Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

KESENJANGAN GENERASI ANTARA GURU & MURID


SEBAGAI TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN

Hani Ayu Rahmatiah1 dan Nur Asiyah2


1,2
Universitas PGRI Palembang
e-mail: haniayu@gmail.com

Abstrak— Perkembangan teknologi memang berpengaruh terhadap semua sector kehidupan,


terutama pendidikan. Saat ini hamper seluruh negara di dunia mengupayakan digitalisasi
pendidikan, tak terkecuali Indonesia. Berbagai kebijakan telah diterapkan pemerintah untuk
mendukung digitalisasi pendidikan Indonesia. Hal tersebut dilakukan dalam rangka
meningkatkan daya saing Negara menghadapi Revolusi Industri 4.0. Di tengah upaya
pemerintah memaksimalkan penerapan teknologi dalam pendidikan ini, satu tantangan yang
harus dihadapi ialah membangun kesiapan para pengajar di Indonesia untuk menjadikan
teknologi sebagai kata lisator keberhasilan proses belajar-mengajar. Namun pada
kenyataannya, untuk membangun kesiapan para pengajar ini tidaklah mudah. Satu penyebab
utama ialah karena adanya kesenjangan generasi antara guru dan murid.Guru yang saat ini
didominasi oleh generasi yang tergolong “digital immigrants” sedangkan murid mereka saat ini
merupakan “digital natives”. Kesenjangan generasi ini berpengaruh pada presepsi masing-
masing terhadap teknologi serta kemampuan dalam mengadaptasikan teknologi tersebut.
Ketika informasi begitu mudah didapatkan tanpa guru, serta guru tidak lebih mahir dari pada
muridnya dalam literasi digital, akan ada masalah-masalah baru yang timbul dalam dunia
pendidikan, terutama terhambatnya penerapan digitalisasi pendidikan. Oleh sebab itu, sebagai
pendidik, guru saat ini haruslah mampu memahami bahwa muridnya benar-benar harus
menguasai teknologi, begitu pula dirinya.

Kata Kunci— Kesenjangan Generasi, Digitalisasi Pendidikan, Revolusi Industri 4.0, Digital
Natives, Digital Immigrants

Abstract— The technology development has been affecting all sectors in life, especially
education. Most of all the countries in this world are empowering the use of high-technology
tools in education, including Indonesia. There are sorts of policies made by the government to
support the digitalization of education. Those are conducted to make Indonesia can compete to
other countries in the Industry 4.0 Revolution era. While the goverment is trying to maxime the
use of technology in education, we are faced by one big challege: the readiness of teacher to
use the technology as a catalyst for the suceed of teaching and learning process. However, it is
not an easy thing to do. There is a generation gap among today’s teachers as ‘digital
immigrants’ and students as ‘digital natives’. This gap affects to their preception and process of
adaptation to the technology. When the students can access all of the information they need to
know without teacher, and teachers are having lack of digital literacy skills, those will cause sort
of new problems in education, especially the obstruction of digitalization of education. So, as
eduators, the today’s teacher should understand that their students have to master the
technology, so do they.

Keywords— Generation Gap, Digitalization of Technology, Industry 4.0 Revolution, Digital


Natives, Digital Immigrants

—————————— ◆ ——————————

PENDAHULUAN
Pada April 2018 lalu, Pemerintah rumusan prioritas Republik Indonesia dalam
Indonesia melalui Kementerian meningkatkan daya saing secara global di
Perindustrian meluncurkan peta era revolusi industri 4.0. Menteri
jalan‘Making Indonesia 4.0’. Sebuah Perindustrian, Airlangga Hartarto

305
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

menuturkan “Pada revolusi industri keempat, Indonesia 4.0’. Berdasarkan riset dari
menjadi lompatan besar bagi sektor industri, McKinsey pada September 2017, untuk
dimana teknologi informasi dan komunikasi menghasilkan outcome yang unggul melalui
dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya pendidikan, diperlukan tiga hal fundamental
dalam proses produksi, melainkan juga di yaitu mindset pelajar, kualitas guru, serta
seluruh rantai nilai industri sehingga fasilitas untuk belajar secara mandiri. Untuk
melahirkan model bisnis yang baru dengan mengintegrasikan ketiga faktor pendukung
basis digital guna mencapai efisiensi yang ini, penggerak utamanya ialah guru itu
tinggi dan kualitas produk yang lebih baik,”. sendiri.
Oleh sebab itulah, perubahaan yang Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005
dibawa oleh Revolusi Industri 4.0 ini juga Bab II Pasal 6, kedudukan guru berfungsi
berpengaruh terhadap sistem pendidikan di untuk mewujudkan tujuan pendidikan
Indonesia. Dalam penerapannya, saat ini nasional, yaitu “berkembangnya potensi
Indonesia telah bergerak maju dalam peserta didik agar menjadimanusia yang
digitalisasi dunia pendidikan. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Beberapa kebijakan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
mengintegrasikan pendidikan dengan cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
teknologi sudah diterapkan di Indonesia negara yang demokratis dan bertanggung
seperti penggunaan buku elektronik, jawab. Oleh sebab itulah, idealnya para guru
penyediaan perangkat multi-media di tidak hanya mampu menyalurkan ilmu
sekolah, pengadaan Ujian Nasional pengetahuan, tetapi juga membentuk
Berbasis Komputer (UNBK) dan juga mindset siswa-nya agar mau untuk maju dan
penerapan pendekatan Science, berkembang serta memotivasi siswanya
Technology, Engineering, Mathematics agar memiliki keinginan untuk belajar
(STEM) dalam proses pembelajaran. Namun sesuatu secara mendalam dengan mandiri
dalam penerapannya, hal yang paling utama dan memanfaatkan teknologi yang
tentu bukan hanya tentang fasilitas apa saja ada.Untuk itu, diperlukan guru mampu
yang disediakan pemerintah atau kebijakan membimbing siswanya menggunakan
seperti apa yang diterapkan dalam segala produk globalisasi dan revolusi
kurikulum pendidikan, tapi bagaimana industri 4.0, agar efisiensi dalam proses
kesiapan sumber daya manusia, dalam hal belajar-mengajar dapat terwujud serta dapat
ini para tenaga pengajar dalam menghasilkan outcome dengan kualitas
menghasilkan outcome yang dapat yang tinggi.
mendorong Indonesia unggul saat bersaing Dilansir kompas.com, Direktur
di era revolusi industri 4.0. Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Permasalahan sumber daya manusia (Ditjen DTK), Supriano (26/11/18)
memang sudah termasuk kedalam 10 mengungkapkan meskipun teknologi
prioritas di dalam rumusan roadmap ‘Making informasi berkembang demikian cepat dan

306
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

sumber-sumber belajar begitu mudah KARAKTERISTIK GENERASI


diperoleh, peran guru sebagai pendidik tidak Salah satu faktor akusisi seseorang
tergantikan oleh kemajuan teknologi terhadap teknologi adalah usia. Rentan usia
tersebut. Seorang guru harus mampu tertentu saat ini telah dirumuskan menjadi
mengarahkan dahsyatnya perkembangan segmentasi generasi berdasarkan karakter-
teknologi menjadi potensi positif alih-alih karakter uniknya. Salah satunya ialah
terkena dampak negatifnya. Namun harapan segmentasi generasi menurut Mark
ini tentu tidaklah mudah untuk McCrindle dalam Bukunya The ABC of XYZ
diaktualisasikan. (2011). McCrindle memulai segmentasi
Satu sisi yang sangat menarik untuk generasinya dimulai dari mereka lahir pada
dibahas dalam integrasi proses pendidikan 1901-1924 sebagai generasi federasi,
dan teknologi ini adalah bagaimana cara hingga mereka yang lahir pada 2010
pandang serta penggunaan teknologi di sebagai generasi alpha. Namun, dalam
bidang pendidikan dari sisi penggunanya, dunia pendidikan Indonesia, mereka yang
dalam hal ini dari guru dan murid sebagai terlibat saat ini hanyalah mereka yang
user-nya (Kristiawan, 2014). Berdasarkan terasuk sebagai generasi Baby Boomers, X,
usia, antara guru dan siswa terdapat Y, Z dan Alpha.
‘kesenjangan generasi’. Indonesia saat ini
memiliki lebih dari 3 juta guru yang tersebar 1. Baby Boomers
di seluruh Indonesia. Pada tahun 2017, Generasi ini merupakan generasi yang
sekitar 52% dari jumlah guru tersebut lahir pada tahun 1946-1964. Mereka
berusia 20-39 tahun, 22% berusia 40-49 dan dilahirkan setelah tragedi perang dunia
25% diantaranya berusia 50 keatas. kedua. Dalam kaitannya dengan dunia
Berdasarkan segmentasi generasi oleh Mark digital, generasi ini disebut sebagai digital
McCrindle, ini berarti guru-guru di Indonesia immigrants. Dimana mereka tumbuh dengan
sebagian besar termasuk kedalam generasi sedikit pengaruh teknologi. Hanya teknologi
Y dan X.Sedangkan untuk siswanya di seperti radio, televisi dan telepon yang
semua tingkatan,saat ini berusia 6-17 tahun masuk ke kehidupan mereka. Secara garis
yang berarti mereka termasuk kedalam waktu, teknologi ini masuk bahkan disaat
golongan generasi Z dan Alpha. mereka sudah menginjak usia dewasa.
Dengan adanya fakta bahwa terdapat Sehingga mereka tidak terlalu
kesenjangan generasi saat ini dalam menggantungkan kehidupannya kepada
pendidikan di Indonesia, peneliti tertarik teknologi yang berkembang saat itu. Bahkan
untuk membahas lebih dalam terkait sebagian mereka juga ‘menolak’ kehadiran
bagaimana perbedaan generasi dapat produk teknologi tersebut. Dalam bidang
menjadi tantangan dalam menjalankan pendidikan, generasi ini adalah generasi
digitalisasi pendidikan. yang menyukai pembelajaran yang
terstruktur dan didominasi dengan kegiatan

307
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

duduk dan mendengarkan saja. berkaitan dengan teknologi dan kecerdasan


2. Generasi X artifisial. Untuk proses belajar, generasi Z
Lahir pada tahun 1965-1979, Generasi tidak hanya fokus belajar pada satu sumber
X mendapati masa remajanya saat teknologi saja. Untuk hal-hal yang dibutuhkannya, ia
digital ulai berkembang. Di masa mereka akan mencari sumber pembelajaran dari
adalah saat komputer mulai dikembangkan berbagai jenis platform. Dunia digital adalah
bersama dengan teknologi intranet dan ‘tempat hidup’ mereka, dimana mereka
internet. Mereka yang lahir dalam generasi menggunakannya untuk bersosialisasi,
ini disebut juga sebagai digital adaptives sehingga tidak heran Generasi Z juga
karena kemampuan mereka menerima adalah generasi yang sangat peduli dengan
produk teknologi yang bisa mereka isu moral yang berkaitan dengan dunia
manfaatkan dalam kehidupan jangka digital seperti pembajakan.
panjang. Dalam pendidikan, generasi X 5. Generasi Alpha
adalah generasi ‘penggerak’ yang Generasi ini lahir pada tahun 2010
cenderung menyukai sistem belajar dengan hingga 2024. Merekalah generasi yang
melakukan. Sehingga model pembelajaran paling tinggi tingkat literasi teknologinya.
mereka adalah dengan model partisipatif. Generasi ini hidup berdampingan dengan
3. Generasi Y teknologi kecerdasan artifisial sehingga
Generasi ini lahir pada tahun 1980 mereka juga tumbuh sebagai creator.
hingga 1994. Generasi ini merupakan Generasi alpha adalah generasi yang
generasi yang disebut sebagai digital sangat demanding, dimana mereka terbiasa
natives yang lahir ‘berbarengan’ dengan dengan mudah mendapatkan informasi yang
teknologi online, mobile dan komputerisasi. mereka cari. Sehingga kecepatan dan
Sehingga mereka tumbuh bersama ketepatan sangat penting bagi mereka.
perkembangan teknologi itu sendiri. Generasi ini juga sangat menyukai
Generasi Y lebih menyukai berkomunikasi pembelajaran secara virtual.
melalui teks dan sosial media. Para generasi
Y ini menyukasi sistem pembelajaran yang KESENJANGAN GENERASI DALAM
interaktif dan melibatkan teman sebaya. PENDIDIKAN
Generasi ini juga menuntut kebebasan dan Menurut Marc Prensky (2001), murid
fleksibilitas dari segala aspek kehidupannya. yang saat ini duduk di bangku sekolah
4. Generasi Z bukan lagi orang-orang yang cocok untuk
Generasi yang lahir pada tahun 1995 desain pendidikan konvensional. Ada
hingga 2009 ini dikenal sebagai banyak perubahan yang terjadi dikarenakan
“technoholics”. Masa mereka adalah dimana perkembangan teknologi yang begitu cepat
masa penggunaan Artificial Intelligence, 3D dan meluas di akhir abad 20. Perbedaan
Printing, Driveless Cars dan sebagainya. teknologi yang digunakan, juga
Hampir semua aspek kehidupan generasi Z mempengaruhi cara seseorang untuk

308
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

melakukan sesuatu, termasuk belajar. Marc mempelajarinya.


Prensky mengklasifikasikan pengguna Para digital immigrants juga tidak
teknologi yang ada saat ini menjadi dua: mempercayai bahwa murid-muridnya dapat
Digital Natives dan Digital Immigrants. Yang belajar dengan maksimal saat mereka
termasuk sebagai digital native saat ini sedang menonton tv atau mendengarkan
merupakan murid-murid yang berada di musik. Karena para digital imigrants ini tidak
sekolah. Sedangkan digital immigrant bisa melakukannya.Sebuah studi yang
merupakan guru-gurunya. dilakukan oleh Pew Research Center pada
Dalam proses belajar dan mengajar, tahun 2018 menunjukkan bahwa 72% orang
digital natives dan digital immigrants tua di Amerika Serikat menganggap
memiliki karakteristik yang sangat bertolak anaknya ‘tidak fokus’ saat diajak berbicara
belakang. Menurut Prensky, para digital ketika mereka menggunakan handphone,
natives terbiasa menerima informasi dengan walaupun pada kenyataannya hanya 31%
cepat, mereka juga sangat menyukai sesi dari anak-anak usia 13-17 tahun tersebut
paralel dan multi-tasking. Mereka lebih yang benar-benar kehilangan fokusnya.
mengutamakan grafis ketimbang teks. Perbedaan pandangan, anggapan,
Mereka juga sangat menyukai kerjasama. dan kemampuan antar generasi ini tentu
Mereka dapat termotivasi dengan reward- menimbulkan masalah dalam pendidikan.
reward kecil serta mereka sangat menyukai Satu contoh pernyataan siswa yang dikutip
permainan untuk hal-hal yang serius. Prensky adalah “I went to a highly ranked
Di sisi yang berbeda, para guru yang college where all the professors came from
didominasi oleh Digital Immigrants MIT, But all they did was read from their
mempertahankan karakteristiknya dalam textbooks. I quit.”. Siswa saat ini memiliki
proses belajar yang lambat, step by step, ekspektasi yang tinggi terhadap proses
satu pelajaran sekali waktu, belajar secara belajarnya, pasalnya mereka memiliki akses
individu. Di Indonesia, berdasarkan survei informasi yang luas melalui berbagai
dari Pusat Teknologi Informasi dan platform dan cara. Apa yang mereka
Komunikasi (Pustekkom) Kementerian dapatkan secara mandiri, tentu akan
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi pembanding bagi informasi atau
menyatakan saat ini hanya 40% guru yang ilmu yang ia dapatkan ketika berada di
siap dengan teknologi, dan 60% nya mereka dalam kelas.
belum siap dengan perubahan zaman yang Saat ini, setidaknya ada dua opsi yang
sangat pesat, mereka beranggapan bahwa bisa dilakukan dalam proses pembelajaran
usia yang sudah tua bukanlah menjadi hal di kelas saat antara guru dan murid memiliki
yang utama untuk mempelajari teknologi, kesenjangan yang cukup jauh. Pertama,
tidak adanya pelatihan dan dorongan memaksa murid untuk belajar dengan cara
semangat yang kuat sehingga membuat konvensional, atau kedua, mendorong para
mereka tidak merasa penting pengajar untuk mempelajari metode dan

309
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

konten yang terbarukan untuk anak untuk mengoperasikan perangkat tersebut.


muridnya. Namun menurut Prensky, Murid yang lebih pandai menggunakan
sangatlah tidak mungkin untuk melakukan teknologi bukanlah ancaman bagi para guru.
opsi yang pertama. Lantaran saat ini dunia Justru guru dapat mengambil manfaat dan
sudah banyak berubah, sehingga belajar dari mereka. Murid-murid saat ini
pendidikan juga harus bergerak searah bisa jadi lebih pandai dalam
kedepan. mengoperasikan perangkat tersebut, namun
untuk memberikan referensi mengenai nilai,
MENGHADAPI KESENJANGAN manfaat dan tujuan penggunaannya, hal
GENERASI SEBAGAI TANTANGAN tersebut dapat dijadikan andalan para guru
DIGITALISASI PENDIDIKAN untuk mengarahkan muridnya. Contohnya:
Dengan adanya perbedaan prinsip seorang guru harus mampu mengajarkan
dan cara yang dipegang teguh oleh tiap-tiap muridnya bagaimana menyaring dan
generasi, terutama dalam masalah menganalisa penemuannya di internet.
pendidikan berbasis teknologi, Wolsey & 3. Perluasan Jangkauan
Grisham (2010) merumuskan empat buah Jika sebagian orang beranggapan
prinsip yang bisa diterapkan para guru bahwa sistem pembelajaran online
dalam proses belajar-mengajarnya. membangun ‘dinding’ antara guru dan murid
1. Memposisikan Diri sebagai Fasiltator karena kurangnya interaksi secara fisik,
Seiring dengan semakin banyak dan namun pada kenyataannya pembelajaraan
mudahnya akses informasi didapatkan oleh secara online mampu membantu siswa
para siswa, tugas guru kini bukan lagi dalam belajar. Seorang siswa di area
sebagai sumber ilmu, tetapi lebih menjadi pinggiran bisa mendapatkan akses informasi
seorang fasilitator. Guru di era sekarang yang sama kualitasnya dengan mereka yang
diharapkan mampu menjadi jembatan antara berada di pusat kota. Seorang siswa juga
literasi konvensional dan digital. Seorang mendapatkan informasi yang mereka
guru tidak harus menjadi ahli dalam butuhkan dari sumber yang lebih kredibel.
pengoperasian perangkat digital, namun Oleh sebab itu, pembelajaran online
bisa menjadi pengarah bagi muridnya dalam sebenarnya dapat memberikan efektivitas
mendapatkan dan mengelola informasi dan efesiensi yang lebih dalam proses
menggunakan perangkat tersebut. belajar-mengajar.
2. Kolaborasi 4. Mengeksplorasi Teknologi Penunjang
Kemampuan mengoperasikan Pendidikan
perangkat teknologi merupakan salah satu Dikarenakan murid kita mampu
pembeda yang jelas antara digital natives mengeksplor informasi tanpa batas melalui
dan digital immigrants saat ini. Disaat internet, fungsi seorang guru ialah harus
sekolah menyediakan fasilitas projector, tak mampu untuk membawa mereka kedalam
jarang guru menginstruksikan muridnya ‘lingkungan virtual’ yang mendukung untuk

310
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

proses pembelajarannya. Contohnya, munculnya teknologi terbarukan dalam


dengan menggunakan Spotify, murid bisa bidang pendidikan serta bedanya
diarahkan untuk mendengarkan podcast pemahaman terhadap teknologi tersebut,
yang berkaitan dengan pelajaran mereka. seorang guru hendaknya melakukan
Atau penggunaan Reddit untuk keempat prinsip yaitu: menjadi fasilitator
diintegrasikan dengan materi pelajaran bagi murid, melakukan kolaborasi, melihat
mereka. manfaat dari teknologi serta mengeksplorasi
teknologi sebagai alat penunjang
KESIMPULAN pendidikan.
Setiap generasi memiliki perbedaan
dan keistimewaanya masing-masing dalam DAFTAR PUSTAKA
belajar. Generasi yang baik adalah generasi 1. Antara News, “40 Persen Guru yang
Siap dengan Teknologi” 4 Desember
yang dapat menghargai dan memahami
2018,
generasi yang lain. Tidak ada generasi yang https://www.antaranews.com/berita/774
246/40-persen-guru-yang-siap-dengan-
lebih baik atau generasi yang lebih buruk,
teknologi diakses 27 April 2019
karena semuanya sama-sama belajar dan 2. JDIH Kemenkeu, UU No.14 Tahun
2005,
terus belajar untuk memberikan kontribusi
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2005
yang terbaik dalam dunia pendidikan. /14TAHUN2005UU.htm , diakses 23
April 2019
Generasi yang sekarang ada karena adanya
3. Kemendikbud, “Statistik Pendidikan”
perbaikan-perbaikan atau perubahan- http://statistik.data.kemdikbud.go.id/inde
x.php diakses 27 April 2019
perubahan dari generasi sebelumnya. Oleh
4. Kementerian Perindustrian, “Making
sebab itu sangatlah penting bagi guru-murid Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki
Revolusi Industri Ke-4”, 20 Maret 2019,
yang saat ini berada dalam kelompok
http://www.kemenperin.go.id/artikel/189
generasi yang berbeda untuk saling 67/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-
Masuki-Revolusi-Industri-Ke-4 diakses
memahami.
23 April 2019
Pada dasarnya, dengan pesatnya 5. Kompas, “Di Era Revolusi Industri 4.0,
Peran Guru Tak Tergantikan, Tapi..” 28
perkembangan ilmu teknologi dan informasi
November 2018.
yang ada saat ini sangat bermanfaat bagi https://kilaskementerian.kompas.com/ke
mdikbud/read/2018/11/28/17550091/di-
kehidupan manusia, terutama dalam proses
era-revolusi-industri-40-peran-guru-tak-
belajar-mengajar. Disaat informasi tentang tergantikan-tapi , diakses 27 April 2019
6. Kristiawan, M. (2014). A Model for
apapun sangat mudah diakses oleh para
Upgrading Teachers Competence on
murid, tugas seorang guru saat ini adalah Operating Computer as Assistant of
Instruction. Global Journal of Human-
untuk memberikan arahan dan masukan
Social Science Research.
kepada siswa bagaimana mereka 7. Mccrindle, M., & Wolfinger, E. (2009).
The ABC of XYZ: Understanding the
menggunakan dan menganalisa informasi
global generations. Sydney: UNSW
yang didapatkan melalui teknologi. Press
8. McKinsey & Company, (2010) “How to
Oleh sebab itu, menghadapi
Improve Student Educational
tantangan-tantangan yang hadir setelah Outcomes: New Insights from Data
Analytics”

311
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 03 MEI 2019

9. Pew Research Center. (2018). “How


Teens and Parents Navigate Screen
Time and Device Distractions”
10. Prensky, M. (2001) , Digital natives,
Digital Immigrants”
11. Wolse, T.D & Grisham, D.L. (2010), “A
Nation of Digital Immigrants: Four
Principles”

312

Anda mungkin juga menyukai