Anda di halaman 1dari 12

HOMONIMI, HOMOFONI DAN HOMOGRAFI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa
Indonesia

Dosen Pengampu:

Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D.

Novritika, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Kelompok 8

Vivian Dwianda 06021182126005

Cindi Putri Utami 06021382126068

Siti Nadia 06021382126057

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Homonimi, Homofoni dan Homografi” dengan tepat
waktu.

Adapun mengenai tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu mata kuliah Semantik, yaitu Ibu Ernalida, S.Pd.,
M.Hum., Ph.D. dan Ibu Novritika, S.Pd., M.Pd. Selain itu, adapula tujuan lain dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai wadah pembelajaran dan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca. Pada kesempatan ini, tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan serta keterampilan sesuai studi yang ditekuni.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu dengan segala keterbatasan yang kami miliki, kami sangat berharap para
pembaca dapat memberikan saran dan kritik sebagai evaluasi penulis untuk
pembuatan makalah ke depannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, kami
ucapkan terima kasih.

Minggu, 19 Maret 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

PENDAHULUAN..................................................................................................iii

A. Latar Belakang...............................................................................................iii

B. Rumusan Masalah...........................................................................................iv

C. Tujuan.............................................................................................................iv

PEMBAHASAN......................................................................................................1

A. Definisi Homonimi..........................................................................................1

B. Faktor Terbentuknya Homonimi.....................................................................2

C. Jenis-jenis Homonimi......................................................................................2

D. Definisi Homofoni...........................................................................................4

E. Contoh Homofoni............................................................................................4

F. Definisi Homografi..........................................................................................4

G. Contoh Homografi...........................................................................................5

PENUTUP................................................................................................................6

A. Kesimpulan......................................................................................................6

B. Saran................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat. Seseorang
dapat menyampaikan pikiran, perasaan, dan keinginan kepada orang lain dengan
bahasa, dan dalam penyampaian itu memerlukan penguasaan kosakata yang baik.
Penggunaan kosakata yang baik memungkinkan seseorang dapat berbahasa
dengan baik dan benar pula

Penggunaan bahasa diperlukan kosakata yang mengandung kumpulan


kata- kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kosakata merupakan salah satu
aspek terpenting keberadaannya dalam bahasa, karena semakin banyak kosakata
yang digunakan seseorang berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan akan
lebih mudah. kosakata adalah komponen bahasa yang memuat secara informasi
tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki
seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa, dan daftar kata yang disusun seperti
kamus. Tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis dari dalam bahasa
Indonesia terbentuk bermacam-macam kosakata yang akan berbeda di seluruh
wilayah Indonesia

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti
atau makna pada setiap tuturan manusia. Bagian dari pembicaraan mengenai arti
atau makna dalam tutur manusia (bahasa) disebut semantik. Semantik adalah ilmu
yang mempelajari tentang seluk beluk makna dalam bahasa. Sebagai objek dari
kajian linguistik semantik, makna berada di seluruh atau di semua tataran yang
bangun membangun, makna berada di tataran fonologi, morfologi dan sintaksis
(Kuntarto, 2017).

Salah satu bahasan yang terdapat dalam semantik adalah relasi semantik
atau yang sering disebut relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik
yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.
Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frasa, maupun kalimat; dan relasi
semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna,
ketercukupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Dalam
pembicaraan tentang relasi
iii
makna ini biasanya dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim,
polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi (Chaer, 2012: 297).
Adapun dalam makalah ini penulis hanya akan membahasa relasi makna yang
mencakup homonim, homofoni dan homografi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan homonimi?


2. Apa saja faktor penyebab terjadinya homonimi?
3. Apa saja jenis-jenis homonimi?
4. Apakah yang dimaksud dengan homofoni?
5. Bagaimanakah contoh dari homofoni?
6. Apakah yang dimaksud dengan homografi?
7. Bagaimanakah contoh dari homografi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut.

1. Untuk menguraikan definisi homonimi


2. Untuk menguraikan faktor penyebab homonimi
3. Untuk menguraikan jenis-jenis homonimi
4. Untuk menguraikan definisi homofoni
5. Untuk menguraikan contoh dari homofoni
6. Untuk menguraikan definisi homografi
7. Untuk menguraikan contoh dari homografi

iv
PEMBAHASAN

A. Definisi Homonimi
Kata Homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya
‘nama’ dan homo yang artinya ‘sama’. Secara harfiah homonimi dapat diartikan
sebagai “nama sama untuk benda atau hal lain”. Homonimi adalah dua buah kata
atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja
berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang
berlainan. Homonimi terjadi pada tataran morfem, tataran kata, tataran frase, dan
tataran kalimat. Di dalam kamus kata-kata yang berhomomnimi ini biasanya
ditandai dengan angka Romawi yang diletakkan di belakang tiap kata (entri) yang
berhomonimi itu; atau juga dengan angka Arab yang diangkat setengah spasi dan
diletakkan di depan kata-kata tersebut.

Adapun pengertian homonimi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Sudrajat (2004: 42) Homonim adalah kata-kata yang bentuk atau
bunyinya sama atau mirip dengan benda lain tetapi maknanya berbeda.
2. Parera (2004: 81) mengemukakan bahwa homonim adalah dua ujaran
dalam bentuk kata yang sama lafalnya dan sama ejaannya/ tulisannya.
3. Putrayasa (2010: 118) berpendapat bahwa homonim adalah dua buah kata
atau lebih yang sama bentuknya, tetapi maknanya berlainan.
4. Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan dan lafalnya sama, tetapi
maknanya berbeda (Munirah, 2016: 20).
5. Homonimi adalah dua leksem atau lebih yang sama bentuk dan bunyinya,
tetapi memiliki arti yang berbeda (Edi Subroto, 2011:81).

Hal tersebut diungkapkan pula oleh Chaer (2007: 302) bahwa homonim
adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama tetapi
maknanya tentu saja berbeda karena masing-masing merupakan kata atau bentuk
ujaran yang berlainan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa homonim adalah ungkapan (kata atau frasa) yang sama bentuk
tetapi memiliki makna yang berbeda.

1
B. Faktor Terbentuknya Homonimi
Menurut Chaer (2009: 95) ada dua kemungkinan sebab terjadinya homonim
ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bentuk-bentuk yang berhomonim itu berasal dari bahasa atau dialek yang
berlainan. Contohnya kata bisa yang berarti ‘racun ular’ berasal dari
bahasa Melayu, sedangkan kata bisa yang berarti ‘sanggup’ berasal dari
bahasa Jawa.
2. Bentuk-bentuk yang berhomonim itu terjadi sebagai hasil proses
morfologi. Umpamanya kata mengukur dalam kalimat ‘Ibu sedang
mengukur kelapa di dapur’ adalah berhomonim dengan kata mengukur
dalam kalimat ‘petugas agraria itu mengukur luasnya kebun kami’. Jelas,
kata mengukur yang pertama terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan
awalan me- pada kata kukur (me + kukur = mengukur); sedangkan kata
mengukur yang kedua terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan me- pada
kata ukur (me + ukur = mengukur).

C. Jenis-jenis Homonimi
Berdasarkan proses pembentukannya, homonimi dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu:

1. Homonimi yang terbentuk karena kedua kata berasal dari bahasa atau
dialek yang berlainan. Contoh: kali.

Kata kali memiliki dua makna, yaitu ‘kelipatan’ dan ‘sungai’.


Kata kali yang berarti ‘kelipatan’ berasal dari bahasa Melayu, sedangkan
kata kali yang berarti ‘sungai’ berasal dari bahasa Jawa. Contoh lain
adalah kata abang yang berarti ‘kakak laki-laki’ berhomonim
dengan kata abang yang berarti ‘merah’ yang berasal dari bahasa Jawa.

2. Homonimi yang terbentuk karena proses afiksasi.

Afiksasi adalah proses penambahan afiks pada akar, dasar, atau


alas. Dalam hal ini, pasangan homonimi terjadi karena adanya
pengimbuhan pada kata dasar. Sebagai contoh adalah kata merapatkan
yang berasal dari kata dasar rapat yang mendapat imbuhan me- dan -kan.
Kata merapatkan yang

2
pertama berarti ‘mempererat, menjadikan rapat’, sedangkan
kata merapatkan yang kedua berarti ‘mengajak berapat untuk
membicarakan sesuatu atau berunding’.

3. Homonimi yang terbentuk karena penyingkatan.

Sebagai contoh kata PBB. Singkatan PBB yang pertama


merupakan kepanjangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB yang
kedua merupakan singkatan dari peraturan baris-berbaris, dan yang ketiga
merupakan singkatan dari pajak bumi dan bangunan.

4. Homonimi yang terbentuk karena gejala bahasa.

Gejala bahasa dalam pembentukan homonimi meliputi gejala


penambahan fonem dan gejala penghilangan fonem. Sebagai contoh adalah
kata gajih. Kata gajih yang pertama dapat berarti ‘lemak’ dan gajih yang
kedua berarti ‘upah kerja yang dibayar dalam waktu yang tetap’. Arti kata
pertama muncul karena kata itu berasal dari kata gaji yang mendapat
tambahan fonem /h/ di belakang.

Selanjutnya Verhaar (1983, 135:136) membagi homonim atas beberapa jenis,


yakni:

1. Homonimi yang terjadi antarkalimat, misalnya dalam kalimat “istri


kolonel yang nakal itu cantik” (dengan parafrase yang menjelaskan bahwa
yang nakal itu kolonel) dan “istri kolonel yang nakal itu” (dengan
parafrase bahwa yang nakal itu istri kolonel).
2. Homonimi yang terjadi padsa antarafrase, misalnya dalam kata ‘orang tua’
yang bermakna ayah dan ibu dan ‘orang tua’ yang bermakna orang yang
sudah tua.
3. Homonimi yang terdapat pada antarkata, misalnya kata ‘barang’ yang
bermakna benda yang diperdagangkan dan ‘barang’ yang bermakna
sejumlah atau sebanyak.
4. Homonimi yang terdapat pada antarmorfem misalnya bukunya
(parafrasanya buku orang itu) dan bukunya (parafrasanya buku tertentu)

3
D. Definisi Homofoni
Homofoni berasal dari kata homo yang berarti ‘sama’ dan kata fon yang
berarti ‘bunyi’, maka homofon dapat diartikan homonim yang sama bunyinya,
tetapi berbeda tulisan dan makna (Sudaryat, 2008: 42). Adapun yang berpendapat
bahwa homofon berasal dari istilah Inggris homophone yang bermakna kata yang
lafalnya sama dengan kata yang lain, tetapi ejaan dan artinya berbeda
(Ensiklopedi, 2007: 326). Sejalan dengan itu, Parera (2004: 81) berpendapat
bahwa homofon adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya, tetapi
berlainan tulisannya. Sementara itu, Chaer (2007:303) menyatakan bahwa
homofon merupakan adanya kesamaan bunyi antara dua buah ujaran, tanpa
memperhatikan ejaannya, apakah ejaannya sama ataukah berbeda. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa homofon adalah kata
yang sama bunyi (pelafalan) tetapi berbeda tulisannya

E. Contoh Homofoni

(1) bang I: Bang Anton “kakak laki-laki”


bank II: Bank BNI “tempat simpan pinjam uang‟
(2) sanksi I: sanksi “akibat, konsekuensi”
sangsi II: Saya sangsi “ragu”
Contoh (1) adalah kata bang dan bank, bang adalah bentuk singkat dari
kata abang yang berarti “kakak laki-laki‟, sedangkan bank adalah nama lembaga
yang mengurus uang atau tempat simpan pinjam uang. Pada contoh (2) adalah kata
sanksi yang berhomofon dengan kata sangsi. Sanksi berarti “akibat atau
konsekuensi‟ seperti dalam kalimat “Apa sanksinya kalau belum membayar SPP?”
Sedangkan kata sangsi yang berarti “ragu‟ seperti dalam kalimat “Saya sangsi
apakah dia akan menyelesaikan pekerjaan itu”.

F. Definisi Homografi
Homograf berasal dari istilah Inggris homograph. Secara harafiah
homograf adalah kata yang ejaannya sama dengan kata yang lain, tetapi asal dan
artinya ber- beda (Ensiklopedi, 2007: 326). Sedangkan, Homonim homograf
adalah homonim

4
yang sama tulisannya tetapi berbeda ucapan dan maknanya (Sudaryat, 2008: 42).
Homografi berasal dari kata homo yang berarti ’sama’ dan kata grafi yang berarti
‘tulisan’. Maka, homograf dapat diartikan dua bentuk bahasa yang sama ejaannya,
tetapi berbeda lafalnya (Parera, 2004: 81). Sementara itu, Chaer (2007: 303)
mengungkapkan bahwa homograf adalah mengacu pada bentuk ujaran yang sama
otografinya atau ejaannya, tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa homograf adalah kata-
kata yang dalam bentuk tulisannya sama tetapi berbeda dalam pelafalannya dan
beda pula maknanya.

G. Contoh Homografi

(1) teras I: teras bermakna “bagian kayu yang keras‟ atau “intisari‟
teras II: “lantai rumah di depannya”
(2) mental I: “terpelanting”
mental II: “batin, jiwa, pikiran‟
Contoh (1) disebut homograf karena pada contoh di atas memiliki tulisan
yang sama tetapi lafal atau bunyinya tidak sama. Kata teras yang dilafalkan [təras]
dan berarti “bagian kayu yang keras” atau “intisari” dengan kata teras yang
dilafalkan [tϵras] yang berarti “lantai yang agak tinggi di depan rumah”. Contoh
(2) kata mental yang dilafalkan [məntal] dan berarti “terpelanting” dengan kata
mental yang dilafalkan [mϵntal] dan berarti “batin atau jiwa”.

5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Homonim adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya
“kebetulan” sama tetapi maknanya berbeda karena masing-masing merupakan
kata atau bentuk ujaran yang berbeda. Faktor penyebab homonim terdiri dari dua
yaitu berasal dari bahasa yang berbeda dan sebagai hasil proses morfologi.
Adapun jenis- jenis homonim berdasarkan bentuknya terdiri dari 4, antara lain
yaitu homonimi dari bahasa atau dialek yang berlainan, homonimi terbentuk
karena proses afiksasi, homonimi yang terbentuk karena penyingkatan, dan
homonimi yang terbentuk karena gejala bahasa.
Homofoni berasal dari kata homo yang berarti ‘sama’ dan kata fon yang
berarti ‘bunyi’, maka homofon dapat diartikan homonim yang sama bunyinya,
tetapi berbeda tulisan dan makna. Sementara itu, Homograf berasal dari istilah
Inggris homograph. Secara harafiah homograf adalah kata yang ejaannya sama
dengan kata yang lain, tetapi asal dan artinya berbeda

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna baik dari segi penulisan maupun materi yang disajikan. Oleh
karena itu, kami membutukan kritik dan saran agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
diharapkan para pembaca dapat membaca sumber lain yang berhubungan dengan
materi yang disajikan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Azzakiah, L. L. F. (2020). Homonimi dan Ambiguitas Fonetik dalam Bahasa


Mahalabiu. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya. 10 (2), 245.

Balaibahasajateng.kemdikbud.go.id. 28 Juli 2010. Diakses pada 19 Maret 2023,


dari Homonimi dalam Bahasa Indonesia - BALAI BAHASA PROVINSI
JAWA TENGAH (kemdikbud.go.id)

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Edi Subroto, D. (2011). Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta:


Cakrawala Media

Munirah. 2016. Pengembangan Bahasa Indonesia. Makassar: Universitas


Muhammadiyah Makassar

Parera. J. D. 2004. Teori Semantik-Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Rais, J. R. F. (2015). Relaksi Makna Homonimi dalam Bahasa Bima di Kecamatan


Sape Bima. Skripsi. Universitas Mataram.

Sudaryat, Y. (2008). Makna dalam Wacana: Prinsip-prinsip Semantik dan


Pragmatik. Bandung: CV Yrama Widya

Verhaar, JWM. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Anda mungkin juga menyukai