut:

1. Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan
ketuban masih intak atau utuh.

2. Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke
serviks,turun ke vagina

3. Occult prolapsed, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina.
Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.

Penyelesaian:

Di dalam kasus tersebut disebutkan bahwa seorang perempuan datang ke BPM dengan
keluhan kenceng-kenceng. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan
5, KK utuh, dan teraba pulsasi di bawah bagian terendah janin. Diagnosis yang tepat
adalah tali pusat terkemuka yaitu tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan
ketuban masih intak atau utuh.

 Jawaban: D
43. Seorang perempuan usia 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu datang ke rumah
sakit untuk melahirkan. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 39 cm,
pembukaan serviks lengkap, penurunan kepala di Hodge III+Ibu telah dipimpin meneran
selama 2 jam namun kepala belum lahir. Komplikasi apakah yang dapat terjadi pada kasus
di atas?
A. Kelumpuhan syaraf vetebra
B. Fraktur clavikula
C. Lordosis
D. Caput sucsedanum
E. Perdarahan intracranial

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Primigravida Inpartu Kala II, Telah Dipimpin Mengejan Selama 2 Jam
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Kala II pada ibu primigravida dibatasi 2 jam. Persalinan lama ini berdampak untuk ibu
yaitu infeksi intrapartum, rupture uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan stula,
cedera otot-otot dasar panggul dan untuk janin yaitu kaput sucedanum, molase kepala
janin (Saifuddin, 2010).

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa seorang wanita primigravida telah dipimpin mengejan
selama 2 jam dan kepala belum juga lahir. Diagnosis yang tepat adalah persalinan lama
yang dapat menimbulkan salah satu komplikasi yaitu adanya kaput sucedanum.

 Jawaban: D
44. Seorang perempuan usia 30 tahun telah melahirkan anak keduanya pukul 15.00 WIB
secara spontan. Setelah bayi lahir segera diberikan oksitosin 10 unit secara IM dan
dilakukan PTT, selang 10 menit kemudian. plasenta lahir. Setelah dilakukan massase.
fundus uteri, ibu mengeluhkan lemas, pusing. Hasil pemeriksaan didapatkan uterus
lembek, perdarahan 1 bengkok.

Diagnosis apakah yang tepat untuk kasus di atas?

A. Rupture uteri
B. Atonia uteri
C. Retensio Plasenta
D. Inversio uteri
E. Plasenta restan

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala III, 15 Detik Setelah Massase Fundus Uteri Kontraksi
Lembek
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Atonia uteri adalah keadaan dimana uterus tidak berkontraksi 15 detik setelah dilakukan
massase fundus uteri (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa setelah dilakukan massase selama 15 detik, kontraksi
uterus lembek sehingga diagnosis yang tepat pada kasus di atas adalah atonia uteri
Jawaban: B

45. Seorang perempuan usia 34 tahun telah melahirkan anak ketiganya pukul 18.15 WIB
secara spontan. Setelah penyuntikan oksitosin kedua, 15 menit kemudian plasenta belum
juga lahir dan tidak terdapat semburan darah.

Tindakan apa yang harus dilakukan penolong persalinan?

A. Manual plasenta
B. Menyuntikkan oksitosin kembali
C. Rujuk ke rumah sakit
D. Melakukan kompresi bimanual
E. Melakukan eksplorasi

PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah:Ibu Inpartu Kala III dengan Retensio Plasenta
Kompetensi Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan aktif
persalinan kala III dengan memberikan oksitoksin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali
pusat terkendali dengan hati-hati. Teruskan melakukan penatalaksaan aktif persalinan
kala III 15 menit atau lebih dan jika placenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali
pusat terkendali untuk terakhir kalinya Jika plasenta masih tetap belum lahir dan ibu
tidak mengalami perdarahan hebat rujuk segera ke rumah sakit terdekat (JNPK-KR. 2008).

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa ada seorang perempuan telah melahirkan anak
ketiganya. Setelah 15 menit dilakukan penyuntikan oksitosin kedua, plasenta belum juga
lahir dan tidak terdapat perdarahan sehingga sesuai dengan teori maka dilakukan rujukan
segera ke rumah sakit.

 Jawaban: C
46. Seorang perempuan usia 34 tahun P5A0, baru saja melahirkan 15 menit yang lalu di rumah
sakit, BB bayi 3.200 gram. Plasenta lahir lengkap 5 menit yang lalu. Plasenta lahir
lengkap. Ibu mengatakan pusing, pandangan kabur. Pemeriksaan bidan tekanan darah
90/60 mmHg, uterus teraba lembek, perdarahan pervaginam 1 bengkok penuh. Apa
penyebab perdarahan pada kasus di atas?
A. Multipara
B. Partus lama
C. Overdistensi uterus
D. Kelainan uterus
E. Atonia uteri
PEMBAHASAN
Stase:Persalinan
Kunci Masalah: Atonia Uteri
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Atonia uteri adalah kegagalan uterus berkontraksi dengan baik yang disebabkan oleh
partus lama, overdistensi uterus, multiparitas, presipitatus, plasenta previa, abruption
plasenta, dan faktor lainnya

(Marmi, 2011).

Penyelesaian:

Didapatkan hasil bahwa bayi telah lahir spontan di rumah sakit dengan berat badan
normal, persalinan juga berjalan dengan normal, hanya ini merupakan kelahiran anak
kelima sehingga penyebab atonia uteri dalam kasus ini adalah multipara.

 Jawaban: A
47. Seorang perempuan usia 32 tahun P3A0, baru 3 saja melahirkan di rumah sakit 30 menit
yang lalu dan plasenta telah lahir lengkap setelah dilahirkan dengan cara manual plasenta.
Ibu mengeluhkan menggigil kedinginan. Hasil pemeriksaan kontraksi uterus keras, nadi
cepat, suhu 38 °C. Diagnosis apakah yang tepat untuk kasus di atas?
A. Syok neorogenik
B. Syok septic
C. Syok ana laktik
D. Syok hipovolemik
E. Observasi selama 1 jam

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Syok
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Syok adalah suatu kejadian klinis akibat perfusi jaringan tidak adekuat. Adapun beberapa
jenis utama syok salah satunya adalah syok sepsis. Disebabkan oleh infeksi dengan
masuknya endotoksin yang berasal dari dinding bakteri gram negatif. Endotoksin dapat
menimbulkan mata rantai gangguan pada berbagai organ sehingga menimbulkan
sindrom syok sepsis (Manuaba, 2007).

Penyelesaian:
Pada kasus seorang perempuan telah melahirkan anak ketiganya, setelah 30 menit
plasenta lahir dengan cara manual ibu mengeluhkan menggigil kedinginan. Hasil
pemeriksaan kontraksi uterus keras, nadi cepat, suhu 38 °C. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa ibu mengalami syok karena infeksi yaitu syok septic,

 Jawaban: B
48. Seorang ibu usia 19 tahun baru saja melahirkan anak pertamanya di Bidan Praktik
Mandiri. Setelah proses persalinan selesai, ibu dan bayi ditempatkan dalam satu ruangan
yang sama sehingga dapat menyusui sesering mungkin.

Apa nama tindakan yang dilakukan bidan tersebut?

A. Rooming in
B. Bounding attachment
C. IMD
D. Metode kanguru
E. ASI ekslusif

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah : Rooming In
Kompetensi: Landasan Teori Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pengertian dari masing-masing istilah pada pilihan jawaban adalah:

 Rooming in: ibu dan bayi ditempatkan dalam satu ruangan yang sama sehingga
mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering mungkin.
 Bounding attachment: sentuhan awal antara ibu dan bayi pada awal-awal kelahiran
bayi. sehingga dapat membentuk ikatan antara ibu dan bayi.
 IMD: kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi selama 1 jam setelah kelahiran untuk
melakukan inisiasi menyusui dini untuk persiapan menyusui bayi secara mandiri (bayi
dibiarkan mencari puting susu ibu).
 Metode kanguru: metode memeluk bayi agar timbul kontak kulit dan menghasilkan
kehangatan dengan prinsip kebersihan, kontak kulit, keamanan dan kenyamanan bagi
ibu/pengganti dan bayi.
 ASI ekslusif: bayi hanya diberikan ASI saja hingga usia 6 bulan.

(JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus ibu dan bayi ditempatkan dalam satu ruangan yang sama. Hal itu disebut
dengan rooming in.
 Jawaban: A
49. Seorang ibu usia 24 tahun baru saja melahirkan di Pondok Bersalin Bidan. Bayi lahir
dengan BBLR, bidan mengarahkan ibu untuk memeluk bayi agar timbul kontak kulit ke
kulit dan kenyamanan pada ibu dan juga bayi.

Apa nama tindakan yang dilakukan bidan tersebut?

A. Rooming in
B. Bounding attachment
C. IMD
D. Metode kanguru
E. ASI ekslusif

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Penatalaksanaan BBLR
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pengertian dari masing-masing istilah pada pilihan jawaban adalah:

- Rooming in: ibu dan bayi ditempatkan dalam satu ruangan yang sama sehingga
mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering mungkin.
- Bounding attachment: sentuhan awal antara ibu dan bayi pada awal-awal kelahiran
bayi. sehingga dapat membentuk ikatan antara ibu dan bayi.
- IMD: kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi selama 1 jam setelah kelahiran untuk
melakukan inisiasi menyusui dini untuk persiapan menyusui bayi secara mandiri (bayi
dibiarkan mencari puting susu ibu).
- Metode kanguru: metode memeluk bayi agar timbul kontak kulit dan menghasilkan
kehangatan dengan prinsip kebersihan, kontak kulit, keamanan dan kenyamanan bagi
ibu/pengganti dan bayi.
- ASI ekslusif: bayi hanya diberikan ASI saja hingga usia 6 bulan.
(JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus ibu untuk memeluk bayi agar timbul kontak kulit ke kulit dan kenyamanan
pada ibu dan juga bayi. Tindakan tersebut disebut dengan metode kanguru.

 Jawaban: D
50. Seorang perempuan umur 27 tahun, G1P0A0 hamil 39 minggu, melahirkan di rumah bidan,
bayi lahir 10 menit yang lalu, oksitosin sudah diberikan, plasenta belum keluar. Tiba-tiba
muncul semburan darah dari jalan lahir, kontraksi uterus bagus, TFU dua jari di atas pusat.

Apakah tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh bidan?


A. Pengawasan 1 jam post partum
B. Melakukan masase uterus.
C. Melakukan KBI
D. Melahirkan plasenta
E. Melakukan PTT

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Manajemen Aktif Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Komponen manajemen aktif kala Ill:


a) Pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
b) Tali pusat diklem.
c) Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus
uterus secara dorsokranial.
d) Begitu plasenta lahir, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus
tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong keluar setiap gumpalan darah
yang ada dalam uterus.
(Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa setelah bayi lahir telah dilakukan suntik oksitosin, namun
plasenta belum keluar. Adanya semburan darah merupakan salah satu tanda pelepasan
plasenta. Selain itu kontraksi uterus bagus, sehingga dapat dilakukan langkah manajemen
aktif kala Ill selanjutnya yaitu melakukan PTT atau penegangan tali pusat kendali

 Jawaban: E
51. Seorang perempuan berumur 30 tahun, G 1P0A0, usia kehamilan 40 minggu, datang ke
Bidan Praktik Mandiri untuk bersalin. Hasil pemeriksaan menunjukkan baik,pembukaan
lengkap, kulit ketuban negatif,penurunan kepala Hodge III, kandung kemih kosong, DJJ
146x/menit, HIS 4x/10 menit/30 detik.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh bidan sesuai kasus tersebut?
A. Melakukan rangsangan puting susu
B. Memonitoring DJJ
C. Melakukan episiotomi
D. Pimpin ibu meneran
E. Merujuk ibu

PEMBAHASAN
Stase :Asuhan persalinan
Kunci Masalah:Penatalaksanaan Fisiologi kala II
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan
alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat di antara
kontraksi. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan
mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Catatkan hasil pemantauan pada partograf.
Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di
antara kontraksi (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Pada kasus dijelaskan bahwa pembukaan sudah lengkap. Selain itu, kulit ketuban negatif
sehingga tidak perlu dilakukan tindakan amniotomi. Kandung kemih kosong, sehingga
tidak perlu dilakukan kateterisai untuk mengeluarkan urin. DJJ dalam batas normal dan
HIS juga dalam keadaaan baik dan kuat. Jadi, pada kasus ini tindakan yang tepat
dilakukan oleh bidan adalah memimpin ibu meneran.

 Jawaban: D
52. Seorang perempuan umur 25 tahun G,PA usia kehamilan aterm, inpartu kala II. Hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan berat badan ibu 60 kg. TFU 40 cm, DJJ 136x/
menit dan teratur, HIS 4x/10 menit/50 detik. Setelah kepala lahir, bayi gagal melakukan
putaran paksi luar dan tetap pada posisi antero-posterior serta terlihat adanya tanda turtle
sign.

Apakah faktor predisposisi kasus di atas?


A. Obsesitas
B. HIS yang tidak adekuat
C. Makrosomia
D. Diabetes melitus
E. Kehamilan serotinus

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah :Penyulit Kala II Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Mengetahui tafsiran berat janin dapat menggunakan Mc. Donald dengan rumus:

(TFU dalam cm-n) x 155 gram


Bila kepala di atas atau kepala di spina ischiadica maka n = 12. Bila kepala berada di
bawah spina ischiadica n=11 (Walyani, 2015).

Bahu macet (distosia bahu) adalah kelahiran janin dengan bahu anterior macet di atas
sim sis pubis dan tidak bisa masuk melalui pintu bawah panggul, sehingga bahu menjadi
tidak dapat digerakkan Kondisi yang perlu diantisipasi terhadap kemungkinan adanya
distosia bahu salah satunya yaitu janin besar yang ditemukan dari pemeriksaan palpasi
(Sulistyawati, 2013).

Penyelesaian:

Berdasarkan pemeriksaan didapatkan TFU yaitu 40 cm. Apabila dihitung menggunakan


rumus Mc Donald maka didapatkan TBJ sebagai berikut:

(TFU dalam cm-n) x 155 gram TBJ

(40-11) 155 4.495 gram

Dapat disimpulkan bahwa taksiran berat badan janin merupakan janin besar
(makrosomia), sehingga kemungkinan terjadi distosia bahu atau bahu macet saat
persalinan kala II.

 Jawaban: C
53. Seorang perempuan umur 27 tahun PA, inpartu kala IV, bayi lahir 30 menit yang lalu
dirawat di rumah sakit. Riwayat lama. persalinan kala I hingga bayi lahir selama 3 jam.
Pasien merasa cemas dan mengeluh nyeri dada. Hasil pemeriksaan KU lemah, pre syok,
TD 70/50 mmHg, nadi 110x/menit, RR 32x/menit, uterus lembek dan tidak berkontraksi,
perdarahan pervaginam banyak disertai stolsel, wajah pucat dan bibir nampak sianosis.
Apakah diagnosis yang tepat pada kasus di atas?
A. Emboli air ketuban
B. Retensio sisa plasenta
C. Atonia uteri
D. Aspirasi paru
E. Dispneu

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah : Komplikasi Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Atonia uteri merupakan kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah
persalinan. Penyebab atonia uteri yaitu partus lama yang menyebabkan inersia uteri,
pembesaran uterus yang berlebihan saat hamit, multiparitas, anestesi umum, kesalahan
penatalaksanaan kala III, persalinan cepat, plasenta previa, dll.

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa persalinan terjadi cepat, sejak kala 1 hingga bayi lahir
hanya 3 jam. Hal ini menyebabkan uterus mengalami kelehahan, sehingga pada kala IV
uterus menjadi lembek dan tidak berkontraksi dan menyebabkan terjadinya perdarahan.
Sehingga diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah atonia uteri.

 Jawaban: C
54. Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus tersebut?
A. Atonia uteri
B. Inversio uteri
C. Syok hemoragik
D. Syok hipovolemik
E. Syok neurogenik

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah : Komplikasi Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Atonia uteri adalah perdarahan yang diakibatkan oleh kegagalan kontraksi otot rahim
yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi terbuka sehingga
menyebabkan perdarahan. Penyebab terjadinya atonia uteri yatu keadaan umum ibu
lemah atau ibu mengalami anemia. grandemultipara, jarak kehamilan <2 tahun, distensi
rahim berlebihan (hidramnion dan hamil kembar) serta tindakan persalinan seperti
partus lama/persalinan terlantar dan trauma persalinan

Penyelesaian:

seperti robekan vagina, robekan serviks dan rupture uteri. (EGC, 1994) Pada kasus di atas
disebutkan bahwa seorang wanita telah melahirkan anak kelimanya, setelah plasenta
lahir kontraksi uterus lembek dan terjadi perdarahan sebanyak 500 cc. Diagnosis yang
tepat pada kasus di atas adalah atonia uteri.

 Jawaban: A
55. Seorang perempuan umur 36 tahun PA, melahirkan di rumah sakit. Plasenta lahir beberapa
menit yang lalu. Pasien mengeluh nyeri hebat pada perut bagian bawah. Hasil pemeriksaan
KU lemah, pre syok, TD 80/40 mmHg, nadi 100x/menit, RR 24x/menit, kontraksi uterus
lembek, perdarahan pervaginam +500 cc.
Apakah komplikasi yang akan terjadi apabila kasus tersebut tidak ditangani?
A. Atonia uteri
B. Inversio uteri
C. Syok hemoragik
D. Syok hipovolemik
E. Syok neurogenik

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Komplikasi Atonia Uteri yang Tidak Tertangani
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori

Syok hipovolemik pada obstetri dapat disebabkan oleh perdarahan pada abortus,
perdarahan antepartum (solusio plasenta dan plasenta previa, perdarahan postpartum),
perdarahan akibat trauma jalan lahir (perdarahan pada ruptur serviks, perdarahan
robekan vagiana, perdarahan ruptur uteri, dan perdarahan operasi obstetri) serta
perdarahan pada ginekologi (perdarahan disfungsional uteri, perdarahan hamil ektopik,
perdarahan keganasan, perdarahan ovarium, perdarahan pada operai ginekologi)
(Manuaba, 2007).

Penyelesaian:

Pada kasus tersebut, ibu bersalin mengalami komplikasi persalinan yaitu atonia uteri.
Perdarahan yang terjadi hingga 1500 cc. Sesuai teori yang ada bahwa syok hipovolemik
merupakan syok yang disebabkan karena terjadinya perdarahan. Sehingga komplikasi
yang dapat terjadi akibat perdarahan atonia uteri adalah syok hipovolemik.

 Jawaban: D
56. Seorang perempuan G2P1A0, usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri
mengeluh kenceng-kenceng yang sering dan ingin mengejan. Hasil pemeriksaan TD
120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,7°C, RR 20x/menit, palpasi fundus teraba bagian
bulat, keras, punggung kanan, ballotemen(). HIS kuat dan teratur 5x/10 menit/50 detik.
Pemeriksaan dalam pembukaan lengkap, KK (), teraba os. Sakrum dan kedua kaki bayi.

Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus di atas?


A. Presentasi bokong murni
B. Presentasi bokong sempurna
C. Presentasi bokong tidak sempurna
D. Presentasi kaki
E. Presentasi ganda

PEMBAHASAN
Stase:Asuhan Persalinan
Kunci Masalah:Penyulit Persalinan
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Jenis presentasi bokong:

a. Sempurna: janin dalam posisi eksi pada paha dan lutut.


b. Murni: janin pada posisi eksi pada paha dan ekstensi pada lutut, ini merupakan jenis
yang tersering dan meliputi hampir dua pertiga dari presentasi bokong.
c. Kaki satu atau dua kaki dengan ekstensi pada paha dan lutut, kaki merupakan bagian
terendah.
d. Lutut satu atau dua lutut dengan ekstensi pada paha, eksi pada lutut dan bagian
terendahnya adalat lutut (Sulistyawati, 2013).
Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa saat pemeriksaan dalam teraba sakrum dan kedua kaki
bayi. Sesuai teori yang telah disebutkan bahwa pada presentasi bokong sempurna, janin
dalam dalam posisi eksi pada paha dan lutut. Hal ini memungkinkan teraba kedua kaki
bayi dan juga sakrum oleh jari pemeriksa. Sehingga diagnosis yang tepat untuk kasus ini
adalah presentasi bokong sempurna.

 Jawaban: B
57. Seorang perempuan G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan Praktik Mandiri
mengeluh kenceng-kenceng yang teratur. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 36,7 °C, RR 20x/menit, TBJ 3.000 gram, DJJ 120x/menit, pembukaan
lengkap, presentasi bokong. Setelah bokong lahir sampai dada, bidan melahirkan bahu
janin dengan cara melahirkan lengan belakang terlebih dahulu disusul dengan lengan
depan, kemudian melahirkan kepala.

Disebut apakah cara bidan melahirkan lengan dan bahu pada kasus tersebut?
A. Mueller
B. Klasik
C. Lovset
D. Mauriceau
E. Bracht

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Teknik Melahirkan Presentasi Bokong
Kompetensi:Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:
Perbedaan cara Mueller dengan klasik sebenarnya hanyalah teknik memegang kaki janin
serta bahu dan lengan yang dilahirkan yaitu bahu depan dulu. Sementara pada klasik,
bahu dan lengan belakang yang justru dilahirkan lebih dahulu (Sulistyawati, 2013).

Penyelesaian:

Sesuai kasus yang ada, bahwa saat pertolongan persalinan dengan presentasi bokong.
lengan belakang dilahirkan terlebih dahulu kemudian baru lengan depan, sehingga
perasat yang digunakan pada kasus ini yaitu klasik

Jawaban: B

58. Seorang perempuan berusia 30 tahun baru saja melahirkan anak ketiga secara spontan
pada pukul 18.30 WIB di puskesmas. Suntikan oksitosin 10 IU per IM telah diberikan
pada pukul 18.31 WIB, setelah itu dilakukan penegangan tali pusat terkendali tetapi
plasenta belum lepas. Pukul 18.45 WIB belum juga terjadi tanda-tanda pelepasan plasenta
sehingga diberikan oksitosin kedua sebanyak 10 IU per IM. Pukul 19.00 WIB plasenta
masih belum juga terlepas, namun tampak adanya perdarahan pervaginam.
Apakah penatalaksanaan yang tepat untuk kasus tersebut?
A. Kuretase
B. Manual plasenta
C. Periksa kandung kemih
D. Eksplorasi digital
E. Reposisi uteri

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah : Gangguan pada Kala III Persalinan
Kompetensi Keterampilan: Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Cara mengatasi retensio plasenta:


a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika Anda dapat
merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung
kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM. jika belum dilakukan dalam
penanganan aktif kala III.
d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
e. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta
secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulapati. Jika terdapat tanda-
tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.
(Marmi, 2015)

Penyelesaian:
Berdasarkan kasus tersebut telah dijelaskan bahwa setelah 30 menit, plasenta belum
lahir. Sudah dilakukan tindakan PTT pemberian oksitosin 10 unit IM pada 1 menit setelah
bayi lahir dan oksitosin kedua 15 menit setelah oksitosin pertama. Sehingga tindakan
yang perlu dilakukan untuk menolong kelahiran plasenta adalah dengan melakukan
manual plasenta

 Jawaban: B
59. Seorang perempuan berusia 27 tahun baru saja melahirkan bayinya di puskesmas secara
spontan, plasenta belum keluar. Untuk memastikan lepasnya plasenta, bidan menegangkan
tali pusat kemudian rahim diketuk-ketuk, lalu merasakan getarannya pada tali pusat.

Disebut apakah perasat yang dilakukan bidan tersebut?


A. Klein
B. Schultze
C. Kustner
D. Strassman
E. Brandt-Andrews

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Perasat untuk Mengecek Pelepasan Plasenta
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosis
Konsep Teori:

Perasat Strassman; perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan
tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada
getaran yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri. Jika terasa ada getaran berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus jika tidak terasa ada getaran berarti plasenta
sudah lepas.

Penyelesaian:

Pada kasus bidan mengetok-ngetok fundus uteri sambil meregangkan tali pusat dengan
tangan yang lainnya secara teori perasat ini disebut perasat Strassman.

 Jawaban:D
60. Ny. K usia 29 tahun P2A0 baru saja melahirkan bayinya 20 menit yang lalu. Plasenta lahir
lengkap 5 menit kemudian. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata terdapat laserasi pada
otot perineum hingga ke s ngter ani. Derajat berapakah laserasi pada Ny. K?
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 4+

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Derajat Laserasi Perineum
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Laserasi derajat tiga meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot s ngter
ani. (Depkes RI, 2010)

Penyelesaian:
Menurut teori, laserasi sampai ke otot s ngter ani merupakan laserasi perineum derajat 3.

 Jawaban: C
61. Ny. S usia 30 tahun, G2P1A0 sedang dalam inpartu kala II di Bidan Praktik Mandiri. Ny. S
terlihat lelah. Bidan sudah memimpin persalinan selama setengah jam, tidak ada kemajuan
penurunan kepala bayi. Kepala bayi masih di H III, DJJ 145x/menit.

Posisi yang tepat untuk meneran sesuai kasus adalah….


A. Jongkok
B. Terlentang
C. Merangkak
D. Setengah duduk
E. Berbaring miring ke kiri

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah : Posisi Meneran
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Menurut Aprilia (2017), posisi jongkok dapat meluruskan jalan lahir karena membantu
tulang panggul untuk sejajar dengan jalan lahir. Selain itu, juga membantu
memperpanjang tubuh ibu, sehingga dapat memberikan ruang yang lebih banyak kepada
bayi untuk masuk ke posisi yang lebih baik.

Penyelesaian:
Posisi yang dibutuhkan sesuai kasus adalah yang dapat membantu penurunan kepala bayi.
Posisi jongkok dapat membantu karena memberikan ruang pada bayi untuk masuk ke
posisi yang lebih baik.

 Jawaban: A
62. Seorang perempuan umur 30 tahun hamil 9 bulan datang dengan keluhan keluar air dari
jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. TD 120/80 mmHg. His 3x/10’/45”, PD buka 5 cm, portio
tipis, ketuban (-), tidak ada bagian menumbung.
Apakah konseling yang tepat dilakukan?
A. Posisi ibu yang tepat
B. Pemenuhan nutrisi ibu
C. Cara meneran yang baik
D. Teknik pengurangan nyeri
E. Dukungan selama persalinan

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penatalaksanaan Kala l
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Dalam asuhan persalinan normal menurut JNPK-KR (2008), penatalaksanaan pada ibu
bersalin kala I adalah sebagai berikut.
 Mempersiapkan ruangan persalinan, partus set, bahan dan obat-obatan esensial,
peralatan untuk melakukan penjahitan luka, serta peralatan untuk resusitasi bayi baru
lahir.
 Memberi dukungan, serta menganjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
 Menganjurkan ibu untuk mencari posisi senyaman mungkin selama persalinan dan
melahirkan bayi, serta menganjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu
ibu berganti posisi.
 Menganjurkan ibu untuk terus makan makanan ringan dan minum air selama
persalinan dan proses kelahiran bayi.
 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan, sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin.
 Menjaga lingkungan tetap bersih untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman
bagi ibu dan bayinya.
 Melakukan pemantauan kepada ibu.

Penyelesaian:
Pada kasus merupakan tanda-tanda persalinan kala I fase aktif, konseling yang tepat pada
kasus adalah dukungan selama persalinan.

 Jawaban: E
63. Seorang ibu usia 35 tahun baru saja melahirkan anak kelima di BPM Mengeluh pusing dan
lemas setelah bayi lahir. Hasil pemeriksaan perdarahan 250 cc, uterus lembek, TD 90/60
mmHg nadi 88x/menit, plasenta belum lahir.

Bagaimana penanganan yang tepat untuk kasus tersebut?


A. KBI
B. KBE
C. Plasenta manual
D. Pemberian oksitosin
E. Teruskan massase uterus

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua.
Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan
kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial. Apabila tersedia akses
dan mudah menjangkau fasilitas kesehatan rujukan, maka nasihati keluarga bahwa
mungkin ibu perlu dirujuk apabila plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir. Pada
menit ke-30, coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Tetapi apabila fasilitas
kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka sebaiknya
dilakukan tindakan plasenta manual. Untuk melaksanakan hal tersebut, pastikan bahwa
petugas kesehatan telah terlatih dan kompeten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur
yang diperlukan (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Pada kasus ibu usia 35 tahun baru saja melahirkan anak kelima dan plasenta belum lahir.
Penanganan selanjutnya adalah memberikan oksitosin kedua 10 unit secara IM.

 Jawaban: D
64. Seorang ibu melahirkan di BPM, ibu mengatakan bayi baru saja lahir, plasenta belum
lahir. Hasil pemeriksaan bayi menangis keras, warna kulit kemerahan.

Apakah tindakan bidan selanjutnya?


A. Menyuntikkan oksitosin
B. Cek janin tunggal
C. Massase uterus
D. Evaluasi perdarahan
E. Melakukan PTT

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Langkah Asuhan Persalinan Normal
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Dalam 60 langkah Asuhan Persalinan Normal, langkah pada asuhan bayi baru lahir adalah
lakukan. penilaian (selintas), keringkan tubuh bayi, periksa kembali uterus untuk
memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda
(gemelli), beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin, menyuntikkan oksitosin, klem tali
pusat, potong tali pusat, dan IMD.

Penyelesaian:

Pada kasus, setelah bayi lahir maka langkah selanjutnya adalah memeriksa kembali uterus
untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda
(gemelli).

 Jawaban: B
65. Seorang perempuan sedang dalam persalinan anak pertamanya di rumah bidan. Bayi sudah
lahir 30 menit yang lalu dengan menangis kuat, tonus otot baik, dan berwarna kemerahan.
Namun sampai saat ini plasental belum lahir dan terdapat banyak perdarahan.

Apa tindakan yang harus dilakukan?


A. Memberikan oksitosin 10 IU
B. Melakukan rujukan ke puskesmas
C. Melakukan manual plasenta
D. Melakukan rujukan ke rumah sakit
E. Menunggu sampai lahir sendiri

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Retensio Plasenta
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pada persalinan normal, plasenta setidaknya lahir dalam waktu 15 menit setelah bayi lahir.
Jika dalam 15 menit setelah bayi lahir dan telah dilakukan PTT namun plasenta belum
lahir, maka langkah yang harus dilakukan adalah pemberian suntikan oksitosin ke 2
sebanyak 10 IU. Kemudian dilakukan PTT ulang. Jika 15 menit kemudian (1/2 jam setelah
anak lahir) belum juga terlihat tanda gejala pelepasan plasenta, maka dilakukan pelepasan
plasenta secara manual dengan catatan jika ada perdarahan banyak. Manual dilakukan atas
indikasi perdarahan, bukan indikasi retensio plasenta. Jika tidak terjadi banyak perdarahan,
maka langkah yang tepat adalah melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap. (Sastrawinata, 2004)

Penyelesaian:

Berdasarkan kasus tersebut, ibu mengalami retensio plasenta karena ½ jam setelah bayi
lahir belum ada tanda pelepasan plasenta. Tindakan yang tepat adalah dengan melakukan
manual plasenta karena pada kasus terjadi perdarahan yang banyak. Dikhawatirkan jika
tidak segera dilakukan tindakan ibu kehabisan darah dan tidak dapat tertolong.

 Jawaban: C
66. Seorang perempuan sedang dalam proses. persalinan kala III. Pukul 10.30 bayi sudah lahir
dalam keadaan normal. Semenit kemudian ibu sudah diberikan suntikan oksitosin 10 IU di
1/3 paha atas lateral. Tali pusat sudah dipotong, bayi sudah dihangatkan dan plasenta lahir
pukul 10.45.

Apa langkah pertolongan persalinan yang harus dilakukan selanjutnya?


A. Menyuntikkan oksitosin
B. Melakukan jepit-jepit potong
C. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
D. Melakukan massase uterus
E. Melakukan pengecekan plasenta dan jalan lahir

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Manajemen Aktif Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Kala III persalinan dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Penatalaksanaan
persalinan kala III adalah sebagai berikut.

- Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin.


- Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (melakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
- Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3
cm dari pusat (umbikulus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
- Memotong dan mengikat tali pusat.
- Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Meletakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu.
- Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala.
- Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
- Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, di tepi atas sim sis, dan
menegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
- Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri).
- Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil pendorong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorsokranial.
- Saat plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
- Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus.
- Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh.
- Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum, serta melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif. (Kemenkes RI, 2013)

Penyelesaian:

Dari kasus tersebut, ibu sedang dalam fase kala III persalinan. Ibu sudah diberikan
suntikan oksitosin, pemotongan tali pusat, dan penegangan tali pusat terkendali. Plasenta
sudah lahir kurang dari 30 menit, sehingga langkah selanjutnya adalah tindakan massase
fundus uteri.

 Jawaban: D
67. Seorang perempuan sedang dalam persalinan kala III. Bayi dan plasenta telah lahir
lengkap. Setelah dilakukan massase, uterus teraba lunak dan banyak terjadi perdarahan
melalui jalan lahir Telah dilakukan pemberian oksitosin 10 IU dan dilakukan massase
uterus. Dilakukan pengecekan bekuan darah telah keluar dan kandung kemih kosong,
namun uterus tetap teraba lembek.

Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?


A. Kompresi bimanual interna
B. Kompresi bimanual eksterna
C. Pemberian meterghin 0,2 mg IM
D. Melakukan pemasangan infus RL 500 cc +20 IU oksitosin
E. Melakukan rujukan

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Tindakan Penanganan Atonia Uteri
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:
Atonia uteri adalah tidak adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir. Otot-otot yang
tidak berkontraksi menyebabkan perdarahan pada tempat implantasi plasenta.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penanganan kasus atonia uteri:

- Memberikan 10 IU oksitosin IM.


- Melakukan massage uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.
- Memeriksa kandung kemih, jika penuh lakukan kateterisasi.
- Melakukan kompresi bimanual interna selama maksimal 5 menit.
- Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Jika dengan 5 menit KBI ada kontraksi, tambah KBI 2 menit. Namun jika tidak ada
kontraksi maka melakukan kompresi bimanual eksterna dengan bantuan keluarga atau
asisten.
- Memberikan meterghin 0,2 mg IM (untuk ibu tidak hipertensi).
- Memasang infus RL 500 cc +20 IU oksitosin dengan jarum besar dan habiskan
secepat mungkin kemudian sambung dengan RL+ 20 IU oksitosin kedua.
- Lakukan rujukan sambil melakukan KBI sampai tujuan rujukan dengan lanjutan infus
RL kosong sampai mendapatkan 1,5 liter. (Ani dkk, 2015)

Penyelesaian:

Pada kasus tersebut, ibu mengalami atonia uteri, sehingga langkah yang tepat setelah
pengecekan kandung kemih kosong adalah melakukan kompresi bimanual interna.

 Jawaban: A
68. Seorang perempuan G1P0A0 usia 22 tahun datang ke Bidan Praktik Mandiri, mengeluh
seperti ingin melahirkan. Pada pukul 10.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan
hasil pembukaan 4 cm. Kemudian pukul 12.00 ibu mengatakan sudah tidak tahan lagi dan
kepala sudah tampak crowning, sehingga bidan segera melakukan pertolongan persalinan

Apa diagnosa yang tepat untuk kasus di atas?


A. Inersia uteri
B. Tetania uteri
C. Partus precipitatus
D. Partus macet
E. Persalinan palsu

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Persalinan Patologis
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:
Partus precipitatus adalah persalinan yang berlangsung dalam waktu kurang dari 3 jam,
sehingga dapat terjadi trauma janin dan jalan lahir. (Oxorn dan Forte, 2010 dan Manuaba,
2012)

Penyelesaian:

Dari kasus tersebut, ibu dapat didiagnosa mengalami persalinan precipitatus karena dari
pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap hanya memakan waktu 2 jam (kurang dari 3
jam).

69. Seorang ibu berusia 23 tahun baru saja melahirkan bayinya di BPM. Setelah bayi lahir,
bidan melakukan penilaian segera dengan hasil bayi menangis kuat dan kulit kemerahan
serta plasenta belum keluar.

Apakah tindakan bidan selanjutnya?


A. Melakukan PTT
B. Cek janin tunggal
C. Massase uterus
D. Melahirkan plasenta
E. Menyuntikkan oksitosin

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Langkah APN
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Dalam 60 langkah Asuhan Persalinan Normal, langkah pada asuhan bayi baru lahir adalah
sebagaiberikut.

 Lakukan penilaian (selintas)


 Keringkan tubuh bayi
 Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal)
dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin
 Menyuntikkan oksitosin
 Klem tali pusat
 Potong tali pusat
 IMD

Penyelesaian:

Pada kasus tersebut, setelah bayi lahir maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
bidan adalah memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
 Jawaban: B
70. Seorang perempuan G2P1A0 umur 27 tahun usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri, merasa kenceng-kenceng sejak pukul 11.00 WIB dan mengeluarkan
lendir bercampur darah serta nyeri pada punggung. Setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil TTV dalam keadaan normal, his 2x/10 menit selama 35 detik, DJJ 144x/
menit, pemeriksaan dalam pembukaan. serviks 3 cm, KK masih utuh.

Asuhan apa yang tepat diberikan oleh bidan?


A. Menganjurkan ibu untuk tiduran
B. Memberi kebebasan ibu untuk melakukan gerakan atau aktivitas
C. Menganjurkan ibu untuk posisi miring ke kiri
D. Merilekskan ibu
E. Menganjurkan ibu untuk tidak banyak bergerak

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Asuhan pada Kala Fase Laten
Kompetensi: Keterampilan Dasar dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pada kala fase laten, yang harus dilakukan oleh bidan adalah menenteramkan hati pasien.
Sangat baik pula jika bidan mengajak pasien untuk berdiskusi mengenai posisi apa yang
akan dipilih nanti saat melahirkan. Pada saat awal persalinan, pasien masih beradaptasi
dengan rasa sakit akibat kontraksi yang intensitasnya semakin lama semakin meningkat.
Biarkan ia melakukan gerakan atau aktivitas serta posisi yang ia rasa paling bisa
mengurangi rasa sakitnya atau tawarkan beberapa alternatif, misalnya mandi dengan air
hangat, jongkok, duduk di atas balon besar sambil membaca novel kesukaannya, dan lain-
lain. (Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Pada saat awal persalinan, pasien masih beradaptasi dengan rasa sakit akibat kontraksi
yang intensitasnya semakin lama semakin meningkat. Biarkan ia melakukan gerakan atau
aktivitas serta posisi yang ia rasa paling bisa mengurangi rasa sakitnya atau tawarkan
beberapa alternatif, misalnya mandi dengan air hangat, jongkok, duduk di atas balon besar
sambil membaca novel kesukaannya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, asuhan yang dapat
diberikan bidan, yaitu memberi kebebasan kepada ibu untuk memilih gerakan atau
aktivitasnya.

 Jawaban: B
71. Seorang perempuan berusia 23 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri diantar keluarganya, mengeluarkan lendir darah dan mules sejak 6 jam
yang lalu. TD 130/80 mmHg, nadi 88x/ menit, DJJ 143x/menit, pembukaan 5 cm, KK (+),
mengatakan khawatir dengan kondisinya dan terus menangis.
Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh bidan?
A. Menganjurkan ibu tirah baring
B. Membatasi makan dan minum
C. Menganjurkan ibu miring kiri
D. Memberi dukungan emosional
E. Menganjurkan ibu untuk tidak sering BAK

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Asuhan pada Kala I Fase Aktif
Kompetensi: Keterampilan Dasar dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Pada kala I fase aktif, keberadaan bidan sangat dibutuhkan oleh pasien. Kadang di saat
stres seperti ketika muncul kontraksi, memberi semangat sambil mengarahkan pasien
untuk menatap bidan akan banyak membantu, terutama untuk memandu teknik bernafas
lewat hidung dan mengeluarkan udara lewat mulut agar tetap stabil dan terkontrol. Jika
pasien mulai menangis, bisikkan kata kata lembut. Dukungan ini biasanya sudah cukup
membantu pasien untuk kembali bangkit dari keputusasaan dan membuat ia dapat
melakukan pengontrolan diri kembali. (Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Dalam mengatasi pasien yang menangis dan khawatir akan kondisinya, sebaiknya bidan
memberikan dukungan secara emosional agar pasien dapat mengontrol dirinya sendiri
dalam menghadapi persalinan.

 Jawaban: D
72. Seorang perempuan berusia 26 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri diantar suaminya. Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur dan sudah
keluar lendir bercampur darah Hasil pemeriksaan TTV normal, Ø lengkap, KK (-), kepala
turun hodge IV, DJJ 143x/menit. Setelah dipimpin meneran 15 menit, kepala bayi sudah
lahir dan melakukan restitusi.

Apakah mekanisme persalinan selanjutnya?


A. Engagement
B. Kelahiran bahu
C. Ekspulsi kepala
D. Putaran paksi dalam
E. Putaran paksi luar

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Mekanisme Persalinan Normal
Kompetens: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar
panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi:
a. Penurunan kepala
b. Penguncian (engagement)
c. Fleksi
d. Putaran paksi dalam
e. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi
f. Restitusi
g. Putaran paksi luar
h. Lahirnya bahu dan anggota badan bayi
(Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Dalam kasus telah disebutkan bahwa kepala bayi sudah lahir dan melakukan restitusi,
maka mekanisme persalinan selanjutnya, yaitu putaran paksi luar.

 Jawaban: E
73. Seorang perempuan berusia 32 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 38 minggu datang ke
Rumah Sakit diantar suami. Hasil pemeriksaan: TTV normal, Ø6cm, palpasi bagian
fundus teraba lunak, bulat, tidak melenting, dan susah digerakkan.

Diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut adalah….


A. Inpartu kala I fase aktif dengan letak melintang
B. Inpartu kalalfase aktif dengan presentasi kepala
C. Inpartu kala I fase laten dengan presentasi bokong
D. Inpartu kalalfase aktif dengan presentasi bokong
E. Inpartu kala I fase laten dengan presentasi kepala

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Presentasi Janin
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (serviks akan membuka atau menipis) dan akan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. (Saifuddin, 2009)

Kalal adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan
lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten (8 jam) di mana serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) di mana serviks membuka dari 3-10 cm.
(Sulistyawati, 2013)
Leopold I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus. Jika
teraba benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika
teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting dan susah digerakkan maka itu adalah
bokong janin. (Sulistyawati, 2009)

Penyelesaian:

Dalam kasus, pembukaan serviks adalah 6 cm di mana hal tersebut menunjukkan bahwa
sudah memasuki kala I fase aktif. Pada pemeriksaan leopold didapatkan hasil teraba lunak,
bulat, tidak melenting, dan susah digerakkan. Hal ini menunjukkan bahwa bagian yang
terdapat pada fundus adalah bokong janin. Jadi, diagnosa yang tepat adalah inpartu kala I
fase aktif dengan pesentasi bokong

 Jawaban: D
74. Seorang perempuan berusia 26 tahun, P1A0, usia kehamilan 40 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri dengan keluhan perut kenceng-kenceng sejak 8 jam yang lalu dan sudah
mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan: TTV dalam
batas normal, TFU 32 cm, his 3x dalam 10 menit lama 40 detik, DJJ 144x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 6 cm, KK (+). preskep, penurunan kepala di HI Diagnosa
kasus tersebut adalah....
A. Inpartu kala l
B. Inpartu kala I fase laten
C. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
D. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
E. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Fase Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Menurut Sursilah (2010), fase dalam kala persalinan adalah sebagai berikut.

a. Fase laten pada kala persalinan


Dimulai sejak awal berkontraksi yang menimbulkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hingga 8 jam.

b. Fase aktif pada kala persalinan


Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), uterus mengeras waktu kontraksi,
serviks membuka. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada fase aktif,
penurunan bagian terendah janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. Fase aktif
dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut.

1) Fase akselerasi
Pembukaan serviks bertambah dari 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2 jam.
2) Fase dilatasi maksimal
Pembukaan serviks berlangsung lebih cepat, yaitu 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu
2 jam.
3) Fase deselerasi
Pembukaan serviks melambat dari 9 cm menjadi lengkap dalam waktu 2 jam.

Penyelesaian:

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan, maka diagnosa yang tepat untuk
kasus ini adalah inpartu kala fase aktif dilatasi maksimal.

 Jawaban: E
75. Seorang perempuan berusia 26 tahun G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri mengeluhkan kenceng-kenceng dan ingin mengejan. Hasil pemeriksaan
TTV dalam keadaan normal, TBJ 3.800 g, kepala turun 3/5, DJJ 136x/menit, tampak
kepala di depan vulva 5 cm, bidan memimpin meneran hingga akhirnya kepala lahir
namun bahu anterior tidak dapat lahir.

Tindakan apa yang perlu dilakukan oleh penolong?


A. Litotomi
B. Sims kanan
C. Semi fowler
D. Mc. Robert
E. Dorsal recumbent

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan pada Distosia Bahu
Kompetensi: Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan mencoba
salah satu metode persalinan bahu. Penanganan distosia bahu salah satunya dengan posisi
Mc. Robert atau eksi tungkai yang nyata ke abdomen ibu. Perasat ini mendatarkan sakrum,
merotasikan sim sis pubis ke sudut yang lebih menguntungkan, dan mengurangi tarikan
yang diperlukan untuk melahirkan bayi (EGC, 2010).

Penyelesaian:
Pada kasus tersebut, terjadi persalinan dengan distosia bahu, sehingga perasat yang dapat
dilakukan bidan untuk membantu melahirkan bayi adalah dengan Mc. Robert.

 Jawaban: D
76. Seorang perempuan berusia 40 tahun, G5P4A0, hamil 40 minggu, telah melahirkan anak
perempuan di Bidan Praktik Mandiri, bayi menangis kuat warna kulit kemerahan dan
plasenta lahir lengkap Setelah 15 menit kelahiran, ibu mengeluhkan lemas. Hasil
pemeriksaan uterus lembek dan perdarahan pervaginam sebanyak satu bengkok besar.

Apakah tindakan pertama yang harus dilakukan bidan?


A. Memasang infus RL dengan 10 unit oksitosin
B. Melakukan massase uterus 15 detik
C. Melakukan kompresi bimanual interna
D. Melakukan kompresi bimanual eksterna
E. Memasang infus RL dengan 20 unit oksitosin

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Atonia Uteri
Kompetensi: Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Atonia uteri terjadi akibat kegagalan kontraksi otot rahim yang menyebabkan pembuluh
darah pada bekas implantasi terbuka sehingga menyebabkan perdarahan. Penyebab
terjadinya atonia uteri, yaitu keadaan umum ibu lemah atau ibu mengalami anemia,
grandemultipara, jarak kehamilan < 2 tahun, distensi rahim berlebihan (hidramnion dan
hamil kembar), serta tindakan persalinan seperti partus lama/persalinan terlantar dan
trauma persalinan seperti robekan vagina, robekan serviks, dan ruptur uteri. (EGC, 1994)

Penatalaksanaan menurut Marmi (2015):

a. Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin berada di dalam
mulut uterus atau di dalam uterus.
b. Segera mulai melakukan kompresi bimanual internal.
c. Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara perlahan tarik tangan penolong. Jika
uterus sudah mulai berkontraksi, lanjutkan memantau kondisi ibu secara ketat.
d. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta anggota keluarga melakukan
kompresi bimanual eksterna. Sementara penolong memberikan metergin 0,2 mg IM
dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat).
e. Jika uterus masih juga belum berkontraksi, mulai lagi kompresi bimanual interna
setelah Anda memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV.
f. Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk
melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat
rujukan atau sebanyak 1,5 liter seluruhnya diinfuskan kemudian teruskan dengan laju
infus 125 cc/jam.
Penyelesaian:

Berdasarkan keluhan yang dirasakan ibu dan juga hasil pemeriksaan, menunjukkan ibu
mengalami atonia uteri. Penanganan atonia uteri adalah dengan melakukan kompresi
bimanual interna untuk membantu uterus agar bisa berkontraksi dengan normal.

 Jawaban: C
77. Seorang perempuan umur 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan aterm, inpartu kala II. Hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan berat badan ibu 60 kg. TFU 40 cm, DJJ 136x/
menit dan teratur, His 4x/10 menit/50 detik. Setelah kepala lahir, bayi gagal melakukan
putaran paksi luar dan tetap pada posisi antero-posterior serta terlihat adanya tanda turtle
sign.

Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut?


A. Distosia bahu
B. Lilitan tali pusat
C. Inersia uteri
D. Hidrosefalus
E. Fetal distress

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penyulit Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih lebar dari kepalanya,
sehingga mempunyai risiko terjadi distosia bahu. Risiko akan meningkat dengan
bertambahnya perbedaan antara ukuran badan dan bahu dengan ukuran kepalanya. Pada
bayi makrosomia, perbedaan ukuran tersebut lebih besar dibanding bayi tanpa
makrosomia, sehingga bayi makrosomia lebih berisiko (Prawirohardjo, 2012).

Bahu macet (distosia bahu) adalah kelahiran janin dengan bahu anterior macet di atas sim
sis pubis dan tidak bisa masuk melalui pintu bawah panggul, sehingga bahu menjadi tidak
dapat digerakkan. Kondisi yang perlu diantisipasi terhadap kemungkinan adanya distosia
bahu salah satunya adalah janin besar yang ditemukan dari pemeriksaan palpasi. Diagnosis
distosia bahu adalah kepala janin dapat dilahirkan tapi tetap berada di dekat vulva, dagu
tertarik dan menekan perineum, tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang sim sis pubis. (Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Pada kasus, kepala bayi sudah bisa dilahirkan akan tetapi bayi gagal melakukan putaran
paksi luar dan tetap pada posisi antero-posterior serta terlihat adanya tanda turtle sign. Hal
ini menunjukkan adanya tanda distosia bahu. Selain itu, disebutkan bahwa TFU 40 cm,
yang menunjukkan bahwa TBJ 4.495 gram. Dalam hal ini, bayi termasuk makrosomi dan
menjadi penyebab terjadinya distosia bahu.

 Jawaban: A
78. Seorang perempuan berusia 20 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri pukul 15.00 WIB dengan keluhan kenceng-kenceng semakin kuat dan
sering sejak tadi pagi pukul 03.00 WIB Ibu mengatakan sudah keluar lendir darah dari
jalan lahir. Pada pemeriksaan diperoleh hasil pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi
kepala, penurunan kepala hodge II. His 4x/10 menit lamanya 40 detik, DJJ 136x/menit.

Pada jam berapa dilakukan pemeriksaan pembukaan serviks kembali?


A. 15.30 WIB
B. 16.00 WIB
C. 17.00 WIB
D. 18.00 WIB
E. 19.00 WIB

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Pemeriksaan Pembukaan Seviks pada Kala I Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Dasar Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan sangat penting dilakukan dalam masa
persalinan. Pada fase aktif, observasi lebih seksama dilakukan meliputi denyut jantung
janin setiap 1/2 jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam, nadi setiap 1/2
jam, pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam,
tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam, produksi urine, aseton, dan protein
setiap 2 sampai 4 jam. (JNPK-KR, 2008)

Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), uterus mengeras waktu kontraksi,
serviks membuka. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Pada fase aktif, penurunan bagian terendah janin
tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. (Sursilah, 2010).

Penyelesaian:

Berdasarkan kasus, pukul 15.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil
pembukaan serviks 8 cm. Secara teori, observasi pembukaan serviks dilakukan setiap 4
jam sekali. Akan tetapi, pembukaan 4 cm hingga 10 cm terjadi dengan kecepatan rata-rata
1 cm per jam. Pada kasus tersebut, untuk mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm masih
kurang 2 cm lagi. Apabila pemeriksaan dilakukan 4 jam lagi, maka akan terlalu lama
karena pembukaan hingga 2 cm hanya butuh 2 jam lagi. Jadi, pemeriksaan pembukaan
serviks tidak perlu menunggu 4 jam namun hanya 2 jam setelah pemeriksaan pada pukul
15.00 WIB. Jadi, pemeriksaan dilakukan pada pukul 17.00 WIB.

 Jawaban: C
79. Seorang perempuan berusia 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri dengan keluhan kenceng-kenceng teratur dan sudah mengeluarkan lendir
darah dan air ketuban. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg. N 82x/menit, RR =
22x/menit, S = 20x/menit, TFU = 30cm, His = 4x dalam 10 menit lama 40 detik. Hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 10 cm, KK (-), UUK kanan depan.

Tindakan apa yang dilakukan bidan selanjutnya?


A. Melakukan amniotomi
B. Memimpin meneran
C. Melakukan kateterisasi
D. Melakukan penyuntikan oksitosin
E. Menunggu hingga pembukaan lengkap

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal
Kompetensi: Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan
alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat di antara
kontraksi. Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar,
serta mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Catatkan hasil pemantauan pada partograf.
Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di
antara kontraksi. (JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus dijelaskan bahwa pembukaan sudah lengkap. Selain itu, terjadi pecah ketuban
secara spontan sehingga tidak perlu dilakukan tindakan amniotomi. Kandung kemih
kosong, sehingga tidak perlu dilakukan kateterisasi untuk mengeluarkan urine. DJJ dalam
batas normal dan his juga dalam keadaaan baik dan kuat. Jadi, pada kasus ini tindakan
yang tepat dilakukan oleh bidan adalah memimpin ibu meneran.

 Jawaban: B
80. Seorang perempuan berusia 23 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu, saat ini dalam
inpartu kala II di rumah sakit. Bidan sudah memimpin meneran selama 1 jam akan tetapi
bayi belum juga lahir. Hasil pemeriksaan: TTV dalam batas normal, DJJ 136x/menit,
kontraksi uterus kuat, kepala sudah tampak di introitus vagina.
Bagaimana asuhan yang harus diberikan oleh bidan?
A. Mempersiapkan rujukan
B. Tetap memimpin meneran hingga 1 jam lagi
C. Melakukan tindakan induksi
D. Melakukan konsultasi dengan dokter Sp.OG
E. Melakukan tindakan vacum

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Asuhan Kala II pada Primigravida
Kompetensi: Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Kala Il adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
(Sulistyawati, 2013)

Penyelesaian:

Berdasarkan teori yag sudah dijelaskan, bahwa lama persalinan kala II pada ibu
primigravida adalah 2 jam. Pada kasus sudah dipimpin meneran selama 1 jam, sehingga
masih ada toleransi waktu hingga 1 jam berikutnya. Oleh karena itu, asuhan yang harus
dilakukan bidan, yaitu tetap memimpin meneran hingga 1 jam lagi.

 Jawaban: B
81. Seorang perempuan usia 28 tahun hamil kedua dengan usia kehamilan 9 bulan datang ke
Bidan Praktik Mandiri pukul 20.00 WIB, mengeluhkan kenceng-kenceng. Hasil
pemeriksaan keadaan umum baik, TD 120/70 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 24x/menit,
TFU 31 cm, dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan serviks 6 cm,
kantong ketuban utuh, kepala turun di hodge III.

Kapan prediksi pembukaan lengkap pada kasus di atas?


A. 23.00 WIB
B. 00.00 WIB
C. 01.00 WIB
D. 02.00 WIB
E. 03.00 WIB

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Fase Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:
Pada saat persalinan akan dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal, dan fase deselerasi. Fase akselerasi adalah fase yang dalam waktu 2 jam serviks
akan mengalami pembukaan 3 cm sampai 4 cm. Fase dilatasi maksimal adalah fase di
mana serviks akan mengalami pembukaan secara cepat, yaitu selama 2 jam akan membuka
dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi adalah fase di mana serviks akan mengalami
pembukaan yang melambat kembali, dalam 2 jam akan terjadi pembukaan dari 9 cm
menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Pada fase dilatasi maksimal akan terjadi pembukaan
dengan keceptaan rata-rata 1 cm perjam pada perempuan nulipara atau primigravida dan 1
cm atau lebih pada perempuan multigravida. (Sulistyawati, 2012)

Penyelesaian:

Pada kasus seorang perempuan datang ke BPM pada pukul 20.00 WIB dan telah dilakukan
pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan serviks 6 cm. Sesuai dengan konsep teori,
apabila sudah terjadi fase dilatasi maksimal akan terjadi pembukaan dengan kecepatan 1
cm per jam, sehingga pada pukul 00.00 pembukaan akan lengkap.

 Jawaban: B
82. Seorang perempuan usia 32 tahun telah melahirkan anak keduanya pukul 21.35 WIB
secara spontan. Setelah bayi lahir, segera diberikan oksitosin 10 unit secara IM dan
dilakukan PTT, selang 15 menit kemudian belum ada tanda-tanda pelepasan plasenta lalu
diberikan oksitosin 10 unit secara IM lagi. Pada pukul 22.05 WIB, plasenta belum lahir
dan tidak ada perdarahan.

Diagnosa apakah yang tepat untuk kasus di atas?


A. Ruptur uteri
B. Atonia uteri
C. Retensio plasenta
D. Inersio uteri
E. Plasenta restan

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penyulit Kala III
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Retensio plasenta adalah keterlambatan kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
persalinan bayi. Pada beberapa kasus, dapat retensi plasenta berulang (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dapat dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan.
Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan implantasi plasenta
dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, serta plasenta perkreta.
Bidan hanya diberikan kesempatan untuk melakukan plasenta manual dalam keadaan
darurat dengan indikasi perdarahan lebih dari 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah
menunggu 30 menit). (Manuaba, 2007)
Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa setelah kelahiran bayi, disuntikkan oksitosin 10 unit secara
IM dan dilakukan PTT, selang 15 menit kemudian belum ada tanda-tanda pelepasan
plasenta lalu diberikan oksitosin 10 unit secara IM lagi belum ada tanda-tanda pelepasan
plasenta. Menurut konsep teori, retensio plasenta terjadi apabila adanya keterlambatan
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Jadi, diagnosa yang pada
kasus di atas adalah retensio plasenta.

 Jawaban: C
83. Seorang perempuan umur 29 tahun melahirkan anak pertamanya 15 menit yang lalu, bayi
lahir spontan, plasenta lahir lengkap BB bayi 4.500 g. Hasil pemeriksaan TFU 2 jari di
atas pusat, kontraksi keras, pengeluaran darah +350 cc, pada genetalia terdapat robekan
pada kulit, otot perineum dan otot s ngter ani.

Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus di atas?


A. Laserasi derajat |
B. Laserasi derajat Il
C. Laserasi derajat III
D. Laserasi derajat IV
E. Laserasi derajat V

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Laserasi Perineum
Kompetensi: Landasan Ilmiah dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan secara cepat dan tidak terkendali.
Laserasi derajat III adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum,otot perineum, dan otot s ngter ani (JNPK-KR, 2008).

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa pasien mengalami robekan pada kulit, otot perineum, dan
otot s ngter ani. Sesuai dengan konsep teori, kasus tersebut sesuai dengan laserasi derajat
III. Jadi, diagnosis pada kasus tersebut adalah laserasi derajat III.

 Jawaban: C
84. Berdasarkan kasus nomor 137, tindakan apakah yang harus dilakukan oleh bidan?
A. Merujuk
B. Menjahit laserasi
C. Mengosongkan kandung kemih
D. Mengukur tekanan darah
E. Memberikan anestesi lokal
PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Laserasi Perineum
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Laserasi derajat III adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, dan otot s ngter ani. Pada laserasi derajat III, penolong APN
tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga maupun empat,
sehingga apabila terjadi laserasi derajat tiga atau empat harus segera dirujuk ke fasilitas
rujukan atau rumah sakit. (JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus pasien mengalami laserasi derajat III, menurut konsep teori pada laserasi
derajat tiga maupun empat, penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi
laserasi perineum derajat tiga maupun empat. Oleh karena itu, terjadi laserasi derajat tiga
atau empat harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan atau rumah sakit. Jadi, apabila terjadi
laserasi derajat III segera dilakukan rujukan ke fasilitas rujukan atau rumah sakit.

 Jawaban: A
85. Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke Bidan Praktik Mandiri, usia kehamilan 28
minggu, mengatakan ini merupakan. kehamilan pertama, dan belum pernah mengalami
keguguran. Pemeriksaan fisik didapatkan DJJ berada di sebelah kiri dari ibu.

Diagnosis kebidanan yang tepat pada kasus di atas adalah....


A. Ibu usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin,
puki, presentasi kepala, siologis
B. Ibu usia 25 tahun usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup intrauterin, puki,
presentasi kepala, siologis
C. Ibu usia 25 tahun usia kehamilan 28 minggu G1P0A0
D. Ibu usia 25 tahun usia kehamilan 28 minggu G1P0A0, janin tunggal, hidup intrauterin,
puki
E. Ibu usia 25 tahun usia kehamilan 28 minggu G1P0A0, janin tunggal, hidup intrauterin,
puki, presentasi kepala

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Diagnosa Kebidanan
Kompetensi: Landasan Ilmiah dalam Praktik Kebidana
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Diagnosa kebidanan pada persalinan adalah sebagai berikut.


Ibu umur 20-30 tahun, G 4P 3A0, UK 36-40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin,
puka/puki, presentasi kepala, siologis.

Penyelesaian:

Diagnosa kebidanan yang benar berdasarkan kasus tersebut adalah ibu usia 25 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 28 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, puki, presentasi kepala,
dan siologis.

Jawaban: A

86. Seorang perempuan usia 32 tahun G3P2A0 usia kehamilan 43 minggu, belum ada tanda-
tanda persalinan. Setelah dilakukan pemeriksaan, TD 100/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
37°C DJJ 126x/menit.

Komplikasi apa yang pada kasus di atas?


A. Aspirasi mekonium
B. Bayi kecil
C. Bayi mengalami gangguan cerna
D. Hipertermi
E. Ikterus

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Komplikasi Serotinus
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidana
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Serotinus atau kehamilan lewat bulan adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih
dari 42 minggu. Masalah penentuan usia kehamilan tidak selalu mudah. Penanganan
umum yang dapat dilakukan adalah melakukan kon rmasi umur kehamilan bayi dan
evaluasi kesejahteraan janin. Komplikasi yang terjadi adalah anak besar yang dapat
menyebabkan disproporsi sefalopelvik, oligohidramnion yang dapat menyebabkan
kompresi tali pusat, gawat janin sampai janin meninggal, dan keluarnya mekonium yang
dapat menyebabkan aspirasi mekonium. (Manuaba, 2007

Penyelesaian:

Pada kasus disebutkan bahwa ada perempuan sedang hamil 43 minggu. Menurut teori,
apabila kehamilan lebih dari 42 minggu merupakan kehamilan serotinus atau kehamilan
lewat bulan. Kehamilan dengan serotinus dapat menyebabkan anak besar yang dapat
menyebabkan disproporsi sefalopelvik, oligohidramnion yang dapat menyebabkan
kompresi tali pusat, gawat janin sampai janin meninggal, dan keluarnya mekonium yang
dapat menyebabkan aspirasi mekonium. Jadi, komplikasi yang terjadi adalah aspirasi
mekonium.
 Jawaban: A
87. Seorang perempuan usia 30 tahun. G3P2A1, usia kehamilan 39 minggu datang ke Bidan
Praktik Mandiri mengeluhkan kenceng-kenceng dan ingin meneran Hasil pemeriksaan
didapatkan hasil bahwa TTV dalam batas normal, TBJ 3.700 g DJJ 138x/menit,
pemeriksaan dalam pembukaan serviks lengkap. KK (-), kepala turun di hodge III,
perineum kaku.

Apakah tindakan yang tepat untuk kasus di atas?


A. Amniotomi
B. Episiotomi
C. Kateterisasi
D. Pimpin meneran
E. Menahan perineum

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Tindakan Episiotomi
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Menurut Varney (2008), perineum harus dievaluasi sebelum waktu kelahiran untuk
mengetahui panjangnya, ketebalannya, dan distensibilitasnya. Evaluasi ini dapat
membantu membentuk apakah episiotomi diindikasikan atau tidak, apabila akan dilakukan
episiotomi harus diperhatikan episiotomi apa yang akan diperlukan. Perineum yang sangat
tebal biasanya ditemukan pada atlet, yang merupakan hasil perkembangan otot yang
berlebihan, dan cenderung kaku serta resisten terhadap distensi, sehingga memerlukan
episiotomi. Episiotomi dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera terhadap s ngter dan
dinding rektum.

Penyelesaian:

Pada kasus didapatkan hasil pemeriksaan, yaitu pembukaan sudah lengkap, TBJ bayi
3.700 gram, kepala sudah di hodge III serta perineum pasien kaku. Tindakan yang tepat
untuk kasus di atas adalah episiotomi, dikarenakan tafsiran berat bayi besar dan perineum
ibu kaku untuk mengurangi terjadinya cedera terhadap s ngter dan dinding rektum.

 Jawaban: B
88. Seorang perempuan umur 22 tahun melahirkan anak pertamanya 15 menit yang lalu bayi
lahir spontan, plasenta lahir lengkap Hasil pemeriksaan TFU 2 jari di atas pusat. kontraksi
keras, pengeluaran darah +300 cc. pada genetalia terdapat robekan pada kulit dan otot
perineum.

Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus di atas?


A. Laserasi derajat I
B. Laserasi derajat II
C. Laserasi derajat III
D. Laserasi derajat IV
E. Laserasi derajat V

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalina
Kunci Masalah: Laserasi Perineum
Kompetens: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan secara cepat dan tidak terkendali.
Laserasi derajat Il adalah laserasi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
dan otot perineum. (JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Dalam kasus disebutkan bahwa pasien mengalami robekan pada kulit dan otot perineum.
Berdasarkan konsep teori, kasus tersebut sesuai dengan laserasi derajat II. Jadi, diagnosis
pada kasus tersebut adalah laserasi derajat II.

 Jawaban: B
89. Seorang perempuan usia 20 tahun telah melahirkan anak pertamanya di Bidan Praktik
Mandiri, kontraksi uterus baik, TFU setinggi pusat. Tali pusat baru saja dilahirkan.

Tindakan apa yang harus dilakukan oleh bidan sesuai dengan APN?
A. Massase fundus uteri
B. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
C. Menyuntikkan oksitosin
D. Memeriksa bayi
E. Memeriksa perdarahan

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Manajemen Aktif Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Perencanaa
Konsep Teori:

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sebagai berikut.
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
2. Melakukan penengangan tali pusat terkendali.
3. Massase fundus uteri.
(JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:
Pada kasus disebutkan bahwa tali pusat nampak di introitus vagina. Sesuai dengan konsep
teori, terdapat 3 langkah utama manajemen aktif kala III, yaitu pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat
terkendali dan massase fundus uteri. Jadi, tindakan yang perlu dilakukan setelah
pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir adalah dengan
melakukan penegangan tali pusat terkendali.

 Jawaban: B
90. Seorang ibu G1P0A0 tengah dalam persalinan kala II. Telah di pimpin meneran selama 40
menit. Setelah pemberian asupan cairan dan makanan, ibu dapat mengejan dengan baik. 5
menit kemudian kepala lahir namun bahu anterior masih tertahan.

Komplikasi apa yang mungkin terjadi?


A. Cerebral palsy
B. Dislokasi tulang servikalis
C. Cedera tangan
D. Kelemahan saraf vertebra
E. Cephal hematoma

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Komplikasi Distosia Bahu
Kompetensi: Landasan Ilmiah dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus), cedera
pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak.
Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan
putaran pada kepala dan leher. (Prawirohardjo, 2010)

Penyelesaian:

Pada kasus distosia bahu, manuver pengeluaran bahu dapat berisiko untuk terjadi fraktur
tulang (klavikula dan humerus), cedera pleksus brakhialis, hipoksia, dislokasi tulang
servikalis.

 Jawaban: B
91. Seorang ibu G3P2A0 dalam persalinan kala III. Bayi telah lahir 15 menit yang lalu. Telah di
berikan oksitosin 10 IU dalam waktu 1 menit setelah lahir.

Apakah tindakan yang harus dilakukan bidan?


A. Tunggu 15 menit lagi
B. Melanjutkan PTT
C. Memberikan oksitosin 10 IU
D. Memberikan oksitosin 20 IU
E. Manual plasenta
PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Retensio Plasenta
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua.
Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan
kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorsokranial seperti diuraikan di atas.
(JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Pada kasus, plasenta belum lahir setelah 15 menit, sehingga berdasarkan teori di atas,
tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM dosis
kedua.

 Jawaban: C
92. Seorang ibu usia 20 tahun P1A0. Telah melahirkan di Bidan Praktik Mandiri 1 jam yang
lalu. Ibu terlihat pucat, lemas, hasil pemeriksaan kontraksi lembek, TFU setinggi pusat,
perdarahan 500 cc.

Apakah diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus di atas?


A. Inversio uteri
B. Atonia uteri
C. Laserasi jalan lahir
D. Ruptur uteri
E. Solusio plasenta

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Perdarahan Pasca Persalinan
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Diagnosa
Konsep Teori:

Pada kehamilan cukup bulan, aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat
mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta
(JNPK-KR, 2008). Diagnosa atonia uteri dapat ditegakkan apabila setelah bayi dan
plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal, dan palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek
(Prawirohardjo, 2010).

Penyelesaian:
Pada kasus, keadaan ibu terlihat pucat, lemas, hasil pemeriksaan kontraksi lembek, TFU
setinggi pusat, perdarahan 500 cc. Berdasaran teori, dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu
mengalami atonia uteri.

 Jawaban: B
93. Bayi lahir spontan. Kemudian bidan memastikan tidak ada janin kedua.

Tindakan apa yang selanjutnya di lakukan oleh bidan?


A. MAK III
B. Penegangan tali pusat terkendali
C. Menyuntikkan oksitosin 10 IU
D. Menyuntikkan oksitosin 20 IU
E. Melakukan massase fundus

PEMBAHASAN
Stase: Persalinan
Kunci Masalah: Manajemen Aktif Kala III
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Dalam JNPK-KR, setelah bayi lahir dan dipastikan tidak ada janin kedua, maka
dilanjutkan dengan memberi tahu ibu bahwa dirinya akan disuntik, segera (dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada bagian atas paha bagian
luar (aspektus lateralis).

Penyelesaian:

Setelah bidan mengecek janin kedua, langkah selanjutnya adalah memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM karena oksitosin dapat merangsang fundus uteri untuk berkontraksi
dengan kuat dan efektif, sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi
kehilangan darah.

 Jawaban: C
94. Seorang perempuan 23 tahun, hamil 9 bulan. Datang ke bidan mengatakan ingin bersalin.
Ibu sudah menunjukkan tanda-tanda persalinan. Ibu mengeluhkan merasa sesak dan
mempunyai riwayat penyakit asma.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh bidan?


A. Pemberian oksigen adekuat kemudian rujuk
B. Pemantauan persalinan
C. Miring ke kiri
D. Pemberian kortikosteroid sistemik
E. Segera melakukan rujukan

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Komplikasi
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Langkah penanganan asma menurut Williams Obstetrics dalam Prawirohardjo (2010), saat
persalinan adalah pemeriksaan FEV, PEFR saat masuk rumah sakit dan diulang bila
timbul gejala Pemberian oksigen adekuat, pemberian kortikosteroid sistemik (hidokortison
100 mg iv tiap 8 jam), anastesi epidural selama proses persalinan.

Penyelesaian:

Berdasarkan teori tersebut, maka penanganan awal yang dapat dilakukan oleh bidan
adalah pemberian oksigen adekuat kemudian melakukan rujukan

 Jawaban: A
95. Seorang primigravida hamil aterm datang ke BPM mengeluh kenceng kenceng, hasil
pemeriksaan 09 cm, oksiput melintang, KK +, his adekuat.

Posisi apakah yang efektif meperbaiki posisi oksiput melintang menjadi anterior?
A. Jongkok
B. Berdiri
C. Terlentang
D. Setengah duduk
E. Miring kiri

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Posisi Meneran
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Perencanaan
Konsep Teori:

Ibu dapat melahirkan bayinya dengan posisi apapun kecuali posisi terlentang karena dapat
mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-plasenta sehingga akan menyebabkan
hipoksia pada janin. Posisi merangkak dan miring ke kiri membuat ibu lebih nyaman dan
efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi
oksiput melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior. (JNPK-KR, 2008)

Penyelesaian:

Jadi, posisi ibu yang paling efektif untuk merubah posisi oksiput melintang berputar
menjadi oksiput anterior adalah posisi merangkak atau miring ke kiri.

 Jawaban: E
96. Seorang perempuan 20 tahun hamil 32 minggu datang ke BPM mengeluh pandangan
kabur, nyeri ulu hati, pusing kepala menetap TD=160/110 mmHg, N = 82x/menit, R=20x/
menit.

Pemeriksaan penunjang apakah yang dilakukan bidan untuk menunjang diagnosa kasus di
atas?
A. Pemeriksaan darah rutin
B. Pemeriksaan keton
C. Pemeriksaan gula darah
D. Pemeriksaan protein urine
E. Pemeriksaan re ek patella

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Deteksi Dini Komplikasi
Kompetensi: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Implementasi
Konsep Teori:

Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 110 mmHg disertai dengan proteinuria lebih 5 g/24 jam.
(Prawirohardjo,2010)

Penyelesaian:

Dari de nisi tersebut, maka untuk menegakkan diagnosa preeklampsia berat diperlukan
pemeriksaan protein urine. Preeklampsia juga dapat digolongkan preeklampsia berat, bila
ditemukan satu atau lebih gejala tersebut.

 Jawaban: D
97. Seorang wanita usia 25 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu. Datang ke bidan mengeluhkan
kenceng-kenceng teratur keluar lendir darah dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan TTV
dalam batas normal His 3 kali dalam 10 menit lama 30 detik, pembukaan 3 cm.

Berapa jam lagi dilakukan pemeriksaan dalam?


A. 2 jam
B. 3 jam
C. 4 jam
D. 5 jam
E. 6 jam

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Pemeriksaan Dalam
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Perencanaan
Konsep Teori:
Pada kala I persalinan, pemeriksaan dalam adalah pembukaan serviks dan penurunan
kepala janin dipantau setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
(JNPK-KR,2010)

Penyelesaian:

Pada kasus, tidak ditemukan keadaan tanda-tanda penyulit, sehingga rencana pemeriksaan
dalam dilakukan 4 jam kemudian.

 Jawaban: C
98. Seorang wanita G2P1A0 telah melahirkan anaknya 30 menit yang lalu di Polindes, namun
plasenta belum lahir dan tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.

Apa yang harus bidan lakukan pada kasus di atas?


A. Memberikan oksitosin 10 IU
B. Melakukan manual plasenta
C. Melakukan rujukan
D. Terus melakukan PTT
E. Merangsang fundus uteri

PEMBAHASAN
Stase: Asuhan Persalinan
Kunci Masalah: Penanganan Retensio Plasenta
Kompetensi: Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
Tinjauan (Sub Kompetensi): Perencanaan
Konsep Teori:

Apabila setelah 30 menit bayi lahir, plasenta belum keluar maka rujuk segera. Tetapi
apabila fasilitas kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan, maka
sebaiknya dilakukan tindakan plasenta manual. Pastikan petugas kesehatan terlatih dan
kompeten melakukan tindakan tersebut.

Penyelesaian:

Pada kasus, plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir dan tidak menunjukkan
adanya perdarahan, sehingga tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah melakukan
rujukan karena dikhawatirkan tempat implantasi plasenta yang dalam.

Jawaban: C

Anda mungkin juga menyukai