Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN DESIMINASI AKHIR

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN GERONTIK DI UNIT


PELAYANAN TEKNIS UPTD GRIYA WREDA JAMBANGAN
SURABAYA PERIODE 03 – 16 APRIL 2023

Disusun Oleh:

1. Binti Nur Kholifah 19. Nur Wahyuni


2. Choirul Anam 20.Dwi Ajeng Setyoningrum
3. Chusnul Chotimah 21.Foury Sandy Sagita
4. desyana Nur Rachmawati 22.Maura Mirza Putri Sugiharto
5. Dewi Linda Puspita Sari 23.Adik Susilo Pambudi
6. Dewi Nadia Kustari 24.Nanik Putri Setyowati
7. Dewi Puspa Giri 25.Erna Sudarti
8. Dewi Puspita Anggraeni 26.Imtichanatul Azizah
9. Dias Rohmatul Ummah 27.Santi Karlina
10. Diaz Octavia Anggraini 28.Ratna Nurul Aulia
11. Dinda Rimyatul Ababiel 29.Yuni Wiranti Etitama
12. Diyah Lailys Rahmawati 30.Muhammad Ichsan
13.Dwi Puri Lailatul Hasny 31.Nasihin
14.Erika Ayu Nur Halisha 32.Nanang Nurrachmat Setiadi
15.Evi Ariesta Kartika Sari 33.Dared Gesang Sukmana
16.Faiqotul Ilmi 34.Vanti Perdana Nilasari
17. Faisal Rizki Kishbuallah 35.Jihan Safira Rafika Dewi
18. Eka Citra Permata Sari 36.Novi Milawati

Dosen Pembimbing:
Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep
Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir ini dibuat dan disusun sebagai bukti bahwa praktikum klinik
Keperawatan Gerontik Pendidikan Profesi Ners Angkatan 2023 Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya yang
dilaksanakan pada tanggal 3-16 April 2023 telah dilaksanakan sebagai laporan
praktik profesi.

Surabaya, 14 April 2023


Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep
NPP: NPP:

Mengetahui,

Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan


Surabaya

Didik Dwi Winarno, S.Kep., Ns., M.KKK


NIP: 198707122010011008

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada kira, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan desiminasi akhir praktik profesi ners keperawatan gerontik
di UPTD GriyaWreda Jambangan Surabaya.
Selama pembuatan laporan ini kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
sumber. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Khamida, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dekan fakultas keperawatan dan
kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
2. Ibu Siti Nurjannah, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Kepala program studi profesi ners
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
3. Ibu Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing praktik
keperawatan gerontik profesi ners yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi.
4. Ibu Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep selaku dosen pembimbing praktik
keperawatan gerontik profesi ners yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi.
5. Bapak Didik Dwi Winarno, S. Kep., Ns., M. KKK selaku kepala UPTD Griya
Wreda Jambangan Surabaya yang telah memfasilitasi kami untuk memperdalam
ilmu keperawatan gerontik.
6. Segenap perawat dan staff UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan proposal desiminasi awal ini.
Semoga Allah SWT. Membalas kebaikan dari semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan Laporan
Desiminasi Akhir Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik di UPTD Griya
Wreda Jambangan Surabaya. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini
banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
memotivasi dalam rangka perbaikan tugas selanjutnya. Kami berharap semoga
laporan desiminasi akhir ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.

Surabaya, 14 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
A. Profil UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya.................................... 4
B. Konsep Dasar Lanjut Usia ...................................................................... 5
C. Konsep Dasar Hipertensi........................................................................ 15
D. Konsep Dasar Dermatitis ....................................................................... 21
BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................. 27
A. Pengkajian Manajemen Keperawatan .................................................... 27
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 36
A. Analisis Data .......................................................................................... 36
B. Planning Of Action ................................................................................ 38
C. Ganchart ................................................................................................. 39
D. Pembahasan Kegiatan ............................................................................ 40
BAB 5 PELAKSANAAN DAN EVALUASI .................................................. 46
BAB 6 PENUTUP ............................................................................................. 77
A. Kesimpulan.................................................................................................... 77
B. Saran .............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78
LAMPIRAN ...................................................................................................... 79

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan adalah proses yang berhubungan dengan umur seseorang.
Manusia akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur (Sunaryo
et al., 2015). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan
lansia jika sudah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Lansia akan
mengalami banyak perubahan fisik dan menal, kemunduran yang dialami lansia
biasanya tampak jelas pada fungsi dan kemampuan yang pernah mereka kuasai.
Selain perubahan fisik, seseorang yang telah menginjakusia lanjut akan kehilangan
peran diri serta kedudukan sosial yang telah dicapai sebelumnya. Masalah yang
berhubungan dengan lansia adalah masalah Kesehatan, baik Kesehatan fisik
maupun mental, masalah sosial, ekonomi, dan psikologis dan spiritual
(Wreksoatmodjo, 2014). Masalah yang berhubungan dengan lansia dapat merubah
kualitas hidup individu, maka diperlukan beberapa dukungan dari kerabat atau
keluarga, masyarakat, fasilitas Kesehatan,dan pemerintahan (Miller, 2012).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Dukcapil), penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia
(lansia) berjumlah 30,16 juta jiwa pada 2021. Kementrian Dalam Negeri
(Kemendagri) 2021 menjelaskan, ada tiga provinsi dengan presentase lansia
terbesar yaitu Jawa Timur (6 juta), Jawa Tengan (5,1 juta), dan Jawa Barat (4,9juta).
Jawa Timur menjadi provinsi dengan penduduk lansia terbanyak nasional, yakni
mencapai 6 juta jiwa. Jumlah ini setara dengan 14,56% dari total penduduk Jawa
Timur yang berjumlah 41,06 juta jiwa pada akhir tahun lalu. Pada tahun 2020
didapatkan jumlah penduduk lansia di kota Surabaya didapatkan sebanyak (9,16%)
jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2020).
Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain gangguan
penyesuaian, kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain. Untuk
membina kesehatan lanjut usia tersebut, maka diperlukan kerjasama lintas

1
program dan lintas sektoral yang salah satunya dengan pelayanan di Unit
Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPTD-PSLU). Pemerintah telah
mengupayakan kesejahteraan lansia melalui pelayanan dalam Panti Sosial Lanjut
Usia, pelayanan di luar panti, pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di
rumah (home care), pemberian bantuan sosial langsung bagi lansia melalui
Asistensi Sosial Lanjut UsiaTerlantar (ASLUT) serta dukungan kepada keluarga
dengan lansia. Pemerintah berkomitmen tinggi terhadap pelayanan sosial agar lansia
dapat hidup layak dihari tua, sehingga dibutuhkan panti lansia yang representatif
untuk mampu merawat lansia terutama bagi lansia terlantar. Panti Wredha
merupakan salah satu penyediaan jasa yang dapat memberikan pelayanan
berkualitas bagi lansia. Lansia harus beradaptasi dengan perbedaan sosio-kultural di
dalam panti wredha, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kelangsungan
hidupnya sehari-hari (Hutapea, 2015).
Keberadaan ilmu keperawatan gerontik bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha preventif promotif
dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Dalam rangka menerapkan asuhan
keperawatan tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Angkatan
2021 melaksanakan praktikkeperawatan gerontik di UPTDGriya Wreda Jambangan
Kota Surabaya pada tanggal 03-16 April 2023.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap klien usia lanjut
secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di UPTD
Griya Wreda Jambangan Surabaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPTD Griya Wreda
Jambangan Surabaya.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada klien
lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan UPTD, baik yang bersifat aktual,
potensial dan resiko.

2
c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada klien lanjut usia yang tinggal di UPTD Griya Wreda
Jambangan Surabaya.
d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuairencana
yang dibuat.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
C. Manfaat
Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik
padalansia dan mekanisme pengelolaan UPTD Griya Wreda Jambangan
Surabaya.
2. Bagi lanjut usia di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya
a. Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.
b. Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
c. Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya
d. Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.
3. Bagi Institusi UPTD Griya Wreda
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang
tinggal di UPTD Griya Wreda.
b. Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi UPTD
Griya Wreda, dan alternatif pelayanan.
4. Bagi institusi penyelenggara pendidikan
a. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia
yang tinggal pada lingkungan panti, sekaligus sebagai sarana evaluasi
terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi
keperawatan.
b. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi UPTD Griya Wreda
Jambangan Surabaya.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya


Unit Pelaksana Teknis Griya Wreda Jambangan terletak di jalan Jambangan
Baru Tol 15A, Jambangan, Surabaya. Panti werdha ini merupakan pantiyang
dikelola oleh Dinas Sosial Pemerintah Kota Surabaya yang ditujukanuntuk warga
Surabaya lanjut usia (umur 60 tahun ke atas) yang tidak mampu secara
ekonomi/miskin, terlantar, tidak mempunyai keluarga.Persyaratan untuk masuk
kepanti ini yaitu lansia miskin terlantar berusia 60 (Enam puluh) tahun ke atas yang
telah terjaring dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di
Liponsos Keputih atau yang lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh pihak
masyarakat atau pemangku wilayah, pria/ wanita minimal usia 60 tahun, sehat
jasmani dan rohani, dan dapat mengisi berkas administrasi dengan lengkap.
Panti ini memiliki kapasitas lansia yaitu 160 lebih orang. Bangunan Panti
merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok, lantai keramik, atap
genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup yangterdapat kantor sekretariat, ruang
pertemuan, ruang perawatan dan medis, musholla, gudang, wisma mandiri care
perempuan, wisma partial care perempuan,wisma total care perempuan, wisma
mandiri care laki-laki, wisma partial care laki-laki, wisma total care laki-laki, kamar
mandi pegawai, kamar mandi lansia, dapur, ruang cuci baju. Kamar lansia
perempuan dan laki-laki dibedakan, kamar untuk lansia laki-laki antara lain ruang
melati; wijaya kusuma; tulip; kenanga; matahari; asoka dan kamboja, sedangkan
untuk lansia perempuan berada di ruang teratai; mawar; anggrek; Teratai;
Bougenvile; dahlia; sedap malam; seruni; dan lavender.
1. Visi dan Misi UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya
a. Visi
Melayani dengan hati menuju lansia sejahtera dan bermartabat. Terwujudnya
peningkatan kesejahteraan sosial lansia yang aman.

4
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pelayanan mental sosial dalam suasanakenyamanan,
ketentraman dan kebahagiaan.
2) Mengembalikn fungsi sosial lajut usia miskin, terlantar, menjadimanusia
seutuhnya yang bermartabat.
3) Meningkatkan kesadaran, kepedulian dan peran masyarakat terhadap usia
lanjut miskin dan terlantar di lingkungannya.
2. Tujuan UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya denga naman, tentram,dan
sejahterah.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Terwujudnya kualitas pelayanan.
B. Konsep Dasar Lanjut Usia
1. Pengertian Lansia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan lansia
jika sudah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Tahap usia lanjut
adalah tahap dimana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Kemampuan
degenerative pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit (Kholifah, 2016).
2. Klasifikasi Lansia
Ada beberapa teori yang menunjukan batasan usia pada lansia, antara lain
sebagai berikut:
a. Menurut WHO dalam Yusuf et al. 2015, klasifikasi pada lansia adalah
sebagai berikut:
1) Usia pertengahan (Middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (Elderly) : 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (Old) : 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) : diatas 90 tahun

5
b. Menurut peraturan menteri kesehatan (PMK) 2016, batasan lansia
adalahsebagai berikut:
1) Pra lanjut usia : 45-59 tahun
2) Lanjut usia : 60-69 tahun
3) Kelompok lansia dan resiko tinggi : 70 tahun keatas atau ±60 tahun
dengan masalah kesehatan
c. Menurut Undang-undang Republik Indonesia 1998 Nomor 13 tentang
kesejahteraan lansia dalam bab 1 pasal 1 ayat 2: “lansia adalah seseorang
yang usianya telah mencapai 60 tahun keatas”.
3. Tipologi Lansia
Ada beberapa macam tipologi menurut Sunaryo et al. 2015 pada lansia
antara lain:
a. Tipe mandiri: pada tipe ini lansia tersebut akan mencoba kegiatan-
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.
b. Tipe tidak puas: pada tipe ini lansia cenderung memiliki adanya konflik
lahirbatim, lansia tipe ini biasanya akan menentang proses penuaan dan
tidak menerima jika adanya perubahan dalam hal kecantikan, daya tarik
jasmani, kekuasaan, status, teman yang disayangi. Pada lansia tipe ini
akan mudah memiliki sifat yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
c. Tipe pasrah: lansia dengan tipe pasrah cenderung menerima dan
menungguakan nasib yang baik. Lansia tipe ini biasanya lebih aktif
dalam kegiatan beribadah dan suka beraktivitas.
d. Tipe bingung: pada tipe ini lansia cenderung memiliki sifat yang mudah
kaget, menarik diri, minder, merasakan penyesalan, pasif, dan acuh.
4. Batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)
3. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun)

6
5. Tipe Lansia
Tipe lansia bergantung pada karakter pengalaman hidup. lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Ratnawati, 2017). Tipe tersebut
diantaranya :
a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan panutan.
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang hanu, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, minder menyesal,
pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain lansia adalah tuipe optimis, konstruktif, dependen (tergantung),
defensife (bertahan), militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe pulus asa (benci pada din
sendiri).
6. Masalah pada Lansia
Adanya proses penuaan dapat menyebabkan kehilangan banyak seltubuh
dan penurunan metabolisme pada sel. Sehingga proses ini menyebabkan adanya
penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu akan terjadi perubahan
pada mental, dan psikologis.
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada lansia biasanya terjadi pada beberapa sistem

7
Tubuh seperti nutrisi, kulit, rambut, mata dan penglihatan, telinga dan
pendengaran. Selain itu, perubahan pada sistem pernapasan, kardiovaskular,
gastrointestinal, ginjal, reproduksi, saraf, imun, muskuloskeletal, dan sistem
endokrin (Stockslager & Schaeffer, 2007).
b. Perubahan mental
Perubahan mental pada lansia meliputi adanya sikap yang mudah curiga,pelit,
egois. Selain itu akan muncul keinginan untuk memiliki umur yangpancang,
ingin tetap berwibawa, dan dihormati oleh orang lain (Bandiyah, 2009).
c. Perubahan psikososial
Masalah psikososial yang sering muncul pada lansia yaitu, stress, kecemasan
dan ketakutan, mudah tersinggung, kesepian, kehilangan rasa kepercayaan
diri, dan egois (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
2012).
d. Perubahan spiritual
Lansia merupakan tahapan akhir dari kehidupan manusia dengankonsekuensi
akhir adalah kematian. Lansia biasanya akan meningkatkan keimanan
spiritual atau religius sebagai suatu tanda kesiapan untuk menghadapisuatu
kematian (sense of awareness of mortality) (Azizah, 2011).
e. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif pada lansia meliputi adanya penurunan memory atau daya
ingat, IQ (intellegent quocient), penurunan kemampuan belajar, sulit
untukmemahami, sulit dalam memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan, danbiasanya lansia mengalami low motivasi(Azizah, 2011).
7. Kebutuhan Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan sosial.
Berikut penjelasan kebutuhan lansia :
1. Kebutuhan Utama
a. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi, kebutuhan
pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhanseksual
b. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau
suatukreatifitas yang bisa menghasilkan
c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan

8
d. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari
orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta
statusyang jelas
e. Kebutuhan social : berupa peranan dalam hubungan dengan orang
lain,hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan
hubungn dengan organisasi sosial.
2. Kebutuhan Sekunder
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan
kemasyarakatan
e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan
makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.
8. Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia
Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia
memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka,
meliputi: pelayanandasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan
kondisi sosial, emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada
Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentangPedoman Pelayanan Sosial
Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan
terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang
diberikan dalam panti, meliputi:
1) pemberian tempat tinggal yang layak
2) jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan
3) pengisian waktu luang termasuk rekreasi
4) bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama

9
5) pengurusan pemakaman atau sebutan lain.
3. Kebutuhan Sekunder
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan
kemasyarakatan
e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan
makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian.
9. Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia
Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia
memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka,
meliputi: pelayanandasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan
kondisi sosial, emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada
Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentangPedoman Pelayanan Sosial
Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan
terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang
diberikan dalam panti, meliputi:
1) pemberian tempat tinggal yang layak
2) jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan
3) pengisian waktu luang termasuk rekreasi
4) bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama
5) pengurusan pemakaman atau sebutan lain.
Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman,
nyaman, dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan lansia,
sehingga dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun masih
memungkinkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mudah,aman,
dan tidak sangat tergantungpada orang lain.
Umumnya lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian sebagai berikut:

10
lokasi kamar yang berjauhandengan lokasi kamar mandi, keadaan kamar mandi
yang kurang mendukung, penggunaan tangga, permukaan lantai yang tidak
rata, dan alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungan kurang menunjang.
Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang atau barrierfree. Hal
ini sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakanatau aksesibilitas
dalam rumah, bahkan ketika mereka harus menggunakan kursi roda.
Kurniadi (2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia, secara garis
besar, terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata atau licin, pencahayaan
yang baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan memungkinkan kursi roda
dapat masuk, dan aman karena mereka kurang mampu melindungi dirinya
terhadap bahaya. Di negara-negar amaju, pelayanan kelompok lanjut usia
dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan
perkampungan khusus. Adanya fasilitas tersebut ditujukan untuk memberi
lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia
(Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam panti pun seyogyanya
memperhatikan kebutuhan lansia tersebut.
Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol atas
rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter untuk
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita, untuk
menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan. Dengan demikian,
makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda dengan cara
mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak
dan nyaman dipakai. Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat
fasilitas kesehatan berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan
pelayanan kegawat daruratan yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk,
tersedia fasilitas ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan pula
fasilitas fisioterapi.
Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan
peluangdan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan

11
berbagai kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi
dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus
sesuaidengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki (Annubawati,
2014).
Tidak hanya sekedar mengisi waktu luang tetapi sesuatu yang
menyenangkan,akan lebih baik jika produktif; sehingga dapat berfungsi sebagai
terapi masalahpsikososial dan emosional yang mungkin dialami oleh lansia.
Demikian juga dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya tidak hanya
menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk berinteraksi dengan
lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak terisolasi tetapi masih
terhubung dengan lingkungan di sekitarnya.
Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lansia yang
tinggal di panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dari pergaulan dan
kegiatan, pasif, murung, mengalami emosi negatif, bermusuhan dengan sesama
penghuni panti, dan sebagainya. Untuk membantu mengatasi masalah
tersebutkegiatan bimbingan mental dan keagamaan melalui kegiatan konseling
dapat membantu mereka. sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk
mengatasi masalah relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosialnya.
Terkait dengan pelaksanaan bimbingan sosial di panti wedha, Tim Kajian
Bentuk Pelayanan Lansia di DIY (2014) menemukan bahwa di panti werdha
ada kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama dengan
bimbingan psikologis; belum diarahkan untuk memfasilitasi interaksi atau
komunikasi antar penghuni panti sosial maupun dengan warga masyarakat
lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi penyebab atau saling
pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan psikologis,
sehinggamemperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosial
lainnya akanmembantu memecahkanmasalah emosional dan psikologis juga.
Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia
meninggal. Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka panjang

12
(Long-Term Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan pemakaman
pun turut menjadi tanggung jawab panti, sesuai dengan agama yang dianutnya
masing-masing.
10. Peran dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum
yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home,
komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya
(Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk
pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari
perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis.
Klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik
pelaksana/geriatric nurse practitioner(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis
secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan
peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan
bagi klien lansia dan keluarganya padasetting rumah sakit, fasilitas perawatan
jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan
peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman;
melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan
mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada
setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independentpractice.
Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialisklinis. Perawat
gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah
sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitasperawatan jangka
panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat
rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu
memahamitentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di
usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi,
rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.

13
b. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
kliendengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan
penelitianyang dapat dipercaya dan valid. Sedangkanperawat yang berada
pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti
membantu melakukan pengumpulan data.
c. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagaikonsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan
memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan
program perawatankhusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit.
Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas
hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam
pemberianasuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka
panjang lainnya.
d. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering
terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil
berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan
yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan
masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology
harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk
lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga
martabat,meskipun di dalam situasi yang sulit.
e. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen

14
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dankebahagiaan. Perawat
juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko
penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan
kanker.
f. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperolehkesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga
berperan sebagai inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk
mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian
untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g. Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah
sakit.Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan
berbagai perawatan yang berbeda.
C. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan
systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90mmHg. Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

15
2. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung ataupeningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi

terjadinya hipertensi:
a. Genetik, respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas, terkait dengan tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tuaserta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130mmHg untuk
tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
sedang memakai obat anti hipertensi dan tidak sedang sakit akut.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO (2013)
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140 – 159 90 – 99
Sub grup: perbatasan 140 – 149 90 – 94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160 – 179 100 – 109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

4. Patofisiologi Hipertensi
Ada faktor yang mempengaruhi akan terjadinya Hipertensi yaitu karena
ada faktor predisposisi seperti usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang
olahraga, genetic, alkhohol, konsentrasi garam, obesitas yang natinya akan
menimbulkan terjadinya penyakit Hipertensi dan Hipertensi ini akan
meninbulkan terjadinya tekanan sistematik darah yang meningkat, kerusakan
vaskuler pembuluh darah, perubahan situasi. Salah satunya sayamengambil

16
perubahan situasi yang dikarenakan kurangnya informasi yang minim.
Kurangnya informasi yang minim ini nantinya akan mempengaruhi pada
perawatan pada penyakit Hipertensi sehingga akan muncul masalah defisit
pengetahuan (Nurarif & Kusuma, 2015).

5. Pathway Hipertensi

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Aspiani (2016):
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah

17
5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun
Menurut Crowin (2017) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,
dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karenaparenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
8. Penatalaksanaan
Menurut 2016, penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah

18
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas
140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Indexdengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi
berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan
meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah
kolesterol kaya protein danserat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5
kg dapatmenurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 grNaCl atau 2,4
gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan
2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan
darah sistolik sebesar 5 mmHgdan tekanan darah diastolik sebesar 2,5
mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi
½ sendok teh/hari
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari
1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkantekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsialkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah(PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsibuah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan
potassium menjadi cukup. Caramempertahankan asupan diet potasium
(>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi
buah dan sayur.

19
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah
tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung
bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung sertatekanan darah
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yogaatau meditasi yang dapat
mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi
7) Terapi relaksasi progresif
Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan
juga menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon
relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan menghambat sistem
saraf otonom dan sistem saraf pusat serta meningkatkan aktivitas
parasimpatis yang dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka,
tonus otot jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar
memperoleh manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini
diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman.
b. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam danair,
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah istem

20
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress,
dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena: diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, labetalol.
D. Konsep Dasar Dermatitis
1. Definisi Dermatitis
Derrmatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gataldan
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidaktegas.
Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium penyakitnya. Kadangkadang
terjadi tumpang tindih penggunaan istilah eksim dengan dermatitis. Sebagian
ahli menyamakan arti keduanya, sebagian lain mengartikan eksim sebagai
salah satu bentuk dermatitis, yakni dermatitis atopik tipe infantil. Untuk itu,
istilah dermatitis tampak lebih tepat.
Menurut Ardhie (2014) Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif
ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang
umumnya berbatas tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium
penyakitnya.
2. Klasifikasi Dermatitis
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala berbeda:

21
a. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yag menempel pada kulit
b. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebaldan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang
kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang.
c. Seborrheich Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas.
d. Statis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau
hipertensi vena) tungkai bawah.
e. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak.
3. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula daridalam(endogen),
misalnya dermatitis atopik. Sejumlah kondisi kesehatan,alergi, faktor genetik,
fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis
eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-
pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan
ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri
yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh.Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus.
4. Patofisiologi Dermatitis
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan
iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapajam bahan-

22
bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak
lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin danleukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah
dan transudasidari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan
menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi
platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan
merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan
terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu
dermatitis kontak iritan tidak melalui fasesensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan
yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit
pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya
pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor
kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Pada dermatitis kontak
alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan
timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini
terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan
kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis.

23
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus (sebagai
pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan
(rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi yang dapat timbul secara
serentak atau beturut-turut pada permulaan edema.

24
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
2) Urin : pemerikasaan histopatologi
b. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi) Pemeriksaan ini tidak memberi
gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya
dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.
8. Komplikasi
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus.
c. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi.
d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.
9. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi
penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
a. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa haldapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
b. Pengobatan
1) Pengobatan topikal Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan
prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi
terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering.
Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut
berikan kompres, bila subakut diberi losio,pasta, krim atau linimentum
(pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau
pasta, bila kering di dalam, diberi salep.

25
2) Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan untuk
mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang
dan berat pada keadaan akut atau kronik

26
BAB 3

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Manajemen Keperawatan
1. M1 (Man) Sumber Daya Manusia
Di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya terdiri dari 3 blok
dimana lansia dengan tingkat ketergantungan mandiri,parsial maupun
total dengan perincian sebagai berikut: K. Melati K. Wijaya Kusuma
K. Tulip K. Kamboja K. Kenanga K. Matahari
a. Blok A
Blok A terdiri dari 7 kamar, yakni:
1) K. Melati : M: 9 P: 3 T: 0
2) K. Wijaya Kusuma : M: 10 P: 2 T: 0
3) K. Tulip : M: 10 P: 2 T: 0
4) K. Kamboja : M: 2 P: 10 T:0
5) K. Kenanga : M: 0 P: 5 T: 13
6) K. Matahari : M: 4 P: 0 T: 0
7) K. Asoka : M: 5 P: 0 T: 0
Total tingkat ketergantungan : Mandiri: 40 Pasrial: 22 Total: 13 Jumlah
keseluruhan blok A : 75 orang
Jumlah bed kosong:
1) K. Melati :1
2) K. Wijaya Kusuma : 1
3) K. Tulip :2
4) K. Kamboja :0
5) K. Kenanga :2
6) K. Matahari :2
7) K. Asoka :0
b. Blok B
Blok B terdiri dari 4 kamar yakni :
1) K. Teratai : M: 8 P: 0 T:0
2) K. Mawar : M: 7 P: 2 T:0
3) K. Anggrek : M: 0 P: 15 T:0

27
4) K. Lavender : M: 0 P: 0 T:13
Total tingkat ketergantungan : Mandiri: 15 Parsial: 17 Total: 13 Jumlah
keseluruhan blok B : 45 orang
Jumlah bed kosong :
6) K. Teratai :8
7) K. Mawar :5
8) K. Anggrek :0
9) K. Lavender :0
c. Blok C
Blok C terdiri dari 4 kamar, yakni :
1) K. Bougenvil : M: 11 P: 0 T: 0
2) K. Dahlia : M: 0 P: 0 T: 11
3) K. Sedap Malam : M: 0 P: 14 T: 0
4) K. Seruni : M: 7 P: 0 T: 0
Total tingkat ketergantungan : Mandiri: 18 Parsial: 14 Total: 11 Jumlah
keseluruhan blok C : 43 orang
5) K. Bougenvil :2
6) K. Dahlia :1
7) K. Sedap Malam :0
K. Seruni :4
Jumlah keseluruhan lansia : 75 + 45 + 43= 163
Jumlah Lansia meninggal :
1) Januari 2023 : 4 lansia
2) Februari 2023 : 7 lansia
3) Maret 2023 : 5 lansia
4) April 2023 : 2 lansia
Total lansia meninggal bulan Januari s/d April 2023 : 18 lansia
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan jenis kelamin di UPTD
Griya Wredha Jambangan Surabaya
Jenis Kelamin Frekuensi Presetase
Perempuan 88 55%
Laki-laki 75 45%
Total 163 100%

28
Didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia berjenis kelamin
perempuan sebanyak 88 orang (55%).
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan usia di UPTD Griya
Wredha Jambangan Surabaya
Usia Frekuensi Presetase
<60 Tahun (Middle) 11 7%
60-74 Tahun (Elderly) 78 48%
75-90 Tahun (Old) 68 41%
>90 Tahun (Very Old) 5 3%
Tidak diketahuai 1 1%
Total 163 100%
Didapatkan hasil bahwa hampir sebagian lansia berumur 60-74 tahun
(Elderly) sebanyak 78 orang (48%).
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan agama di UPTD Griya
Wredha Jambangan Surabaya
Agama Frekuensi Presetase
Islam 143 88%
Kristen 20 12%
Katolik 0 0%
Budha 0 0%
Total 163 %
Didapatkan hasil bahwa hampir seluruhnya lansia beragama islam
sebanyak 143 orang (88%).
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan lama tinggal di UPTD
Griya Wredha Jambangan Surabaya
Lama Tinggal Frekuensi Presetase
<1 Tahun 19 12%
1-3 Tahun 103 63%
>3 Tahun 43 25%
Total 163 100%
Didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia 1-3 tahun tinggal di
panti sebanyak 103 orang (63%).

29
Distribusi frekuensi lansia berdasarkan keluhan saat ini diUPTD
Griya Wredha Jambangan Surabaya
Keluhan Saat Ini Frekuensi Presetase
Nyeri 7 4%
Pusing 17 11%
Gatal-gatal 32 20%
Penglihatan kabur 19 12%
Pendengaran Berkurang 26 16%
Gangguan Tidur 13 8%
Nyeri sendi 13 8%
Kesemutan 6 4%
Tidak ada keluhan 18 11%
Sulit di evaluasi 12 6%
Total 163 100%
Didapatkan hasil bahwa sebagian kecil lansia mengalami gatal – gatal
sebanyak 32 orang (20%).
Distribusi lansia berdasarkan diagnosis penyakit yang terbanyak
diderita selama 3 bulan terakhir
Jenis Penyakit Blok Total
A B C
Hipertensi 25 12 29 66
Diabetes 10 0 4 14
Kolesterol 0 0 2 2
Stroke 5 3 0 8
Demensia 7 3 2 12
Skizofrenia 3 2 0 5
CA 0 1 0 1
Gangguan 8 7 5 20
penglihatan
Gangguan 7 6 11 24
pendengaran
DPD 2 2 1 5
Paresis 6 8 1 14
Scabies 2 1 2 5
Didaptkan hasil bahwa sebagian besar lansia menderita hipertensi
sebanyak 66 lansia.

2. M2 (Material) Sarana dan Prasarana

Unit Pelaksana Teknis Griya (UPTD) Wredha Jambangan terletak di jalan


Jambangan Baru Tol 15A, Jambangan, Surabaya. Adapun sarana dan prasarana
yang tersedia sebagai berikut:

30
1. Pos satpam
2. Ruang KUPTD
3. Parkiran
4. Dapur
5. Ruang makan
6. Mushola
7. Kamar Melati
8. Kamar Wijaya Kusuma
9. Kamar Tulip
10. Kamar Kamboja
11. Laundry
12. Toilet
13. Kamar Kenanga
14. Ruang klinik
15. Ruang Aula
16. Gudang
17. Ruang Sekretariat
18. Ruang linen & ca
19. Kamar Seruni
20. Kamar Sedap Malam
21. Kamar Dahlia
22. Kamar Bougainville
23. Kamar Teratai
24. Kamar Mawar
25. Kamar Anggrek
26. Kamar Lavender
27. Kamar Asoka
28. Lapangan
29. Taman
30. Ruang TV
Adapun kegiatan rutin di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
sebagai berikut:

31
1. Memandikan lansia bedrest pagi
2. Menyuapi lansia
3. Membagi obat pagi
4. Charing lansia
5. Observasi Tanda-Tanda Vital (TTV)
6. Cek GDA, AU, Kolestrol
7. Fisiotheraphy lansia
8. Rawat luka
9. Nebulizer
10. Kebersihan diri (potong kuku, rambut, jenggot)
11. Posyandu lansia
12. Pemeriksaan ke rumah sakit
13. Therapy Aktivitas Kelompok (TAK)
14. Menyiapkan obat siang
15. Menyuapi makan siang
16. Membagi obat siang
17. Memandikan lansia parsial siang
18. Pergantian dinas pagi dengan dinas siang
19. Memandikan lansia bedrest sore
20. Menyiapkan obat malam
21. Menyuapi makan sore
22. Membagi obat malam
23. Observasi kamar lansia
24. Bagi snack malam
25. Pergantian dinas siang dengan malam
26. Menyiapkan obat pagi
27. Keliling observasi lansia
28. Memandikan lansia parsial
29. Pergantian dinas malam dengan pagi
30. Memandu keterampilan
31. Pendampingan kegiatan aktif produktif, berkebun, memasak, melukis, dll

32
32. Pendampingan kegiatan non aktif produktif, catur, halma, karaoke, puzzle,
dll
33. Pendampingan kegiatan wisata religi, senam, jalan sehat

Denah UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya

Hubungan lintas program dan sektoral


1. Lintas program
a. Bidang kesehatan (Puskesmas Kebonsari, RSUD Dr
Soewandhi,RS. MM,RSU Haji dan RSUD Dr. Soetomo).
b. Sekolah/perguruan tinggi/ akademi dalam rangka
pengembangan ilmupengetahuan dan sebagai pusat informasi
masyarakat.

33
c. Keamanan (LINMAS)
2. Lintas sektoral
Saat ini UPTD Griya Wredha Surabaya sedang membuka kerjasama
seluas-luasnya untuk mencapai visi dan misi

3. M3 (Method) MAKP
Dalam menjalankan manajemen keperawatan di UPTD Griya Wredha
Jambangan Surabaya menggunakan Tim tetapi dalam pelaksanaannya
fleksifel atau kondisional sesuai dengan kondisi per masing-masing blok.
Adapun struktur organisasi di UPTD Griya Wredha Jambangan
Surabaya:

Dengan perincian sebagai berikut:


1. Tenaga PNS
a. Kepala UPTD : 1 orang
b. Staff : 3 orang
2. Tenaga Honorer
a. Perawat : 26 orang
b. Ustazd : 1 orang
c. Admin : 3 orang
d. Keamanan : 6 orang

34
e. Petugas kebersihan : 9 orang
f. Peramu saji : 4 orang

4. M4 (Money) Sumber Dana


Untuk sumber dana di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya
menggunakan APBD Pemerintah Kota Surabaya.
5. M5 (Market) Mutu Pelayanan
Berdasarkan tingkat kepuasan, sebagian besar perawat merasa puas terhadap
gaji yang diperoleh, dan sebagian besar lansia juga merasa puas dengan
pelayanan di UPTD Griya Wredha Jambangan Surabaya.

35
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Kurangnya kebersihan Gangguan integritas
Lansia Sebagian besar diri, alergi kulit / jaringan
mengeluh gatal-gatal seluruh (D.0129)
badan
Dermatitis
Do:
1. Sebagian besar lansia
berusia 60-74 sebanyak 77 Pelepasan histamine
orang (48%)
2. Sebagian besar lansia
mengeluh gatal-gatal Gatal dan
seabanyak 32 orang (20%) keridaknyamanan
3. Tampak banyak lansia yang
menggaruk badan dan kulit
nampak kering, seperti Timbul keinginan
bersisik putih, kemerahan, menggaruk
ruam pada kulit

Kemerahan dan
penebalan area tersebut

Kerusakan integritas kulit


Ds: Umur, jenis kelamin, Nyeri Akut (D.0077)
Lansia Sebagian besar memiliki gaya hidup
riwayat penyakit hipertensi

Do: Hipertensi
1. Terdapat lansia yang
berumur lebih dari 60 tahun
sebanyak 150 orang Perubahan struktur
2. Sebagian besar lansia
menderita hipertensi
sebanyak 66 lansia Penyumbatan
3. Tampak banyak lansia yang pembuluh darah
mengeluh pusing dan
nyeri pada bagian
ektremitas Vakonstriksi

Gangguan sirkulasi
darah

36
Resistensi pembuluh
darah otak naik

Nyeri akut

Ds: Genetik, pola makan, Gangguan Mobilitas


Beberapa lansia memiliki pola hidup, stress Fisik (D.0129)
penyakit diabetes melitus

Do: Jumlah sel pankreas


1. Terdapat 14 lansia yang menurun
memiliki diabetes melitus
2. Sebagian besar lansia
yang terkena diabetes Defisiensi insulin
memiliki luka pada bagian
kaki dan tangan
3. Pergerakan pada lansia Diabetes melitus
terbatas
Kegagalan relatif sel
beta dan resistensi
insulin

Sistem otot terganggu

Cadangan glikogen
dalam otot menurun

Kesemutan,
kelelahan dan
kram

Gangguan mobilitas
fisik

37
B. Planning Of Action

Masalah Kegiatan Deskripsi Tujuan Dan Indikator Waktu Penanggung


Kegiatan Sarana Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
Gangguan Pemberian Pemberian Setelah dilakukan 1. Gatal - gatal Dilaksanakan Blok A:
minyak Nadia,Anam
Integritas kelapa intervensi penerapan pada lansia pada setiap blok
Kulit/ dilakukan dengan pengolesan berkurang yang mengalami Blok B:
Dias,Dewi
Jaringan cara memberikan minyak kelapa 2. Lansia dapat gatal- gatal,
minyak kelapa diharapkan gatal- beraktivitas dilakukan 1 hari Blok C:
Hasni, Evi
pada bagian kulit gatal dapat dengan normal sekali selama 3
kering dan gatal berkurang 3. Lansia merasa hari
lebih tenang

38
C. Gancart
Jadwal Kegiatan Profesi Ners 3 – 16 April 2023
Ket
No Kegiatan Minggu 1 Minggu 2
03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16
1. Orientasi Kelompok
2. Pembelian jadwal kegiatan
3. Pengkajian
4. Konsultasi desiminasi awal
5. Desiminasi awal
6. Penyusunan proposal TAK
7. TAK
8. Penyelesaian laporan
9. Konsultasi desiminasi akhir
10. Desiminasi akhir
11. Penyelesaian laporan desiminasi

39
D. Pembahasan
Kegiatan implementasi pengolesan minyak kelapa di UPTD Griya Wreda
dilaksanakan setelah temuan masalah terbanyak yang dialami oleh lansia mengeluh gatal-
gatal pada anggota badan disertai kulit kering bahkan pigmen kulit menggelap dari area
sekitarnya. Dari temuan masalah tersebut kelompok membuat intervensi pemberian produk
berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering, kegiatan implementasi dimulai tanggal 7
April 2023 sampai 9 April 2023 dengan perwakilan pasien lansia dari blok A, B, C yang
mempunyai masalah kulit kering dan juga gatal-gatal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda.
Kegiatan pengolesan minyak kelapa ini dilakukan 2x dalam sehari pada pagi dan sore
hari setelah mandi, atau bisa digunakan sesering mungkin jika pasien dapat melakukan hal
tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian dari (Dewi et al., 2017) yang berjudul Pengaruh
Minyak Kelapa Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Kota
Salatiga Pengolesan minyak kelapa, pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa perawatan
kulit tubuh dengan VCO dapat dilakukan dengan melakukan pengolesan langsung selama 3
hari berturut-turut sebnayak 2x sehari yakno pagi dan sore. Hal ini dapat mengurangi kulit
kering yang bersisik sampai memberikan efek menenangkan mengurangi gatal pada badan
dan aromanya yang wangi. Menurut (Dewi et al., 2017) Manfaat minyak kelapa sebagai
perawatan kulit, minyak kelapa mengandung pelembab alami yang dapat mencegah kering
pada kulit tubuh, mengurangi rasa gatal pada permsalahan kulit, menyembukan luka, dengan
mengoleskan minyak pada kulit, luka akan tertutup sehingga proses penyembuhan dapat
berjalan secara maksimal.
Kelompok melakukan pengolesan minyak kelapa pada bagian atau area yang
dikeluhkan pasien gatal serta kering seperti di lengan tangan, kaki, punggung dan perut.
Selain dari penuturan lansia yang menunjukkan area dermatitisnya kelompok juga
mengobservasi apakah benar dan areanya sesuai dengan tanda dan gejala yang terlihat.
Dalam pengolesan terapi minyak kelapa ini tidak ada kotraindikasi tertentu kecuali memang
pada area luka yang terbuka pada tubuh lansia. Selama diberikan implementasi pengolesan
minyak kelapa ini dari perawakilan lansia tidak ada yang mengeluh tidak nyaman maupun
reaksi lain yang tidak diinginkan.

40
E. Analisa Pico Jurnal

Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Kota Salatiga

No Pola analisis PICO


1. Problem pasien diabetes mellitus di RSUD Kota Salatiga sebagian besar mengalami rasa gatal

2. Intervention • Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain Pasien DM yang merasakan gatal, pasien
composmentis, pasien kooperatif, pasien yang bersedia menjadi responden. Teknik sampling
pada penelitian ini peneliti mengambil semua pasien yang menderita DM sesuai kriteria inklusi
dan Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap Penuruna
• Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah Pasien DM yang merasakan gatal di area
kemaluan, pasien yang mengundurkan diri saat dilakukan intervensi, pasien gawat karena
perubahan glukosa darah, pasien yang memiliki riwayat alergi dengan minyak kelapa.
3. Comparation • Hasil penelitian menunjukan menunjukan setelah pemberian minyak kelapa pada pasien
diabetes mellitus di salatagia sebagian besar rasa gatal ringan sebanyak 21 responden (63,6%),
tidak gatal sebanyak 9 responden (27,3%) dan Setelah pemberian minyak kelapa rasa gatal
sebagian besar gatal ringan, hal ini terjadi karena minyak kelapa bermanfaat sebagai bahan
perawatan kulit. Sesuai dengan teori subroto (2012) bahwa penggunaan minyak kelapa murni
sebagai bahan perawatan kulit karena minyak kelapa mengandung pelembab alamiah dan
membantu menjaga kelembaban kulit yang kering, kasar, dan bersisik. Minyak kelapa
mengandung asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah masuk kelapisan kulit, sehingga
kulit pasien DM kelembabanya tetap terjaga.
4. Outcome • Pengaruh pemberian minyak kelapa terhadap penurunan rasa gatal pada pasien diabetes
mellitus. Dapat terjadi karena disebabkan adanya neuropati otonom, kulit tidak mendapatkan
pesan dari otak untuk mengeluarkan keringat sehingga kulit menjadi kering. Pada keadaan kulit
kering dapat mempengaruhi saraf sensorik salah satunya pasien merasakan gatal meningkatkan
kelembaban kulit dan meningkatkan elastisitas kulit. terdapat 24,8% peningkatan kelembaban
kulit untuk lotion dengan VCO-SLPs dibandingkan dengan 12,7% peningkatan kelembaban
kulit dalam penggunaan lotion kosong untuk durasi pemakaian 2 kali sehari selama 28 har

41
The effect of topical virgin coconut oil on SCORAD index, transepidermal water loss, and skin capacitance in mild to moderate pediatric atopic
dermatitis: a randomized, doubleblind, clinical trial

No Pola Analisis PICO


1. Problem • pasien yang mengalami penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kerusakan fungsi
penghalang epidermis dan peradangan kulit, di mana kehilangan air transepidermal (TEWL)
meningkat dan kemampuan stratum korneum untuk menahan air terganggu, menyebabkan
penurunan kapasitansi kulit dan hidrasi
2. Intervention • Penelitian ini menyelidiki efek minyak kelapa murni (VCO) topikal dan minyak mineral,
masing-masing, pada nilai indeks SCORAD (SCORing of Atopic Dermatitis), TEWL, dan
kapasitansi kulit pada pasien anak dengan DA ringan hingga sedang, menggunakan desain uji
coba terkontrol secara acak. di mana peserta dan peneliti tidak mengetahui perawatan yang
dialokasikan. Pasien dievaluasi pada awal, dan pada 2, 4, dan 8 minggu. Sebanyak 117 pasien
dimasukkan dalam analisis
3. Comparation • Rata-rata indeks SCORAD menurun dari baseline sebesar 68,23% pada kelompok VCO dan
sebesar 38,13% pada kelompok minyak mineral. Pada kelompok VCO, 47% (28/59) pasien
mencapai perbaikan sedang dan 46% (27/59) menunjukkan respon yang sangat baik. Pada
kelompok minyak mineral, 34% (20/58) pasien menunjukkan peningkatan sedang dan 19%
(11/58) mencapai peningkatan yang sangat baik. Kelompok VCO mencapai TEWL rata-rata
pasca perawatan sebesar 7,09 dari rata-rata baseline 26,68, sedangkan kelompok minyak
mineral menunjukkan nilai TEWL awal dan pasca perawatan masing-masing sebesar 24,12 dan
13,55. Pada kelompok VCO, kapasitansi kulit pasca perawatan naik menjadi 42,3 dari rata-rata
awal 32,0, sedangkan pada kelompok minyak mineral meningkat menjadi 37,49 dari rata-rata
awal 31,31
4. Outcome • Hasil saat ini menunjukkan bahwa meskipun kedua minyak menunjukkan efek menguntungkan
pada nilai SCORAD, TEWL, dan kapasitansi kulit, VCO secara signifikan lebih baik dalam
meningkatkan semua hasil. Minyak mineral dan VCO bertindak sebagai oklusif, melapisi SC
untuk memperlambat TEWL.14,28 Penghalang kulit yang melemah kemudian diperkuat, dan
mampu melawan zat berbahaya

42
Pengaruh Minyak Kelapa Virgin Terhadap Integritas Kulit Pada Lansia Dengan Inkontinensia

No Pola analisis PICO


1. Problem • Inkontinensia merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia dan kondisi ini dapat
memperparah keadaan lansia dengan munculnya kerusakan parah pada integritas kulit
2. Intervention • Rancangan penelitian adalah quasi eksperimen dimana subyek penelitian diberikan perlakuan,
dinilai sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, ada 10 orang pada kelompok eksperimen dan
10 orang pada kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan untuk menilai integritas kulit
adalah alat kategorisasi The Ghent Global IAD (GLOBIAD).
• Prosedur Penelitian dimulai dengan:
1. pembuatan VCO
2. Pelaksanaan : setiap mandi dilakukan di pagi hari, aplikasi VCO merata akan diterapkan
pada semua kulit yang rusak dan kulit rentan lainnya. Kemudian responden diposisikan
kembali sebagaimana mestinya
3. Comparation • Berdasarkan hasil penelitian secara umum didapatkan adanya pengaruh penggunaan VCO
terhadap integritas kulit pada penderita IAD. Hasil ini bisa dilihat keduanya Luka dekubitus
adalah luka yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada sisi tubuh tertentu
• uji statistik univariat dan bivariat, serta melalui observasi dimana IAD yang terdapat 5
responden (50%) pada kelompok eksperimen dengan integritas kulit yang baik setelah
pemberian VCO ini.
4. Outcome • Hasil penelitian ini sejalan dengan berbagai penelitian sebelumnya seperti penelitian yang
dilakukan oleh (Cahyati et al., 2015). Bahwa VCO efektif untuk mengobati ruam popok,
berdasarkan uji statistik menunjukkan adanya perbedaan derajat ruam popok yang signifikan
sebelum dan sesudah pemberian VCO
• Melalui hasil penelitian ini, penggunaan VCO dapat menjadi salah satu produk yang dapat
digunakan sebagai pelindung kulit akibat inkontinensia ini. Hal ini dapat dilakukan karena
VCO memiliki kandungan lemak jenuh sedang yang dapat menjaga kelembaban kulit dari
kelebihan cairan urin atau feses
• VCO juga akan melindungi kulit dari serbuan berbagai mikroba. Asam laurat dan asam kaprat
yang terkandung dalam virgin coconut oil (VCO) dapat membunuh virus, senyawa tersebut
termasuk senyawa monogliserida yang bersifat sebagai antivirus, antibakteri, antibiotik, dan
antiprotozoa
43
F. SOP Pemberian Minyak Kelapa

STANDAR POPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


Pemberian Minyak Kelapa

Pengertian Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut,


atau kronis yang disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit
ini terjadi karena adanya faktor eksogen dan endogen. Tanda adanya
kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal pada kulit.

Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin coconut oil (VCO)
adalah minyak yang berasal dari sari pati kelapa, diproses secara
higienis tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan kimia
tambahan sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap
dapat dipertahankan.
Tujuan dan a. Tujuan perawatan kulit dengan menggunakan minyak kelapa
manfaat murni adalah untuk menjaga kelembaban kulit dan mencegah
terjadinya luka pada kulit.
b. Manfaat perawatan kulit dengan minyak kelapa murni adalah:
Minyak kelapa murni efektif dan aman digunakan sebagai
moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit,
dan mempercepat penyembuhan pada kulit
prosedur 2 kali sehari pada pagi dan sore hari selama 3 hari waktu intervensi
selama 20 menit
Persiapan alat a. Minyak kelapa
b. Handscoon
Persiapan a. Salam terapeutik
pasien b. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada responden
c. Menjaga privasi pasien
d. Memberikan informed consent
e. Longgarkan pakaian pasien
Persiapan a. Mencuci tangan
perawat b. Memakai APD

Tahap a. Fase pre interaksi


pelaksana Menyiapkan peralatan:
an 1. Minyak kelapa (VCO)
2. Kapas kering
3. Tisu
4. Handscoon
Persiapan lingkungan :
1. Mengatur suhu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin
2. Mengatur cahaya tidak terlalu terang din tidak terlalu gelap
3. Menutup tirai untuk menjaga privasi klien

44
b. Fase interaksi
1. Memberikan salam traupetik
2. Melakukan validasi
3. Melakukan kontrak
4. Memberitahu tujuan dan prosedur pada klien
5. Menjaga privasi klien
c. Fase kerja
1. Cuci tangan dan gunakan handscoon
2. Posisikan klien dalam posisi berbaring
3. Siapka ruangan yang nyaman
4. Lepas pakaian yang menutupi
5. Bersihkan bagian tubuh yang mengalami gatal
6. Keringkan menggunakan tisu/handuk
7. Oleskan VCO pada kulit
8. Bershkan/bereskan alat
d. Fase terminasi
1. Mengevaluasi respon klien
2. Merencanakan tindak lanjut melakukan kontrak yang akan
datang
3. Melakukan dokumentasi

45
BAB 5
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Tabel. Implementasi dan Evaluasi (SOAP) blok A


Tabel implementasi dan evaluasi
Hari/Tanggal Diagnosa/Intervensi jam Implementasi Jam Evaluasi Evaluator
7 April 2023 Gangguan 07.00 1. Mengidentifikasi penyebab 10.00 S: - Nadia
integritas kulit/ gangguan integritas kulit a. Lansia mengatakan penyebab gatal - Iril
jaringan (D.0129) 2. Memperkenalkan diri bermacam – macam ada yang
3. Menjelaskan maksud dan karena kulit terlalu kering ada juga
tujuan karena adanya eksim hingga
4. Melakukan edukasi memerah dan gatal
terhadap lansia penyebab b. Lansia mampu memahami tujuan
dermatitis atau gatal-gatal dari terapi pemberian minyak kelapa
yang diderita dan setuju untuk melaksanakan
5. Menjelaskan tujuan dari terapi
terapi pemberian minyak c. Lansia mengatakan setelah
kelapa diberikan minyak kelapa, kulit
6. Menjelaskan aturan selama terasa lebih dingin dan lembab
melaksanakan terapi namun masih gatal
7. Menjelaskan kontrak waktu
8. Memberikan terapi minyak O:
kelapa a. Lansia tampak antusias saat
diberikan minyak
b. Kulit tampak lebih lembab dan
tekstur kulit lansia menjadi kenyal
c. Masih tampak kemerahan ataupun
bekas gatal pada kulit

A:
Masalah gangguan integrasi kulit belum

46
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

7 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Nadia


integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit terasa - Iril
jaringan (D.0129) tujuan dilakukan kembali lebih lembab dan terasa dingin
pengolesan minyak kelapa setelah diberi minyak kelapa
3. Menjelaskan tujuan dari - Lansia menyebutkan gatal
terapi pemberian minyak berkurang dan bekas gatal juga
kelapa memudar
4. Menjelaskan aturan selama
O:
melaksanakan terapi
- Tampak bekas gatal dan ruam
5. Menjelaskan kontrak waktu yang merah mulai reda
6. Memberikan terapi minyak - Tampak kulit lembab
kelapa
A:
Masalah gangguan integrasi kulit
belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

47
8 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: - Nadia
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit terasa lebih - Iril
jaringan (D.0129) tujuan lembab dan terasa dingin setelah
3. Menjelaskan tujuan dari diberi minyak kelapa
terapi pemberian minyak - Lansia menyebutkan gatal
kelapa berkurang dan bekas gatal juga
4. Menjelaskan aturan selama memudar
melaksanakan terapi
O:
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Lansia tampak rileks dan senang
6. Memberikan terapi minyak saat diberi minyak kelapa
kelapa - Tampak bekas gatal dan ruam yang
merah mulai reda
- Tampak kulit lembab dan tidak
kering

A:
Masalah gangguan integrasi kulit belum
teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

48
8 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Nadia
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit lebih lembab - Iril
jaringan (D.0129) tujuan dan terasa dingin daripada
3. Menjelaskan tujuan dari sebelumnya
terapi pemberian minyak - Lansia menyebutkan gatal berkurang
kelapa dan bekas gatal juga memudar, bekas
4. Menjelaskan aturan selama garukan pun juga mulai berkurang
melaksanakan terapi
O:
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
6. Memberikan terapi minyak merah mulai reda
kelapa - Tampak kulit lembab dan tidak
kering

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

49
9 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: - Nadia
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit kering - Iril
jaringan (D.0129) tujuan yang mengelupas sudah tidak ada
3. Menjelaskan tujuan dari - Lansia menyebutkan gatal
terapi pemberian minyak berkurang dan bekas gatal juga
kelapa memudar, bekas garukan pun juga
4. Menjelaskan aturan selama mulai sembuh
melaksanakan terapi
O:
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam
6. Memberikan terapi minyak yang merah mulai reda
kelapa - Tampak kulit lembab dan tidak
kering
- Tidak tampak kulit kering yang
mengelupas

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

50
9 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Nadia
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit kering - Iril
jaringan (D.0129) tujuan yang mengelupas sudah tidak ada
3. Menjelaskan tujuan dari dan merasa kulit jadi lebih baik
terapi pemberian minyak - Lansia menyebutkan gatal
kelapa berkurang dan bekas gatal juga
4. Menjelaskan aturan selama memudar, bekas garukan pun juga
tidak ada
melaksanakan terapi
5. Menjelaskan kontrak waktu
O:
6. Memberikan terapi minyak - Tampak bekas gatal dan ruam yang
kelapa merah mulai reda
- Tampak kulit lembab dan tidak
kering
- Tidak tampak kulit kering yang
mengelupas

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi sebagian

P:
Intervensi terapi minyak kelapa
dihentikan, dilanjutkan mandiri oleh
pasien

51
Tabel. Implementasi dan Evaluasi (SOAP) blok B
Tabel implementasi dan evaluasi
Hari/Tanggal Diagnosa/Intervensi jam Implementasi Jam Evaluasi Evaluator
7 April 2023 Gangguan 07.00 1. Mengidentifikasi penyebab 10.00 S: - Diaz
integritas kulit/ gangguan integritas kulit - Lansia mengatakan penyebab gatal - Dewi
jaringan (D.0129) 2. Memperkenalkan diri karena sering di tempat tidur, badan
3. Menjelaskan maksud dan jarang bergerak, jarang terkena angin.
tujuan - Lansia mampu memahami tujuan dari
4. Melakukan edukasi terhadap terapi pemberian minyak kelapa dan
lansia penyebab dermatitis setuju untuk melaksanakan terapi
atau gatal-gatal yang diderita - Lansia mengatakan setelah diberikan
5. Menjelaskan tujuan dari minyak kelapa, kulit terasa lebih
terapi pemberian minyak dingin dan lembab namun masih gatal
kelapa dan kemerahan
6. Menjelaskan aturan selama
melaksanakan terapi O:
7. Menjelaskan kontrak waktu - Lansia tampak senang saat diberikan
8. Memberikan terapi minyak minyak
kelapa - Kulit tampak lebih lembab
- Masih terlihat kemerahan

A:
Masalah gangguan integrasi kulit belum
teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

52
7 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Diaz
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit terasa lebih - Dewi
jaringan (D.0129) tujuan lembab dan terasa dingin setelah
3. Menjelaskan tujuan dari diberi minyak kelapa
terapi pemberian minyak - Lansia menyebutkan gatal
kelapa berkurang dan bekas gatal juga agak
4. Menjelaskan aturan selama memudar
melaksanakan terapi
O:
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
6. Memberikan terapi minyak merah sudah tampak membaik
kelapa - Tampak kulit lebih lembab

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

53
8 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: - Diaz
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit terasa agak - Dewi
jaringan (D.0129) tujuan mendingan, dan dingin pada kulit
3. Menjelaskan tujuan dari - Lansia menyebutkan gatal berkurang
terapi pemberian minyak dan bekas gatal juga memudar
kelapa
4. Menjelaskan aturan selama O:
- Lansia terlihat nyaman saat diolesi
melaksanakan terapi
minyak kelapa
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
6. Memberikan terapi minyak merah mulai reda
kelapa - Tampak kulit lembab dan tidak kering

A:
Masalah gangguan integrasi kulit belum
teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

54
8 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Diaz
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit lebih lembab - Dewi
jaringan (D.0129) tujuan dan terasa dingin daripada
3. Menjelaskan tujuan dari sebelumnya
terapi pemberian minyak kelapa - Lansia mengatakan gatal sudah tidak
4. Menjelaskan aturan selama sering muncul
melaksanakan terapi
O:
5. Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
6. Memberikan terapi minyak
merah mulai reda
kelapa - Tampak kulit lembab dan tidak kering

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

55
9 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: - Diaz
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit kering yang - Dewi
jaringan (D.0129) tujuan mengelupas sudah membaik
3. Menjelaskan tujuan dari terapi - Lansia menyebutkan gatal berkurang
pemberian minyak kelapa dan bekas gatal juga memudar, bekas
4.Menjelaskan aturan selama garukan pun juga mulai sembuh
melaksanakan terapi
O:
5.Menjelaskan kontrak waktu
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
6.Memberikan terapi minyak
merah mulai reda
kelapa - Tampak kulit lembab dan tidak kering
- kulit kering yang mengelupas tampak
sangat sedikit

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

56
9 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: - Diaz
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia mengatakan kulit kering yang - Dewi
jaringan (D.0129) tujuan mengelupas sudah tidak ada dan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi merasa kulit jadi lebih baik
pemberian minyak kelapa - Lansia menyebutkan gatal berkurang
4. Menjelaskan aturan selama dan bekas gatal juga memudar, bekas
melaksanakan terapi garukan pun juga tidak ada
5. Menjelaskan kontrak waktu
O:
6. Memberikan terapi minyak
- Tampak bekas gatal dan ruam yang
kelapa merah mulai reda
- Tampak kulit lembab dan tidak kering
- Tidak tampak kulit kering yang
mengelupas

A:
Masalah gangguan integrasi kulit
teratasi

P:
Intervensi terapi minyak kelapa
dihentikan

57
Tabel. Implementasi dan Evaluasi (SOAP) blok C
Tabel implementasi dan evaluasi
Hari/Tanggal Diagnosa/Intervensi jam Implementasi Jam Evaluasi Evaluator
7 April 2023 Gangguan 07.00 1. Mengidentifikasi penyebab 10.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ gangguan integritas kulit - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) 2. Memperkenalkan diri - Lansia mengatakan masih belum 3. Vanti
3. Menjelaskan maksud dan mengerti terkait tujuan pemberian 4. Dared
tujuan terapi minyak kelapa
4. Menjelaskan tujuan dari - Lansia mengatakan mau mengikuti
terapi pemberian minyak kegiatan yang sesuai waktu yang
kelapa ditentukan
5. Menjelaskan aturan selama
melaksanakan terapi O:
6. Menjelaskan kontrak waktu - Lansia tampak antusias dan
7. Memberikan terapi minyak semangat
kelapa - Tampak kulit lansia kering dan
bersisik

