Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA MELAWAN


PENJAJAH

Dosen Pengampu :
Dr. Ismail, M.Ag

OLEH :

DARMISON VEBI HIPRIAWAN


NIM : 2111270001

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO (UINFAS)

BENGKULU 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Semua pujian adalah kepada Allah SWT yang telah memberi kita
kebahagiaan sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa
bantuan-Nya saya tidak akan pernah memiliki pilihan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Shalawat dan kabar baik dapat diberikan kepada nabi kita yang disayangi
Muhammad SAW yang akan kita menengahi di luar yang besar. Sang Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas kekayaan berkat-Nya yang
sehat, baik sebagai kesejahteraan dan alasan yang sebenarnya, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Sejarah Perlawanan
Rakyat Indonesia Melawan Penjajah "
Penulis memahami bahwa makalah ini cukup cacat dan masih ada banyak
kesalahan dan noda di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengantisipasi analisis
dan ide-ide dari para pembaca untuk makalah ini, dengan tujuan agar tulisan ini
nantinya dapat berubah menjadi makalah yang jauh dan jauh. Kemudian, pada
saat itu, dengan asumsi ada banyak slip-up dalam makalah ini, Penulis meminta
maaf dengan berlimpah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pertemuan,


terutama kepada para Dosen yang telah menyutradarai rekaman sebagai hard copy
makalah ini. Selanjutnya, idealnya makalah ini bisa berharga. Terima kasih
banyak kepada Anda.

Bengkulu, 5 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGATAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Sejarah Masuknya Belanda ke Indonesia.............................................3
B. Sejarah Perlawanan Rakyat Bali...........................................................5
C. Sejarah Perlawanan Rakyat Banjar di Kaliantan Selatan.....................7
D. Sejarah Perlawanan Padri.....................................................................8
E. Sejarah Perlawanan Maluku.................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................13


A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTKA........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian sejarah di era globalisasi ini sangat penting untuk


dilakukan. Sejarah jika tidak dikenalkan kepada masyarakat luas, maka
sejarah yang pernah terjadi tidak akan diketahui oleh generasi selanjutnya.
Hal tersebut tentunya sangat penting untuk dilakukan saat ini. Pada
dasarnnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawan dan tetap mempelajari sejarah dalam kehidupan sehari-harinya.
Penelitian sejarah adalah berusaha untuk mengenalkan kembali peristiwa-
peristiwa bersejarah yang pernah terjadi setelah kemerdekaan Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang pernah merasakan penjajahan


asing selama ± 350 tahun sejak masuknya penjahan asing ke Indonesia.
Berbagai peristiwa nasional baik yang secara diplomasi sampai dengan
pertumpahan darah pernah berlangsung dalam mengembalikan
kemerdekaan bangsa Indonesia oleh pada pejuang bangsa. Setelah Jepang
kalah dalam Perang Dunia II pada tahun 1945, bangsa Indonesia telah
bersiap untuk mengumandangkan kemerdekaan Indonesia secara sah.
Namun keinginan kemerdekaan Indonesia tersebut terhalang oleh
keinginan penjajah Belanda yang didukung oleh sekutu, untuk merebut
kemerdekaan Indonesia dan menancapkan kekuasaan kembali di

Nusantara ini. Untuk mewujudkan dan mempertahankan


kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia melakukan revolusi fisik antara
tahun 1945 sampai tahun 1950. Masa tersebut merupakan masa yang berat
dirasakan oleh rakyat Indonesia. Meskipun negara Indonesia telah berdiri
setelah dinyatakan kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia
belum dapat mengatur pemerintahannya karena adanya penetrasi Belanda
dan NICA yang ingin menguasai bangsa Indonesia. Tentunya hal tersebut
membuktikan bahwa tidak mudah untuk menjadi negara yang merdeka
bagi Indonesia.

1
Menurut Pringgodigdo kedudukan bangsa Indonesia dimasa
penjajahan Belanda sangat menderita. Segala kekayaan alam bangsa
Indonesia banyak yang diambil dengan paksa oleh kaum penjajah.
Kebebasan seakan tidak ada. Bangsa Belanda hanya mementingkan
bangsanya sendiri, tanpa memberikan perhatian kepada bangsa yang
dijajahnya. Kekerasan yang sering dilakukan bangsa penjajah telah
membekas bagi rakyat Indonesia untuk tidak terulang kembali. Perjuangan
untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia adalah serangkaian perjuangan
yang sangat panjang yang harus mengorbankan segalanya demi meraih
mimpi kemerdekaan yang abadi1.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Masuknya Belanda ke Indonesia?
2. Bagaimana Sejarah Perlawanan Rakyat Bali?
3. Bagaimana Sejarah Perlawanan Rakyat Banjar di Kaliantan Selatan?
4. Bagaimana Sejarah Perlawanan Padri?
5. Bagaimana Sejarah Perlawanan Maluku?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Masuknya Belanda ke Indonesia
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perlawanan Rakyat Bali
3. Untuk Mengetahui Sejarah Perlawanan Rakyat Banjar di Kaliantan
Selatan
4. Untuk Mengetahui Sejarah Perlawanan Padri
5. Untuk Mengetahui Sejarah Perlawanan Maluku

1
Agus Susilo and Ratna Wulansari, ‘Perjanjian Linggarjati ( Diplomasi Dan Perjuangan
Bangsa Indonesia Tahun 1946- Linggarjati Agreement ( Indonesian Nation Diplomacy and
Struggle 1946-1947 ) Penelitian Sejarah Di Era Globalisasi Ini Sangat Penting Untuk
Dilakukan . Sejarah Jika Tidak Diken’, Jurnal Pendidikan Sejarah, 10.1 (2021), 30–42.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Belanda ke Indonesia

Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan


Nusantara pada tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam,
dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman. Empat kapal
Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di perairan Banten pada
27 Juni 1596, tepat hari ini 422 tahun lalu. Sebelum angkat sauh dari
Amsterdam, Cornelis mendapat informasi bahwa di timur jauh sana, ada
kepulauan penghasil rempah-rempah Nusantara.

Pada hari itulah, orang-orang Belanda telah menemukan Banten


yang sejatinya hanya merupakan sebagian kecil dari kepulauan rempah-
rempah paling menggiurkan di dunia. Praktik kolonialisme Belanda di
Nusantara segera dimulai, dan Cornelis de Houtman adalah pembuka
jalannya. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur
dengan menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke Bali. Cornelis menjadi
salah satu orang paling berpengaruh. Selain karena berhasil mendapatkan
informasi dari Portugal, termasuk pernah ditangkap dan dipenjara oleh
otoritas di sana, ia juga menyumbang dana sebesar 300.000 gulden untuk
persiapan pelayaran itu, sebagaimana diungkapkan Peter Fitzsimons
(2012) dalam buku berjudul Batavia.

Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat


buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara
dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi
perseteruan dan peperangan. Cornelis de Houtman Cornelis de Houtman
Tewas dalam Tikaman Rencong Malahayati Meskipun begitu, rombongan
de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa
serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari
rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses. Keberhasilan rombingan
de Houtman kemudian mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda

3
menuju wilayah nusantara. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan setelah
kembalinya rombongan de Houtman dikenal dengan masa wilde vaart
(pelayaran tak teratur).

Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk


mengikuti langkah rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut
bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik perusahan-perusahaan
swasta Belanda. Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua
tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van
Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para penguasa
lokal Nusantara. Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil
mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah
dalam jumlah besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku
membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda.

Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang


dari Belanda. Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran
ketiga ini. Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-
orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah
nusantara. Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-
orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di Nusantara
dikarenakan mereka belajar dari kesalahan Portugis. Baca juga: Sejarah
Pindahnya "Ibu Kota" VOC dari Ambon ke Batavia Kala J.P. Coen
Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia Sebenarnya, baik
Spanyol dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan
Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun, terdapat awak kapal asal
Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-orang
inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi,
kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan Portugis.

Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara


membuat terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di
Nusantara. Akibatnya, keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa
berkurang. Untuk menanggulangi dampak persaingan tersebut, pada 1602,

4
dibentuklah Vereenig de Oost Indische Compagnie (VOC) sebagai
perserikatan dagang Belanda. Lewat VOC, perusahaan dagang swasta
bersatu dan menghilangkan persaingan sesama pedagang Belanda.
Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara.
Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan
sebagian Jawa, hingga mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi
representasi awal dari kolonialisme Belanda di nusantara2.

B. Sejarah Perlawanan Rakyat Bali

Perlawanan melawan penjajahan kolonial Hindia Belanda dimulai


sejak kedatangan bangsa barat ke Indonesia dan membentuk kongsi
dagang antar pedagang Hindia Belanda bernama VOC. Dengan adanya
kongsi dagang ini, rakyat Indonesia semakin sengsara karena mereka
hanya dimanfaatkan oleh pihak VOC, hingga muncullah beberapa
perlawanan dari beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Bali.

Untuk diketahui, Bali sejatinya merupakan sebuah wilayah di


Indonesia yang terbilang sempit. Meski begitu, ini menarik perhatian
mengingat di wilayah inilah terletak sejumlah kerajaan besar seperti
Kerajaan Buleleng dan Karang Asem.

Pada tahun 1841, Belanda mulai menginjakkan kaki di Bali, dan


memaksa mereka untuk tunduk dan mengakui pemerintahan Belanda.
Namun, keinginan Belanda untuk menguasai Bali tidak selalu berjalan
mulus dikarenakan adat istiadat dan tradisi. Belanda juga menginginkan
hak Tawan karang yang merugikan mereka segera dihapuskan, meski
nyatanya ditolak oleh raja-raja Bali. Hukum tawan karang sendiri berisi
peraturan dimana kapal yang terdampar di pulau Bali menjadi hak untuk
raja-raja Bali. Hal ini tentu saja sangat tidak disetujui oleh Belanda,

2
Sodiq Anshori, ‘Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Pendidikan Karakter’, Jurnal
Edueksos, III.2 (2014), 59–76 <https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kontribusi+ilmu+pengetahuan+sosial+dalam+pendidikan+karakt
er&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DN6RFu2pmlPgJ>.

5
sehingga mereka menawarkan perjanjian-perjanjian. Namun, sekali lagi,
raja-raja Bali menolaknya.

Membebaskan diri dari hukum tawan karang sendiri tidak menjadi


satu-satunya tuntutan Belanda kepada raja-raja Bali, Belanda juga ingin
agar raja-raja Bali mengakui pemerintahannya, melindungi perdagangan
milik pemerintah mereka dan semua raja Bali harus tunduk terhadap
perintah kolonial Belanda.

Tapi tentu saja, semua tuntutan itu ditolak mentah-mentah oleh


rakyat Bali, hingga pada tahun 1846, terjadilah perang untuk memaksa raja
Buleleng menandatangani perjanjian perdamaian. Adapun bunyi perjanjian
itu adalah :

1. Pasukan Belanda ditempatkan di wilayah Buleleng


2. Benteng kerajaan Buleleng akan dibongkar oleh pasukan Belanda
3. Biaya perang ditanggung oleh raja Buleleng

Tapi sekali lagi, rakyat Bali tidak menghiraukan semua perjanjian


itu. Akhirnya, Belanda mulai melakukan serangan besar-besaran. Dalam
perang di Bali ini, ada tiga pertempuran yang terjadi, yaitu di tahun 1846,
tahun 1848 dan tahun 1849. Pada perang yang berlangsung di tahun 1846,
Belanda mengirim 1700 pasukannya untuk menaklukkan rakyat Bali.
Akan tetapi, Rakyat Bali tetap berhasil mengusir penjajah dari Belanda itu.
Dua tahun kemudian, ekspedisi kedua berlangsung, dengan Belanda
mengirim pasukan dalam jumlah yang lebih besar lagi. Tapi lagi, Bali
berhasil memukul mundur Belanda berkat kepemimpinan I Gusti Jelantik.

Pada ekspedisi terakhir, Belanda dipimpin oleh Jend. Andreas


Victor Michiels dengan membawa angkatan perang sebanyak 100 kapal,
5.000 prajurit terlatih dan 3.000 pelaut. Pada 28 Maret 1849, Michiels
memimpin pasukannya ke Buleleng dan 2 hari kemudian ke Singaraja
tanpa banyak perlawanan, dan esoknya sebuah perundingan diusahakan
terhadap kerajaan tersebut; namun gagal.

6
Dari sini, Michiels merencanakan serangan ke Jagaraga; di saat
yang sama sebagian pasukan, di bawah pimpinan Jan van Swieten, sibuk
menahan pasukan di depan, dan May. Cornelis Albert de Brauw (bersama
tokoh lain seperti Willem Lodewijk Buchel, Johannes Root dan Karel van
der Heijden) melakukan beberapa kerja tak resmi yang dengan cepat dapat
menduduki Goa Lawah dan Kusamba. Hingga pagi hari, pengepungan di
bagian barat dirasakan rakyat Bali dan serangan di depan oleh Van
Swieten diulang kembali, yang membuat Jagaraga jatuh dan pasukan Bali
melarikan diri. Perang ini terjadi selama 2 hari 2 malam3.

C. Sejarah Perlawanan Rakyat Banjar di Kaliantan Selatan

Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan


Selatan adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di
Kerajaan Banjar yang berlangsung hampir setengah abad (1859 -1906),
sehingga menjadikannya perang terlama di Nusantara. Jika dilihat
coraknya, perlawanan dapat dibedakan antara perlawanan ofensif yang
berlangsung dalam waktu relatif pendek (1859-1863), dan perlawanan
defensif yang mengisi yang mengisi seluruh perjuangan selanjutnya (1863-
1905/06).

Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda


memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut
campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah.
Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota,
mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II
(1761-1801) dan membunuh semua putra almarhum Sultan Muhammad.
Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang selamat, berhasil
melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya
Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek
3
Muhammad Rafi Dwi Wijaya and Pendidikan, ‘SEJARAH PERTEMPURAN SELAT
BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH SISWA SMA DI BALI DALAM
UPAYA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER’, Jurnal Pendidikan Sejarah, 10
(2022), 24–28.

7
Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon (kini Sri
Langka)4.

D. Sejarah Perlawanan Padri

Perang Padri merupakan salah satu pertempuran yang


dilatarbelakangi oleh perpecahan di kalangan rakyat Minangkabau,
tepatnya antara kaum Padri dan kaum Adat. Pertempuran ini terjadi di
daerah Sumatera Barat dan terbagi ke dalam dua periode yang terpisah,
yaitu pada tahun 1821-1825 dan 1830-1837.

Mengutip dari buku Explore Sejarah Indonesia untuk


SMA/MA/SMK/MAK yang ditulis oleh Abdurakhman dan Arif Pradono,
kaum Padri menilai bahwa kaum Adat telah melakukan praktik-praktik
yang menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga, kaum Padri ingin
melakukan pemurnian praktik ajaran Islam dengan memberantas
kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang itu. Kaum Padri terdiri atas ulama-
ulama yang memiliki tujuan untuk memurnikan ajaran Islam di
Minangkabau, sedangkan kaum Adat merupakan kelompok masyarakat di
Minangkabau yang masih memegang teguh adat istiadat dari leluhur
mereka.

1. Pertentangan antara Kaum Padri dan Kaum Adat Dimanfaatkan oleh


Belanda

Perang saudara yang terjadi antara kaum Padri dan kaum Adat
memberikan Belanda celah untuk mempengaruhi masyarakat
Minangkabau. Maka, pada tahun 1821, Pemerintah Kolonial Belanda
yang bernama James Du Puy melakukan perjanjian dengan kaum Adat.
Dari perjanjian tersebut, Belanda berhasil menduduki sejumlah daerah.
Akibat dari tindakan kaum Adat dan Belanda, akhirnya terjadilah
Perang Padri.
4
Ida Bagus and Wika Krishna, ‘Sura Magadha : Patriotisme Dan Nasionalisme Warga
Banjar Dalam Perang Banjar Tahun 1868’, Jurnal Hasil Penelitian, 1.1 (2021), 21–31.

8
2. Periode Pertama Perang Padri (1821-1825), Gencarnya Kekuatan
Kaum Padri

Di periode yang pertama, kaum Padri menyerang pos-pos


Belanda dan melakukan pencegatan terhadap patroli-patroli mereka.
Pada September 1821, pos-pos Belanda di Simawang, Soli Air dan
Sipinang jadi sasaran penyerangan kaum Padri. Kala itu, dengan
jumlah 20.000-25.000 pasukan, kaum Padri yang dipimpin oleh
Tuanku Pasaman menyerang Belanda di hutan sebelah timur Gurun.
Pasukan Belanda yang hanya berjumlah 200 orang serdadu Eropa
ditambah 10.000 pasukan kaum Adat melakukan perlawanan. Pasukan
yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman cukup sulit dikalahkan, hingga
akhirnya Belanda memutuskan untuk mengirimkan surat ajakan
berdamai. Mengetahui taktik Belanda, Tuanku Pasaman tidak
menanggapi ajakan Belanda dan terus menggencarkan perlawanan di
berbagai tempat.

3. Perlawanan Pasukan Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Imam Bonjol

Pada tahun 1822, pasukan dari Tuanku Nan Renceh menyerang


Belanda di bawah pimpinan Kapten Goffinet dan meraih kemenangan.
Belanda mulai menduduki daerah IV Koto pada Februari tahun 1824,
tindakan ini menyulut kemarahan kaum Padri di Bonjol. Di bawah
komando Peto Syarif atau yang lebih dikenal sebagai Tuanku Imam
Bonjol, kaum Padri melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda di
Saruaso. Memasuki tahun 1825, Belanda kembali mengajukan
perjanjian damai. Perjanjian itu berisi bahwa Belanda mengakui
kekuasaan tuanku-tuanku di Lintau, IV Koto, Telawas, dan Agam.
Sayangnya, perjanjian tersebut mengecewakan kaum Adat. Mereka
menganggap Belanda tidak menepati janji dan lebih mengutamakan
kepentingan sendiri.

4. Periode Kedua Perang Padri (1830-1837), Kaum Adat Mulai


Melakukan Perlawanan

9
Kaum Adat yang kecewa dengan perjanjian damai mulai
menentang dan melawan balik Belanda. Pada periode kedua ini, kaum
Padri dan kaum Adat mulai bersatu. Mereka menyadari bahwa musuh
yang sebenarnya adalah Belanda. Dengan kekuatan yang meningkat,
kedudukan Belanda di Sumatera Barat semakin terdesak. Bahkan,
Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch mengangkat kolonel G.P.
Jacob Elout untuk mencegah meluasnya perlawanan dan kekuasaan
kaum Padri. Pada tahun 1832, serangan Belanda kepada kaum Padri
semakin gencar. Bahkan, mereka menyerang pos-pos pertahanan kaum
Padri yang berada di Banuhampu, Kamang, Guguak Sigandang,
Tanjung Alam, Sungai Puar, Candung, dan beberapa lainnya di Agam.

5. Kekalahan Pasukan Padri

Di tahun 1834, kekuatan Belanda berfokus untuk menguasai


wilayah Bonjol. Hingga akhirnya pada tahun 1835, pasukan Padri
mengalami kesulitan dan dipukul mundur. Pada 10 Agustus 1837,
Tuanku Imam Bonjol menyatakan kesediaan berunding dengan
Belanda. Sayangnya, usaha perundingan itu justru mengalami
kegagalan dan memicu terjadinya peperangan lagi. Benteng Bonjol
dikepung dan berhasil dikuasai oleh pasukan Belanda pada Oktober
1837. Tuanku Imam Bonjol dan sejumlah pejuang lainnya
menyerahkan diri untuk menjamin keselamatan kaum Padri5.

5
Ferdinan Bashofi, ‘Pengembangan Augmented Reality Book Berbasis Situs Peninggalan
Kebudayaan Sebagai Sumber Belajar Sejarah’, Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran
IPS, 6.1 (2021), 19–32.

10
E. Sejarah Perlawanan Maluku

Perlawanan rakyat Maluku muncul pada tahun 1635 di bawah


pimpinan Kakiali, Kapitan Hitu. Saat Kakiali tewas terbunuh,
perjuangannya dilanjutkan Kapitan Tulukabessy. Perlawanan ini baru
dapat dipadamkan pada tahun 1646. Sampai akhir abad ke-18 tak
terdengar lagi perlawanan pada VOC.

Baru kemudian muncul nama Sultan Jamaluddin, dan Sultan Nuku


dari Tidore. Namun VOC dengan cepat bisa memadamkan perlawanan itu.
Lalu pada 1817 muncul tokoh dari di Pulau Saparua bernama Pattimura.
Dalam aksi Pattimura itu, Benteng Duurstede berhasil dihancurkan oleh
rakyat Maluku. Bahkan, Residen Belanda Van den Bergh terbunuh dalam
peristiwa tersebut.

Tak sampai di situ, Belanda terus membawa pasukan dari Ambon


hingga Jawa demi mengalahkan rakyat Maluku. Peristiwa ini menjalar ke
kota lainnya di Maluku, seperti Ambon, Seram, dan pulau lainnya agar
rakyat Maluku mundur. Rakyat Maluku pun mundur karena kekurangan
pasokan makanan. Demi menyelamatkan rakyat dari kelaparan, Thomas
Mattulessia atau Patimurra menyerahkan diri dan dihukum mati. Tokoh
Perlawanan Rakyat Maluku. Ada dua tokoh yang terlibat dalam
perlawanan tersebut, yakni Patimurra sebagai pemimpin perlawanan
pertama dan pejuang perempuan Khristina Martha Tiahahu.

Khristina Martha Tiahahu diketahui menggantikan kepemimpinan


Pattimura yang menyerahkan diri demi rakyat. Sayang, perjuangannya
harus berhenti ketika ia dibawa ke pengasingan di Jawa dan meninggal
dunia. Kolonial pun semakin menerapkan kebijakan yang berat terhadap
rakyat Maluku, terutama rakyat Saparua setelah perlawanan rakyat
Maluku. Monopoli rempah-rempah kembali diberlakukan6.

6
Siti Komala Putri, Sofian Abdulatif, and Tin Rustini, ‘Analisis Konsep Sejarah Masa
Penjajahan Bangsa Eropa Pada Siswa Sekolah Dasar’, Journal on Education, 05.01 (2022),
407–16.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa


para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada
tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak
yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman. Empat kapal Belanda yang
dipimpin Cornelis de Houtman tiba di perairan Banten pada 27 Juni 1596,
tepat hari ini 422 tahun lalu. Sebelum angkat sauh dari Amsterdam,
Cornelis mendapat informasi bahwa di timur jauh sana, ada kepulauan
penghasil rempah-rempah Nusantara.

B. Saran

Demi kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah ini, kami


mohon kepada para pembaca untuk memberikan saran yang membangun.
Karena kami sadar betul bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat banyak kekuarangan dan kesalahannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Sodiq, ‘Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam Pendidikan


Karakter’, Jurnal Edueksos, III.2 (2014), 59–76
<https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kontribusi+ilmu+pengetahuan+sosial+dalam+pen
didikan+karakter&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DN6RFu2pmlPgJ>

Bagus, Ida, and Wika Krishna, ‘Sura Magadha : Patriotisme Dan Nasionalisme
Warga Banjar Dalam Perang Banjar Tahun 1868’, Jurnal Hasil Penelitian,
1.1 (2021), 21–31

Bashofi, Ferdinan, ‘Pengembangan Augmented Reality Book Berbasis Situs


Peninggalan Kebudayaan Sebagai Sumber Belajar Sejarah’, Jurnal Teori
Dan Praksis Pembelajaran IPS, 6.1 (2021), 19–32

Putri, Siti Komala, Sofian Abdulatif, and Tin Rustini, ‘Analisis Konsep Sejarah
Masa Penjajahan Bangsa Eropa Pada Siswa Sekolah Dasar’, Journal on
Education, 05.01 (2022), 407–16

Susilo, Agus, and Ratna Wulansari, ‘Perjanjian Linggarjati ( Diplomasi Dan


Perjuangan Bangsa Indonesia Tahun 1946- Linggarjati Agreement
( Indonesian Nation Diplomacy and Struggle 1946-1947 ) Penelitian Sejarah
Di Era Globalisasi Ini Sangat Penting Untuk Dilakukan . Sejarah Jika Tidak
Diken’, Jurnal Pendidikan Sejarah, 10.1 (2021), 30–42

Wijaya, Muhammad Rafi Dwi, and Pendidikan, ‘Sejarah Pertempuran Selat Bali
Sebagai Sumber Belajar Sejarah Siswa Sma Di Bali Dalam Upaya Penguatan
Pendidikan Karakter’, Jurnal Pendidikan Sejarah, 10 (2022), 24–28

13

Anda mungkin juga menyukai