Makalah Aspek Prilaku PDF
Makalah Aspek Prilaku PDF
Disusun Oleh :
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadiran Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya saya berhasil menyeselesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Keperilakuan Pada Audit Internal“. Maksud dari penyusunan proposal ini adalah
untuk memenuhi dan melengkapi syarat untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
“Akuntansi Perilaku”.
Dengan penyajian materi yang ringkat, saya harapkan agar para pembaca dapat
dimudahkan dalam memahami isi materi sehingga dapat direalisasikan dalam kehidupan
berbisnis dan dapat juga digunakan sebagai bahan acuan untuk pembuatan makalah
kedepannya. Nemun demikian saya sangat menyadari sesempurnal apapun seseorang
dalam melakukan sesuatu tidak jarang kekhilafan menjadi pendampingnya. Oleh karna
itu, saya sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Auditor Internal.........................................................................................................3
B. Peran Auditor Internal...............................................................................................7
C. Otoritas Auditor Internal...........................................................................................8
D. Prospek Profesi Auditor Internal...............................................................................9
E. Profesionalisme dalam Peran Auditor Internal dan Otoritas..................................... 11
F. Jenis Peran Auditor Internal...................................................................................... 11
G. Memotivasi Pihak Yang di Audit...............................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi,
khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil
keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung
dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor
internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan
catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan
profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas
manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara
orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu audit internal ?
2. Apa peran auditor internal ?
3. Apa otoritas auditor internal ?
4. Apa prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas ?
5. Apa jenis peran auditor internal ?
6. Bagaimana cara memotivasi pihak yang diaudit ?
C. TUJUAN
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui :
1. Memahami audit internal.
2. Memahami peran auditor internal.
3. Memahami otoritas auditor internal.
4. Memahami prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas.
5. Memahami jenis peran auditor internal.
6. Memahami cara memotivasi pihak yang diaudit.
BAB II
PEMBAHASA
N
Permintaan audit eksternal dan internal bersumber pada kebutuhan untuk memiliki
beberapa alat verifikasi indenpenden untuk mengurangi kesalahan pencatatan,
penyalahgunaan aset dan kecurangan dalam organisasi bisnis dan nonbisnis. Akar audit
secara umum, secara intuitif digambarkan oleh sejarawan akuntansi Richard Brown
(1905), dikutip dalam Mautz $ Sharaf, 1961) sebagai berikut:
“asal mula auditing kembali kewaktu yang hampir tidak jauh dari akuntansi…
kapanpun kemajuan peradaban membawa perlunya seseorang sampai batas tertentu
dengan milik orang lain, kelayakan semacam pemeriksaan yang pertama akan menjadi
jelas.”
Standar tersebut memuat definisi dan tujuan audit internal berikut ini:
Pada tahun 1993, pernyataan tanggung jawab audit internal mencatat bahwa “ruang
lingkup audit internal mencakup pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan
keefektifitasan sistem pengendalian intern organisasi dan kualitas kinerja dalam
melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan”. Pada saat ini, ruang lingkup audit
internal meliputi:
3. Meninjau cara menjaga aset dan jika perlu memverifikasi keberadaan aset
tersebut.
5. Mengkaji ulang operasi atau program untuk memastikan apakah hasil sesuai
dengan tujuan dan sasaran telah ditetapkan dan apakah operasi atau program
dijalankan sesuai rencana.
Menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Boynton dkk. (2001)
menjelaskan bahwa audit internal adalah aktivitas, independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Menurut Tugimin (2006) tujuan audit internal adalah membantu para anggota organisasi
agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Untuk itu, audit internal
akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran.
Menurut Agoes (2004), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal
adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan
tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar
mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal
harus melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Menelaan dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
oleh manajemen.
Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus
dipaparkan dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendala-
kendala yang mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang digunakan.
Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam melaksanakan
pemeriksaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif, efesien, dan ruang
lingkup kerja
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan
ruang lingkup pemeriksaan
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan dan berguna sebagai dasar
temuan pemeriksaan dan rekomendasi
Tindak lanjut
Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus
dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangkan dengan
matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tidak ada tindakan yang
diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut juga
dilaksanakan sebagai alat ukut dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang telah
dijalankan.
Auditor Internal harus terfokus pada resiko organisasi. Hal ini menunjukan
pemahaman yang baik tentang operasi bisinis organisasi bersama-sama dengan
komunikasi dan keterampila persuasi untuk mendapatkan pesan.
Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa
yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan
mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas
pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan
secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak
yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk
mengidentifikasikan bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam
investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif.
Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan
pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang
diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui
penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh
dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.
b. Gaya melatih
c. Gaya mendukung
d. Gaya mendelegasikan
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan yang
terpenting untuk didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi
secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa
persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk
memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil
langkah lain. Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh
manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan berulang dapat meyakinkan
pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka.Oleh karena itu, kejujuran
dalam berdiskusi dapat menyakinkan manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk
mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Selain itu, dibutuhkan
suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen
karyawan yang bergaya pelatih.
2. Perubahan Manajemen
Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh auditor adalah “menjual” perubahan
– perubahan yang akan dijalankan melalui implementasi dan temuan audit. Ilmu social
telah mengidentifikasikan sejumlah alas an mengapa orang tidak menginginkan
perubahan metode operasi mereka. Ada tiga hal yang mungkin merupakan faktor
terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan :
a. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa
oleh perubahan tersebut.
b. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun
vertical.
dipandang sebagai perbaikan suatu operasi yang sebenarnya tidak salah.Audit hanya
membantu membuat operasi tersebut menjadi lebih efisien dan efektif. Walaupun pada
saat sekarang operasi tersebut tidak rusak atau cacat, tetapi operasi tersebut akan dapat
diperbaiki lebih jauh lagi dengan bantuan pihak yang diaudit. Pandangan – pandangan
yang demikian, menjadi penting untuk diperhatikan sebab cara pandang tersebut akan
mampu menjadi monivator untuk melakukan kegiatan – kegiatan perbaikan secara
berlanjut di lingkungan organisasi yang berubah secara simultan.
3. Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi
jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik
dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang
diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu
birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan
muncul. Di pihhak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota
seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang
dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai –
nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat
kesimpulan menyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan
dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi
bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik
dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.
Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat
sebagian orang yang memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya,
sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung untuk menghilangkan nilai –
nilai tersebut.
Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik:
1) Arbitrasi
Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga
yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut.
Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna masalah
biaya yang dianggap mahal.
2) Mediasi
Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode
kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang
juri senderung memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi.
3) Kompromi
Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan
keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat
dikompromikan.
4) Langsung
Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap
adalah yang terbaik bagi organisasi.Metode tersbut tidak selalu mencoba untuk
meredakan perasaan dari masing – masing kelompok yang mengalami konflik.Metode
yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah
metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.Metode terbaik lainnya
yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa
mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan –
kepentingan organisasi.Pada metode arbitrasi, ketika terjadi suatu konflik muncullah
kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi
tersebut.
4. Masalah-Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan
perilaku langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat
perusahaan. Konsep tersebut meliputi :
a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu.
Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkan
dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga
dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan
dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit
tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh stf audit.
Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok
menghasilkan dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.Perbedaan ini dapat
berdampak serius pada komunikasi dan dapat menjadi sumber yang konstan dari
sikap –sikap yang kurang menyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati
– hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Variasi
dari apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan auditor untuk
memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya dengan kelompok
yang lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak
mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.Auditor
seharusnya memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan
interpersonal.
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis.
Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara
yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit.
Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang
dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :
a. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah
bagian dari manajemen.
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebut meliputi:
a. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan
diaudit.
b. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam
menilai.
c. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
d. Dapatkan persetujuan atas isi laporan
e. Memeasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit
membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan
korektif. Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas
kekejujuran.
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu
memahami budaya organisasi. Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi
mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsur
tercermin, antara lain :
1. Komitmen karyawan
2. Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan.
4. Pembuatan keputusan.
5. Fokus manajemen.
Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit
dapat diterima dan di implementasikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya
dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil
kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan
yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama
dalam hal menetapkan pendapat.Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan
dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal
maupun eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan, Lubis Arfan. 2017. Akuntansi Keperilakuan Edisi ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.