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

58
7 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) tujuan - Lansia mengatakan jika jarang 3. Vanti
3. Menjelaskan tujuan dari sekali memakai minyak untuk 4. Dared
terapi pemberian minyak gatal-gatal
kelapa - Lansia mengatakan setelah
4. Menjelaskan aturan selama diberikan terapi minyak kelapa
melaksanakan terapi area gatal-gatal menjadi kering,
5. Menjelaskan kontrak waktu dan berbau wangi
6. Memberikan terapi minyak
kelapa O:
- Lansia tampak antusias dan
semangat
- Lansia terlihat menikmati ketika
area gatal-gatalnya di terapi dengan
minyak kelapa
- Masih kering tetapi sudah tidak
bersisik

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

59
8 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) tujuan - 2 dari 5 lansia mengatakan masih 3. Vanti
3. Menjelaskan tujuan dari merasakan gatal-gatal meskipun 4. Dared
terapi pemberian minyak sudah diberikan terapi minyak
kelapa kelapa
4. Menjelaskan aturan selama
melaksanakan terapi O:
5. Menjelaskan kontrak waktu - Lansia tampak antusias dan
6. Memberikan terapi minyak semangat
kelapa - Masih terdapat beberapa lansia
yang mengalami gatal-gatal

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

60
8 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) tujuan - 5 lansia mengatakan senang 3. Vanti
3. Menjelaskan tujuan dari diberikan terapi minyak kelapa 4. Dared
terapi pemberian minyak karna baunya wangi.
kelapa - 2 dari 5 lansia mengatakan
4. Menjelaskan aturan selama berusaha patuh mengikuti proses
melaksanakan terapi terapi minyak kelapa.
5. Menjelaskan kontrak waktu
6. Memberikan terapi minyak O:
kelapa - Lansia tampak antusias dan
semangat
- Tampak kulit lansia masih kering
dan bersisik
- Area kulit yang gatal-gatal
warnanya menghitam

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

61
9 April 2023 Gangguan 07.00 1. Memperkenalkan diri 10.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) tujuan - 5 lansia mengatakan setelah 3. Vanti
3. Menjelaskan tujuan dari diberikan terapi minyak kelapa, 4. Dared
terapi pemberian minyak gatal-gatal mulai berkurang dan
kelapa area gatal-gatal cepat kering
4. Menjelaskan aturan selama setelah diberikan terapi minyak
melaksanakan terapi kelapa
5. Menjelaskan kontrak waktu - 5 lansia mengatakan rutin dan
6. Memberikan terapi minyak patuh dalam proses pemberian
kelapa terapi minyak kelapa

O:
- Lansia tampak antusias dan
semangat
- Lansia tampak senang karna gatal-
gatal berkurang

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

62
9 April 2023 Gangguan 14.00 1. Memperkenalkan diri 16.00 S: 1. Hasny
integritas kulit/ 2. Menjelaskan maksud dan tujuan - Lansia menjawab salam 2. Evi
jaringan (D.0129) 3. Menjelaskan tujuan dari terapi - 5 lansia mengatakan terapi minyak 3. Vanti
pemberian minyak kelapa kelapa sangat membantu dalam 4. Dared
4. Menjelaskan aturan selama mengobati gatal-gatal yang ada
melaksanakan terapi - 3 dari 5 lansia mengatakan selain
5. Menjelaskan kontrak waktu bisa untuk gatal-gatal, juga bisa
6. Memberikan terapi minyak membikin pikiran tenang. Karna
kelapa aromanya yang wangi

O:
- 5 Lansia tampak antusias dan
semangat pada waktu pemberian
terapi minyak kelapa

A:
Masalah Gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi terapi minyak
kelapa

63
DOKUMENTASI
Tabel dokumentasi evaluasi blok A

Tanggal/ Jam Sebelum terapi Sesudah terapi


7 April 2023
10.00

Tn. K Tn. S
Tn. K Tn. S

Tn. W Tn. Y Tn. W Tn. Y

7 April 2023
16.00

Tn. K Tn. S Tn. K Tn. S


64
Tn. W Tn. Y
Tn. W Tn. Y
8 April 2023
10.00

Tn. K Tn. S Tn. K Tn. S

Tn. W Tn. W

65
8 April 2023
16.00

Tn. K Tn. S Tn. K Tn. S


9 April 2023
10.00

Tn. S Tn. S

9 April 2023
16.00

Tn. S Tn. S

66
Tabel dokumen evaluasi blok B

Tabel dokumen evaluasi blok B


Tanggal/ Jam Sebelum terapi Sesudah terapi
7 April 2023
10.00

Ny. Ya Ny.Ja Ny. Ju


Ny. Ya. Ny. Ja. Ny.Ju

Ny.To Ny.Si
Ny.To Ny.Si

67
7 April 2023
16.00

Ny. Ya Ny.Ja Ny. Ju


Ny. Ya Ny. Ja Ny. Ju

Ny.To Ny.Si Ny. To Ny. Si

Tanggal/ Jam Sebelum terapi Sesudah terapi

8 April 2023
10.00

Nya.Ya Ny.Ja Nya.Ju


68
Ny.Ya Ny.Ja Ny.Ju

Ny.To Ny.si Ny.To Ny.Si

8 April 2023
16.00

Ny.Ya. Ny.Ja. Ny.Ju


Ny.Ya. Ny.Ja. Ny.Ju

Ny. To Ny. Si Ny. To Ny. Si

69
Tanggal/ Jam Sebelum terapi Sesudah terapi

9 April 2023
10.00

Ny.Ya Ny.Ja Nya.Ju


Ny.Ya Ny.Ja Ny.Ju

Ny.To Ny.Si
Ny.To Ny.Si

9 April 2023
16.00

70
Ny.Ya. Nya.Ja. Ny.Ju
Ny.Ya. Ny.Ja. Ny.Ju
Ny. To Ny. Si

Ny.To. Ny.Si

71
Tabel dokumentasi evaluasi blok C

Tanggal/ Jam Sebelum terapi Sesudah terapi


7 April 2023
10.00

72
7 April 2023
16.00

73
8 April 2023
10.00

74
8 April 2023
16.00

9 April 2023
75
10.00

9 April 2023
16.00

76
77
EVALUASI KEGIATAN TAK

Kegiatan Waktu & Peserta Pelaksanaan Kegiatan Hasil Kegiatan Hambatan Solusi Rekomendasi
Tempat
Terapi 11 AprilJumlah Kegiatan dilaksanakan pada a. Lamsia kooperatif a. Saat hari Melakukan Kegiatan
Aktivitas 2023 lansia yang tanggal 11 April 2023 selama kegiatan TAK pelaksanaan kontrak TAK ini dapat
Kelompok dilakukan diberikan dilakukan selama 20-30 menit b. Lansia duduk secara banyak waktu dilakukan
meronce selama 20-30 TAK dengan rangkaian kegiatan berkelompok lansia yang ulang semiggu 2-3x
menit dalam meronce dan berupa: c. Lansia mau mengikuti masih dengan
dan untuk melatih
1 hari menempel 1. Meronce manik-manik kegiatan TAK dari awal mandi lansia dan
menempel motorik halus
dari blok dibuat gelang dan kalung samapi selesai sehingga memastikan
Tempat : A,B,C harus kegiatan lansia
2. Mempel pada sketsa d. Lansia perempuan dapat maupun
dapur makan sebanyak 20 gambar atau kolase meronce dan menunggu harian
lansia UPTD orang terlebih lansia mengisi
Adapun tujuan dan manfaat menghasilkan 1 gelang
Wreda manik-manik per orang, dahulu kepada kegiatan
dari kegiatan TAK meronce
Jambangan dan menempel yaitu: kegaitan meronce ada b. Terdapat perawat luang lansia
yang bisa dilakukan jumlah panti wreda dan bisa
1. Melatih motorik halus
mandiri oleh lansia dan lansia dilakukan di
pasien
ada juga yang dibantu melebihi luar luaran
2. Melatih otot-otot taangan dengan
lansia oleh mahasiswa juga agar bisa
e. Lansia laki-laki yang telah
3. Melatih kesabaran dan diikuti oleh
menempel pada sketsa ditentukan
fokus lansia semua lansia
ada yang dilakukan 2 kelompok
4. Melatih kejelian mata orang 1 gambar ada yang
lansia 1 orang 1 gambar
f. Lansia tampak antusias
dan senang menngikuti
kegitan TAK
g. Hampir semua lansia
yang menjadi peserta
TAK dapat
menyelasaikan dan
melakukan tugas
meronce dan menempel
dengan baik

78
BAB 6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah kelompok usia yang perlu memperoleh perlindungan dan perhatian
lebih dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, namun kelompok masyarakat
diharapkan bisa memberikan layanan bagi lansia. Kelompok lansia adalah
mereka yang berusia 60 tahun keatas dan memiliki permasalahan dan kebutuhan
yang kompleks. Kelompok lansia sama dengan kelompok usia lainnya yang
memerlukan pemenuhan kebutuhan pangan yang layak, bersosialisasi dan
interaksi sosial, olahraga, penyeluran bakat dan hobby, termasuk juga
pemenuhan kebutuhan psikis seperti bimbingan keagamaan dan rekreasi. Salah
satu program yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi aktivitas kelompok,
kegiatan yang hanya dilaksanakan beberapa jam dalam sehari, mampu
memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari para lansia. Namun
dengan berbagai alasan dan kendala sampai saat ini TAK belum bisa rutin
diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat secara luas.
B. Saran
Diharpakan rutin melakukan TAK minimal sekali dalam seminggu untuk dapat
melatih motoric lansia, mengisi waktu senggang/luang lansia, agar lebih dekat
dan menjalin kegembiraan antar lansia.

79
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
dr.Nedya Safitri, S. P. (2018) MASALAH KESEHATAN YANG
SERING DIALAMI OLEH LANSIA, www.rsjsoerojo.co.id. Available
at: https://rsjsoerojo.co.id/2018/08/02/masalah-kesehatan-yang-sering-
di- alamiolehlansia/ (Accessed: 25 March 2022).
Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. ISSN 2088.
270X.
Kemenkes.RI. (2017). Karakteristik Lansia. 2012, 10–26. Kementrian Kesehatan
RI 2017. Analisis lansia di Indonesia 2017
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Kusumo, M. P. (2020). Buku Lansia. November, 1–60. Marlita, L., Saputra, R., &
Yamin, M. (2015). Faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian
lansia dalam melakukan activity daily living ( ADL) di UPT Khusnul
Khotimah Pekanbaru. Universitas Abdurrab, 64–68.
Marlita, L., Saputra, R., & Yamin, M. (2018). Kemandirian Lansia Dalam
Melakukan Activity Daily Living ( Adl ) Di Upt Pstw Khusnul
Khotimah. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 1(2), 64–68.
Mawaddah, N. (2020). Peningkatan Kemandirian Lansia Melalui Activity Daily
Living Training Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang Nurul. Hospital Majapahit, 12(1), 32–
40.
Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Jogjakarta: Graha Ilmu
WHO (2015), World Health Day 2015: Measure your blood pressure, reduce
yourrisk.

80
LAMPIRAN
Desiminasi Awal

81
TAK

82
Desiminasi Akhir

83
Lampiran SAK
SATUAN ACARA KEGIATAN MERONCE

Topik : Meronce
Sasaran : Lansia
Hari/Tanggal : Selasa, 11 April 2023
Jam : 15.00-16.00
Waktu : 60 menit
Tempat : Ruang Makan Panti Wreda

1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan terapi bermain diharapkan lansia tetap mamapu
meningkatkan atau mempertahankan kemampuan kognitif selama tingga di Panti
Wreda Jambangan Surabaya
1.2. Tujuan Khusus
a. Dapat meningkatkan interaksi sosial dengan oorang lain
b. Dapat mengurangi stress dan kesepian
c. Dapat mengembangkan kreativitas
d. Dapat berlatih bersikap sportif
e. Dapat meningkatkan daya ingat lansia
f. Dapat melatih motoric halus dan kasar
2. MATERI
Terlampir
3. MEDIA
a. Manik-manik
b. Benang nilón karet
c. Kertas sukun (potongan-potangan)
d. Lem kertas
e. Kertas bufalo dengan sketsa gambar bunga dan buah
f. Guting
4. METODE
a. Tanya jawab
b. Demonstrasi
5. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

84
1. Protokol / Pembawa Acara
Uraian tugas:
a. Membuka acara terapi bermain, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta
b. Mengatur proses dan lamanya terapi bermain
c. Menutup acara
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas:
a. Menjelaskan cara bermain dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh lansia
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses terapi
bermain
c. Memotivasi peserta untuk bertanya
3. Fasilitator
Uraian tugas:
a. Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan terapi bermain
c. Memotivasi peserta untuk bertanya tentang terapi bermain yang belum jelas
4. Observer
Uraian tugas:
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses terapi bermian
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
c. Mengamati perilaku verbal dan nonverbal peserta selama proses terapi
bermain

85
5. Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pembukaan :
• Memberi salam
Menjawab salam,
• Menjelaskan tujuan terapi bermain
1 5 menit mendengarkan dan
• Menjelaskan cara bermain memperhatikan

Pelaksanaan :
• Melakukan kegiatan meronce dengan
lansia :
1. Meronce dengan manik-manik
dan benang nilón karet Mengikuti kegiatan
2 45 menit
2. Meronce dengan menempel meronce
potongan-potongan kertas pada
sketsa gambar.

Evaluasi :
a. Lansia dapat mengetahui alat dan
bahan meronce
b. Lansia dapat mengetahui cara
Menyimak,
meronce.
3 10 menit mempraktekkan dan
c. Lansia dapat mengetahui langkah-
mendengarkan
langkah meronce.
d. Lansia dapat menyelesaikan kegiatan
meronce

Penutup :
• Menyampaikan terimakasih atas
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
4 5 menit Menjawab salam
• Mengucapkan salam

6. EVALUASI
a. Lansia dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Lansia merasa senang
c. Lansia terlibat dan aktif dalam terapi bermain
d. Lansia mengikuti terapi bermain sampai selesai
e. Lansia mau berinteraksi dengan lansia yang lain dan perawat
f. Lansia data mengespresikan pikiran, perasaan melalui permainan yang dilakukan
g. Lansia dapat mengembangkan imajinasinya

86
Lampiran
MATERI
1. Definisi Meronce
Meronce adalah suatu kegiatan memasukkan benda yang sengaja diberi lubang untuk
dapat dimasukkan atau dirangkai kedalam tali sehingga menjadi suatu karya atau hasil
roncean. Meronce dalam penelitian ini merupakan cara untuk mengembangkan aspek
fisik motorik halus pada lansia, dengan merangkai atau menyusun manik-manik atau
bahan roncean bahan alam yang sengaja dilubangi pada tali sehingga menjadi sebuah
hasil karya.
Meronce merupakan bentuk keterampilan tangan dalam merangkai benda atau
manik-manik menggunakan tali, seperti benang, senar, dan sebagainya
2. Manfaat Meronce
Berdasarkan hal itu, menurut Rahmawati (2014) dalam Novi (2017) beberapa
kegiatan atau alat permainan yang mempunyai nilai edukatif :
a) Dapat dimanfaatkan dengan macam-macam tujuan, manfaat, dan berbagai macam
bentuk
b) Kegiatan yang ditujukan untuk lansia dan berfungsi untuk mengembangkan berbagai
perkembangan, kecerdasan, serta motorik
Mengisi waktu bersama lansia sekaligus melatih motoriknya. Salah satu kegiatan
positif bagi motorik lansia yaitu meronce atau menyusun manik-manik.
3. Jenis-jenis Meronce
a) Meronce dari bahan alam.
Roncean dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung seperti,
jamur, bunga segar, buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting dan biji-bijian
bahan alam membawa warna dan tekstur yang alami, bentuk yang bagus dan
hamper seragam, mudah ditemui di sekitar lingkungan.

Gambar 2.1 Meronce dengan bahan alam

87
b) Meronce dari bahan buatan.
Bahan buatanya itu bahan yang diolah dari bahan yang telah ada atau hasil
produk buatan manusia baik berbentuk bahan jadi, setengah jadi atau bahan bekas
seperti, monte, pita sintesis, kertas berwarna, sedotan minuman, dan plastik. Selain
bahan dasar dibutuhkan pula bahan pelengkap atau bahan pembantu yang berguna
untuk merangkai bahan dasar yang telah di pilih untuk menambah hasil keindahan
rangkaian yang dibuat bahan tersebut seperti, lem, tali, benang.

Gambar 2.2 Meronce dengan barang buatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari kedua bahan di atas
peneliti menggunakan bahan buatan dan bahan alam. Untuk itu bahan meronce
seharusnya menggunakan bahan yang mudah didapat dan aman misalnya
menggunakan bahan alam seperti gambar di atas terbuat dari batang kangkung serta
dengan potongan wortel yang sudah dipotong kecil dan dilubangi, begitu juga
dengan bahan buatan agar menimbulkan ketertarikan pada bahan yang akan
digunakan sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan
menyenangkan.
4. Tahapan Meronce
a. Bahan dan Alat
1) Bahan kertas kalender, kertas majalah, kertas berwarna
2) Lem kertas
3) Benang
4) Sedotan
5) Peralatan gunting
b. Langkah Kerja Meronce
1) Buatlah potongan kertas berwarna baik bentuk bangun datar beraturan atau
berbentuk gambar. Untuk potongan beraturan misalnya berbentuk (persegi,
bujur sangkar, segitiga dan lainnya) dengan ukuran diameter 4-5 cm. Untuk
potongan berbentuk gambar misalnya daun, bunga, buah-buahan dan
lainnya.

88
2) Potongan-potongan kertas dengan bentuk warna yang sama (setiap dua potong)
dilem pada benang dan disusun membentuk roncean. Roncean ini dapat dibuat
variasi dengan cara menyusun bentuk potongan yang berbeda secara berselang-
seling.
c. Petunjuk Mengajarkan Merangkai/Meronce
1) Perawat menyediakan potongan kertas sesuai kertas sesuai ukuran yang
diinginkan, lem kertas dan benang sejumlah lansia.
2) Jumlah dan warna potongan kertas diperkirakan cukup untuk membuat
rangkaian.
3) perawat hendaknya memberikan bimbingan secara bertahap sewaktu lansia
mulai menyusun potongan kertas pada benang sampai pengeliman kertas di
akhir pembuatan.
4) perawat juga memberikan penjelasan pada lansia agar dalam belajar meronce
dilakukan dengan cermat, tertip dan setelah selesai kelasnya dibersihkan.

89
REFERENSI
Anjani, R. A. (2021). Perlindungan Hak Alimentasi Bagi Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 1, Jakarta Timur. Binamulia Hukum, 10(2), 161-170.
Maulidhea, P. Q. A., & Syafiq, M. Gambaran Penerimaan Diri Pada Lansia Yang Dititipkan
Oleh Keluarga Di Panti Sosial.
Palupi, E., Dava, M., & Febriansyah, F. I. (2022). Peningkatan Mutu Masyarakat Desa
Bringinan di Bidang Kesejahteraan Dalam Menghadapi Era Globalisasi Perubahan
Zaman. Prosiding Kolaborasi Dosen Dan Mahasiswa, 1(1), 124-140.
Widyastuti, R. H., Andriany, M., Ulliya, S., & Rachma, N. (2019). Gardening Therapy:
Alternatif Tindakan Dalam Mencegah Progresivitas Demensia Pada Lansia di Panti
Wreda. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat), 3(2), 293-298.

NOTULEN KEGIATAN TAK


1. Sasaran awal kegiatan TAK untuk 20 lansia tetapi yang datang 27 lansia
2. Waktu dimulai acaranya rencananya jam 15.00 menjadi 15.15 WIB
3. Kegiatan yang dilakukan awalnya menempel dahulu secara berkelompok
baru meronce individu menjadi kegiatan menempel untuk laki-laki dan
meronce untuk perempuan
4. Kegiatan menempel yang sehausnya berkelompok ada yang dilakukan
secara individu karena ada yang tidak duduk berkelompok tetapi ingin
melakukan kegiatan menempel

90
Lampiran Leaflet Dermatitis

91

Anda mungkin juga menyukai