Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama : Rio Aditya Adjis


Nim : 2161201216
Kelas/Semester : E/F(Pagi)/ II
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
Program Studi : Manajemen

1. Berdasarkan data ULN ( Utang Luar Negeri ) Indonesia pada tahun 2019
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2019 terkendali
dengan struktur yang sehat. ULN Indonesia pada akhir April 2019 tercatat sebesar
389,3 miliar dolar AS yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar
189,7 miliar dolar AS, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar 199,6 miliar
dolar AS. ULN Indonesia tersebut tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan pada Maret 2019 sebesar 7,9% (yoy) karena transaksi penarikan
neto ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sehingga
utang dalam Rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS. Peningkatan
pertumbuhan ULN terutama bersumber dari ULN sektor swasta, di tengah
perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah.
Pertumbuhan ULN pemerintah melambat. Posisi ULN pemerintah pada April
2019 tercatat sebesar186,7 miliar dolar AS atau tumbuh 3,4% (yoy), melambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,6% (yoy).
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman senilai 0,6 miliar
dolar AS dan penurunan kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) milik nonresiden
senilai 0,4 miliar dolar AS akibat ketidakpastian di pasar keuangan global yang
bersumber dari ketegangan perdagangan. Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan
untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif
yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, yaitu
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (18,8% dari totalULN pemerintah), sektor
konstruksi (16,3%), sektor jasa pendidikan (15,8%), sektor administrasi pemerintah,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1%), serta sektor jasa keuangan dan asuransi
(14,4%).
Pertumbuhan ULN swasta mengalami peningkatan. Posisi ULN swasta pada
akhir April 2019 tumbuh 14,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 13,0% (yoy). ULN swasta didominasi
oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan
listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian
dengan total pangsa 75,2% terhadap total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari
rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) pada akhir April 2019 sebesar 36,5%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio
pada bulan sebelumnya. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh
ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,2% dari total ULN. Dengan
perkembangan tersebut, meskipun ULN Indonesia mengalami peningkatan, namun
masih terkendali dengan struktur yang tetap sehat. Bank Indonesia dan Pemerintah
terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan
perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi
risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

2. Berdasarkan data ULN (Utang Luar Negeri) Indonesia pada tahun 2020
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2020 terkendali
dengan struktur yang sehat. ULN Indonesia pada akhir April 2020 tercatat sebesar
400,2 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan bank sentral)
sebesar 192,4 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar
207,8 miliar dolar AS. ULN Indonesia tersebut tumbuh 2,9% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2020 sebesar 0,6% (yoy). Hal itu
disebabkan oleh peningkatan ULN publik ditengah perlambatan pertumbuhan ULN
swasta.
ULN Pemerintah meningkat, setelah pada bulan sebelumnya mengalami
kontraksi. Posisi ULN pemerintah pada akhir April 2020 tercatat sebesar 189,7
miliar dolar AS atau tumbuh 1,6% (yoy), berbalik dari kondisi bulan sebelumnya
yang terkontraksi 3,6% (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh arus modal
masuk pada Surat Berharga Negara (SBN), dan penerbitan Global Bonds Pemerintah
sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pembiayaan, termasuk dalam rangka
penanganan wabah COVID-19. Pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-
hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan
pada upaya penanganan wabah COVID-19 dan stimulus ekonomi. Sektor prioritas
tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,3% dari total ULN
Pemerintah), sektor konstruksi (16,4%), sektor jasa pendidikan (16,2%), sektor jasa
keuangan dan asuransi (12,8%), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib (11,6%).
ULN Pemerintah meningkat, setelah pada bulan sebelumnya mengalami
kontraksi. Posisi ULN pemerintah pada akhir April 2020 tercatat sebesar 189,7
miliar dolar AS atau tumbuh 1,6% (yoy), berbalik dari kondisi bulan sebelumnya
yang terkontraksi 3,6% (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh arus modal
masuk pada Surat Berharga Negara (SBN), dan penerbitan Global Bonds Pemerintah
sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pembiayaan, termasuk dalam rangka
penanganan wabah COVID-19. Pengelolaan ULN Pemerintah dilakukan secara hati-
hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan
pada upaya penanganan wabah COVID-19 dan stimulus ekonomi. Sektor prioritas
tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,3% dari total ULN
Pemerintah), sektor konstruksi (16,4%), sektor jasa pendidikan (16,2%), sektor jasa
keuangan dan asuransi (12,8%), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib (11,6%).
Tren perlambatan ULN swasta masih berlanjut. ULN swasta pada akhir April
2020 tumbuh sebesar 4,2% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan
sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Perkembangan ini disebabkan oleh makin dalamnya
kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan di tengah stabilnya pertumbuhan
ULN perusahaan bukan lembaga keuangan. Pada akhir April 2020, ULN lembaga
keuangan terkontraksi 4,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan
sebelumnya 2,4% (yoy). Sementara itu, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan
sedikit meningkat dari 7,0% (yoy) pada Maret 2020 menjadi 7,3% (yoy) pada April
2020. Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,4% dari total
ULN swasta adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas,
uap/air panas & udara dingin (LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor
industri pengolahan.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) pada akhir April 2020 sebesar 36,5%, sedikit meningkat dibandingkan
rasio pada bulan sebelumnya sebesar 34,6%. Di samping itu, struktur ULN Indonesia
tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,9% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan
Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN,
didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN
juga terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. Data
lengkap mengenai ULN Indonesia terkini dan metadatanya dapat dilihat pada
publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Juni 2020 pada situs
web Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.
Publikasi ini juga dapat diakses melalui situs web Bank Indonesia.

3. Berdasarkan data ULN (Utang Luar Negeri) Indonesia pada triwulan III
Tahun 2021
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III 2021 tetap
terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan III 2021 tercatat sebesar 423,1
miliar dolar AS atau tumbuh 3,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,0% (yoy). Perkembangan tersebut
disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan ULN sektor publik  dan sektor swasta.

ULN Pemerintah tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan


sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah pada triwulan III 2021 sebesar 205,5 miliar
dolar AS atau tumbuh 4,1% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II 2021
sebesar 4,3% (yoy). Perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran neto
pinjaman seiring lebih tingginya pinjaman yang jatuh tempo dibanding penarikan
pinjaman. Hal ini terjadi di tengah penerbitan Global Bonds, termasuk Sustainable
Development Goals (SDG) Bond sebesar 500 juta Euro, yang merupakan salah satu
penerbitan SDG Bond konvensional pertama di Asia. Penerbitan SDG Bond ini
menunjukkan upaya Indonesia dalam mendukung pembiayaan berkelanjutan dan
langkah yang signifikan dalam pencapaian SDG. ULN Pemerintah yang senantiasa
dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel diutamakan untuk mendukung
belanja prioritas Pemerintah, termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), antara lain mencakup dukungan pada sektor
administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9% dari total ULN
Pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,3%), sektor jasa
pendidikan (16,5%), sektor konstruksi (15,5%), dan sektor jasa keuangan dan asuransi
(12,1%). Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN Pemerintah aman karena hampir
seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari
total ULN Pemerintah.

ULN Bank Sentral mengalami peningkatan dibandingkan triwulan


sebelumnya meski tidak menimbulkan tambahan beban bunga
utang. Dibandingkan triwulan II 2021, posisi ULN Bank Sentral pada triwulan III
2021 mengalami peningkatan sebesar 6,3 miliar dolar AS menjadi 9,1 miliar dolar AS
terutama dalam bentuk alokasi Special Drawing Rights (SDR)[1]. Pada Agustus 2021
IMF mendistribusikan tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR) secara
proporsional kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, yang ditujukan
untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global dalam menghadapi
dampak pandemi Covid-19, membangun kepercayaan pelaku ekonomi, dan
memperkuat cadangan devisa global dalam jangka panjang. Alokasi SDR dari IMF ini
adalah kategori khusus dan tidak dikategorikan pinjaman dari IMF karena tidak
menimbulkan tambahan beban bunga utang dan kewajiban yang akan jatuh tempo ke
depan.

ULN swasta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. ULN swasta


pada triwulan III 2021 tumbuh sebesar 0,2% (yoy), setelah pada periode sebelumnya
mengalami kontraksi 0,3% (yoy). Pertumbuhan ULN swasta tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 1,0% (yoy),
melambat dari 1,6% (yoy) pada triwulan II 2021. Sementara itu, pertumbuhan ULN
lembaga keuangan mengalami kontraksi sebesar 2,7% (yoy), lebih rendah dari
kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,
posisi ULN swasta pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 208,5 miliar dolar AS.
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan
asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor
pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa
mencapai 76,4% dari total ULN swasta. ULN tersebut masih didominasi oleh ULN
jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta.

Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip


kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan III 2021 tetap
terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang tetap terjaga di kisaran 37,0%, menurun dibandingkan dengan rasio pada
triwulan sebelumnya sebesar 37,5%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat,
ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang,
dengan pangsa mencapai 88,2% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur
ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam
pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang
pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai