Anda di halaman 1dari 9

MATERI PERTEMUAN KE 3 : ORGANISASI SEBAGAI SISTEM SOSIAL

A. Pengertian Sistem
Menurut Abidin dan Saebani (2014: 13), secara linguistik sistem berasal dari bahasa
Latin, systema dan bahasa Yunani sustema artinya kesatuan yang terdiri atas
komponen yang saling berhubungan secara sinergis untuk mencapai tujuan tertentu
serta memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Dalam bahasa Yunani, kata
sistem berasal dari kata sustema yang berarti keseluruhan yang terdiri atas banyak
bagian dan hubungan erat yang teratur antar berbagai komponen.

Beberapa ahli mengemukakan definisi sistem sosial sebagai berikut:


1) Menurut Campbell, sistem ialah himpunan komponen atau bagian yang saling
berhubungan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan.
2) Awad mengatakan bahwa sistem ialah sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan saling berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan
tertentu.
3) Menurut Konontz dan O. Donnell sistem bukan wujud fisik melainkan ilmu
pengetahuan yang terdiri atas fakta, prinsip, doktrin dan sejenisnya.
4) Sistem dapat diartikan sebagai kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur
(elemen). Unsur komponen atau bagian di dalamnya memiliki keterikatan fungsional
dan kohesif sehingga ketotalitas unit terjaga utuh eksistensinya.
5) Sistem ialah cara yang mekanismenya berpola, konsisten, dan bersifat otomatis.
6) Sistem merupakan kesatuan interaktif antarsub sistem yang saling berhubungan,
berada dalam struktur tertentu, dan memiliki motif untuk bergerak ke arah tujuan
tertentu, misalnya sistem organisasi yang terdiri atas pengurus dengan tugas dan
kewajibannya yang berbeda, tetapi saling berkaitan satu dan lainnya.

Menurut Abidin dan Saebani (2014: 14-15), setiap sistem selalu terdiri dari empat
elemen, yaitu: (a) Objek yang dapat berupa bagian, elemen ataupun variabel dapat
bersifat benda konkret serta bagian abstrak, (b) Atribut yang menentukan kualitas atau
sifat kepemilikan sistem dan objeknya, (c) Hubungan internal sebagai relasi yang dapat
dipisahkan, (d) Lingkungan, tempat sistem berada.

Beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem ialah:


a. Tujuan Setiap sistem memiliki tujuan yang menjadi mativator yang mengarahkan
sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan tidak terkendali, meskipun
setiap sub sistem memiliki tujuan yang berbeda secara spesifik.
b. Input Input sistem ialah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem, yang menjadi
bahan yang diproses. Masukan dapat berupa materi yang tampak secara fisik dan
immaterial.
c. Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari
input menjadi output yang berguna dan bernilai, misalnya input mengenai informasi
daya beli masyarakat yang berkaitan dengan produk yang dibutuhkan.
d. Output Output atau keluaran merupakan hasil dari proses, misalnya input ialah
seleksi penerimaan mahasiswa baru, sedangkan outputnya ialah alumni yang telah
bekerja di berbagai instansi.
e. Batas Batas sistem ialah pemisah antara daerah sistem dengan daerah di luar
sistem. Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan
sistem, misalnya pengembangan dan pelaksanaan kurikulum pembelajaran
tergantung pada sumber daya dosen sebagai tenaga pendidik.
f. Mekanisme pengendalian dan umpan balik Mekanisme pengendalian diwujudkan
dengan menggunakan umpan balik yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini
digunakan untuk mengendalikan masukan dan proses. Pengendalian bertujuan untuk
mengatur agar sistem mencapai target yang telah ditentukan.
g. Lingkungan Lingkungan ialah sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan dapat
mempengaruhi operasi sistem yang dapat merugikan atau menguntungkan sistem
tertentu. Lingkungan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak
menganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan lingkungan yang
menguntungkan harus dipertahankan dan ditingkatkan karena akan mengacu
kelangsungan hidup sistem.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa sistem terdiri atas berbagai
subsistem atau komponen yang integral dan interaktif dengan fungsi, tugas, kedudukan,
dan kewajiban yang beragam, tetapi secara sinergis bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu.

B. Sistem Sosial

Sebelum menjelaskan lebih mendalam mengenai sistem sosial, lebih baik dipahami
lebih dahulu pengertian sosial yang merupakan lawan dari kata individual. Apabila
individual diartikan sebagai sendiri atau hidup sendiri, kata sosial berarti bersama atau
hidup bersama. Dalam bahasa Inggris, kata sosial berasal dari kata social yang sering
disebut sebagai society yaitu masyarakat atau peoples. Dengan demikian, maksud
sosial ialah masyarakat atau sekelompok orang yang hidup bersama, saling menjalin
komunikasi dan berinteraksi. Mempelajari sistem sosial berarti memahami dan
menyadari kenyataan bahwa kehidupan manusia tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
membutuhkan orang lain. Manusia ialah makhluk sosial, oleh sebab itu manusia harus
peka terhadap permsalahan sosial serta menyadari bahwa setiap masalah sosial yang
timbul dalam masyarakat bersifat kompleks dan memerlukan pendekatan sosiologis
dalam menyelesaikannya.

Menurut Setiadi dan Kolip (2013: 31-32), dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem
sosial diartikan sebagai hubungan antara bagian-bagian (elemen - elemen) di dalam
kehidupan masyarakat terutama tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan
kelompok-kelompok sosial yang saling mempengaruhi. Hubungan antar elemen-elemen
tersebut selanjutnya menghasilkan produk - produk interaksi itu sendiri, yaitu nilai-nilai
dan norma-norma sosial yang keadannya selalu dinamis.

Menurut Sulaeman (1995: 16), teori sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh
seorang sosiologi Amerika bernama Talcott Parsons. Konsep sistem sosial merupakan
alat analisis realitas sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model analisis
terhadap organisasi sosial. Sistem sosial ialah alat pembantu untuk menjelaskan
tentang kelompok-kelompok manusia yang bertitik tolak dari pandangan bahwa
kelompok-kelompok manusia merupakan suatu sistem.
Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur
dalam dua arti, yaitu: (a) Relasi-relasi sendiri antara orang-orang yang bersifat agak
mantap dan tidak cepat berubah, (b) Perilaku-perilaku mempunyai corak atau bentuk
yang relatif mantap.

Sistem sosial merupakan sinergi antar berbagai sub sistem dalam kehidupan
masyarakat yang saling bergantung dan saling berkaitan. Sistem sosial bersifat abstrak
sehingga komponennya tidak dapat dilihat, tetapi dapat dibayangkan dengan konstruksi
berpikir.

Menurut Wirawan (2012: 54-56), sistem sosial adalah suatu sistem tindakan yang
terbentuk dari sistem sosial berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang dengan
secara tidak kebetulan, tetapi tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum
atau norma-norma sosial yang disepakati bersama oleh para anggota masyarakat.
Norma-norma sosial inilah yang membentuk struktur sosial. Interaksi sosial terjadi
karena adanya komitmen terhadap norma-norma sosial yang menghasilkan daya untuk
mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan di antara anggota masyarakat dengan
menemukan keselarasan satu sama lain di dalam suatu tingkat integrasi sosial tertentu.
Ekuilibrium terpeliharanya oleh berbagai proses dan mekanisme sosial, di antaranya
mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial.

Ciri-ciri sistem sosial antara lain: (a) Tiap bagian dari sistem saling bergantung satu
sama lain dan memberikan konsekuensi secara bervariasi, (b) Hubungan antar bagian
merupakan hubungan saling ketergantungan hingga membentuk keteraturan. (c)
Keseimbangan tidak terbatas meskipun terjadi keanekaragaman.

Kondisi minimal yang diperlukan dalam sebuah sistem sosial antara lain: (a) Orientasi
pelaku terhadap situasi dilatarbelakangi oleh motivasi mewujudkan ekuilibrium (b)
Harapan timbal balik yang ajek di antara pelaku, (c) Membagi dan sama-sama
merasakan makna tentang apa yang sedang terjadi

Ritzer juga mengungkapkan tujuh ciri sistem yaitu: (a) Sistem mempunyai property of
order, dan bagian-bagian saling bergantung (b) Sistem cenderung mengarah self
maintaining order atau keseimbangan (c) Sistem menjadi statis, (d) Ciri satu bagian
sistem mempunyai impak pada bagian-bagian lainnya, (e) Alokasi dan integrasi dua
proses fundamental ialah given state dari sistem keseimbangan, (f) Sistem cenderung
memelihara diri dan cenderung mengubah sistem dari dalam.

Sesuai dengan uraian di atas, ada seperangkat asumsi untuk mengatur suatu sistem
sosial, yaitu: (a) Sistem mempunyai properti aturan dan saling ketergantungan antara
bagian-bagian, (b) Sistem cenderung ke arah bagian tata tertib pemeliharaan diri atau
keseimbangan, (c) Sistem mungkin statis, (d) Sifat dari satu bagian sistem mempunyai
impak pada bagian lainnya, (e) Sistem-sistem memelihara batasan-batasan dengan
lingkungannya, (f) Alokasi dan integrasi adalah dua proses fundamental, (g) Sistem
cenderung pemeliharaan diri meliputi pemeliharaan batasanbatasan dan hubungan
bagian-bagian keseluruhan, pengawasan variasivariasi lingkungan dan pengawasan
tersebut untuk membuat analisis aturan struktur dan system.

Prasyarat fungsional sistem sosial yaitu: (a) Sistem sosial mesti disusun dan
dioperasikan dengan tepat dengan sistem-sistem lainnya, (b) Agar tetap hidup, sistem
sosial mesti mempunyai dukungan dari sistemsistem lainnya, (c) Sistem mesti
menemui proposisi yang signifikas dalam kebutuhan aktoraktornya, (d) Sistem
membutuhkan partisipasi anggota-anggotanya, (e) Pada hakikatnya mempunyai kontrol
minimum secara potensial terhadap gangguan tingkah laku, (f) Konflik yang menganggu
mesti dikontrol.

Pengertian organisasi adalah suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan yang
sama. Tujuan merupakan hasil yang berupa barang, jasa, uang, pengetahuan dan lain-
lain. Sedangkan pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan
masyarakat dan para anggotanya (dikutip dari W3 dictionary). Dengan demikian sistem
sosial merupakan orang-orang dalam masyarakat dianggap sebagai sistem yang
disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja
untuk mewujudkan keinginannya. Beberapa hal yang menggambarkan organisasi
sebagai sistem sosial antara lain dengan adanya organisasi sosial.

Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana


orang bertindak di dalam organisasi. Dengan demikian dalam kaitannya dengan
organisasi sebagai sistem sosial maka kajian perilaku organisasi mencakup berbagai
aspek seperti : publik, bisnis, sosial dll. Kita tahu bahwa hampir semua pekerjaan
dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan organisasi, organisasi akan berjalan
dengan baik jika diatur dengan sistem yang baik sehingga cakupan sosial didalamnya
dapat bekerja sesuai pakem yang telah diatur dalam suatu sistem. Cakupan sosial yang
dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi serta koordinasi yang dilakukan dalam
organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.

Faktor faktor Organisasi antara lain (menurut John Willey)


 Manusia
 Teknologi yang digunakan
 Tugas/ kerja
 Budaya organisasi

Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi. Manusia itu sendiri
merupakan makhluk social. Dan dalam organisasi manusia bekerja tidak sendiri, maka
manusia melakukan komunikasi serta koordinasi dalam bekerja. Dengan demikian
aspek sosial tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Dan dapat dikatakan juga bahwa
Sistem sosial itu juga merupakan organisasi dan sebaliknya.

C. Organisasi Dipandang Sebagai Perwujudan Tingkah Laku Orang-orang yang


Mengakomodasi Interaksi Berstruktur
Sistem adalah komponen-kmponen yang mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lainnya, yang saling berpengaruh dan tak dapat dipisahkan. Menurut Nasikin
suatu sistem sosial, pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem dari pada tindakan-
tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara berbagai individu, yang
tumbuh dan berkembang. Sedangkan menuurut sistem organik organisasi-organisasi
yang ada dapat dibandingkan dengan sistem biologis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Unsur sistem sosial berdasarkan unsur sistem: (a) Adanya
elemen-elemen yaitu masyarakat, (b) Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-
elemen atau bagian-bagian dalam setiap individu, (c) Elemen-elemen masyarakat
menjadi satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan, (d) Mempunyai tujuan yang sama
dalam lingkungan sosial.

Sedangkan organisasi sebagai sistem mempunyai ciri-ciri diantaranya: (a) Terbuka,


yaitu sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar baik
positif maupun negative, (b) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem,
maksudnya organisasi mempunyai struktur yang jelas dari susunan atas sampai bawah
dalam struktur organisasi, (c) Diantara sub sistem terjadi ketergantungan dalam
organisasi adanya kegiatan dimana proses yang dilakukan dan dikerjakan secara
bertahap dan teratur sesuai dengan prosedurnya, (d) Kemampuan menyesuaikan diri,
organisasi harus mempunyai sifat fleksibel dalam menyikapi lingkungan sosial yang
berbeda termasuk individu didalamnya, (e) Adanya tujuan, organisasi harus
menentukan tujuan yang dicapainya agar dapat menukur tingkat keberhasilan
organisasi itu sendiri, (f) Mempunyai batas, suatu organisasi meskipun terbuka tetapi
harus mempunyai batasan-batasan dengan lingkungan sosial, karena meskipun
organisasi berbaur dengan lingkungannya namun tidak menjadikan organisasi itu lebur
dengan lingkungan sosial karena organisasi pada dasarnya mempunyai prinsip yang
dianut, (g) Mekanisme control, organisasi menerima masukan-masukan dari
masyarakat khususnya stakeholder untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan
kualitas produk organisasi.

Organisasi sebagai sistem pada dasarnya yaitu suatu organisasi harus mampu
bertahan dan berkembang dalam lingkungannya dan menghadapi komponen-
komponen sosial yang terjadi didalamnya.

Perilaku setiap individu dalam interaksi berstruktur berbeda-beda tergantung dari


individu tersebut, tingkah laku interaksi berstruktur dalam organisasi artinya perilaku
individu yang terjadi interaksi dalam sebuah struktur organisasi tersebut, atau perilaku
individu dalam berinteraksi yang terkait dengan pekerjaan organisasi. Dibawah ini
terdapat dua model desain organisasi:

(1) Model mekanik, merupakan model struktur birokrat dimana kekuasaan tertinggi
dipegang penuh oleh pemimpin teratas. Keunggulan dari model ini yaitu: (a)
Adanya spesialisasi yang tinggi dalam pembagian tugas sehingga produktivitas
tenaga kerja tinggi, (b) Adanya sentralisasi dimana setiap keputusan dan tindakan
dalam tiap-tiap bagian harus diketahui oleh pemimpin sehingga organisasi
terkontrol, (c) Adanya rantai perintah yang jelas seperti pembagian kerja dan
jabatan structural yang jelas, termasuk wewenang dan tanggung jawab setiap
individu. Sedangkan kekurangan model ini diantaranya: (a) Spesialisasi pekerjaan
mengakibatkan tenaga kerja merasa jenuh dan kemampuannya kurang
berkembang, (b) Hubungan formal yang tinggi mengakibatkan terjadinya hubungan
yang kaku dalam setiap individu didalamnya.

(2) Model organik, dapat dikatakan model struktur yang sifatnya kerja


sama.Keunggulan model ini diantaranya: (a) Arus informasi bebas sehingga tenaga
kerja dapat bebas memperoleh informasi yang ia butuhkan, (b) Desentralisasi yaitu
setiap bagian mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh dalam kegiatan
organisasi sehingga setiap individu mempunyai peran serta dalam pengambilan
keputusan, (c) Formalisasi rendah sehingga hubungan yang terjalin lebih harmonis
dan kekeluargaan yang membuat produktivitas menjadi tinggi. Kekurangan dari
model ini adalah tidak adanya kejelasan dari pemimpin, sehingga keberhasilan
organisasi terletak pada kesadaran setiap tenaga kerja didalamnya.

D. Model Getzels Untuk Memberi Gambaran Tentang Organisasi Sebagai Proses


Interaksi Social

Model Getzels dimulai dengan pertimbangan tentang latar belakang yang paling umum
dari perilaku antar pribadi atau sosial, yaitu suatu sistem sosial tertentu. Suatu system
ialah sekelompok bagian atau badan yang membentuk suatu keseluruhan yang
dipersatukan. Jika satu bagian dari sistem berubah, bagian-bagian lain akan berubah
atau memaksa bagian yang menyimpang itu menyelaraskan dengan sistem yang ada.
Karena suatu sistem ditandai dengan hubungan timbal-balik antara bagian-bagiannya,
bagian-bagiannya tersebut hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan
keseluruhannya. Begitu pula keseluruhannya hanya bisa dipahami dalam hubungan
dengan unsur-unsurnya dan bagian-bagian integralnya.

Menurut Getzels, organisasi selaku sistem sosial memiliki dua dimensi, yaitu
dimensi sosiologi dan dimensi psikologis. Dimensi sosiologis disebut juga dengan
dimensi nomotetis yaitu mengacu kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-
peranan dan harapan-harapan tertentu sesuai tujuan-tujuan sistem tersebut.
Sedangkan dimensi psikologis disebut juga dimensi idiografis yaitu mengacu kepada
individu-individu yang menempati sistem, masing-masing dengan kepribadian dan
disposisi kebutuhan tertentu.
Dimensi nomotetis. Untuk memahami sifat perilaku yang nampak – dan untuk bisa
meramalkan dan mengendalikannya – sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus
dipahami. Istilah organisasi atau lembaga menunjuk kepada badan-badan yang
didirikan untuk menjalankan “fungsi-fungsi institusional bagi sistem sosial secara
keseluruhan”. Semua lembaga memiliki fungsi-fungsi imperative tertentu yang harus
dilaksanakan menurut cara-cara rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini – seperti
memerintah, memeriksa, mengadili, mendidik, dan seterusnya – bisa disebut telah
melembaga, dan badan-badan yang didirikan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang
telah melembaga ini bagi sistem sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”.

Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi ialah peranan. Peranan ialah
“aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan jabatan di dalam suatu lembaga”, dan ia
menetapkan perilaku para pemegang peranan itu. Di lingkungan sekolah para
pemegang peranan ini meliputi kepala kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah,
guru, dan personil lain. Peranan didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu
“kewajiban dan tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan.
Harapan-harapan ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang
peranan itu, apa yang ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari
peranan tertentu itu.

Suaatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu sama lain saling
melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari peranan lain yang
berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang mempersatukan dua peranan atau
lebih menjadi unit yang berpadu dan interaktif, yang memungkinkan kita memahami
suatu organisasi sebagai struktur yang karakteristik.

Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat dipikirkan selaku “aktor-
aktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi, seakan-akan semua pemegang peranan
itu semua benar dan seolah-olah menjalankan peranan tertentu dengan cara yang
sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan ramalan kasar tertentu mengenai
perilaku dalam suatu organisasi.
Dimensi idiografis. Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu
lembaga tidak cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang nyata,
dan tidak ada individu yang sama. Setiap inidividu memberi sifat khas kepada peranan
yang ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya yang karakteristik.
Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau institusional, aspek-aspek
idiografis dan psikologis haus dipertimbangkan juga. Dimensi individu bisa dianalisa
menjadi unsure-unsur kepribadian dan diposisi kebutuhan.

Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi iidiografis dan nomotetis. 


Artinya, perilaku sosial terjadi bila seseorang berusaha untuk mengatasi suatu
lingkungan yang terdiri dari pola harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok
dengan pola kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam
organisasi adalah suatu fungsi dari perana institusional tertentu yang ditetapkan oleh
harapan-harapan yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan
tertentu yang ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi
individual dari organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan indivisual
sehingga organisasi bisa menjadi efisien dan efektif.

Perluasan Model; Dimensi antropologis

Dengan memfokuskan kepada dimensi sosiologis dengan konsep peranan dan dimensi
psikologis dengan konsep kepribadian orang mudah melupakan dimensi dan variable
perilaku sosial lain. Sehubungan dengan itu Getzels memperingatkan adanya
perangkat konsep lain yang diturunkan dari dimensi antropologis yaitu dimensi kultural.

Getzel dan Thelen, menyadari keterbatasan konsep proses sosial itu, telah
mengembangkan suatu dimensi baru yang dimaksudkan untuk melukiskan dengan
lebih memadai kenyataan organisasi di lingkungan masyarakat yang lebih luas lagi.
Lembaga/organisasi dan individu bisa dilihat dalam kata-kata kultural, mengingat
mereka terpancang dalam suatu kultur dengan tradisi dan nilai-nilainya yang spesifik.
Sehingga, sifat peranan-peranan institusional dan kepribadian individu berkaitan
dengan tradisi yang spesifik dari kultur itu, dan harapan-harapan serta disposisi
kebutuhan dengan nilai-nilainya.

Penutup

Organisasi dikatakan sebagai suatu sistem sosial, karena organisasi merupakan suatu
wadah yang merupakan tempat orang berinteraksi yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam organisasi tersebut dan
mempunyai tujuan dari proses interaksi mereka, sedangkan dalam pelaksanaannya
organisasi tidak terlepas dari keadaan sosial atau masyarakat, yang artinya organisasi
bersifat terbuka. Sistem sosial yang dimaksudkan adalah organisasi tersebut
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga terdapat
hubungan antara organisasi dan masyarakat.

Sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu-individu dalam suatu tempat yang


berlangsung untuk jangka waktu yang sangat lama bahkan seumur hidup dan terjadi
proses interaksi diantara mereka sehingga terjadi atau terbnetuk suatu peraturan-
peraturan yang mengikat kehidupan mereka. Maka dari pada itu, Getzels dan Guba,
menggambarkan organisasi sebagai sistem sosial yang dilihat dari proses interaksi
sosialnya yang dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu terdapat interaksi yang sangat
jelas antara lembaga dan individu atau para anggota organisasi yang merupakan
bagian dari masyarakat dalam menjalankan suatu organisasi.

Oleh karena itu, organisasi sebagai sistem sosial perlu dipejari dalam kajian perilaku
organisasi karena kajian perilaku organisasi juga menyangkut pada perilaku atau
kondisi masyarakat yang dapat mempengaruhi pada perilaku individu dan kelompok
dalam organisasi.

Daftar Referensi

Nasikin. (2006). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek


Profesional. Bandung: Angkasa.

Nasikun. 2013. Sistem Sosial Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Ritzer, George.
2012. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Ritzer, George. 2015. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenadamedia Group.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana Prenada Media.

Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai