Kelompok 6
Kelompok 6
Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah
“PSIKOLOGI”
Dosen Pengampu :
Dr. Rahayu Ginintasasi, S.Psi.,M.Si.
Disusun oleh :
Muhammad Sadam Nurawal (10522039)
Rahmah Nur Azizah (10522028)
Salsa Bila Hafiz (10522029)
Suci Oktaviani (10522033)
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mengalami banyak permasalahan. Namun berkat
arahan dan dukungan dari berbagai pihak makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Psikologi, yaitu Ibu Dr. Rahayu Ginintasasi, S.Psi.,M.Si. yang telah
membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna baik dari isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu kami berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................7
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Ritme Tidur dan Terjaga................................................................................8
2.2 Tahapan dalam Tidur dan Mekanisme Otak..................................................9
2.3 Manfaat Tidur.................................................................................................10
2.4 Pengendalian Suhu ........................................................................................13
2.5 Haus ..............................................................................................................15
2.6 Lapar .............................................................................................................17
Daftar Pustaka.......................................................................................................27
BAB 1
iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia itu sendiri,
karena dalam tidur terjadi proses pemulihan. Dalam proses ini bermanfaat untuk
mengembalikan kondisi tubuh dimana tubuh yang tadinya mengalami kelelahan
akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang terhambat dapat
menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang
yang kurang tidur akan cepat menga lami kele lahan dan penurunan konsentrasi.
Kondisi tidur dapat memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu
kesadaran terhadap alam akan terhenti sehingga tubuh dapat beristirahat. Otak
memiliki sejumlah fungsi, struktur dan pusat- pusat tidur yang akan mengatur
siklus tidur dan terjaga. Tubuh pada saat yang sama menghasilkan substansi yang
ketika dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat mengantuk. Menurut
Sinergi Fitness (2011) proses tersebut jika diubah oleh stres, kecemasan,
gangguan dan sakit fisik dapat menimbulkan insomnia.
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas (Qimy, 2009). Insomnia adalah gejala yang dialami
oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari
tidur dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Kesulitan tidur dapat dialami oleh
semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah,
gangguan tidur juga dialami oleh anak-anak, orang tua, orang dewasa maupun
para lanjut usia (Japardi, 2004). Penderita insomnia mengalami ngantuk yang
berlebih pada siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup (Perry
dan Polter, 2006). Gejala-gejala insomnia secara umum adalah seseorang
mengalami kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari
ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa
terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali (Japardi, 2002).
Kebutuhan manusia untuk tidur pada bayi adalah 13-16 jam untuk pertumbuhan
bayi, pada anak adalah 8-12 jam untuk perkembangan otak anak-anak untuk
ketahanan memori, pada dewasa adalah 6-9 jam untuk menjaga kesehatan dan
pada usia lanjut adalah 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang
iv
semakin senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi
optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi
yang cukup dengan pola tidur yang sesuai (Lumbantobing, 2004).
Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh sebuah organisasi
untuk memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan, kecurangan dan
ketidakefisienan penggunaan serta untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat
kepercayaan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, undang-undang di bidang
keuangan negara membawa implikasi tentang perlunya sistem pengelolaan
keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan untuk mencapai
pengendalian interbal yang memadai. Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah
tidak hanya dapat dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh dana
perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan sejauh mana instrumen
atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu memberikan nuansa manajemen
keuangan yang adil, rasional, transparan, partisipatif dan bertanggungjawab untuk
mewujudkan good governance. Tuntutan dan kebutuhan era globalisasi,
perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance), upaya pemulihan
ekonomi nasional dan daerah serta pemulihan kepercayaan yang baik secara lokal,
nasional, maupun internasional terhadap pemerintah indonesia, mengharuskan
pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis dengan adanya
pengendalian intern (Sembiring, 2009). 2 Sejak reformasi pada tahun 1998
berbagai perubahan terjadi di indonesia. Perubahan tersebut tidak hanya dirasakan
di pusat pemerintahan, tetapi juga di daerah. Setelah terjadinya reformasi, sistem
pemerintahan yang awalnya bersifat terpusat mulai mengalami desentralisasi. Hal
ini ditandai dengan dikeluarkanya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
pemerintah daerah. Regulasi tersebut menjadi landasan bagi pemberian otonomi
daerah yang semakin besar kepada daerah (Martanti dan Zaelani, 2011). Implikasi
dari adanya otonomi adalah kewajiban pemerintah untuk lebih tranparan dan
akuntabel. Perubahan-perubahan mendasar pada awal reformasi pengelolaan
keuangan Negara berkaitan dengan: sistem penganggaran, struktur anggaran,
peristilahan, pengukuran kinerja, konsep pusat-pusat pertanggungjawaban,
desentralisasi, standar kebijakan akuntansi dan perubahan sistem akuntansi
v
keuangan ke sistem ganda (double entry) dengan dasar pencatatan atas dasar kas
yang mengarah pada basis akrual (cash basic toward accrual). Oleh karena itu
pemerintah terus melakukan berbagai upaya perbaikan untuk meningkatkan
pengelolaan keuangan negara/daerah untuk memperkecil potensi kecurangan.
Banyaknya pemerintah daerah di indonesia dengan otonomi yang semakin besar,
membuat pengawasan yang baik sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kecurangan
(Fraud). Kecurangan dalam organisasi baik di sektor 3 pemerintahan maupun di
sektor swasta biasanya disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern. Adanya
peningkatan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang
baik (good governance goverment) mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk menerapkan adanya pengendalian intern dalam pemerintah daerah.
Pengendalian intern dalam pemerintah daerah dapat dilakukan dengan
mengadakan pengawasan intern yang berfungsi untuk melakukan penilaian
independen atas pelaksanaan tugas dan fungi instansi pemerintah. Lingkupp
pengaturan pengawasan intern mencangkup kelembagaan, lingkup tugas,
kompetensi daya manusia, kode etik, standar audit, dan pelaporan. Dalam
penelitian Coe dan curtis (1991) menemukan total 127 kasus kelemahan
pengendalian intern di Carolina Utara AS sebagian besar (24%) terjadi di lembaga
pemerintah. Menurut Abbot et al. Dalam Wilopo (2006) pengendalian intern yang
efektif mengurangi kecenderungan kecurangan dalam organisasi. Hal ini senada
dengan survey KMPG tahun 2006 dimana sebagian besar kecurangan (38%)
terdeteksi karena adanya kelemahan pengendalian intern.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mahasiswa/i
Keperawatan di Poltekes TNI AU Ciumbuleuit bisa mengetahui mengenai Tidur
dan Terjaga, dan Pengendalian Internal.
vi
Mahasiswa/i Keperawatan di Poltekes TNI AU Ciumbuleuit dapat memahami
tentang Tidur dan Terjaga, dan Pengendalian Internal.
1.4 Manfaat Penelitian
Mahasiswa/i Keperawatan di Poltekes TNI AU Ciumbuleuit dapat mengetahui
mengenai Tidur dan Terjaga, dan Pengendalian Internal.
vii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ritme Tidur dan Terjaga
Penelitian yang dilakukan oleh Curt Richhter (1922) mengindikasikan bahwa tubuh
adalah tubuh untuk menghasilkan siklus aktif dan pasif. Bukti menunjukkan bahwa
hewan menghasilkan ritme tidur dan terjaga yang berlangsung selama 24 jam semakin
menguat, bahkan jika hewan berada dalam lingkungan yang dibuat konstan.
Siklus endogen
Kesiapan hewan menghadapi perubahan musim dipicu oleh mekanisme internal,
contohnya burung yang menghasilkan ritme, kalender internal yang menyiapkan burung
terhadap perubahan musim yang disebut dengan ritme sirkanual endogen.
- Durasi ritme sirkanual manusia
Untuk menentukan durasi sirkanual manusia dilakukan dengan memilih sekelompok
individu, kemudian dimasukkan dalam lingkungan yang tidak memungkinkan individu
mengetahui waktu dan mengamati jadwal tidur.
Mekanisme jam biologis
Jam biologis adalah mekanisme induksi hibernasi selama sekitar 1 jam. Jam
biologis tidak sensitif terhadap bentuk gangguan. Namun, otak menghasilkan ritme
sendiri untuk mengatur jam biologis.
Nukleus suprakiasma adalah bagian dari hipotalamus yang menghasilkan ritme
sirkanual pada tubuh manusia untuk persiapan tidur dan suhu tubuh.
Biokimia ritme sirkanual adalah mamalia dan serangga memiliki gen pengendali ritme
sirkanual yang hampir sama. Beberapa spesies memiliki pningkatan jumlah protein
tertentu, ingga melimpah di siang hari dan mengalami penurunan pada malam hari.
Melatonin adalah kelenjar pineal adalah kelenjar endoktrin yang terletak pada sisi
posterior talamus, yang menyekresikan hormon melatonim, yaitu hormon yang
meningkatkan rasa kantuk.
Pengaturan ulang jam biologis
Jam biologis akan terus berjalan dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Jam
biologis dapat di atur ulang untuk menyesuaikan diri dengan pola lingkungan yang
viii
durasinya sedikit berbeda dari 24 jam. Apabila perbedaan melebihi sekitar 2 jam, jam
biologis akan menghasilkan ritme sendiri daripada melakukan pengaturan ulang.
Jet lag adalah gangguan terhadap ritme sirkanual akibat pelintasan zona waktu.
Waktu bekerja adalah jika individu ingin bekerja pada malam hari dan tidur pada
siang hari, maka untuk mengubah ritme sirkanual adalah dengan menyediakan
cahaya terang di lingkungan kerja.
Mekanisme pengaturan ulang SCN oleh cahaya adalah pengaturan ulang jam
biologis melalui sebuah cabang saraf optik yang memanjang ke SCN.
ix
membentuk tidur gelombang lambat. Tidur gelombang lambat yang terjadi
menandakan bahwa terjadi sinkronisas yang tinggi pada aktivitas neuron.
Tidur Paradoks dan Tidur REM
Tidur paradoks merupakan tidur pulas dan disisi lain tidak pulas. Pada tidur
paradoks terjadi pergerakan mata. Pergerakan mata ini dinamakan tidur rapid eye
movement (REM). Tahap REM ditandai dengan adanya gerak mata cepat.
Mekanisme otak terhadap keterjagaan dan kegairahan
Otak memiliki sistem-sistem yang memengaruhi kegairahan. Struktur yang ada
ialah pontomesenchepalon, rafe dorsal, dan sebagian hipotalamus yang berfungsi
mengendalikan berbagai kelompok sel di dasar otak bagian depan yang memiliki
akson pelepas asetil kolin ke sebagian besar otak bagian depan.
Fungsi otak pada tidur REM
Dalam periode tidur REM, terjadi peningkatan pada pons dan dinding yang
berperan sebagai respon emosi. Sementara itu terjadi penurunan aktivitas pada
korteks visual utama, korteks motor, dan korteks pra frontal dan dorsolateral, namun
terjadi peningkatan aktivitas pada korteks parietal dan temporal.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur seperti insomnia disebabkan karena adanya perubahan fase
pada ritme sirkadian suhu tubuh yang berkaitan dengan ritme sikardian tidur dan
keterjagaan.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah sebuah kondisi yang muncul ketika individu merasakan
kantuk di siang hari. Ada 4 gejala utama narkolepsi yaitu :
1. Serangan rasa kantuk yang mendadak di siang hari
2. Katalepsi yaitu kondisi melemahnya otak saat individu sedang terjaga
3. Paralisis tidur yaitu ketidakmampuan bergerak ketika memasuki periode tidur.
4. Halusinasi hipnagogik yakni kesulitas membedakan kenyataan dan mimpi.
2.3 Apa manfaat tidur, REM, dan Mimpi?
Manfaat tidur
Tidur memiliki bebrapa manfaat. Antara lain :
1. Otot-otot di istirahatkan
x
2. Metabolisme menurun penyususnan ulang protein di otak ,
3. mengorganisasi ulang
4. Menperkuat memori.
- Tidur dan konservasi energi
Tidur pada awalnya hanya merupakan sebuah cara unntuk mengonservasi
energi. Tidur mengonservasi energi pada masa yang tidak efisien, yaitu ketika
aktivitas justru lebih menyebabkan bahaya daripada manfaat. Selama tidur
berlangsung, suhu tubuh mamalia turun sekitar 1-2 C, penurunan suhu tersebut
cukup untuk mengonservasi energy dalam jumlah signifikan.
- Fungsi restorasi tidur
Salah satu cara untuk menguji fungsi restorasi tidur adalah dengan melakukan
pengamatan terhadap pengurangan tidur. Individu yang tidak tidur selama
seminggu, untuk penelitian maupun pertunjukan, melaporkan adanya rasa pusing,
ganguan konsentrasi, mudah marah, tremor pada tangan, dan halusinasi. Setiap
individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Hasil pengamatan terhadap dua
pria dewasa mengungkapkan bahwa mereka rata-rata hanya tidur selama tiga jam
dan bangun dengan perasaan segar.
- Tidur dan memori
Individu belajar tentang suatu hal dan keesokan harinya diuji, sering kali
performanya lebih baik pada hari kedua dibandingkan hari pertama. Hal tersebut
dapat terjadi asalkan individu tersebut mendapatkan cukup tidur.
xi
daripada yang lainnya dan ketepatannya adalah merupakan spesies yang memiliki
periode total tidur terpanjang dan presentasi tidur REM terbesar.
Bayi memilki durasi REM dan total tidur terpenjang jika dibandingkan dengan
individu dewasa. Sedangakn individu dewasa ada yang memilki periode tidur
panjang dimalam hari. Sehingga memiliki presentasi tidur REM yang besar.
- Pengaruh tidur REM
Selama periode pengurangan REM, individu yang mengamalami pengurangan
tidur REM akan meningkatkan usahanya untuk mencapai tidur REM.
- Hipotesis-hipotesis
Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa tidur REM berperan penting dalam
penyimpanan memori atau menbantu otak menyingkarkan hubungan-hubungan
yang tidak berguna yang tidak sengaja terbentuk selam satu hari. Apabila
hubungan tidak berguan di singkirkan maka dapat menonjolkan hubungan yang
berguna, apabila keduanya di bandingkan.
Perspektif biologis tentang mimpi
Kenyataan mengenai mimpi bahwa sebagian besar mimpi terlupakan dengan
cepat dan apabial ada mimpi yang teringat , sebagian besar detail mimpi tersebut
sudah terlupakan.
- Hipotesis aktivasi sintesis
Mimpi dimulai dengan ledakan periodic aktivitas kontan pada pons yaitu
gelombang PGO yang mengavtivasi sejumlah area korteks. Korteks
mengabungkan input acak tersebut dengan aktivitas yang sedang berlangsung
dengan berusaha untuk meyintesis suatu cerita agar semua informasi tersebut
masuk akal.
- Hipotesis klinoko anatomis
Hasil studi klinis mimpi pada beberapa pasien penderita berbagai kerusakan otak .
dalam hal ini ,hipotesis tersebut mirip dengan toeri aktivasi sintesis. Kedua
hipotesis tersebut dnyatakan bahwa mimpi diawali oleh pembangkitan stimulus
yang dihasilkan dalam otak. Lalu bergabung dnegan memori terbaru dan
informasi sensoris.
xii
2.4 Pengendalian Suhu
Suhu memengaruhi perilaku dalam berbagai cara, dan hal itu seringkali tidak kita sadari.
Pengendalian suhu ternyata memiliki peran dan daya tarik yang lebih tinggi daripada yang
disadari oleh para psikolog.
xiii
Keterangan Kisaran Suhu Tubuh
Hypothermia <35.0 °C
Normal 36.5–37.5 °C
Demam >37.5–38.3 °C
Hyperthermia >37.5–38.3 °C
Hyperpyrexia >40.0–41.5 °C
Hypothermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh jauh lebih rendah dari normal dan
mekanisme fisiologis serta perilaku tidak sanggup menormalkan keadaan tersebut.
Hipotermia terjadi jika suhu inti tubuh < 35°C. Hipotermia berawal dari gejala kedinginan
biasa seperti menggigil, gigi bergemeretuk, namun pada puncak serangan hipothermia,
penderita tidak akan merasa kedinginan lagi melainkan kepanasan.. Hipothermia
menyerang saraf secara perlahan. Pada akhirnya detak jantung, nafas dan metabolism tubuh
melambat sehingga dapat menyebabkan kematian
Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 370C yang disebabkan
oleh penyakit atau peradangan. Demam juga bisa merupakan pertanda
bahwa sel antibodi kita ( sel darah putih ) sedang melawan suatu virus. Demam ada 3
kategori, yaitu:
Demam karena infeksi: Demam infeksi merupakan demam yang disebabkan karena adanya
infeksi, salah satunya akibat masuknya kuman, bakteri, virus atau binatang kecil lainnya ke dalam
tubuh, misalnya Tetanus, Rubella, Demam Berdarah, dan TBC
Demam karena non-infeksi: Demam yang terjadi karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh : demam karena penyakit berat seperti
leukimia atau kanker darah, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang seperti rematik,
lupus
Demam karena fisiologis: Demam fisiologis disebabkan hal – hal seperti kekurangan cairan
(dehidrasi) atau suhu udara yang terlalu panas.
Hyperthermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh >37.5–38.3 °C dan mekanisme
fisiologis serta mekanisme perilaku tidak sanggup menormalkan keadaan tersebut.
xiv
Hyperthermia dapat berlanjut dengan hyperpyrexia yang nantinya akan menyebabkan heat
stroke atau serangan panas yang dapat berujung pada kematian.
2.5 Haus
Sekitar 70% bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Maka dari itu keseimbangan kandungan
air dalam tubuh harus selalu terjaga. Tubuh membuat sebuah isyarat ketika kandungan air
dalam tubuh mulai tidak normal yaitu dengan haus.
xv
Haus Hipovolemik dan Lapar Spesifik Terhadap Natrium
Haus hipovolemik adalah haus yang dipicu oleh volume cairan yang rendah. Bisa disebabkan
karena berdarah, diare atau berkeringat. Jantung kesulitan memompa darah ke otak dan
nutrien
tidak mengalir ke dalam sel dengan kecepatan normal, sehingga tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan hormon yang mempengaruhi konstriksi pembuluh darah, contohnya hormone
vasopresin dan angiotensin II.
Kemudian, lapar spesifik terhadap natrium adalah sebuah preferensi dimana ketika individu
mengalami peningkatan preferensi terhadap air yang sedikit asin. Individu akan meminum
air murni dan air garam sampai menemukan konsistensi yang tepat
Perbedaan antara haus osmotic dan haus hipovolemik
Tipe Haus Stimulus Sebaiknya Lokasi Reseptor Pengaruh
Minum Hormon
Osmotik Konsentrasi molekul Air Putih OVLT, bagian otak Disertai sekresi
terlarut lebih yang berbatasan vasopressin
tinggi diluar sel dengan ventrikel yang
daripada di ketiga berfungsi
dalam sel untuk
sehingga mengonserv
menyebabkan asi air
keluarnya air
dari sel
Hipovolemik Penurunan volume Air yg 1. reseptor yg Ditingkatkan
darah menga memantau oleh
ndung tekanan darah anglotensin
moleku pada vena
l 2. organ subfornikal
terlarut sebuah bagian
otak yg
berbatasan dgn
ventrikel ketiga
xvi
Dehidrasi
Adalah suatu keadaan dimana tubuh kehilangan cairan tubuh secara ekstrim. Dehidrasi ada 3
macam, yaitu:
Dehidrasi ringan : jika kandungan air yang hilang sekitar 5% dari massa tubuh
Dehidrasi sedang : jika kandungan air yang hilang sekitar 5 – 10% dari massa tubuh
Dehidrasi berat : jika kandungan air yang hilang sekitar > 10% dari massa tubuh
Penyebab dehidrasi adalah karena melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan cairan tubuh
tanpa mengonsumsi air, diare, perdarahan hebat atau karena konsumsi obat – obatan dan zat
tertentu seperti amphetamine, methamphetamine, dan kafein
Gejala dehidrasi diantaranya adalah penurunan kesadaran, penurunan tekanan darah, pusing dan
mata berkunang – kunang, kulit mengering dan tidak elastis, dan jarang buang air kecil
Tindakan yang harus dilakukan jika terkena dehidrasi adalah mengonsumsi cairang yang serupa
komposisinya dengan cairan tubuh dan mengurangi laju pengeluaran air dari tubuh
2.6 Lapar
Tiap spesies memiliki caranya sendiri – sendiri dalam hal makan untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya. Ada yang makan hanya sekali, namun dalam porsi yang sangat besar dan dapat
bertahan hidup tanpa makan selama berbulan – bulan. Namun ada juga yang makan sedikit
– sedikit tapi sering dan mereka hanya sedikit menyimpan cadangan lemak.
xvii
o Kebudayaan
o Meniru orang yang lebih tua
o Cenderung memilih makanan yang memiliki rasa manis
o Cenderung memilih makanan yang rasanya dikenal
o Tidak akan memilih makanan yang ketika pertama dimakan menimbulkan keluhan
xviii
Glukosa, Insulin dan Glukagon
o Glukosa: adalah sebagian besar hasil pencernaan yang masuk ke dalam darah, tetapi tidak
dapat langsung dimanfaatkan oleh sel. Namun, glukosa dapat langsung masuk ke sel – sel
otak tanpa bantuan insulin
o Insulin: adalah hormone yang menyebabkan glukosa dapat masuk ke dalam sel. Jika
insulin berlimpah, maka glukosa mudah memasuki sel. Kadar insulin meningkat selama
dan setelah makan. Kadar insulin yang tiggi bisa mengurangi nafsu makan.
o Glucagon: memicu hati mengubah sebagian cadangan glikogen menjadi glukosa
xix
xx
Leptin
leptin adalah sebuah peptida yang dikode oleh gen yang membuat seseorang menjadi konsisten
obesitas. Leptin memberi sinyal ke otak mengenai cadangan lemak di tubuh (leptin sebagai
indikator jangka panjang). Makanan yg dimakan dapat meningkatkan pelepasan leptin
(leptin sbg indikator jangka pendek mengenai nutrisi dalam tubuh). Apabila leptin tinggi,
hewan berlaku seolah mereka punya kandungan nutrisi tinggi. Misalnya: mengurangi
makan, lebih aktif dan meningkatkan sistem imunitas. Tikus yang memiliki gen obesitas
tidak menghasilkan leptin, otaknya bereaksi seolah olah tubuhnya tidak punya cadangan
lemak. Mereka akan makan banyak, membatasi pergerakan dan tidak mengalami pubertas.
Penyuntikan leptin akan menormalkan gejala itu. Namun, bukan berarti mengonsumsi
leptin dapat menyembuhkan obesitas karena pada kebanyakan kasus obesitas, ditemukan
bahwa mereka sudah memiliki kadar leptin yang tinggi. Ingatlah, bahwa semakin banyak
sel lemak, makin banyak leptin yang dihasilkan. Ternyata, kadar leptin yang rendah
meningkatkan rasa lapar, namun belum tentu kadar leptin yang tinggi dapat menurunkan
rasa lapar.
xxi
Mekanisme Otak
Nukleus Arkuat dan Hipotalamus Paraventrikular
Nukleus Arkuat pada hipotalamus memiliki satu rangkaian neuron yg sensitif thdp lapar dan satu
rangkaian yg sensitif thdp kenyang. Sel – sel yang sensitif thdp rasa lapar menerima input
dari lintasan citarasa, input lain untuk sel yg sensitif thdp rasa lapar datang dari akson yg
melepaskan neurotransmitter ghrelin. Perut melepaskan ghrelin selama periode kekurangan
makanan yg memicu kontraksi pada perut. Input yang menuju sel yg sensitif thdp rasa
kenyang di nukleus arkuat adalah sinyal – sinyal lapar jangka pendek maupun jangka
panjang
Sinyal jangka pendek: rasa kembung yg memicu keluarnya neurotransmitter CCK, gula darah yg
meningkatkan pelepasan hormon insulin
Sinyal jangka panjang: kadar lemak tubuh melepaskan leptin
Gangguan Makan
• Genetika dan Berat Badan
– Pada beberapa kasus, penyebab obesitas adalah gen tunggal. Gen tunggal yang
paling umum ditemukan adalah sebuah gen termutasi yang mengkode reseptor
melanokortin (salah satu meuropeptida yg bertanggung jawab terhadap rasa lapar)
individu yang memiliki gen termutasi tersebut akan menderita obesitas mulai dari
anak – anak. Tapi hanya 5% penderita obesitas yang punya gen itu.
xxii
– Kecenderungan mengonsumsi Fruktosa. Fruktosa terasa lebih manis daripada
sukrosa atau glukosa tanpa harus menambahkan ekstra kalori. Namun jika
fruktosa masuk terlalu banyak, akan disimpan menjadi lemak oleh tubuh. Oleh
karenanya konsumsi fruktosa tidak akan mengenyangkan dan menyebabkan
kecenderungan makan berlebih juga meningkatkan berat badan.
• Anoreksia Nervosa
Penderita anoreksia memiliki kelainan biokimia pada darah dan otak mereka. Pada dasarnya
mereka memiliki ketertarikan dengan makanan namun juga diiringi dengan ketakutan
akan menjadi gemuk. Sebagaian penderita anoreksia adalah orang yang perfeksionis dan
pekerjaannya menuntut mereka untuk tampil sempurna secara fisik.
• Bulimia Nervosa
Adalah sebuah kondisi ketika seseorang berganti – ganti perilaku antara diet ekstrem dan
makan yang berlebihan atau sebaliknya. Terkadang mereka memuntahkan kembali
makanannya setelah makan dalam porsi besar.
• Compulsive Eating Disorder
Adalah sebuah kelainan dimana seseorang tidak dapat berhenti makan (kecanduan makanan).
Penderita CED ini akan terus makan meskipun tidak lapar dan tidak dapat berhenti
memakan makanan yang disukainya.
• Pica
Adalah sebuah gangguan dimana seseorang yg menderita pica akan memakan sesuatu yang
bukan makanan. Seperti misalnya deterjen, sabun, mur, besi, bensin, bedak dan lain
sebagainya. Dalam beberapa kasus, pica ini banyak dikaitkan dengan kekurangan mineral
tertentu dan masalah perkembangan.
Menurunkan berat badan secara permanen tidaklah mudah. Pada akhirnya banyak orang yang
menggunakan obat – obatan dengan berbagai sensasinya seperti:
xxiii
• Fenfluramin : menimbulkan pengaruh pada otak yang serupa
seperti orang yang sudah makan
• Orlistat (Xenical) menyebabkan rasa tidak enak pada usus karena lemak
yang menggumpal
xxiv
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Proses tidur terjadi dengan adanya penghambatan aktif dari pusat-pusat tidur pada
ketinggian midpontin (nukleus rafe dan nukleus traktus solitarius) dan diencephalon yaitu
terutama area suprakiasmatikus terhadap sistem RAS. Adenosin bertindak sebagai
neuromodulator dengan menginaktifkan pusat terjaga. Melatonin bukan pengatur utama
tetapi mempunyai pengaruh tertentu terhadap pola tidur. Melatonin menyebabkan tidur
dengan mempengaruhi jam biologis atau nukleus suprakiasmatikus di hipotalamus diduga
dengan mempengaruhi kadar monoamine.
3.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kejelasan faktor-faktor penyebab
tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan pemakaian melatonin dianjurkan
bagi orang tua yang menderita insomnia, penderita gangguan jet-lag, dan pekerja shift
malam.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
https://d2isy.blogspot.com/2014/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
https://kelasips.com/proses-endogenik/
https://www.gramedia.com/literasi/pengendalian-internal/
xxvi