DIAJUKAN OLEH :
ICHSANUL MAWADDAH
NOTAR : 18.03.030
ICHSANUL MAWADDAH
PEMBIMBING PEMBIMBING
Oleh :
ICHSANUL MAWADDAH
Nomor Taruna : 18.03.030
Pembimbing
Pembimbing
ICHSANUL MAWADDAH
Nomor Taruna : 18.03.030
DEWAN PENGUJI
Penguji I Penguji II
MENGETAHUI ,
KETUA PROGRAM STUDI
MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKERETAAPIAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Kertas Kerja Wajib yang berujudul “Identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pekerjaan pengelasan rel R.54 dengan
thermite pada jalur baru di proyek jalur ganda gedebage – haurpugur 05” tepat
waktu. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan yang baik ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga besar yang saya cintai yang banyak memberikan
dukungan serta doa dalam menyelesaikan pendidikan di Politeknik
Transportasi Darat Indonesia – STTD;
2. Bapak Hindro Surahmat, A.TD, M.Si selaku Direktur Politeknik Transportasi
Darat Indonesia – STTD;
3. Bapak Ir. Bambang Drajat, M.M selaku Ketua Jurusan D III Manajemen
Transportasi Perkeretaapian;
4. Bapak Ir. Muhardono dan Bapak Dr. I Made Arka H, M.T sebagai dosen
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan langsung terhadap
penulisan Kertas Kerja Wajib ini;
5. Segenap civitas akademika Politeknik Transportasi Darat – STTD;
6. Rekan Taruna/I Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD Angkatan
XL.
7. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan sehingga penyusunan Kertas Kerja Wajib ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari Kertas Kerja Wajib ini banyak kekurangan, saran dan
masukan sangat diharapkan bagi kesempurnaan penulisan. Semoga
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang Transportasi Darat dan dapat diterapkan untuk
membantu pembangunan transportasi di Indonesia dan sekedar untuk
tambahan ilmu pengetahuan bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
vi
Bekasi, 10 Agustus 2021
Penulis
ICHSANUL MAWADDAH
Notar : 18.03.030
vii
DAFTAR ISI
viii
3.4 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 26
3.4.1 Definisi Manajemen Risiko ................................................................... 26
3.4.2 Manfaat Manajemen Risiko ................................................................. 27
3.5 Penilaian Risiko ................................................................................................ 27
3.5.1 Analisis Risiko ........................................................................................... 28
3.5.2 Evaluasi Risiko .......................................................................................... 31
3.5.3 Pengendalian Risiko ............................................................................... 32
3.6 Pengelasan R.54 Dengan Thermite .......................................................... 34
3.6.1 Pengertian Las Thermite....................................................................... 34
3.6.2 Material Las Thermite ............................................................................ 34
3.6.3 Peralatan Las Thermite ......................................................................... 35
3.6.4 Uraian Pelaksanaan Kerja Pengelasan R.54 dengan Thermite
................................................................................................................................... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 39
4.1 Alur Pikir Penelitian ................................................................................... 39
4.2 Bagan Alir Penelitian ................................................................................. 41
4.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 42
4.4 Teknis Analisis Data ....................................................................................... 43
4.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian ...................................................................... 43
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................... 44
5.1 Identifikasi Bahaya ......................................................................................... 44
5.2 Penilaian Risiko ................................................................................................ 49
5.3 Pengendalian Risiko ....................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP ......................................................................................................... 57
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 57
6.2 Saran .................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 62
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Gambaran proyek JGGH 05 ........................................................................ 9
Tabel II.2 Penjelasan sub bidang SBU ........................................................................ 9
Tabel II.3 Tugas dan tanggung jawab pekerja........................................................ 14
Tabel III.1 Tingkat keparahan ................................................................................... 28
Tabel III.2 Tingkat peluang ........................................................................................ 29
Tabel III.3 Matriks risiko ............................................................................................. 29
Tabel III.4 Tingkat risiko............................................................................................. 29
Tabel V.1 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pengelasan R.54 dengan Thermite Pada
Proyek JGGH 05 ............................................................................................................... 46
Tabel V.2 Tingkat Keparahan (severity) .................................................................... 49
Tabel V.3 Tingkat Kemungkinan (likehood) ............................................................. 49
Tabel V.4 Nilai Risiko .................................................................................................... 50
Tabel V.5 Matriks penilaian risiko ............................................................................... 50
Tabel V.6 Penilaian Risiko Pekerjaan Pengelasan R.54 dengan Thermite Pada
Proyek JGGH 05 ............................................................................................................... 51
Tabel V.7 Pengendalian Risiko Pekerjaan Pengelasan R.54 dengan Thermite
Pada Proyek JGGH 05 ..................................................................................................... 53
Tabel V.8 Perbandingan Tingkat Risiko Sebelum dan Sesudah Pengendalian .... 56
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi Covid-19 masih belum berlalu. Namun Pemerintah tetap
terus berupaya mendorong dan mempercepat pemulihan perekonomian
nasional, dengan terus membangun dan mengembangkan infrastruktur
pendukung yang geliat perekonomiannya bakal meningkat paska
pandemi Covid-19. Salah satunya adalah pembangunan dan
pengembangan jalur ganda Kereta Api (KA) Lintas Selatan, khususnya
lintas Kiaracondong (KAC) – Cicalengka (CCL) yang mana kedepannya
merupakan bagian dari lintas Bogor – Yoyakarta. Pembangunan jalur
ganda KA lintas selatan bertujuan untuk mempercepat waktu tempuh dan
memperlancar persilangan KA serta meningkatkan kapasitas lintas.
Dengan demikian, dibangunnya jalur ganda tersebut akan membawa
banyak manfaat bagi masyarakat, seperti peningkatan aksesibilitas
pelayanan KA, peningkatan efisiensi waktu tempuh, serta peningkatan
frekuensi perjalanan, dan peningkatan kapasitas angkutan penumpang
dan barang.
Proyek Jalur Ganda Gedebage – Haurpugur (JGGH) 05 merupakan
salah satu paket proyek yang berada di antara Kiaracondong - Cicalengka
yaitu pada KM 173+850 – 176+500. Saat ini proyek pembangunan sudah
memasuki minggu ke 35 (tiga puluh lima) dan sudah mencapai 61,04%.
Dengan kondisi disekitar proyek adalah pemukiman warga, persawahan,
serta melintasi beberapa sungai kecil. Dengan berbagai macam pekerjaan
mulai dari mobilisasi material hingga pekerjaan sipil dalam hal ini
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu aspek
penting. Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melakukan
pekerjaan dengan efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak
terorganisir dengan baik dan terdapat banyak bahaya, kecelakaan dan
penyakit yang ditimbulkan dari tempat kerja tersebut tidak terhindarkan.
Pada akhirnya akan menimbulkan korban jiwa, kerugian materi, hingga
1
membuat waktu pengerjaan pembangunan menjadi mundur dari rencana
awal. Maka dari itu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diberikan
sebagai upaya untuk mencegah atau meminimalisir risiko terjadinya
kecelakaan kerja dan hal-hal lain yang dapat mengganggu pekerja dan
jalannya proyek.
Salah satu pekerjaan yang ada dalam pembangunan jalur ganda
gedebage haurpugur paket 05 ini adalah pembuatan jalur baru dengan
rel R.54 (dalam 1 meter beratnya 54 kilogram), untuk memudahkan
pengiriman rel dari pabrik menuju lokasi proyek biasanya rel dipotong
menjadi rel dengan panjang 25 meter. Pada pemasangannya memang
antar batang rel diberikan jarak untuk rel memuai, namun jika setiap 25
meter terdapat jarak rel yang kosong untuk memuai itu dapat mengurangi
tingkat kenyamanan dari pengguna kereta api. Maka dari itu, untuk
meningkatkan kenyamanan pengguna kereta api maka batang rel di
sambung atau di las setiap 25 meter. Dan untuk kualitas atau kekuatan
dari pengelasan tersebut pada proyek jalur ganda gedebage - haurpugur
ini menggunakan las thermite untuk menyambung rel baru di 142 titik
sepanjang 2,65 KM’SP.
2
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapat identifikasi
permasalahan :
3
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi ruang lingkup penelitian, antara lain:
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
5
JUMLAH PENDUDUK PROVINSI JAWA
BARAT
52000000
6
Cakupan wilayah kerja Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa
Bagian Barat adalah meliputi 2 Daerah Operasional Kereta Api yaitu Daop
2 Bandung dan Daop 3 Cirebon dengan batas wilayah sebagai berikut:
7
reaktivasi dan shortcut seperti : jalur ganda Bogor-Sukabumi, jalur
ganda Kiara Condong-Cicalengka, shortcut Cibungur-Tanjungrasa,
Parungpanjang – Citayam - Cikarang-Kalibaru.
b. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api regional pada kota-
kota aglomerasi seperti : Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi), Bandung Raya (Bandung, Cimahi, Bandung Barat,
Sumedang.
c. Pengembangan dan layanan kereta api perkotaan kota Bandung.
d. Peningkatan kapasitas jaringan kereta api melalui elektrifikasi jalur KA
meliputi lintas: Bekasi – Cikarang – Cikampek - Cirebon, Padalarang –
Bandung – Cicalengka.
e. Reaktivasi dan peningkatan (revitalisasi) jalur kereta api meliputi lintas:
Sukabumi – Cianjur – Padalarang, Cicalengka – Jatinangor –
Tanjungsari, Cirebon – Kadipaten, Banjar – Cijulang, Cikudapeteuh –
Ciwidey, Cibatu – Garut – Cikajang.
8
Tabel II.1 Gambaran proyek JGGH 05
9
No. Kode Klasifikasi Keterangan
2 BG004 Jasa Pelaksana Pekerjaan Pelaksanaan (termasuk
Konstruksi didalamnya pembangunan baru,
Bangunan penambahan, peningkatan serta
Komersial. pekerjaan renovasi) dari bangunan
dengan tujuan komersial seperti
bangunan perkantoran, bangunan
BANK, Garasi parkir, stasiun
pengisian bahan bakar, terminal
kendaraan umum serta bangunan
stasiun kereta api, bangunan pusat
perbelanjaan.
3 BG009 Jasa Pelaksana Pekerjaan Pelaksanaan (termasuk
Konstruksi didalamnya pembangunan baru,
Bangunan penambahan, peningkatan serta
Gedung Lainnya. pekerjaan renovasi) dari bangunan
lainnya seperti, rumah ibadah dan
penjara.
4 EL005 Jasa Pelaksana 1. Jasa pelaksana instalasi dan
Konstruksi perawatan jaringan transmisi
Jaringan telekomunikasi dan atau
Transmisi telepon diatas permukaan
Telekomunikasi tanah, termasuk pekerjaan
dan/atau untuk menara transmisi
Telepon. telekomunikasi; dan
2. Jasa pelaksana instalasi dan
perawatan jaringan transmisi
telekomunikasi dan atau
telepon dibawah tanah atau
dibawah lautan.
5 EL006 Jasa Pelaksana J asa pelaksana instalasi dan
Konstruksi perawatan jaringan distribusi tenaga
10
No. Kode Klasifikasi Keterangan
Jaringan listrik tegangan menengah,
Distribusi Tenaga termasuk untuk jalur listrik kereta
Listrik Tegangan api, instalasi listrik gardu hubung
Menengah. dan gardu-gardu distribusi.
6 EL011 Jasa Pelaksana Jasa pelaksana pemasangan dan
Konstruksi perawatan untuk sistem penerangan
Instalasi Elektrikal dan tanda untuk jalan, rel kereta
Lainnya. api, bandara, pelabuhan dan
sejenis.
7 SI001 Jasa Pelaksana 1. Pekerjaan pelaksanaan
Konstruksi pembangunan, pemeliharaan
Saluran Air, dan perbaikan bangunan
Pelabuhan, Dam, bendungan (dam), bendung
dan Prasarana (weir), embung, pintu air,
Sumber Daya Air talang, check dam, tanggul
Lainnya. dan saluran pengendali
banjir termasuk drainase
perkotaan beserta bangunan
pelengkapnya, tanggul laut,
krib, viaduk dan sarana
dan/atau prasarana sumber
daya air lainnya;
2. Pekerjaan pelaksanaan
pembangunan, pemeliharaan
dan perbaikan konstruksi
jaringan saluran air, sistem
irigasi Kanal), reservoir
(waduk) dan drainase irigasi;
dan
3. Pekerjaan pelaksanaan
pembangunan, pemeliharaan
11
No. Kode Klasifikasi Keterangan
dan perbaikan dermaga,
sarana pelabuhan, penahan
gelombang dan sejenisnya.
Termasuk konstruksi jalan
air atau terusan, pelabuhan
dan sarana jalur sungai, dok
(pangkalan), lock (panama
canal lock, Hoover Dam) dan
lain-lain.
8 SI003 Jasa Pelaksana Pekerjaan pelaksanaan
Konstruksi Jalan pembangunan, peningkatan,
Raya Kecuali pemeliharaan dan perbaikan jalan,
Jalan jalan raya Kecuali Jalan layang) dan
Layang),Jalan, jalan tol termasuk juga jalan untuk
Rel Kereta Api, pejalan kaki, rel kereta api, dan
dan Landas Pacu landas pacu bandara.
Bandara.
9 SI004 Jasa Pelaksana 1. Pekerjaan pelaksanaan
Konstruksi pembangunan, peningkatan,
Jembatan, Jalan pemeliharaan dan perbaikan
Layang, jembatan dan jalan layang;
Terowongan dan
dan Subways. 2. Pelaksanaan pembangunan,
peningkatan, pemeliharaan
dan perbaikan bangunan
terowongan di bawah
permukaan air, di bukit atau
pegunungan dan di bawah
permukaan tanah.
Sumber : PM PUPR No. 19 Tahun 2014
12
2.5.3 Visi Misi PT. Dwifarita Fajarkharisma
Untuk menuju dunia usaha dan dunia kerja yang berbudaya K3
serta terlaksananya implementasi peraturan perundang – undangan K3 di
Indonesia, maka PT. Dwifarita Fajarkharisma menyusun Visi, Misi,
Kebijakan, Strategi dan Program Kerja K3. Masalah keselamatan dan
keselamatan kerja bukan semata – mata tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak terutam pengusaha,
tenaga kerja dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012, perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan
mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Tujuan dari
dibuatnya program K3 adalah untuk mengurangi biaya perusahaan
apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
13
Gambar II.2 Struktur organisasi lapangan
14
No. Jabatan Tugas dan Tanggung jawab
2. Memberi dukungan dan
kepercayaan pada program
keselamatan konstruksi;
3. Memastikan metode dan
prosedur kerja memperhatikan
keselamatan konstruksi.
3 Manajer 1. Memberi dukungan dan
Keuangan kepercayaan pada program
keselamatan konstruksi;
2. Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mendapatkan
jaminan sosial
ketenagakerjaan;
3. Melakukan kerjasama dengan
rumah sakit terdekat dalam
rangka memenuhi fasilitas
pelayanan kesehatan pekerja.
4 Ketua UKK 1. Menyiapkan sasaran dan
program keselamatan
konstruksi untuk ditetapkan
oleh Direktur yang menangani
keselamatan konstruksi;
2. Menyiapkan rencana sosialisasi,
pelatihan, dan simulasi sebagai
tindak lanjut pelaksanaan
program keselamatan
konstruksi;
3. Menyiapkan prosedur tanggap
darurat;
15
No. Jabatan Tugas dan Tanggung jawab
4. Bertanggung jawab atas
inspeksi harian keselamatan
konstruksi;
5. Mengkoordinasikan penerapan
keselamatan konstruksi kepada
seluruh lini organisasi.
5 Mandor 1. Memastikan bahwa pekerjaan
yang dilaksanakan telah
mengikuti prosedur kerja yang
ditetapkan;
2. Memastikan bahwa peralatan
yang digunakan pekerja telah
lulus pemeriksaan sesuai
persyaratan keselamatan
konstruksi;
3. Memastikan bahwa semua
pekerja dibawah
pengawasannya memakai APD
dan perlengkapan keselamatan
sesuai persyaratan.
Sumber : Dokumen Perusahaan, 2020
16
1. Direktur HSE, yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut :
a. Menetapkan kebijakan keselamatan konstruksi;
b. Memastikan dipenuhinya persyaratan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMKK) pada
pelaksanaan kegiatan;
c. Memastikan terlaksananya pelaksanaan keselamatan
konstruksi pada proyek konstruksi;
d. Menetapkan sasaran program keselamatan konstruksi;
e. Melaporkan kinerja penerapan SMKK kepada pengguna
jasa.
2. Pimpinan Upaya Kesehatan Kerja (UKK), yang memiliki tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengkoordinir penerapan SMKK di tempat kegiatan
konstruksi;
b. Menyiapkan dokumen – dokumen yang dipersyaratkan
dalam penerapan SMKK;
c. Memastikan kegiatan keselamatan konstruksi di tempat
kerja terlaksana dengan baik;
d. Melakukan inspeksi keselamatan konstruksi di tempat kerja;
e. Melakukan koordinasi dengan pihak – pihak terkait.
3. Petugas keselamatan konstruksi, yang memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Melaksanakan induksi keselamatan konstruksi;
b. Melaksanakan konsultasi dan komunikasi keselamatan
konstruksi di tempat kerja;
c. Melakukan inspeksi keselamatan konstruksi di tempat kerja;
d. Melaporkan kejadian baik berupa insiden maupun accident
kepada manajer/koordinator keselamatan konstruksi.
4. Petugas tanggap darurat, yang memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
17
a. Melaporkan kejadian tanggap darurat kepada manajer /
koordinator keselamatan konstruksi;
b. Mengumumkan kondisi darurat di tempat kerja, kepada
seluruh pekerja.
5. Petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), yang
memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
di tempat kerja;
b. Memastikan peralatan P3K dalam kondisi baik;
c. Memastikan isi kotak P3K sesuai dengan peraturan.
18
4. Membuat job safety analysis
5. Melampirkan prosedur atau metode kerja terkait pekerjaan yang
sedang dikerjakan dan prosedur sudah ditandatangani oleh
pimpinan pekerjaan
6. Melengkapi data layout drawing
7. Melampirkan data inspeksi yang sudah dilakukan oleh ahli K3
8. Meminta tanda tangan penanggung jawab
9. Lembar pertama disimpan sebagai informasi terdokumentasi
10. Lembar kedua disimpan oleh penyedia jasa
11. Lembar ketiga disimpan oleh pengawas pekerjaan
19
2.5.7 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Selama kegiatan proyek berlangsung, PT. Dwifarita Fajarkharisma
berkomitmen untuk menyiapkan dan menyediakan lingkungan kerja yang
kondusif aman dan selamat sesuai aspek keselamatan dan kesehatan
kerja untuk semua pihak termasuk seluruh pekerja, subkontraktor, tamu
dan masyarakat sekitar lokasi proyek. Secara khusus, kinerja keselamatan
kerja merupakan persyaratan bisnis yang utama dan penting. Dalam
proyek JGGH 05 ini menerapkan ISO 45001:2018 dengan penyesuaian
pada UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
20
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
3.1. Bahaya
3.1.1 Definisi Bahaya
Pengertian bahaya menurut ISO 45001:2018 adalah sumber,
keadaan atau tindakan yang berpotensi menyebabkan kerugian atau
kecelakaan atau gangguan kesehatan pada manusia. Frank E. Bird
mendefinisikan bahaya sebagai berikut : A hazard is a source of potential
harm in combination of these, yang artinya bahaya adalah sumber
potensial dari kombinasi bahaya itu sendiri.
21
Gambar III.1 Mekanisme risiko kecelakaan kerja
a. Manusia
Pekerja berperan menimbulkan bahaya ditempat kerja yaitu pada
saat melakukan aktivitasnya. Misalnya, pada saat seseorang
melakukan pekerjaan pengelasan maka dalam proses pekerjaan
tersebut akan terkandung atau timbul berbagai jenis bahaya.
22
b. Peralatan atau mesin
Tempat kerja yang akan menggunakan berbagai peralatan kerja
seperti mesin gerinda, palu, mesin genset dan lainnya. Semua
peralatan tersebut dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang
menggunakannya. Misalnya mesin gerinda yang tajam berputar
menimbulkan bahaya mekanis atau fisik.
c. Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara
atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesui
dengan sifat dan karakteristiknya. Material yang berupa bahan kimia
mengandung bahaya seperti keracunan, iritasi, kebakaran, dan
pencemaran lingkungan.
d. Lingkungan
Bahaya yang datang dari lingkungan kerja bisa dikelompokkan atas
beberapa tipe bahaya yang bisa menyebabkan beberapa masalah
keselamatan dan kesehatan kerja serta penurunan efisiensi kerja.
Seperti tingkat kebisingan yang tinggi di lingkungan kerja, polusi udara
dan lain sebagainya.
e. Metode Kerja
Proses pengelasan dikemas melalui suatu sistem dan prosedur
operasi yang diperlukan sesuai dengan sifat dan jenisnya. Metode kerja
tidak bersifat bahaya secara langsung, namun dapat mendorong
timbulnya bahaya yang potensial. Sebagai contoh metode kerja yang
direncanakan dilakukan 5 titik perhari, namun demi mengejar target
penyelesaian proyek diberlakukan lembur bagi para pekerja yang
mengakibatkan pekerja kelelahan. Faktor kelelahan inilah yang dapat
menimbulkan berbagai risiko.
23
3.1.3 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab pertanyaan apa potensi
bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi / perusahaan dan
bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya merupakan langkah awal
dalam mengembangkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan
kerja. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan
landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya
tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut stuart
dalam buku Risk Management Process (Ramli, tahun 2010), cara
sederhana untuk mengidentifikasi dengan baik adalah dengan melakukan
pengamatan.
24
3.3 Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan kerja (SMK3)
Berdasarkan PP 50 Tahun 2012 Bab I Ayat 1 point pertama, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Di dalam
penulisan tugas akhir ini penulis akan mengangkat tema yang
terspesifikasi di kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan
perkeretaapian, menurut peraturan menteri Perhubungan / PM No. 69
Tahun 2018 Bab I Pasal 1 Ayat 3. Sistem manajemen keselamatan
perkeretaapian yang selanjutnya disingkat SMKP adalah bagian dari
sistem manajemen penyelenggara perkeretaapian secara keseluruhan
dalam rangka meningkatkan keselamatan perkeretaapian. Pada intinya
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di perkeretaapian
adalah sistem yang megatur metode dan risiko dalam keselamatan
perkeretaapian agar terjadi keamanan dan kenyamanan dalam
pelaksanaan kegiatan perkeretaapian. Secara umum, manajemen risiko
memiliki fungsi :
25
3.4 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.4.1 Definisi Manajemen Risiko
Risk = risiko
Probability = kemungkinan
Consequences = keparahan
26
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum).
27
risiko (risk evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan
menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko.
Tingkatan Kriteria
1 Tidak ada cedera, kerugian materi kecil (neligible)
2 Cedera ringan, kerugian materi sedang (minor)
3 Hilang hari kerja, kerugian materi cukup besar
(moderate)
4 Cacat, kerugian materi besar (major)
5 Kematian, kerugian materi sangat besar
(catastrophic)
Sumber : AS/NZS 4360, 2004
28
Tabel III.2 Tingkat peluang
Tingkatan Keterangan
5 Hampir pasti terjadi (almost certain)
4 Cenderung untuk terjadi (likely)
3 Mungkin dapat terjadi (possible)
2 Kecil kemungkinan terjadi (unlikely)
1 Jarang tidak terjadi (rare)
Sumber : AS/NZS 4360, 2004
29
Nilai Tingkat risiko keterangan
namun tetap
membutuhkan
pengawasan
dan/atau
membutuhkan
beberapa
pengendalian minor
yang harus
dilakukan
10 – 16 High Tingkat risiko yang
tidak dapat
ditoleransi karena
berpotensi
menyebabkan
kecelakaan serius
(cacat) dan kerugian
perusahaan, maka
harus dilakukan
pengendalian serta
tindakan perbaikan
hingga selesai
dilakukan tindakan
perbaikan sampai
risiko berkurang ke
tingkat low/medium.
16 – 20 Extreme Tingkat risiko yang
tidak dapat
ditoleransi karena
berpotensi
menyebabkan
kematian dan
30
Nilai Tingkat risiko keterangan
kerugian perusahaan
maka aktivitas atau
kegiatan harus
dihentikan
sementara hingga
selesai dilakukan
tindakan perbaikan
sampai risiko
berkurang ke tingkat
risiko low/medium.
Sumber : AS/NZS 4360, 2004
31
a. Secara umum dapat diterima (generally acceptabel)
b. Dapat ditolerir (tolerable)
c. Tidak dapat diterima (generally unacceptabel)
2. Kriteria risiko
Kriteria risiko diperlukan sebagai landasan untuk melakukan
pengendalian bahaya dan mengambil keputusan untuk
menentukan sistem pengamanan yang akan digunakan. Pada
area merah (risiko tidak dapat diterima) adanya risiko tidak
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah pencegahan.
Pada area kuning, risiko dapat ditolerir dengan syarat semua
pengamanan telah dijalankan dengan baik.
Pengendalian lebih lanjut tidak diperlukan jika biaya untuk
menekan risiko sangat besar sehingga tidak sebanding dengan
manfaatnya. Pada area hijau risiko sangat kecil dan secara
umum dapat diterima dengan kondisi normal tanpa melakukan
upaya tertentu.
32
c. Rekayasa teknik
merupakan upaya memisahkan sumber bahaya dari tenaga
kerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin,
dan/atau area kerja.
d. Administratif
merupakan upaya pengendalian dari sisi tenaga kerja agar
melakukan pekerjaan secara aman.
e. Alat pelindung diri (APD)
merupakan upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
33
Gambar III.4 Sepatu safety sebagai pelindung kaki
34
3.6.3 Peralatan Las Thermite
Dalam pengelasan menggunakan thermite ini menggunakan
beberapa peralatan diantaranya :
1. Mesin gerinda MP 12;
2. Mesin gerinda;
3. Dongkrak pal;
4. Spoor mall;
5. Linggis;
6. Palu bodem;
7. Mesin genset;
8. Kunci inggris;
9. Regulator;
10. Brander.
35
Gambar III.6 Dongkrak Pal
36
• Kedua ujung rel yang akan disambung harus bersih dari kotoran
yang akan mengurangi mutu pengelasan. Kedua batang rel
diberi pengaku untuk menjamin kelurusan dan geometrik rel.
kedua rel yang akan disambung harus mempunyai celah sebesar
22mm – 26mm dan diatur sesuai dengan temperatur pada saat
pengelasan.
• Lokasi pengelasan rel harus terlindung dari pengaruh cuaca atau
debu.
• Kerataan sambungan dibagian dalam rel jika diukur dengan
mistar 1 meter mempunyai toleransi : 1mm.
• Pada jarak 150 milimeter (mm) dari kedua ujung rel, permukaan
harus bersih dari minyak, oli, debu dan kotoran lainnnya.
• Titik pengelasan hanya boleh dilakukan diantara bantalan dan
tidak boleh berjarak kurang dari 6 meter dari titik las lainnya.
c. Pengelasan rel
-Secara umum prosedur pengelasan adalah
• Menyiapkan peralatan preheating
• Memasang cetakan sesuai profil rel R.54
• Memasang crucible
• Preheating selama 5 menit
• Memasukkan serbuk thermite
• Cetakan tidak boleh dibuka atau dilepas sampai waktunya sesuai
dengan spesifikasi dari pabrikan.
- Pemotongan (trimming) bagian las harus menyisakan minimum
2mm untuk penggerindaan akhir setelah pemeriksaan alignment
dan level.
- Setelah peralatan pengelasan di lepas baji atau pasak di kaki rel
dilepas, penambat dipasang kembali
d. Perapihan (finishing)
Penggerindaan kepala rel menggunakan mesin gerinda MP12.
Setiap titik las yang telah di las diberikan nomor pengelasan
menggunakan cat.
37
Gambar III.7 Foto pekerjaan pengelasan rel R.54 dengan thermite
pada proyek JGGH
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah suatu pengamatan secara langsung sebagai
upaya untuk menjelaskan masalah, identifikasi ini dilakukan sebagai
langkah awal dalam penelitian. Permasalahan yang diidentifikasi dalam
penelitian di pekerjaan pengelasan rel R.54 dengan thermite pada
proyek JGGH 05 adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
kegiatan pengelasan rel R.54 dengan thermite di proyek JGGH 05.
b. Penilaian risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
kegiatan pengelasan rel R.54 dengan thermite di proyek JGGH 05.
c. Pengendalian risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
kegiatan pengelasan R.54 dengan thermite di proyek JGGH 05.
39
Padalarang – Cicalengka (SAPALENKA) Balai Teknik Perkeretaapian
Wilayah Jawa Bagian Barat dan PT. Dwifarita Fajarkharisma serta pihak
yang terkait lainnya sebagai data pendukung dalam penelitian ini
berupa Dokumen Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (RK3K), Dokumen Hazard Identification, Risk Assessment
and Determining Control (HIRADC), peraturan tentang K3 yang
digunakan sebagai landasan penerapan K3 pada proyek JGGH 05.
sedangkan data primer adalah data yang didapatkan secara langsung
melalui observasi dilapangan seperti penguraian pengelasan R.54
dengan thermite pada proyek JGGH 05, serta mengidentifikasi potensi
bahaya dan risiko pada pekerjaan pengelasan R.54 dengan thermite
pada proyek JGGH 05. Juga dilakukan diskusi teknis dengan Petugas
HSE dan pekerja.
3. Metode pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
menggunakan gabungan dari cara berupa data kualitatif dengan
penilaian risiko semi kuantitatif, metode ini menganalisa dan menilai
suatu risiko dengan cara membandingkan terhadap suatu deskripsi /
uraian dari peluang dan akibat sebagai parameter yang digunakan.
4. Pembahasan
Pembahasan untuk memberikan masukan atau rekomendasi yang
relevan sebagai evaluasi dari sistem keselamatan dan kesehatan kerja
yang telah diterapkan.
5. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah menjelaskan pokok bahasan yang terdapat pada
penelitian ini yaitu pada pekerjaan pengelasan rel R.54 dengan
thermite pada proyek JGGH 05 melalui pengendalian risiko yang
didapatkan dari identifikasi dan penilaian bahaya dan risiko.
40
4.2 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Primer :
Data Sekunder
1. Data pengidentifikasian
1. Data Studi pustaka buku,
bahaya
jurnal, laporan, dan skripsi
2. Data Pengklasifikasian
2. Data HIRADC dan dokumen
aspek penilaian bahaya
lain terkait penerapan K3
Pengolahan Data
Selesai
41
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk mendapatkan data – data yang akan
digunakan dalam mengolah dan menganalisis permasalahan yang timbul.
Pengumpulan data dari penelitian ini terdiri data sekunder dan data
primer. Data primer didapatkan dari kondisi nyata di lapangan, sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi terkait.
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau sumber
yang terkait, dalam hal ini khususnya satuan kerja pengembangan KA
Padalarang – Cicalengka (SAPALENKA) Balai Teknik Perkeretaapian
Jawa Barat dan PT. Dwifarita Fajarkharisma, dengan data yang
diperlukan antara lain :
a. Dokumen Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control.
b. Dokumen RK3K.
c. Peraturan K3 yang digunakan sebagai landasan penerapan K3
pada proyek JGGH 05.
2. Data Primer
Data primer adala data yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan berdasarkan kondisi yang sebenarnya, antara lain :
a. Observasi lapangan
Observasi lapangan dimaksudkan untuk melihat langsung
bagaimana penerapan K3 dilapangan.
b. Diskusi teknis
Diskusi ini dilakukan dengan Person In Charge (PIC) K3 dari Balai
Teknik Perkeretaapian dan pengawas dari satuan kerja
SAPALENKA dimaksudkan untuk mendiskusikan penerapan K3
yang sudah diterapkan pada proyek JGGH 05.
42
4.4 Teknis Analisis Data
1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dilakukan untuk menemukan, mengenali dan
menggambarkan risiko yang disusun berdasarkan peristiwa –
peristiwa yang mungkin menurunkan, memperlambat atau
menunda pekerjaan proyek.
2. Analisis Risiko
Analisis ini untuk memahami sifat risiko dan untuk menentukan
tingkat risiko. Analisis risiko melibatkan pertimbangan dari
penyebab risiko, konsekuensi negatif, tingkat keparahan (severity)
jika terjadi dan tingkat peluang (likelihood).
3. Analisis Evaluasi Risiko
Analisis ini untuk membantu dalam membuat keputusan,
berdasarkan hasil analisis risiko. Risiko mana yang memerlukan
perbaikan dan prioritas untuk dilakukan lebih awal.
43
BAB V
44
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat
dan karakteristik bahaya, maka dapat lebih berhati – hati dan waspada
dalam melakukan langkah – langkah pengamanan agar tidak terjadi
kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikendalikan dengan
mudah (Ramli, 2010). Identifikasi bahaya pada penelitian ini
menggunakan Hazard Identification Risk Assessment and Determining
Control (HIRADC) yang biasa dikenal dengan identifikasi faktor bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko pada proses produksi harus
dipertimbangkan pada saat memurumuskan rencana untuk memenuhi
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. HIRADC merupakan salah
satu identifikasi kecelakaan kerja dengan penilaian risiko sebagai salah
satu poin penting untuk mengimplementasikan SMK3.
Menurut Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS) 18001 – 2007 pada klausul 4.3.1 menerangkan bahwa
organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko dan penetapan
pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya
dan menilai risiko memperhatikan:
a. Aktivitas rutin dan tidak rutin;
b. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat
kerja (termasuk kontraktor dan tamu);
c. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor – faktor manusia
lainnya;
d. Bahaya – bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang
berdampak pada keselamatan dan kesehatan personel di
dalam kendali organisasi di lingkungan tempat kerja;
e. Bahaya – bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja, yang
disediakan baik oleh organisasi ataupun pihak lain;
f. Prasarana, peralatan, dan material di tempat kerja, yang
disediakan baik oleh organisasi ataupun pihak lain;
45
g. Perubahan – perubahan atau usulan perubahan di dalam
organisasi, aktivitas – aktivitas atau material;
h. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan
sementara dan dampaknya kepada operasional, proses –
proses dan aktivitasnya;
i. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan
penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan;
j. Rancangan area – area kerja, proses – proses, instalasi –
instalasi, mesin atau peralatan, prosedur operasional, dan
organisasi kerja termasuk adaptasinya kepada kemampuan
manusia.
Adapun potensi bahaya serta risiko yang ditimbulkan akibat
pekerjaan pengelasan R.54 dengan thermite ketika diidentifikasi dapat
dilihat pada tabel dibawah. Dalam melakukan identifikasi ini difokuskan
kepada jenis pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi.
46
Kegiatan Aspek Deskripsi Bahaya Risiko (potensial /
Penilaian aktual)
Man Pekerja lalai saat Kereta api
melakukan tertemper pekerja
proses
pengelasan
Environment Pandemi covid- Pekerja terjangkit
19 virus covid-19
Machine Penggerindaan Terpapar percikan
kepala rel api
menggunakan
mesin gerinda
Machine Kabel pada Tersengat arus listrik
mesin gerinda
terkelupas
Sumber : Hasil Analisis, 2021
47
kereta api dapat melintas ketika sedang melakukan pengelasan, kelalaian
pekerja yang tidak fokus atau berkonsentrasi dengan lingkungan sekitar
dapat mengakibatkan kereta api tertemper pekerja.
Potensi bahaya selanjutnya yaitu pada aspek penilaian material
(bahan) dengan deskripsi bahaya reaksi kimia yang terjadi pada saat
proses pengelasan dapat mengakibatkan pekerja terpapar radiasi cahaya
dan percikan api atau panas. Reaksi kimia dari bubuk aluminium dengan
besioksida yang dipanaskan dengan api bertekanan tinggi ini
menghasilkan radiasi sinar yang menyilaukan mata dan apabila dilihat dari
jarak yang dekat dan dilakukan terus menerus dapat merusak bagian
kornea dan lensa mata. Selain menghasilkan radiasi cahaya reaksi kimia
tersebut juga menghasilkan radiasi panas atau percikan api hingga bisa
menyebabkan luka bakar pada kulit pekerja. Selanjutnya pada aspek
penilaian environment (lingkungan) dengan deskripsi bahaya pandemi
covid-19 yang dapat mengakibatkan pekerja terjangkit virus covid-19. Hal
ini penting karena dapat berdampak pada target penyelesaian pekerjaan
yang apabila terjangkit atau terpapar virus covid-19 ini, pekerja
diharuskan untuk melakukan isolasi yang cukup lama yang dapat
menyebabkan mundurnya realisasi penyelesaian pekerjaan pengelasan
dari target penyelesaian yang sudah direncanakan dan dapat
mengakibatkan kerugian bagi semua pihak mulai dari pengguna jasa
hingga pekerja itu sendiri.
Potensi bahaya dari aspek penilaian terakhir yatu pada aspek
penilaian machine (mesin) dengan deskripsi bahaya penggerindaan
kepala rel menggunakan mesin gerinda yaitu adanya percikan api yang
dihasilkan dari penggerindaan ini yang mana dapat menyebabkan luka
bakar pada anggota tubuh pekerja. Selanjutnya, pada aspek penilaian
machine dengan deskripsi bahaya kabel pada mesin gerinda terkelupas
dapat mengakibatkan pekerja tersengat arus listrik. Dalam hal ini
penggunaan mesin gerinda yang menggunakan energi listrik sebagai
energi penggeraknya, dalam penggunaannya menggunakan kabel
sebagai penghantar dari sumber listrik (mesin genset) menuju mesin
48
gerinda. Jika pada saat penggunaan mesin gerinda ini terdapat kabel yang
terkelupas akibat dari penyimpanan ataupun perawatan yang tidak baik
pada saat penggunaannya dapat mengakibatkan pekerja tersengat arus
listrik.
Tingkatan Keterangan
1 Tidak ada cedera sampai cedera ringan, kerugian materi
kecil hingga kerugian materi cukup besar
2 Hilang hari kerja, kerugian materi besar
3 Mengakibatkan cacat hingga kematian, kerugian materi
sangat besar
Sumber : Dokumen RK3K PT. Dwifarita Fajarkharisma, 2020
Tingkatan Keterangan
1 Jarang atau kecil kemungkinan terjadi
2 Mungkin dapat terjadi
3 Cenderung atau hampir pasti akan terjadi
Sumber : Dokumen RK3K PT. Dwifarita Fajarkharisma, 2020
49
Tabel V.4 Nilai Risiko
50
Tabel V.6 Penilaian Risiko Pekerjaan Pengelasan R.54 dengan Thermite Pada
Proyek JGGH 05
Risiko Nilai
(Potensial / Tingkat Tingkat Nilai Risiko
Aktual) Kemungkinan Keparahan
(F) (A) (FxA)
Terpapar 3 2 6
cahaya / panas
las thermite
Terpapar 2 2 4
percikan api /
serpihan besi
sewaktu
digerinda
Tersengat arus 2 2 4
listrik mesin
gerinda
Pekerja 2 2 4
tertemper
kereta api
Kereta 2 3 6
tertemper truk
pengangkut
Terpapar virus 3 2 6
corona (covid-
19)
Sumber : Dokumen HIRADC PT. Dwifarita Fajarkharisma, 2020
Penilaian risiko pada pekerjaan pengelasan R.54 dengan thermite
pada jalur baru di proyek JGGH 05 memiliki indeks tingkat risiko yang
beragam, namun yang menjadi fokus disini adalah yang memiliki bahaya
high dan extreme. Untuk tingkat tinggi (high) deskripsi bahayanya adalah
terpapar percikan api atau serpihan besi sewaktu digerinda, tersengat
51
arus listrik mesin gerinda, pekerja tertemper kereta api. Indeks dari
tingkat risiko tinggi (high) dengan pengertian :
1. risiko tidak dapat diterima
2. pekerjaan sebaiknya tidak dilakukan sampai tingkat risiko
turun
3. penurunan risiko perlu perhatian top management
52
Gambar V.1 Hierarki Pengendalian Bahaya
53
Identifikasi bahaya Hierarki Pengendalian
pengendalian (rekomendasi)
Administratif Menghindari posisi kerja
yang janggal,
memperbaiki posisi
kerja.
APD Menggunaan sarung
tangan, sepatu
pengaman (safety
shoes), pakaian yang
tahan percikan api.
Tersengat arus listrik Administratif Pengecekan peralatan
mesin gerinda yang akan digunakan,
pengawasan pekerjaan.
APD Menggunaan sarung
tangan, safety shoes,
serta pakaian yang
bersifat isolator.
Pekerja tertemper Rekayasa teknik Memasang rambu
kereta api peringatan sertagaris
pengaman (safety line).
Administratif Bekerja dengan saling
mengingkatkan,
menempatkan
pengawas khusus (train
watcher).
APD Menggunakan rompi
(vest) dengan warna
yang menyala.
Kereta tertemper truk Rekayasa teknik Memasang rambu
pengangkut peringatan serta garis
pengaman.
54
Identifikasi bahaya Hierarki Pengendalian
pengendalian (rekomendasi)
Administratif Safety briefing sebelum
bekerja, menempatkan
pengawas khusus (train
watcher).
APD Menggunakan pakaian
yang sesuai.
Terpapar virus corona Administratif Menempatkan tenaga
(covid-19) medis untuk memeriksa
kesehatan setiap
pekerja sebelum
melakukan pekerjaan
(rapid test, pengecekan
suhu tubuh). Apabila
ada pekerja yang reaktif
ditindak lanjuti dengan
melakukan swab test.
Menerapkan protokol
kesehatan (prokes).
APD Menggunakan masker.
Sumber : Hasil Analisis, 2021
55
Tabel V.8 Perbandingan Tingkat Risiko
Sebelum dan Sesudah Pengendalian
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya maka
dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :
57
6.2 Saran
Dari hasil kesimpulan yang diperoleh maka diusulkan beberapa
saran, antara lain :
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Anwar, Khairul. (2015). Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian
Resiko Pada Pekerjaan Tambang Belerang di Taman Wisata Alam Kawah
Ijen. Skripsi. Universitas Negeri Jember (UNEJ). Jember.
SNI ISO 45001. (2018). Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
60
Tim PKL BTP JABAR. (2021). Laporan Umum Tim PKL Balai Teknik
Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat Lintas Kiaracondong –
Cicalengka. Bekasi.
61
LAMPIRAN
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72