Anda di halaman 1dari 2

RUMUSAN

LOKAKARYA PEMBINAAN TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS


PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH B3 BAGI
PENANGGUNGJAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Makassar, 7-9 November 2017

1. Peningkatan jumlah lokasi lahan terkontaminasi dan tonase limbah B3/tanah terkontaminasi
B3 yang diangkat/dibersihkan mengindikasikan adanya permasalahan pengelolaan limbah B3
di bagian hulu yang belum optimal. Kiranya hal ini menjadi perhatian bagi semua pihak,
khususnya bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan.
2. Kegiatan skala kecil yang dilakukan oleh masyarakat merupakan salah satu penyebab
terjadinya lahan terkontaminasi Limbah B3. Keberadaannya hampir tersebar di seluruh
wilayah nusantara. Akar permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masayarakat akan potensi bahaya serta dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Oleh sebab
itu diperlukan pendekatan dengan metode yang lebih persuasive serta kerja sama dengan
semua pihak terkait.
3. Berbagai terobosan, antara lain pengembangan kebijakan, penyederhanaan persyaratan
perizinan, penerapan system on line perizinan dan pelaporan, penerapan insentif dan
disinsentif dilakukan untuk membantu dan memberi kemudahan bagi para pelaku usaha
dan/atau kegiatan dalam melakukan pengelolaan limbah B3.
4. Biaya pengangkutan Limbah B3 sangat berkonstribusi dalam peningkatan biaya pengelolaan
Limbah B3 dan lamanya waktu penyelesaian pemulihan lahan terkontaminasi Limbah B3.
Dengan demikian hendaknya diupayakan untuk melakukan pengelolaan yang lebih dekat
dengan sumber Limbah B3nya. Hal ini menjadi tantangan dan peluang bagi pelaku usaha jasa
pengelolaan Limbah B3 untuk mengembangkan usahanya agar lebih tersebar ke seluruh
wilayah Indonesia, tidak hanya terfokus di Jawa.
5. Pelaksanaan pemulihan haru sesuai dengan ketentuan di dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Site assessment dalam perencanaan pemulihan lahan terkontaminasi
Limbah B3 mutlak dilakukan untuk mengetahui jenis, kadar dan jumlah kontaminan serta
kondisi lahan terkontaminasinya. Hasil site assessment tersebut menjadi dasar dalam
menentukan pemilihan.
6. Alternatif teknologi pemulihan telah banyak tersedia, namun pemilihannya harus sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi kondisi lahan terkontaminasi Limbah B3, ketersediaan
sumberdaya penerimaan public waktu serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
7. Salah satu strategi penanganan kontaminasi limbah B3 adalah melalui pemanfaatan yang
dapat menjadi opsi utama dalam pengelolaan Limbah B3 dan tanah terkontaminasi.
Pemanfaatan Limbah B3 untuk substitusi bahan baku dapat mengurangi laju pemanfaatan
SDA, yang pada akhirnya bermuara pada pembangunan berkelanjutan. Oleh sebab itu hal
tersebut harus terus dikembangkan.
8. Penyusunan/pengembangan standar pelaksanaan pemanfaatan Limbah B3 di bidang
infrastruktur sehingga memudahkan pelaksanaan di lapangan seperti penerbitan SNI dalam
pemanfaatan Limbah B3.
9. Diperlukan koordinasi antar pihak, baik pemerintah, pemerintah daerah , akademisi, praktisi,
dan pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam penyelesaian permasalahan. Pengelolaan Limbah
B3, khususnya dalam hal pemanfaatan Limbah B3 baik untuk limbah B3 regular maupun
yang bersumber dari kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi Limbah B3.

Anda mungkin juga menyukai