Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TENTANG PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI


NASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : Mawaddah Warahmah

Disusun Oleh :

Salsabilla fitri anggraini ( 0203222041 )


Syafiq al fiqri ( 0203222075 )
Nabila salsabila ( 0203222081 )

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ( SIYASAH )


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia
Nya karena atas perkenaan Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila yang
bertemakan Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Pembangunan Ekonomi. Makalah ini kami buat
untuk menjelaskan dengan jelas arti dari Paradigma dan,fungsi Pancasila dalam Pembangunan
Ekonomi. Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pendidikan Pancasila ,
Dengan izin dan bimbingan dari nya serta kerjasama yang baik dengan pihak-pihak terkait
membuat segala tantangan dan rintangan dalam makalah ini dapat dilalui. Untuk itu kami
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan dan penyusunan laporan makalah ini jauh dari kata sempurna
oleh karena itu kami mengharapkan kritikan serta saran yang sifatnya membangun khususnya
dari Dosen kami sendiri dan para pemabaca guna menjadi acuan dalam bekal bagi pengalaman
kami untuk menulis lebih baik lagi dimasa yang akan datang

Medan, 12 Oktober 2022

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................................


Daftar Isi ...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa yang dimaksud dengan paradigma ? .....................................................................
B. Bagaimana ciri-ciri dari sistem ekonomi pancasila ? ...................................................
C. Bagaimana ekonomi kerakyatan mampu mengembangkan program-program
konkret dari pemerintahan daerah ? ..............................................................................
D. Mengapa bangsa Indonesia menganut system Ekonomi Kerakyatan ? ........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan
bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan
mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu
pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang
harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-
aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu
paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan
yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan
dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.Istilah paradigma
makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain
seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.Paradigma kemudian berkembang dalam
pengertian sebagai kerangka pikir, kerangkabertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,
parameter, arah dan tujuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang dan biasa dipergunakan dalam berbagai bidang
kehidupan dan ilmu pengetahuan. Misalnya politik, hukum, ekonomi,budaya. Dalam kehidupan
sehari-hari, paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung pengertian sumber
nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, tolakukur, parameter, serta arah dan tujuan
dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam
pembangunan. Berdasarkan latar belakan gtersebut, maka dalam penulisan ini akan diberi judul:
Pancasila Sebagai ParadigmaPembangunan Ekonomi Nasional
B. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan paradigma ?


B. Bagaimana ciri-ciri dari sistem ekonomi pancasila ?
C. Bagaimana ekonomi kerakyatan mampu mengembangkan program-program konkret
dari pemerintahan daerah ?
D. Mengapa bangsa Indonesia menganut system Ekonomi Kerakyatan ?

C. Tujuan Masalah

1) Definisi Paradigma
2) Ciri –ciri sistem Ekonomi Pancasila
3) Cara pemerintah mengembangkan ekonomi kerakyatan
4) Latar belakang system ekonomi kerakyatan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi paradigma

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional dalam bidang ekonomi memiliki


maksud bahwa setiap pengembangan ekonomi negara harus mendasarkan pada moralitas sila-sila
Pancasila, yaitu dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang humanistik dan bertujuan
untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Penelitian mengenai paradigma perusahaan berbasis Ekonomi Pancasila perlu terus dilakukan
supaya Ekonomi Pancasila semakin membumi di kancah perekonomian Indonesia.
Pancasila sebagai paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Karena Pancasila mempunyai peran yang sangat penting dalam
berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial budaya, dan juga pembangunan.
Sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional harus mengimplementasikan Ekonomi
Kerakyatan yang merupakan wujud dari Ekonomi Pancasila sebagai dasar dari sistem ekonomi di
Indonesia dengan cara bekerjasama secara aktif dengan sebanyak-banyaknya pelaku UKM dan
warga negara Indonesia.

A. Pancasila Sebagai Paradigma

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki arti bahwa segala aspek
pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu pembangunan
nasional ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek rohani,
jasmani, aspek individu, sosial, dan ketuhanan.
Pancasila sebagai paradigma artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi kerangka
acuan setiap aspek pembangunan nasional di Indonesia. Ini merupakan konsekuensi pengakuan
bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara.

Hanum, F. (2019). Pancasila sebagai paradigm pembangunan industry 4.0 Journal of Chemical information and Modeling, 19(1), 30-42
Pancasila Sebagai Paradigma dalam Berbagai Bidang Pembangunan
 
 Pembangunan Bidang Politik
 
Pembangunan ditujukan untuk membentuk pemerintahan demokratis yang menjunjung
kebebasan berpendapat serta melayani tuntutan rakyat secara adil, terbuka, jujur, dan akuntabel.
Dalam hal ini Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara yang berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
 
 Pembangunan Bidang Ekonomi
 
Dalam pembangunan ekonomi, pemerintah harus berlandaskan Pancasila terutama sila kelima,
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam ekonomi kerakyatan, kebijakan
ekonomi harus ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, pembangunan
ekonomi harus berdasarkan moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan.
 
 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
 
Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu
menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Kemudian berdasarkan sila persatuan Indonesia,
pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap budaya-budaya
yang beragam di Nusantara.
 
 Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
 
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Untuk mewujudkannya, diperlukan perlindungan hukum kepada semua
warga negara tanpa diskriminasi. Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus
merupakan perwujudan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. 

Hastangka, (2012). 79026-ID-filsafat-ekonomi-pancasila-mubyarto (vol. 22, issue 01, pp. 1-20


2. Ciri –ciri sistem Ekonomi Pancasila

Pengertian Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi adalah cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ekonomi. Pada dasarnya,
masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara di dunia itu sama, lho. Tetapi, karena sistem
pemerintahan, sumber daya alam, serta teknologinya tidak sama, membuat masing-masing
negara memiliki sistem ekonominya sendiri.

Jenis-jenis Sistem Ekonomi

a) Sistem Ekonomi Tradisional

Sistem ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang paling sederhana. Cara
penyelesaian masalah didasari oleh kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat secara turun-temurun.
Hasil produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari alias tidak diperjualbelikan.
Masyarakat hanya mengandalkan tenaga dan sumber daya alam seadanya, tanpa bantuan
teknologi canggih.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional


 Tidak ada rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumen. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat dilakukan dengan barter.
 Belum adanya teknologi untuk menghasilkan suatu barang.
 Teknik produksi dilakukan secara sederhana, seperti bertani, berkebun, dan berburu.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Tradisional

Meskipun sederhana, sistem ekonomi tradisional memiliki beberapa keuntungan, yaitu tidak


adanya eksploitasi sumber daya alam maupun tenaga manusia. Hal ini disebabkan karena
masyarakatnya enggan mencari keuntungan, melainkan hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Peluang terjadinya konflik antar masyarakat pun kecil ya, Brainies.
Sedangkan  kekurangan sistem ekonomi tradisional adalah terbatasnya hasil produksi,
pertumbuhan ekonomi melambat, serta barang yang tidak senilai ketika melakukan barter. 

Jatmiko, W. D. (2015). Penulisan Artikel Ilmiah. In Fakultas Ilmu Komputer


b) Sistem Ekonomi Liberal

Sistem ekonomi liberal atau pasar merupakan sistem ekonomi yang memberikan kebebasan
kepada masyarakat untuk menjalankan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Berbeda
dengan sistem ekonomi tradisional yang hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari, tujuan sistem
ekonomi liberal adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
Peran pemerintah cuma sebagai pengawas, bahkan hampir nggak ada. Sistem ekonomi pasar
sejalan dengan teori Adam Smith yang berbunyi, "Laissez Fairre, Laissez Passer," yang artinya
kegiatan ekonomi harus diserahkan kepada masyarakat. Sistem ekonomi ini banyak dianut oleh
negara di benua Amerika dan Eropa, seperti Amerika Serikat, Inggris, atau Jerman.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Liberal:


 Masyarakat terbagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan pemberi kerja yang bebas
menentukan bidang usaha mereka, dan golongan penerima kerja yang bebas memilih pekerjaan
yang mereka inginkan.
 Masyarakat diberi kebebasan untuk membeli alat produksi menggunakan uang pribadi.
 Timbul persaingan antar masyarakat.
 Peran pemerintah sangat minim.
 Kegiatan ekonomi selalu mempertimbangkan kondisi pasa

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Liberal

Negara memberi kebebasan kepada rakyat untuk menjalankan roda perekonomian. Masyarakat
yang berperan sebagai produsen bebas berinovasi untuk menciptakan produk. Di sisi lain,
masyarakat yang menjadi konsumen memiliki banyak opsi barang yang berkualitas.
Akan tetapi, sistem ekonomi pasar juga berdampak buruk bagi sebagian pihak, khususnya
mereka yang tidak memiliki modal banyak. Penjual dengan modal sedikit bisa kalah dengan
pengusaha bermodal tinggi. Mereka akan kalah dari segi kualitas, produktivitas, bahkan sulit
membuat promo karena menghindari kerugian. Selain itu, negara bisa saja mengalami resesi atau
krisis ekonomi.

BPS, B. (2021). Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik


c) Sistem Ekonomi Komando

Sistem ekonomi komando merupakan kebalikan dari sistem ekonomi liberal,


Brainies. Pemerintah menguasai sumber daya alam dan modal untuk menggerakkan roda
perekonomian di suatu negara. Merekalah yang menentukan barang apa yang bakal diproduksi,
cara pendistribusian, harga jual, bahkan pekerjaan. Tujuan sistem ekonomi ini adalah memenuhi
kebutuhan bersama. Sistem ekonomi komando disebut juga sebagai sistem ekonomi terpusat /
terpimpin / sosialis. Contoh negara yang menerapkan sistem ekonomi komando adalah Korea
Utara

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Komando:


 Sumber daya dikuasai oleh pemerintah, sehingga masyarakat tidak boleh mengambil
secara bebas.
 Seluruh kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah.
 Peran masyarakat hanya sebagai pelaksana.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Komando


Negara yang menerapkan sistem ekonomi komando memang terkesan otoriter, namun negara
tersebut jarang sekali mengalami krisis ekonomi, karena pemerintahnya berusaha untuk menjaga
ekonomi agar tetap stabil. Pendapatan masyarakat pun merata, sebab pemerintah telah mengatur
distribusi pekerjaan bagi setiap orang.
Masyarakat tidak diberi ruang untuk berinovasi karena segala sesuatu sudah diatur oleh
pemerintah. Kualitas barang pun tidak maksimal, hak milik pribadi tidak diakui, serta kebijakan
akan cenderung bersifat memaksa.

d) Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran adalah gabungan dari kelebihan sistem ekonomi pasar dan komando.
Artinya, pemerintah dan rakyatnya memiliki peran dalam menyelesaikan masalah perekonomian.
Contoh negara yang menggunakan sistem ekonomi campuran adalah Brazil, Mesir, dan Prancis.
 

DPR RI. (2021). Pembukaan UUD 1945. DPR Republik Indnesia


Ciri-ciri Sistem Ekonomi Campuran:
 Pemerintah, pihak swasta, atau masyarakat bekerjasama dalam mengatasi masalah
perekonomian.
 Pemerintah bertugas mengontrol sumber daya vital (hutan, air, listrik, dan lain-lain) yang
dimiliki oleh negara.
 Masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan barang apa yang akan diproduksi,
metode pembuatannya, serta harganya, dengan pengawasan dari pemerintah.
 Jika harga barang di pasaran melonjak tinggi dan mengalami kelangkaan, pemerintah
berhak menetapkan batasan harga jual.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Campuran

Adanya kebebasan pihak swasta dan masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonomi, serta
didukung oleh kebijakan dari pemerintah membuat kestabilan ekonomi tetap terjaga. Selain itu,
kelebihan sistem ekonomi campuran adalah  meningkatnya kreativitas pengusaha atau pelaku
UMKM. Meski begitu, pemerintah selalu berupaya mencegah terjadinya monopoli usaha oleh
pihak swasta. Jadi, persaingan usahanya tetap sehat ya.

Jika campur tangan pemerintah terlalu sedikit, maka memungkinkan berlakunya sistem ekonomi
pasar atau liberal. Sebaliknya, jika campur tangan pemerintah terlalu kuat, maka berpeluang
menimbulkan sistem ekonomi komando.

e) Sistem Ekonomi di Indonesia

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila tertuang pada pasal 33 ayat 1-4 UUD 1945, yaitu sebagai
berikut:
Seluruh kegiatan ekonomi didasari rasa kekeluargaan.
Pemerintah menguasai sumber daya penting untuk kemakmuran rakyat. Contohnya, listrik dan
air dikuasai oleh BUMN.
Kegiatan ekonomi harus berwawasan lingkungan, sehingga tidak terjadi eksploitasi sumber daya.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi Pancasila.

Kelebihan yang pertama, setiap warga negara Indonesia diberikan hak untuk berkreasi asalkan
tidak melanggar kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kedua, perekonomian diutamakan
untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi, sistem ekonomi Pancasila juga memiliki kelemahan,
seperti pengambilan keputusan yang terlalu lambat karena harus memikirkan kepentingan
bersama.

Dharnayanti, N. (2017). Jurnal ilmiah prodi magister kenotariatan, Hal 66-74.


3. Cara pemerintah mengembangkan ekonomi kerakyatan

A. Konsep Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

1. Pengertian Ekonomi Kerakyatan


Menurut (Zulkarnain, 2006) di dalam bukunya yang berjudul: Kewirausahaan
(Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan penduduk Miskin), ekonomi
kerakyatan adalah suatu sistem ekonomi yang harus di anut sesuai dengan falsafah negara kita
yang menyangkut dua aspek, yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada
ekonomi rakyat.
Definisi ekonomi kerakyatan menurut (Marzuki, 2015), ekonomi kerakyatan adalah
sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana ekonomi rakyat sendiri
adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular)
yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat
diusahakn dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai usaha kecil dan menengah (UKM)
terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb. Yang ditujukan
terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan
kepentingan masyarakat lainnya.
Ekonomi kerakyatan dapat ditafsirkan sebagai setara dengan istilah demokrasi
ekonomi yang secara tegas terdapat pasal penjelasan,. Penjelasan pasal 33 UUD 1945
menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan yakni sistem ekonomi dimana produksi dikerjakan
oleh semua, untuk semua, serta dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat. Dengan
demikian salah
satu pilar dari demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan semua orang dalam kegiatan
produksi.Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan yaitu:
pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil, yang disebut
perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat
dimaksudkan adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil.
Kedua, pendekatan sistem ekonomi, yaitu demokrasi ekonomi atau sistem
pembangunan yang demokratis, disebut pembangunan partisipatif (participatory development).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan adalah
perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat dalam proses pembangunan yang berkaitan erat dengan aspek keadilan,
demokrasi ekonomi, keberpihakan pada ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang adil dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan atau
mayoritas masyarakat.

Marzuki, Alie. 2015. Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


Soeharto, Prawirokusumo. 2010. Ekonomi Rakyat : Konsep Kebijakan dan Strategi. Yogyakarta: BPFE
2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Kerakyatan

Prinsip ekonomi kerakyatan yang tertuang dalam UUD 1945 terutama pasal 33 adalah:

- Prinsip kekeluargaan. dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa perekonomian disusun
sebagai usaha bersam berdasarkan atas azas kekeluargaan. Prinsip ini merupakan acuan
semua badan usaha baik BUMN dan BUMS, BUMD.
- Prinsip keadilan. Pelaksanaan ekonomi kerakyatan harus bisa mewujudkan keadilan dalam
masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peluang yang sama kepada semua anak
bangsa, apakah ia sebagai konsumen, pengusaha maupun sebagai tenaga kerja. Tidak ada
perbedaan suku, agama dan gender, semuanya sama dalam lapangan ekonomi.
- Prinsip pemerataan pendapatan. Masyarakat sebagai konsumen dan pelaku ekonomi harus
merasakan pemerataan pendapatan. Kalau selama ini pemerintah terlalu mementingkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi teryata itu hanya semu belaka. Pertumbuhan yang tinggi
tidak membawa pada pemerataan pendapatan. Pertumbuhan itu hanya dirasakan segelintir
masyarakat yang disebut pengusaha besar, sementara mayoritas masyarakat berbeda pada
posisi miskin dan melarat.
- Prinsip keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Kegiatan
ekonomi harus mampu mewujudkan adanya sinergi antara kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat Pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kepentingan pribadi/individu merupakan hal
yang harus mendapat prioritas. Namun kepentingan pribadi/individu tidak boleh mengabaikan
kepentingan masyarakat. Untuk menjaga kepentingan masyarakat negara memiliki kompetensi
untuk menguasai berbagai cabang produksi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat banyak.
- Prinsip kerja sama atau jaringan. Dalam prinsip ini para pelaku ekonomi harus saling
membantu dan bekerja sama. Dengan kerja sama tentu berbagai kegiatan usaha kecil akan
menjadi kuat dan besar. Kerja sama ini bisa menghimpun para pelaku ekonomi baik produsen,
konsumen dan pelaku ekonomi lainnya, baik usaha besar, menengah ataupun kecil. Dengan
dukungan informasi dan pembiayaan yang cukup maka UKM akan mampu bangkit dari
keterbelakangan.

Zulkarnain. 2006. Kewirausahaan, Strategi Pembelajaran Usaha Kecil dan


Penduduk Miskin. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
3. Faktor Keberhasilan Ekonomi Kerakyatan

Faktor penting dalam menjalankan ekonomi kerakyatan yaitu:

- Efisiensi ekonomi yang berdasarkan pada keadilan, partisipasi dan keberlanjutan.


- Peranan vital pemerintah yang bertugas untuk mengatur jalannya roda perekonomian dan
menjamin kemakmuran dan mencegah ketidakadilan pada masyarakat.
- Pemerataan dalam segi faktor produksi.
- Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar dan kerjasama.
- Paradigma pola hubungan produksi kemitraan bukan buruh-majikan.

Adapun menurut (Soeharto Prawirokusumo, 2010) bahwa terwujudnya ekonomi


kerakyatan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
Pertama, tingkat pembangunan daerah.
Kedua, tingkat kemandirian masyarakat.
Ketiga, tingkat rasa kepercayaan masyarakat akan kesetaraan.
Keempat, ketenaga kerjaan yang meliputi tingkat kesempatan kerja masyarakat.
Kelima, tingkat partisipatif masyarakat.
Keenam, persaingan yang sehat.
Ketujuh, adanya keterbukaan/demokrasi.
Kedelapan, pemerataan yang berkeadilan.

Hoesein, Zainal Arifin. 2016. Peran Negara Dalam Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan menurut UUD 1945 . Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM No. 3 Vol. 23 Juli 2016: 503 – 52
4. Latar belakang system ekonomi kerakyatan

Ekonomi kerakyatan berpedoman pada sila keempat Pancasila, dapat didefinisikan secara
sederhana bahwa istilah ekonomi kerakyatan akan mengandung unsur demokrasi di dalamnya.
Demokrasi yang muncul dan digali dari kearifan lokal. Demokrasi yang menjadi ciri khas
Indonesia adalah musyawarah untuk mencapai mufakat
Ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan bukanlah sebuah mazhab ekonomi baru,
namun hanya sebagai konstruksi pemahaman dari realita ekonomi yang umum terdapat di negara
berkembang. Suatu realita ekonomi dimana selain ada sektor formal yang umumnya didominasi
oleh pengusaha dan konglomerat terdapat sektor informal dimana sebagian besar anggota
masyarakat hidup Oleh karena itulah, ekonomi rakyat berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat disuatu daerah tertentu.
Ekonomi kerakyatan merupakan terminologi yang digagas oleh Mohammad Hatta pasca
kolonialisme Hindia Belanda dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang pada saat itu menempatkan kaum pribumi dalam kelas dan
strata sosial paling bawah. Ekonomi kerakyatan diciptakan sebagai cara untuk menjadikan
bangsa pribumi sebagai tuan di negeri sendiri.Kemudian, konsep ekonomi kerakyatan dinyatakan
dalam konstitusi Republik Indonesia Pasal 33 UUD 1945, yang menjelaskan secara
terperinci hal-hal sebagai berikut :

1
Sritua Arif, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Cet 1 (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1997) , 3.
Selanjutnya ditulis Arif, Agenda.
2 Hernando de Soto, Masih Ada Jalan Lain: Revolusi Tersembunyi Di Negara Dunia
Ketiga, terjemahan Masri Maris (Jakarta; Yayasan Obor, 1991) , 107.
3
Johan Purnama dkk, Telaah Wacana Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta; AIFIS, 2014) , 1
selanjutnya ditulis Johan Purnama dkk, Telaah.
-Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
-Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak (harus) dikuasai oleh negara.
-Bumi, air dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Selain itu negara memiliki peran yang sangat besar dalam system ekonomi kerakyatan,
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 2 dan pasal 34, peran negara dalam sistem ekonomi
kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut:

1. Mengembangkan koperasi. Ini terlihat dalam pidato Mohammad Hatta saat menyambut hari
koperasi pada 11 Juli 1953, Hatta mengutip pernyataan Ravnholt yang dikemukakan dalam
bukunya The Danish Coperative Movement: “Dalam perkumpulan koperasi, dasar-dasar
ekonomi telah terlebih dahulu dijalankan sebelum rakyat Denmark seluruhnya mengenal
demokrasi politik”.
2. Mengembangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
3. Memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
5. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar

Butir-butir pemikiran Hatta dalam pidato tersebut, tampak gamblang berorientasi kepada
ekonomi kerakyatan. Selanjutnya Ia menekankan dan mendorong rakyat untuk membangun dan
menentukan nasibnya. Seperti terlihat dalam pidatonya sebagai berikut:

4 Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesia: Mengenang Bung Hatta, Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia, (Surakarta; Muhammadiyah
University Press, 2002), 204.
5Mubyrto,dkk, Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta, Lembaga Suluh Nusantara, 2014), viii. Selanjutnya ditulis Mubyarto dkk, Ekonomi Kerakyatan.
“Inilah dasar kerakyatan pendidikan nasional indonesia! Supaya tercapai suatu masyarakat
yang berdasar keadilan dan kebenaran, haruslah rakyat insaf akan haknya dan harga dirinya.
Kemudian haruslah Ia berhak menentukan nasibnya sendiri dan prihal bagaimana Ia mesti
hidup dan bergaul. Pendeknya cara mengatur pemerintah negeri, cara menyusun perekonomian
negeri, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mufakat. Pendek kata rakyat itu daulat
alias raja atas dirinya sendiri. Tidak lagi golongan kecil saja yang memutuskan nasib rakyat
dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah arti kedaulatan rakyat! Inilah suatu dasar
demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya. Tidak saja dalam hal politik melainkan dalam
hal ekonomi dan sosial demokrasi; keputusan mufakat rakyat yang banyak”.

Mohammad Hatta menyatakan, untuk membangkitkan semangat ekonomi kerakyatan, koperasi


adalah suatu alat yang efektif untuk membangun ekonomi kerakyatan. Dalam Undang-Undang
koperasi tahun 1967, menjelaskan bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum, koperasi yang merupakan tata
susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
Lebih jelas dapat dilihat dalam pernyatan Mohamad Hatta sebagai berikut:

“koperasi pada selanjutnya, mendidik semangat percaya pada diri sendiri, memperkuat kemauan
bertindak dengan dasar
“self-help”. Dengan koperasi rakyat seluruhnya dapat ikut serta membangun, berangsur-angsur
maju dari yang kecil melalui yang sedang sampai ahirnya kelapangan perekonomian yang
besar. Tenaga-tenaga ekonomi yang lemah lambat laun disusun menjadi kuat. Koperasi dapat
pula menyelenggarakan pembentukan kapital nasional dalam jangka waktu yang lebih cepat,
dengan jalan menyimpan sedikit demi sedikit tapi teratur. Sebab itu koperasi dianggap suatu
alat yang efektif untuk membangun kembali ekonomi rakyat yang terbelakang. Koperasi
merasionalkan perekonomian, karena menyingkatkan jalan antara produksi dan konsumsi.
Dengan adanya koperasiproduksi dan koperasi-konsumsi yang teratur dan bekerja baik,
perusahaan-perantara yang sebenarnya tidak perlu, yang hanya membesarkan ongkos dan
memahalkan harga dapat disingkirkan. Tenaga-tenaga ekonomi yang tersingkir itu, dapat
dialirkan kepada bidang produksi yang lebih produktif.Karena itu produsen memperoleh upah
yang pantas bagi jerihnya dan konsumen membayar harga yang murah”

6 Muhammad Hatta, Kumpulan Karangan I, (Jakarta; Bulan Bintang, 1976), Cetakan keII, 99-100.
7 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta; Rineka Cipta, 2007), 4.
8 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktek, (Jakarta; Erlangga, 2001), 16
Pada zaman reformasi, pada masa pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),
mindset ekonomi tidak jauh berbeda dengan zaman orde baru, pemerintah lebih menekankan
pertumbuhan ekonomi dari pada pemerataan ekonomi. Sehingga terjadilah disparitas ekonomi
yang luar biasa antara si kaya dengan si miskin, seperti dilansir oleh Majalah Forbes yang
berbasis di New York, AmerikaSerikat telah disebutkan ada sekitar 40 orang terkaya di
Indonesia14. Total kekayaan mereka sebesar 88,6 miliar dollar AS atau setara Rp. 850 triliun.
Total kekayaan 40 orang ini pada tahun 2012 meningkat 4 persen dibandingkan dengan tahun
2011, dengan demikian harta kekayaan Rp. 850 triliun hanya dikuasai oleh 40 orang sementara
bagi pekerja formal, termasuk buruh yang berjumlah 42,1 juta orang berbagi pendapatan senilai
Rp. 1.450 triliun. Inilah perbedaan yang sangat menjulang antara si kaya dan si miskin ditengah
sistem ekonomi pasar yang tidak merata bukan setiap orang memiliki kekayaan dalam jumlah
yang begitu fantastis.

Menurut Mardi Yatmo Hutomo ada empat alasan mengapa ekonomi kerakyatan perlu
dijadikan paradigma baru dan strategi baru dalam pembangunan ekonomi di Indonesia :
1. Ekonomi kerakyatan merupakan karakteristik Indonesia, artinya ada usaha bersama untuk
merumuskan konsep pembangunan ekonomi yang cocok dengan tuntutan politik rakyat,
Konstitusi dan juga kondisi objektif masyarakat Indonesia.
2. Tuntutan Konstitusi, mengacu pada pasal 27 UUD 1945, bahwa setiap warga negara berhak
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, jadi ruh ekonomi harusnya adalah
yang dibangun atas dasar kebersamaan dan mampu memberi kesempatan yang sama kepada
semua elemen masyarakat.
3. Fakta empirik, bahwa ekonomi akan tumbuh dengan kokoh jika dibangun dan dilakukan oleh
sebanyak-banyaknya warga negara.
4. Kegagalan pembangunan ekonomi, kegagalan pembangunan ekonomi yang digulirkan
pemerintah selama ini sudah selayaknya menjadi landasan untuk mengevaluasi dan
menumbuhkan paradigma ekonomi baru yaitu ekonomi kerakyatan.

13 Mubyarto, Ekonomi Rakyat Program IDT &Demokrasi Ekonomi Indonesia, Ed. 2, Cet. ke-1 (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), 6.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan pancasila sebagai landasan pembangunan nasional dalam bidang ekonomi


memberikan prinsip etis sebagai berikut :
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan
pembangunan ekonomi
b. Mengembangkan system ekonomi yang berperikemanusiaan
c. Mengembangkan system ekonomi yang berperikemanusiaan
d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan peraingan
bebas
e. Ekonomi yang bertujuan demi keadilan dan kesejahteraan bersama

Asal mula pancasila sebagai dasar filsafat Negara dibedakan kedalam tiga
bagian yaitu :

1. Causa materialis : pancasila yang sekarang menjadi ideology Negara bersumber


pada bangsa Indonesia, artinya bangsa Indonesia sebagai causa materialis
2. Causa formalis : pancasila sebagai ideology Negara merujuk kepada bagaimana
proses pancasila itu dirumuskan menjadi pancasila yang terkandung dalam UUD
1945. Artinya pidato soekarno sebagai causa formalis
3. Causa mula finalis : mewujudkan pancasila sebagai ideology Negara yang sah
adalah para anggota BPUPKI dan panitia Sembilan. Para anggota dari badan
itulah yang menentukan tujuan dirumuskannya pancasila sebagai ideology Negara
yang sah.
4. Causa efisien : yang menjadikan pancasila dari calon ideology Negara menjadi
ideology Negara yang sah. PPKI melalui siding BPUPKI menjadi Causa Efesien
pembentuk pancasila.
SARAN

Berdasarkan hasil yang telah penulis kemukakan pada pembahasan merujuk padareferensi buku
dan internet, maka penulis perlu memberikan saran - saran adalah sebagaiberikut:

1. Pancasila sebagai dasar negara yang akhir-akhir ini dilupakan, maka sebagai warganegara
Indonesia perlu memahami Pancasila melalui berbagai media yang difasilitasi instansi terkait.

2. Pancasila sangat penting bagi kehidupan bernegara, bermasyarakat dan juga perluditerapkan
dalam kehidupan keluarga.

3. Perlu adanya pendidikan politik agar rakyat tahu akan hak dan kewajiban dalam berpolitik.

4. Era globalisasi sangat mempengaruhi kehidupan bangsa dan bernegara terutamamasyarakat


yang selama ini Pancasila sebagai pedoman hidup dalam bernegaradikesampingkan, maka
Pancasila sebagai dasar negara dikenalkan kepada anak-anak pada tingkat dasar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanum, F. (2019). Pancasila sebagai paradigm pembangunan industry 4.0


Journal of Chemical information and Modeling, 19(1), 30-42
2. Hastangka, (2012). 79026-ID-filsafat-ekonomi-pancasila-mubyarto (vol.
22, issue 01, pp. 1-20
3. Jatmiko, W. D. (2015). Penulisan Artikel Ilmiah. In Fakultas Ilmu
Komputer
4. BPS, B. (2021). Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik
5. DPR RI. (2021). Pembukaan UUD 1945. DPR Republik Indnesia
6. Dharnayanti, N. (2017). Jurnal ilmiah prodi magister kenotariatan, Hal
66-74.
7. Marzuki, Alie. 2015. Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Soeharto, Prawirokusumo. 2010. Ekonomi Rakyat : Konsep Kebijakan
dan Strategi. Yogyakarta: BPFE
8. Zulkarnain. 2006. Kewirausahaan, Strategi Pembelajaran Usaha Kecil
dan Penduduk Miskin. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
9. Hoesein, Zainal Arifin. 2016. Peran Negara Dalam Pengembangan
Sistem Ekonomi Kerakyatan menurut UUD 1945 . Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM No. 3 Vol. 23 Juli 2016: 503 – 52
10. 1 Sritua Arif, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Cet 1 (Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 1997) , 3.
Selanjutnya ditulis Arif, Agenda.
2 Hernando de Soto, Masih Ada Jalan Lain: Revolusi Tersembunyi Di
Negara Dunia
Ketiga, terjemahan Masri Maris (Jakarta; Yayasan Obor, 1991) , 107.
3
Johan Purnama dkk, Telaah Wacana Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta;
AIFIS, 2014) , 1
selanjutnya ditulis Johan Purnama dkk, Telaah.
11. 4 Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesia: Mengenang Bung Hatta,
Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia, (Surakarta; Muhammadiyah
University Press, 2002), 204.
5Mubyrto,dkk, Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta, Lembaga Suluh Nusantara,
2014), viii. Selanjutnya ditulis Mubyarto dkk, Ekonomi Kerakyatan.
12. 6 Muhammad Hatta, Kumpulan Karangan I, (Jakarta; Bulan Bintang,
1976), Cetakan keII, 99-100.
7 Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta; Rineka
Cipta, 2007), 4.
8 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktek, (Jakarta;
Erlangga, 2001), 16
13. Mubyarto, Ekonomi Rakyat Program IDT &Demokrasi Ekonomi
Indonesia, Ed. 2, Cet. ke-1 (Yogyakarta: Aditya Media, 1997), 6.

Anda mungkin juga menyukai