Anda di halaman 1dari 13

Pancasila dalam konteks

ketatanegaraan republik indonesia


Dosen Pengampu :
Drs. Hadir Kaban, M.T.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

-JENNY WIDYA ALDILLA


(02011382227399)
-NINDYA IVANA CHALISTA
BR BRAHMANA
(02011382227499)
-SINTA OCTAVIA
(02011382227443)
Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum
Tertinggi
Pembukaan UUD 1945 bersama dengan disahkanya undang-undang dasar
negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan mulai
berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan berlakunya Pembukaan UUD
1945 maka timbullah tertib hukum Indonesia . Tertib hukum merupakan
keseluruhan peraturan-peraturan hukum yang memenuhi 4 syarat, yaitu :

1) Ada kesatuan subjek yang mengadakan peraturan-peraturan hukum.


2) Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan
peraturan- peraturan hukum itu.
3) Ada kesatuan objek (waktu) dalam mana peraturan itu berlaku.
4) Ada kesatuan daerah dalam mana peraturan-peraturan hukum itu
berlaku
Dengan demikian seluruh peraturan hukum yang ada di dalam wilayah negara RI
sejak saat ditetapkan Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, telah
memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum negara. Syarat-syarat tersebut pada
hakikatnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu sendiri

Maka Pembukaan UUD 1945 menentukan adanya tertib hukum Indonesia. Dengan
demikian, Pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah. Hal ini sesuai
dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966, juga ditegaskan dalam Ketetapan No.
V/MPR/1973, Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978, serta Ketetapan No. III/MPR/ 1983.
Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah
Negara Fundamental

Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang


fundamental (staatsfundamentalnorm) yang memberikan faktor-faktor
mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia dan berkedudukan sebagai
asas bagi hukum dasar baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
peraturan-peraturan hukum yang lainnya yang lebih rendah.
Isi dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Tiap-tiap alinea pembukaan Kedudukan Pembukaan UUD 1945


UUD 1945 memiliki makna dan
cita-cita tersendiri sebagai satu
kesatuan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai
1. Alinea Pertama
ketentuan hukum yang tertinggi. Pembukaan UUD
1945 merupakan asas bagi hukum dasar, baik yang
2. Alinea Kedua tertulis (UUD), maupun hukum dasar tidak tertulis
(konvensi). Hukum dasar merupakan sumber hukum.
3. Alinea Ketiga
Oleh karena itu, setiap produk hukum harus
4. Alinea Keempat berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang
lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 sebagai
ketentuan hukum yang tertinggi
Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok Pikiran dalam
Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang
tubuh UUD 1945. Hal ini disebabkan pembukaan UUD 1945 mengandung pokok pikiran
yang diciptakan dan dijelmakan dalam batang tubuh UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Fungsi pembukaan UUD 1945 secara lebih terperinci dapat pula dijelaskan
sebagai berikut :

1. Pembukaan UUD 1945 merupakan suasana kebatinan dari UUD 1945.


2. Pembukaan UUD 1945 mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber inspirasi (semangat) bagi UUD
1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam “pembukaan” UUD
1945,
1. Pokok pikiran pertama
“Negara”, begitulah bunyinya, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pokok pikiran ini mewujudkan kausa
suatu finalis (sebab tujuan), sehingga dapat menentukan jalan, serta aturan-aturan mana yang harus
dilaksanakan UUD dan untuk mencapai suatu tujuan tersebut didasari dengan persatuan
3. Pokok pikiran ketiga
Pokok pikiran ketiga yang terkandung dalam pembukaan, ialah negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Pokok pikiran ini mengandung konsekuensi
logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam UUD harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan
berdasarkan permusyawaratan atau perwakilan.
4.Pokok pikiran keempat
Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam pembukaan, ialah negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini mengandung
konsekuensi logis, bahwa UUD harus memuat isi pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-Pasal UUD 1945,
Pancasila, dan Proklamasi 17 Agustus 1945

1. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan


Pasal-Pasal UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisah-pisahkan. Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dengan pasal-
pasal UUD 1945, karena pokok pikiran yang dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945 terdapat dalam
pembukaan UUD 1945. Semangat dari UUD 1945 serta yang disemangati yaitu pasal-pasal UUD
1945 pada hakikatnya satu rangkaian kesatuan yang bersifat kausal organis. Ketentuan serta semangat
yang demikian harus diketahui dan dipahami serta dihayati oleh segenap bangsa Indonesia yang
mencintai negaranya.

2. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila bersifat timbal-balik seperti terlihat
berikut ini. Pertama, hubungan yang bersifat formal. Dengan dicantumkan Pancasila secara formal
dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum
positif
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, yakni 18 Agustus 1945, Pembukaan


UUD 1945 bersama-sama dengan UUD 1945 diundangkan. Dengan diundangkannya
Pembukaan UUD 1945 maka Pembukaan UUD 1945 secara resmi menjadi tertib
hukum tertinggi bagi Negara Indonesia. Pembukaan UUD 1945 merupakan satu
kesatuan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, antara Pembukaan
UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan
Hukum Dasar Tertulis dan Hukum/ Dasar Tidak Tertulis

1. Hukum dasar tertulis (Undang-undang Dasar)


UUD 1945 sebagai hukum dasar yang tertulis hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-
aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih
mudah cara membuat, merubah, dan mencabutnya. Disebut dengan nama hukum dasar tertulis karena
sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah.

2. Hukum dasar tidak tertulis (Konvensi)


Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu hukum yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaran negara secara tidak tertulis. konvensi ketatanegaraan bukan saja berfungsi
melengkapi kaidah-kaidah hukum ketatanegaraan yang ada, melainkan untuk menjadikan kaidah
hukum terutama UUD dapat berjalan sesuai dengan perkembangan masa.
Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945

1. Sistem pemerintahan negara menurut

-----------------------------------------------------------------------
2. Lembaga Ketatanegaraan
UUD 1945 hasil amandemen
a. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). a. MPR
b. Sistem konstitusional. b. DPR
c. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat c. Presiden
d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah d. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Majelis. e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Mahkamah Agung
f. Menteri negara ialah pembantu Presiden dan menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. g. Mahkamah Konstitusi (MK)
g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. h. Komisi Yudisial (KY)
h. Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum berdasarkan
Pancasila bukan berdasarkan kekuasaan.
i. Kekuasaan pemerintahan negara
j. Pemerintahan daerah
k. Pemilihan umum
l. Wilayah negara
m. Hak asasi manusia menurut UUD 1945
Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945

HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat
universal dan langgeng. Oleh karena itu, HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan,
dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. HAM adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia (Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia).
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai