Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Isu Kontemporer Audit

Pertemuan ke-7
Investment Cycle and Balances
Case BPJS Ketenagakerjaan: Investment Policies and Procedures

Oleh Kelompok 4:

Hilmi Aulia Azmi (2106672066)


Dameria Hutapea (2006540426)
Satria Bagus Wijayana (2106792796)

A. Latar Belakang Masalah


a. Penyidikan Kasus Korupsi di BPJS-TK oleh Kejaksaan Agung
Penyidikan kasus dugaan korupsi di BPJS Ketenagakerjaan ini telah dimulai Kejagung sejak
19 Januari 2021. Kasus tersebut ditangani oleh penyidik pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus (Jampidsus) berdasarkan surat perintah penyidikan Nomor: Print-02/F.2/Fd.2/01/2021.
Sejumlah dokumen sudah sempat disita Kejagung dalam penggeledahan kantor pusat BPJS
Ketenagakerjaan di Jakarta pada 18 Januari 2021. Pemeriksaan saksi dimulai sejak 19 Januari
2021.
Kejagung sebelumnya memperkirakan ada potensi kerugian negara hingga Rp 20 triliun
dalam perkara ini. Kejaksaan Agung (Kejagung) RI menyatakan, nilai kerugian sementara dalam
kasus dugaan tindak pidana korupsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
(BPJS TK) bersifat unrealized loss. Meskipun kerugian kasus itu dinyatakan bersifat unrealized
loss, pihak Kejagung masih belum memberhentikan penyidikan terkait kasus ini.

b. Hasil penyelidikan BPK


● Terhadap BPJS-TK
○ Tata kelola investasi BPJS TK belum sepenuhnya memadai. Hal tersebut
mengakibatkan BPJS TK kehilangan kesempatan untuk memperoleh hasil
pengembangan dana secara optimal dari ketidakjelasan keputusan cut loss atau
take profit, menanggung risiko tinggi apabila reksadana yang dimiliki 100%
mengalami penurunan kinerja atau rugi tanpa adanya sharing risiko dengan pihak
lain, potential loss yang tinggi dari investasi saham dan reksadana, dan berpotensi
tidak dapat memenuhi dana amanat dari para peserta program jaminan sosial
terutama program JHT dan JP.
○ Strategic Asset Allocation (SAA) dan Tactical Asset Allocation (TAA) BPJS TK
belum optimal untuk mencapai tingkat pengembalian portofolio investasi DJS dan
aset BPJS TK, mengakibatkan SAA dan TAA belum sepenuhnya efektif sebagai
pedoman strategi investasi serta hasil investasi DJS dan aset BPJS
Ketenagakerjaan belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan
○ Realisasi beban representasi manajemen pada BPJS TK tidak didukung dengan
bukti pertanggungjawaban yang lengkap dan benar, mengakibatkan beban
representasi sebesar Rp22,14 miliar belum dapat diyakini kebenarannya, meliputi
beban representasi direksi sebesar Rp13,49 miliar dan beban representasi dewan
pengawas termasuk gabungan dewas senilai Rp8,65 miliar, serta beban
representasi diberikan secara tunai kepada direksi sebesar Rp9,39 miliar tidak
akuntabel.
● Terhadap OJK
○ Terdapat beberapa pengaturan bidang IKNB yang belum lengkap dan
menimbulkan ketidakpastian fungsi pengawasan dan perlindungan konsumen.
○ Terdapat kelemahan pengawasan terhadap perusahaan asuransi pengelola premi
yang menjanjikan pengembalian dana di masa depan, dan OJK belum memiliki
mekanisme internal yang terintegrasi dalam melaksanakan fungsi perlindungan
konsumen sesuai ketentuan.

B. Isu Kontemporer
a. Kriteria investasi
● Investasi seharusnya tidak terlalu konservatif karena tingkat pengembalian akan
terlalu rendah.
● Investasi tidak boleh terlalu agresif atau spekulatif karena dapat menimbulkan
risiko kerugian yang cukup besar.
● Investasi harus dalam surat berharga yang dapat dibeli atau dijual cepat pada saat
kondisi pasar berubah.
● Investasi harus terdiversifikasi untuk menghindari risiko kerugian yang cukup
besar. Diversifikasi dapat dilakukan berdasarkan kelas-kelas aset, wilayah
geografis, industri, dan lain-lain.
● Investasi harus menghasilkan tingkat pengembalian maksimum yang
dimungkinkan dalam batas kewajaran mengingat tujuan, profil risiko dan
kebutuhan likuiditas dana.
● Biaya manajemen investasi dan administrasi harus dapat dikendalikan. Penurunan
tingkat pengembalian dalam skala kecil, apabila diakumulasikan selama beberapa
tahun, secara signifikan dapat mengurangi saldo rekening akhir dan besar
manfaat.
● Prosedur tata kelola yang baik harus diterapkan untuk menjamin transparansi,
akuntabilitas, dan keterbukaan untuk program Jaminan Sosial Bidang
Ketenagakerjaan secara keseluruhan, dan khususnya untuk program Jaminan
Pensiun, serta untuk proses manajemen investasi.
b. Isu
● Pengembangan dana JHT dan JP yang disetorkan oleh company dan employee tidak
terlalu signifikan dibandingkan dengan bunga deposito, namun kenapa harus
diinvestasikan ke dalam instrumen yang high risk untuk mendapatkan potensi high
return?
● Adanya kontradiksi strategi manajemen risiko untuk instrumen saham dengan
pengelolaan di lapangan (Penurunan nilai investasi di periode 2017-2019).
● Apakah terdapat potensi kerugian negara dalam kasus BPJS TK?
● Laporan Keuangan BPJS-TK hanya menyajikan kinerja keuangan atas bagian dari BPJS-
TK dan tidak mencakup bagian dari DJS yang berasal dari 4 program BPJS-TK. Tidak
ada laporan pengelolaan Dana Jaminan Sosial (DJS).

c. PSAK 71
PSAK 71 menggantikan PSAK 55 efektif pada 1 Januari 2020, namun PSAK 55 masih berlaku
untuk Macro-hedging, memperkenalkan pengaturan baru untuk klasifikasi dan pengukuran
instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran penyisihan penurunan nilai, dan memberikan
pendekatan yang lebih sederhana untuk akuntansi lindung nilai. Laporan Keuangan BPJS
Ketenagakerjaan Tahun 2020, terkait dengan Instrumen Keuangan sudah sesuai dengan PSAK
71

C. Daftar Pustaka
fac.org/system/files/downloads/2008_Auditing_Handbook_A155_ISA_545.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/15/15441091/kejagung-kerugian-pada-kasus-dugaan-
korupsi-bpjs-ketenagakerjaan-bersifat - 15 Februari 2022

https://www.bpk.go.id/news/bpk-temukan-beberapa-permasalahan-dalam-pemeriksaan-dengan-
tujuan-tertentu-atas-ojk
21 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai