Anda di halaman 1dari 2

Tugas 2 Kependudukan

Gender dan Pembangunan


Nama : Istiqomah

NIM : 201954008

Prodi : Agribisnis

Berilah contoh kontruksi masyarakat tentang peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan
reproduktif pada masyarakat anda (suku, lingkungan, tetangga). Buat dalam

bentuk summary (panjang tulisan 2 lembar).

Untuk menyelesaikan tugas contoh kontruksi masyarakat tentang peran perempuan


dan laki-laki dalam kegiatan reproduktif pada masyarakat saya mengambil contoh suku
Jawa. Dalam suku Jawa kegiatan reproduktif kebanyakan masih didominasi oleh perempuan,
dimana sosok seorang istri atau ibu lebih mendominasi kegiatan dalam rumah tangga dan
seorang istri dituntut harus bisa melakukan banyak hal, karena kegiatan luar rumah masih
didominasi juga dengan kaum pria atau suami. Laki-laki memiliki lebih banyak waktu untuk
dirinya sendiri maupun untuk beristirahat. Sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk keluarga. Kenapa hal tersebut bisa terjadi?, Karena sistem patriarkhis
masyarakat Jawa sangatlah kuat hal tersebut terbukti bahwa dimasyarakat jawa sangat
mengutamakan laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-laki atau suami harus bisa
menguasai banyak hal, dan tahu segalanya, sementara seorang wanita atau istri harus bisa
patuh dan menurut kepada suami. Hal tersebutlah yang membatasi ruang gerak seorang
wanita atau istri dalam budaya Jawa. Dalam budaya Jawa seorang wanita hanya beraktivitas
dirumah seperti menjaga anak, membersihkan rumah, merawat suami, memasak, mencuci,
dan sebagainya. Sementara itu seorang suami akan fokus untuk bekerja diluar rumah untuk
mencari nafkah. Pada abad 18, telah muncul ungkapan-ungkapan (yang sering kali masih
terdengar hingga saat ini) yang dianggap menyiratkan inferioritas wanita Jawa (Fananie,
2000). Ungkapan-ungkapan seperti kanca wingking, swarga nunut neraka katut, wanita hanya
mengurus dapur, wanita hanya bergantung pada suami, hal ini menegaskan bahwa wanita
Jawa tampak menduduki struktur bawah. Kuatnya konsepsi tersebut dalam budaya Jawa,
menimbulkan perlakuan-perlakuan yang dianggap membatasi ruang gerak wanita, seperti
halnya konsep pingitan, yaitu melarang wanita untuk bebas beraktivitas. Dengan kata lain
wanita harus nrimo, pasrah, hafus, sabar, setia, dan berbakti. Pembagian peran dalam rumah
tangga. Suami berkewajiban menjadi kepala keluarga, yaitu menafkahi dan melindungi
keluarganya, tetapi tidak wajib membantu tugas istri di rumah. lstri wajib menjadi ibu rumah
tangga, tetapi tidak wajib bekerja atau berkarir. Jadi citra ideal suami adalah sebagai kepala
keluarga yang bertanggung jawab, sedangkan istri adalah pemeran ganda dalam Keluarga.
Tetapi beda halnya dengan dilingkungan dan masyarakat disekitar tempat tinggal
saya. Dimana kebanyakan masyarakatnya berasal dari suku papua. Dimana seorang wanita
dituntut harus bisa pekerjaan didalam maupun diluar rumah. Saat pagi hingga siang terkadang
sampai malam, seorang istri bekerja diluar rumah, kebanyakan dilingkungan saya rata rata
menjual pinang dipasar. Lalu setelah pulang dari pasar seoarang istri masih harus mengurus
dan menyiapkan makanan untuk suami dan anak anaknya. Sedangkan suami dirumah
menjaga anak-anak atau terkadang membantu mencari jualan untuk istrinya. Namun hal ini
tidak menyebabkan perubahan status bahwa perempuan lebih tinggi statusnya dari laki-laki
karena ia bekerja, tetapi sebaliknya hal ini menunjukan bahwa laki-lki memiliki status yang
lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Sumber: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj7h9OsksvtAhXSILcAHZ4_CP
oQFjABegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fjournal.uii.ac.id%2FPsikologika%2Farticle
%2Fdownload%2F332%2F7127&usg=AOvVaw0ywIwPQ5RlyFQ4nzUso1ww

Anda mungkin juga menyukai