Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AIK KELOMPOK VIII

MANAJEMEN KONFLIK DALAM KELUARGA

Di susun oleh :

Alfira Putri Rengganis

105641110419

BC5IP

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah AIK. Adapun
pembuatan ini telah Saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar terselesaikannya makalah ini. Tidak lupa Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna Oleh karena itu dengan
kerendahan hati kami menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar, 4 Januari 2022

Alfira Putri Rengganis


PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Konflik

Konflik adalah sesuatu yang nutral dan tidak boleh dielakkan daripada proses semulajadi untuk
perubahan dan pembangunan. Konflik ialah satu keadaan di mana kepentingan atau matlamat
dua atau lebih individu dianggap sebagai tidak bersesuaian (Klar, Bar-Tal & Kruglanski, 1988;
Thomas, 1976; Schmidt & Kochan, 1972; Pruitt & Rubin, 1986; Putnam & Poole, 1987, dalam
Rhoades (1999). Konflik menurut pandangan sarjana Islam lebih terperinci kerana wahyu
menjadi perkara tunjang dalam suatu pandangan sarwa Islam (Islamic Worldwide). Bharuddin
Che Pa dan Ajidar Matsya (2013), menjelaskan konflik dalam perkataan Bahasa Arab adalah
‫ ﺧﺎﻟﻒ‬dan ‫ اﺧﺘﺎﻟﻒ‬.Secara asasnya kedua dua kalimat ini membawa maksud yang sama iaitu
konflik namun sebahagian ulama cuba untuk membezakannya. Kalimat ‫ ﺧﺎﻟﻒ‬biasanya merujuk
kepada perbezaan pandangan atau konflik secara internal seperti yang disebutkan dalam Surah
Huud ayat 88: “Dan Aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang
aku larang” (Huud 11:88) Ayat di atas menjelaskan konflik berlaku ketika wujud pertentangan
iaitu melakukan sesuatu yang dilarang untuk dilakukan. Hashim (2001) menyatakan bahawa
terdapat beberapa bentuk konflik iaitu konflik kandungan, konflik nilai, konflik ego dan konflik
hubungan. Konflik kandungan ialah konflik yang berkaitan dengan ketepatan mesej iaitu
pentafsiran fakta atau istilah yang berkaitan dengan objek, kejadian atau peribadi. Konflik nilai
ialah konflik yang melibatkan kepercayaan atau keyakinan. Konflik nilai timbul apabila
individu mempunyai nilai yang berbeza daripada realiti yang dihadapinya. Manakala konflik
ego ialah konflik yang melibatkan ego individu untuk mencari kemenangan bagi dirinya dan
tidak mahu mengalah baik dalam pegangan, nilai, pendapat, keperibadian dan sebagainya.
Seterusnya, konflik hubungan pula ialah keadaan yang berpunca daripada tiga bentuk di atas
iaitu konflik yang membawa kepada masalah antara komunikasi seperti retaknya hubungan
atau permusuhan antara individu, kumpulan atau organisasi. Konflik hubungan sering
dikaitkan dengan konflik yang wujud dalam rumah tangga atau keluarga. Konflik dan perasaan
negatif yang muncul dalam hubungan rumah tangga jika tidak diuruskan dengan efektif, boleh
mencetuskan bibit-bibit keretakan dalam hubungan suami dan isteri. Sekiranya masalah ini
tidak dapat ditangani dengan baik dan matang, dibimbangi berlakunya perceraian ekoran
masalah rumah tangga yang dihadapi (Abe Sophian et al., 2014). Antara kaedah menangani
konflik ialah dengan melihat dan memahami permasalahan yang dihadapi agar konflik yang
wujud dapat diselesaikan dengan sempurna dan konflik masih terus berlaku (Edward De Bono,
1985). Beberapa kaedah disarankan dalam usaha menangani konflik dalam rumah tangga
antaranya sikap kerjasama antara dua pihak yang berkonflik dan mencari alternatif
penyelesaian untuk kepentingan bersama (Zainal Ariffin Ahmad, 2007). Selain itu, pihak
ketiga berperanan dalam bantu menyelesaikan sesuatu konflik yang berlaku. Nilai, ketrampilan
dan pola interaksi dalam keluarga yang berkualiti berupaya mencorak keluarga yang kukuh
dan berperanan serta tiada konflik (Rozumah & Rumaya, 2013). Demikianlah, konflik penting
ditangani segera terutama apabila ianya berlaku dalam sesebuah institusi rumah tangga. Ini
bagi mengelakkan daripada berlakunya masalah lebih serius seperti perceraian yang
mengakibatkan runtuhnya sebuah dalam institusi keluarga.

B. Faktor Penyebab Konflik

Terdapat berbagai macam faktor penyebab konflik baik secara individu maupun
kelompok. Ditilik dari segi psikologi, ada dua jenis kepentingan yang berada dalam diri
individu, yakni kepentingan untuk memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial dan
kepentingan biologis.Oleh sebab itu tidak akan ada dua individu yang memiliki aspek pribadi
yang meliputi rohani dan jasmani yang sama persis. Maka, otomatis akan muncul perbedaan
invididu dalam tiap kepentingan yang ada. Maka dalam keluarga ada beberapa factor yang
dapat menyebabkan konflik yaitu,

1. Cemburu

Cemburu memang tanda cinta namun cemburu berlebihan bisa menimbulkan konflik dalam
keluarga. Istri maupun suami bisa saling mencemburui dan terkadang hal ini sulit untuk
dihindari. Sebaiknya pahami dulu situasi dan siapa yang anda cemburui karena bisa jadi
kecemburuan tersebut tidak beralasan. Rasa percaya pada pasangan adalah dasar dari rumah
tangga yang harmonis. Selain itu, cemburu juga bisa dihindari dengan saling menjaga perasaan
baik suami maupun istri. Tidak hanya berlaku pada pasangan suami istri, anak pun bisa merasa
cemburu satu sama lain terutama jika sang anak merasa ia diperlakukan secara tidak adil oleh
orangtuanya.

2. Perbedaan pendapat

Setiap kepala mesti memiliki perbedaan pendapat, terlebih pasangan suami istri. Perbedaan
pendapat bisa muncul kapan saja dan bahkan menyangkut hal-hal kecil. Perbedaan pendapat
ini sebaiknya disikapi dengan kepala dingin dan bicarakan baik-baik untuk mendapatkan solusi
yang tepat.

3. Masalah ekonomi

Dewasa ini dimana materialisme sedang merajalela, masalah ekonomi sering menjadi momok
bagi kehidupan rumah tangga seseorang. Tidak heran jika kita sering menyaksikan pemberitaan
di televisi atau di koran dimana seorang suami tega membunuh istrinya karena sang istri terlalu
banyak menuntut dan begitu juga sebaliknya, Naudzubillah hal ini sebaiknya dihindari karena
bagaimanapun rezeki yang kita dapatkan datangnya dari Allah SWT dan cobalah untuk
mengerti keadaan masing-masing dengan tetap berusaha mencari jalan keluarmya. Perlu
diketahui bahwa sudahh merupakan kewajiban suami terhadap istri untuk memenuhi segala
kebutuhannya dan suami harus berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya, namun apabila
sang suami sudah berusaha dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal, istri harus menerima
dan bersabar.

4. Privasi

Masalah privasi juga bisa memicu konflik dalam keluarga. Seorang anak biasanya ingin agar
privasinya dihargai dan tidak ingin terlalu dikekang oleh orangtua. Orangtua yang terlalu
mengekang anak akan membuat sang anak tidak merasa nyaman dan biasanya ia akan
memberontak dikemudian hari. Memang sebagai orangtua sebaiknya mengawasi dan menjaga
anaknya namun berikan juga ruang privasi untuknya dimana ia bisa melakukan segala sesuatu
namun dalam konteks yang positif.

5. Perbedaan agama
Tidak jarang dalam satu keluarga kita menemui anggota keluarga yang berbeda keyakinan atau
agama. Konflik bisa saja terjadi namun bisa dihindari jika setiap anggota keluarga
menghormati perbedaan keyakinan tersebut.

6. Kurangnya kasih sayang

Siapapun baik suami, istri maupun anak dalam sebuah keluarga akan merasa tidak dihargai jika
kurang mendapatkan rasa kasih sayang. Anak yang kurang mendapat perhatian orangtuanya
karena sibuk bekerja bisa merasa kesepian dan akhirnya ia akan menuntut hal lain. Hal ini bisa
menjadi konflik dalam keluarga. Tengok saja kasus yang banyak menimpa anak-anak saat ini
dimungkinkan karena kurangnya pengawasan dan perhatian dari orangtuanya.

7. Kurangnya komunikasi

Keluarga yang terlalu sibuk dengan urusannya dan pekerjaan masing-masing dan tidak
memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan baik dapat menimbulkan kesalahpahaman dan
memicu terjadinya konflik. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunikiasi yang baik adalah
kunci terjaganya keharmonisan dalam keluarga maka dari itu setiap anggota keluraga harus
bisa menjaga komunikasi dengan anggota keluarga yang lain.

8. Perselingkuhan

Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah hal yang haram dilakukan oleh pasangan suami
istri manapun dan bisa mengarah pada perbuatan zina. Perselingkuhan bisa menimbulkan
konflik yang besar dalam keluarga bahkan memicu timbulnya perceraian atau
jatuhnya talak (baca juga hukum talak dan perbedaan talak satu, dua dan tiga). Perselingkuhan
bisa terjadi manakala suami memiliki wanita idaman lain ataupun sang istri yang berhubungan
dengan pria lain. Perilaku istri yang menjalin hubungan dengan pria lain dapat dikategorikan
sebagai perilaku nusyuz atau membangkang pada suami (baca ciri-ciri istri durhaka terhadap
suami) dan perbuatan ini sangat dibenci oleh Allah SWT Tidak hanya istri, suamipun bisa
berselingkuh dan itu adalah salah satu ciri-ciri suami durhaka terhadap istri.

Sedangkan pada konflik public terjadi akibat adanya,

1. Perbedaan Individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik,
biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan
perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.


Seseorang sedikit banyak akan terpeng-aruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu atau Kelompok

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang ke-budayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang ber-beda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian
kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga
akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini
dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi
antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok
buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para
buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendatan yang
besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

C. Cara Mengatasi Konflik Keluarga

1. Bicarakan masalah yang muncul diwaktu yang tepat dan usahakan agar saat
membicarakan masalah tersebut tidak dalam keadaan marah. Setiap masalah pasti ada
solusinya dan hanya perlu dibicarakan dengan baik. Sebaiknya hindari membicarakan
masalah yang berat saat larut malam atau saat pasangan maupun anak sedang
melakukan aktifitas yang lain, hal ini bisa memicu timbulnya konflik baru dalam
keluarga.
2. Usahakan agar anda membicarakan masalah dengan lemah lembut dan tanpa kata-kata
yang bisa menyakiti hati anggota keluarga yang akan anda ajak bicara dan
berterusteranglah. Jangan berbohong (baca bahaya berbohong) memaki, menyebut
nama dengan nada yang keras maupun melakukan kekerasan fisik. Hal tersebut tidak
akan menyelesaikan masalah justru akan memperparah konflik yang sedang terjadi.
Ingatlah juga bahwa seorang istri harus selalu menuruti perintah suaminya karena hal
itu adalah salah satu kewajiban istri terhadap suami dan hukum melawan suami menurit
islam adalah haram.
3. Pikirkan jalan keluar yang terbaik yang bisa diambil oleh semua pihak dengan saling
menghormati pendapat masing-masing. Bila perlu mintalah nasihat mediator atau orang
lain yang kiranya cukup berpengalaman dan dianggap memiliki kemampuan untuk
meredakan masalah yang terjadi dengan mengambil jalan tengah.
4. Lakukan hal yang telah disepakati bersama dan berusahalah untuk menepatinya karena
jalan keluar yang telah disepakati bersama adalah keputusan terbaik yang bisa diambil
untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga dan berusahalah untuk
selalu membangun rumah tangga dalam islam dan dilandasi dengan dasar agama yang
kuat.
5. Istri yang nusyuz hendaknya diberi nasihat oleh suami dan jika perlu suami dapat
memberikannya hukuman agar ia bisa kembali kejalan yang benar dan memiliki ciri-
ciri istri shalehah sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa ayat 34 yang berbunyi
ِ ‫ﺖ ﻟّ ِۡﻠﻐ َۡﯿ‬ٞ ‫ﻈ‬
6. ‫ﺐ‬ َ ٰ ‫ﺼ ِﻠ ٰ َﺤﺖُ ٰﻗَﻨِ ٰﺘ َﺖٌ ٰ َﺣ ِﻔ‬‫ﺾ َو ِﺑ َﻤﺎ ٓ أَﻧﻔَﻘُﻮاْ ﻣِ ۡﻦ أ َ ۡﻣ ٰ َﻮ ِﻟ ِﮭ ۡۚﻢ ﻓَﭑﻟ ٰ ﱠ‬
ٖ ۡ‫ﻋﻠَ ٰﻰ َﺑﻌ‬
َ ‫ﻀ ُﮭ ۡﻢ‬ ‫ﻀ َﻞ ﱠ‬
َ ۡ‫ٱ�ُ َﺑﻌ‬ ‫ﺴﺎٓءِ ِﺑ َﻤﺎ ﻓَ ﱠ‬ َ َ‫ﻟﺮ َﺟﺎ ُل ﻗَ ٰ ﱠﻮ ُﻣﻮن‬
َ ِّ‫ﻋﻠَﻰ ٱﻟﻨ‬ ِّ
ۖ ٰ
ْ‫طﻌۡ ﻨَﻜُ ۡﻢ ﻓَ َﻼ ﺗ َۡﺒﻐُﻮا‬ َ َ ‫ٱﺿ ِﺮﺑُﻮھُ ﱠﻦ ﻓَﺈِ ۡن أ‬ ۡ ‫ﺎﺟ ِﻊ َو‬ ِ ‫ﻀ‬َ ‫ٱھ ُﺠ ُﺮوھُ ﱠﻦ ﻓِﻲ ۡٱﻟ َﻤ‬ ۡ ‫ٱ�ُ َوٱﻟﱠﺘِﻲ ﺗَﺨَﺎﻓُﻮنَ ﻧُﺸُﻮزَ ھ ﱠُﻦ ﻓَ ِﻌﻈُﻮھُ ﱠﻦ َو‬ ۚ‫ﻆ ﱠ‬ َ ‫ﺑِ َﻤﺎ َﺣ ِﻔ‬
‫ﻋ ِﻠ ٗﯿّﺎ َﻛﺒِ ٗﯿﺮا‬
َ َ‫ٱ�َ َﻛﺎن‬ ‫ﯿﻼ إِ ﱠن ﱠ‬ ۗ ً ِ‫ﺳﺒ‬ َ ‫ﻋﻠَ ۡﯿ ِﮭ ﱠﻦ‬
َ
7. “Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah
ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’alaagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian
khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat
tidur, dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-
cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi
Mahabesar.”
Meskipun demikian suami tetap tidak boleh melakukan kekerasan fisik seperti memukul
dengan keras, menampar wajahnya dan hal lain yang bisa menyakiti istrinya sebagaimana
hadist berikut
“Kamu harus memberi makan kepadanya sesuai yang kamu makan, kamu harus memberi
pakaian kepadanya sesuai kemampuanmu memberi pakaian, jangan memukul wajah,
jangan kamu menjelekannya, dan jangan kamu melakukan boikot kecuali di rumah.” (HR.
Ahmad)
Demikian penjelasan tentang konflik dalam keluarga, penyebab dan cara mengatasinya.
Semoga kita sebagai umat islam tetap bisa menjaga diri dan keluarga kita dari segala
konflik yang mengarah pada perpecahan rumah tangga

Kemuadian cara mengatasi konflik adalah,

1. Melakukan Diskusi

Salah satu cara menangani konflik dengan melakukan diskusi. Dengan kepala dingin, Anda
bisa mulai berdiskusi bersama orang yang terlibat langsung dalam konflik. Selain itu, pilih
tempat atau lokasi yang nyaman agar dapat menyelesaikan persoalan dengan baik.Setelah
menentukan lokasi yang nyaman, Anda bisa memulai merundingkan masalah dengan cara
memaparkan sudut pandang atau keinginan masing-masing. Pastikan menggunakan kata-
kata yang baik agar tidak memancing emosi dari kedua belah pihak.

2. Gunakan Kepala Dingin


Dalam menangani masalah, usahakan untuk selalu menggunakan kepala dingin.
Menggunakan kepala dingin ketika mengatasi konflik merupakan hal utama yang bisa
dilakukan. Dengan menggunakan kepala dingin, dapat membantu Anda mengendalikan
emosi sehingga mampu menangani masalah dengan baik. Menggunakan kepala dingin di
tengah konflik memang cukup sulit dilakukan, namun hanya dengan bersikap tenang,
pikiran menjadi lebih jernih. Sehingga hal ini bisa membantu menghindarkan dari masalah
lain dan dapat menyelesaikan konflik dengan baik.
3. Menjadi Pendengar yang Baik

Cara menangani konflik berikutnya, yaitu menjadi pendengar yang baik. Beri kesempatan
bagi kedua belah pihak untuk mengutarakan bagaimana dirinya dalam melihat masalah
yang ada dan bagaimana perasaannya tentang persoalan tersebut. Saat kedua belah pihak
menyampaikan pendapatnya masing-masing, usahakan untuk tidak menyela dan pastikan
menjadi pendengar yang baik. Dengan begitu, Anda akan lebih bisa memahami dan
mendapatkan akar masalah dari kedua belah pihak.

4. Saling Memaafkan
Salah satu cara menangani konflik, yaitu saling memaafkan. Saat menangani konflik,
pastikan untuk dapat menahan amarah dan bisa saling memaafkan. Dengan begitu, masalah
yang Anda tangani akan dengan cepat terselesaikan. Selain itu, Anda juga perlu
memperjelas masalah yang ada. Sehingga Anda akan tetap fokus dengan masalah yang
dihadapi.
5. Membuat Kesepakatan
Setelah kedua belah pihak mengutarakan pendapatnya, Anda bersama pihak yang
berkonflik harus membuat kesepakatan bersama. Kesepakatan ini harus dibuat secara adil
dan tidak merugikan salah satu pihak. Adapun kesepakatan yang ditentukan mungkin
berkaitan dengan apa yang harus dilakukan atau diberikan untuk mengakhiri masalah yang
ada. Hanya dengan menyampaikan masalah secara jujur dan terbuka, maka masalah bisa
ditangani dengan baik.
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melihat dari tulisan di atas bis akita simpulkan bahwa konflik terjadi
karena,Cemburu, Perbedaan pendapat, Masalah Ekonomi, Perbedaan Agama,
Kurangnya Komunikasi dan lainya maka konflik akan terjadi begitu saja akan tetapi
setiap konflik yang terjadi ad acara untuk mengatasinya yaitu dengan, berdiskusi
dengan kepala dingin, mengurangi ego dan saling memaafkan maka dapat mengurangi
terjadinya konflik dalama keluarga maupun public.

Anda mungkin juga menyukai