LAPORAN PKL II
Oleh :
Oleh :
Annisa putri lauren
2006003
2006003
Menyetujui
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberiakan
segala rahmat dan nikmatnya berupa kesehatan, kesempatan, serta kesebaran,
sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan
menyusun laporan ini dengan baik. Laporan ini disusun sebagai bukti bahwa penulis
telah melaksanakan PKL di Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda Padang.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah memberiakan banyak dukungan, yakni :
1. Bapak Prof. Dr. H Syamsul Amar, M.S selaku pembina Yayasan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Padang.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, A.Md,Kep, MM selaku Ketua STIKes Syedza
Saintika Padang yang memberikan kesempatan terhadap kami untuk
melakukan PKL II di Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda Padang.
3. Ibu Chamy Rahmatiqa, MPH selaku Ketua prodi Sarjana Terapan
Manajemen Informasi Kesehatan dan selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan ini.
4. Ibu chamy rahmatiqa,MPH selaku dosen penguji I yang telah memberikan
masukan untuk kesempurnaan laporan ini.
5. Bapak fajrilhuda yuniko, ,M.pd selaku dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan kritikan untuk kesempurnaan laporan ini.
6. Bapak dr. Tri Wijayanto, MARS selaku direktur Rumah Sakit Ibu Anak
Mutiara Bunda Padang yang telah menerima kami untuk melakukan praktik
kerja lapangan II di Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda Padang.
7. Bapak piro lismanto,a.md kes selaku Ketua Instalasi Rekam Medis Rumah
Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda yang telah menerima kami untuk melakukan
praktik kerja lapangan II di bagian Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
sekaligus telah membimbing kami selama melakukan praktikum dan
menyelesaikan laporan kegiatan PKL II di Ruang Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan.
i
8. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda Padang.
9. Kedua orang tua dan saudara/I saya tercinta, yang telah memberikan curahan
kasih saying, dukungan, semangat, do’a dan nasihat untuk saya.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan II ini
dengan baik. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dam saran yang bersifat
membangun.
Padang, 9 Agustus 2022
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................5
DAFTAR TABEL.............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................7
A. Latar Belakang.....................................................................................................7
B. Tujuan Laporan....................................................................................................8
C. Tujuan khusus......................................................................................................9
D. Manfaat Laporan..................................................................................................9
iii
C. Manajemen Sumber Daya Manusia...................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................45
A. Pentingnya tracer sebagai kartu pelacak berkas rekam medis keluar dari rak
penyimpanan di rumah sakit..............................................................................45
BAB V PENUTUP........................................................................................................47
A. Kesimpulan........................................................................................................47
B. Saran..................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................48
LAMPIRAN..................................................................................................................50
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Padang................................17
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Logbook...................................................................................................48
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda adalah rumah sakit swasta, yang
merupakan Rumah sakit Ibu dan anak pengembangan dari RSB Mutiara Bunda.
RSIA Mutiara Bunda berada di bawah PT Ayunda Mutiara Medika yang
didirikan tahun 2013. RSIA Mutiara Bunda beralamat di Jl. S. Parman No. 142
Padang.
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (PerMenKes RI No.
269/ MENKES/ PER/ III/ 2008). Di Indonesia rekam medis telah
digunakan rumah sakit sejak masa prakemerdekaan, namun
pelaksanaan dan penataannya masih belum mengikuti kaidah sistem
informasi yang benar, karena masih tergantung pada selera pemimpin
masing-masing rumah sakit. Sejak dikeluarkan Peraturan Pemerintah
No. 10 tahun 1960, yang substansi hukumnya mewajibkan kepada
semua petugas kesehtan untuk menyimpan rahasia kedokteran,
termasuk berkas rekam medis, kemudian Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI NO. 034/Birhup/1972, maka ada kejelasan bagi rumah
sakit untuk menyelenggarakan rekam medis dengan baik.
Permasalahan yang terjadi di RSIA Mutiara Bunda Padang yaitu
pada desain formulir di RSIA Mutiara Bunda Padang tidak terdapat
close (penutup), kepala instalasi rekam medis di RSIA Mutiara Bunda
Padang tidak berlatar belakang rekam medis, saat melakukan
pengkodean petugas rekam medis tidak menggunakan buku ICD baik
itu ICD 10 maupun ICD 9. Di RSIA belum melakukan perhitungan BOR,
BTO dan TOI per bulan. Berdasarkan permasalahan di atas maka
penulis tertarik untuk mengangkat judul Manajemen Rekam Medis
Rumah Sakit Ibu Anak Mutiara Bunda Padang sebagai laporan PKL.
Rekam Medis mutiara bunda dapat mempengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan semakin
tingkat pendidikannya tinggi maka semakin tinggi pula pengetahuan
yang didapat, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan
memengaruhi pendayagunaan dan informasi dalam penyimpanan
rekam medis, untuk pengembangan dan peningkatan kinerja para
petugas dibagian penyimpanan berkas rekam medis. Pendidikan
seorang Perekam Medis terhadap penyimpanan berkas rekam medis
akan menjadi baik, jika petugas mempu
vii
A. Tujuan Laporan
1. Tujuan Umum
a. Merancang tracer sebagai kartu pelacak berkas rekam medis keluar
dari rak penyimpanan berkasviii
rekam medis.
b. Melakukan kegiatan pemanfaatan tracer sebagai kartu pelacak berkas
rekam medis keluar dari rak penyimpanan berkas rekam medis.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui cara pembuatan desain rekam medis dan manajemen
formulir rekam medis di RSIA Mutiara Bunda Padang.
x
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Kertas
2) Pendahuluan (Introduction)
11
c. Aspek Isi Aspek isi formulir terdiri dari :
1) Pembagian (Item)
2) Pengelompokan (Grouping)
3) Urutan (Sequent)
4) Cara Pengisian
B. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Almasri (2016), sumber daya manusia adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas
pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia
untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. Malayu
Hasibuan (2016: Manajemen Sumber Daya Manusia: halaman 12-13),
mengatakan komponen tenaga kerja manusia pada dasarnya dibedakan atas
pengusaha, karyawan dan pimpinan.
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan adalah seorang yang telah
menyelesaikan pendidikan formal rekam medis dan informasi kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahuan 2013 dikatakan bahwa
Perekam Medis adalah seorang yang telah lulus pendidikan Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
Namun pada tahun 2014 dengan terbitnya Undang-Undang RI Nomor 36
Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, ditetapkan Perekam Medis adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pelayanan rekam medis informasi kesehatan pada sarana kesehatan.
12
a. Perekam Medis Pelaksana
13
2. Kodifikasi atau Koding
14
h. Analisis pembiayaan.
16
nama penyakit) yang ada di Bab XX (volume 1) lihat dan cari kodenya
pada seksi II di indeks (volume 3).
b. “Lead term” (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya
merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya.
Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat
atau eponym (menggunakan nama penemu) yang tercantum didalam
indeks sebagai “lead term”
c. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah
istilah yang akan dipilih pada Volume 3.
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead term
(kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mempengaruhi kode).
Istilah lain yang ada dibawah lead term (dengan tanda (-) minus = idem
= indent) dapat mempengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata
diagnostic harus diperhitungkan).
e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan perinah
f. Lihat daftar tabulasi (Volume 1) unuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi
keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada
didalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam
indeks (volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode
tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem
pelaporan morbiditas dan mortalitas.
g. Ikuti pedoman Inclusion dan Eksclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu sub (chapter), blok, kategori, atau subkategori.
h. Tentukan kode yang pilih
17
diagnosis utama diberbagai lembar formulir rekam medis pasien guna
menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan.
D. Lunak pada Aplikasi Perangkat Fasilitas Layanan Kesehatan
Menurut Sri Widianti, Aplikasi merupakan sebuah software (perangkat
lunak) yang bertugas sebagai front end pada sebuah sistem yang dipakai untuk
mengelolah berbagai macam data sehingga menjadi sebuah informasi yang
bermanfaat untuk penggunanya dan juga sistem yang berkaitan.
Perangkat lunak aplikasi adalah seluruh perintah yang digunakan untuk
memproses informasi. Perangkat lunak aplikasi merupakan program yang
dijalankan untuk melakukan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan
penggunanya yang telah ditentukan pada awal pembuatan program tersebut.
Biasanya perangkat lunak aplikasi dibuat untuk kepentingan pengolahan data
(Sobri dkk, 2017).
Penggunaan aplikasi perangkat lunak diperlukan untuk membantu pihak
manajemen rumah sakit dalam mengolah semua data pelayanan di rumah sakit
agar didapatkan informasi yang akurat secara cepat untuk mendukung proses
pengambilan keputusan. Aplikasi perangkat lunak juga digunakan untuk
menunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien. Aplikasi perangkat lunak yang
sering digunakan di rumah sakit antara lain SIMRS dan INA-CBGs (Sobri dkk,
2017).
1) SIMRS
18
2) INA-CBGs
Sensus harian rawat inap merupakan kumpulan data pasien yang masuk
dan keluar dari bangsal perawatan. Sensus harian rawat inap memuat
informasi semua pasien masuk, pindahan, dipindahkan, dan keluar baik
dalam keadaan hidup maupun meninggal dunia selama 24 jam mulai dari
pukul 00.00 WIB s.d. 24.00 WIB setiap harinya. Informasi yang diperoleh
dari sensus harian rawat inap yaitu berupa data yang akan diolah menjadi
sebuah informasi yang dibutuhkan oleh rumah sakit (Kemenkes, 2011).
2. Grafik barber jhonson
Grafik Barber Jhonson adalah salah satu alat untuk mengukur tingkat
efisiensi pengelolaan rumah sakit. Dalam pengelolaannya rumah sakit harus
efisien baik dilihat dari segi mutu pelayanan medis maupun dilihat dari segi
ekonomi yaitu pemanfaatan atau pendayagunaan sarana yang ada (Sudra,
Rano I 2008).
a. Bed Occupancy Ratio (BOR)
19
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Adapun rumus BOR
adalah:
20
(Jumlah tempat tidur x jumlah hari pada periode tertentu )− hari rawatan Jumlah
TOI =
pasien keluar (hidup + mati)pada periode tertentu
21
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Gambar 3.1 Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Padang
7. Fasilitas dan Layanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda Padang
RSIA Mutiara Bunda senantiasa memberikan pelayanan kesehatan
khusus ibu dan anak bagi masyarakat didukung oleh tim dokter mulai dari
dokter umum, dokter spesialis demi terwujudnya pelayanan yang optimal.
RSIA Mutiara Bunda bekerjasama dengan instansi pemerintah dan
swasta dan beberapa Asuransi komersial dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang prima terhadap anggota rekanan. Tidak kalah penting sejak
bulan Januari tahun 2020 RSIA Mutiara Bunda juga dapat menerima peserta
BPJS Kesehatan baik Penerima Bantuan Iuran (PBI) ataupun Non Penerima
Bantuan Iuran (Non-PBI) setelah adanya kesepakatan bekerjasama antara
RSIA Mutiara Biunda dengan BPJS Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjut gratis tanpa biaya dengan syarat dan ketentuan
berlaku.
23
B. Desain dan Manajemen Formulir
Ada lima komponen utama yang biasanya ada pada fomulir rekam medis
yaitu heading, introduction, instruction, body dan close.
1. Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
b. Introduction (Pendahuluan)
d. Body (Isi)
25
Gambar 3.7 Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap RSIA Mutiara Bunda
Gambar 3.8 Komponen Heading Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap
Gambar 3.9 Komponen Introduction Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap
26
c. Instruction (Instruksi)
Gambar 3.10 Komponen Instruction dari Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap
d. Body (Badan)
Gambar 3.11 Komponen Body Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap
27
Gambar 3.12 Komponen Close Formulir Surat Kontrol Pasca Rawat Inap
c. Instruction (Instruksi)
d. Body (Badan)
29
e. Close (Penutup)
Struktur organisasi RSIA Mutiara Bunda Padang terdiri dari direktur utama
dr. Tri Wijayanto, MARS direktur umum dan keuangan Refki Riyantori,
30
ST,MBA. Pada bagian kepala rekam medis RSIA Mutiara Bunda Padang yaitu
Putri Nilam Sari, AMd.Keb.
31
2. Organisasi Rekam Medis RSIA Mutiara Bunda
DIREKTUR
KA. INSTALASI
ZULFATLY, AMd. Kes ATIKA PERWANDA, AMd. Kes ADELLA ESA SEPTIKA SARI, AMd. Kes FIRINDA JONAS, AMd. PK
MAYRIKA, AMd. Kes PIRO LISMANTO, AMd. Kes PUJITA AZURA, A
Struktur organisasi rekam medis RSIA Mutiara Bunda Padang terdiri dari
bagian casemix dan rekam medis dengan direktur dr. Tri Wijayanto, MARS,
kepala instalasi RSIA Mutiara Bunda Padang yaitu Putri Nilam Sari, AMd.Keb.
32
3. Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pimpinan dan staf unit rekam
medis
Gambar 3.21 Uraian Tugas Unit Rekam Medis RSIA Mutiara Bunda
Gambar 3.22 Uraian Tugas Unit Rekam Medis RSIA Mutiara Bunda
33
Tahapan:
35
6) Menjalankan pelayanan sesuai dengan SOP admission
Wewenang:
Gambar 3.23 Uraian Tugas Informasi dan Pendaftaran Pasien RSIA Mutiara Bunda
36
Gambar 3.24 Uraian Tugas Informasi dan Pendaftaran Pasien RSIA Mutiara Bunda
37
Tubal pregnancy O01.1
Hydatidiform mole O01.9
Lintang
Maternal care due to uterine scar from previous O34.2
surgery/ bekas sc
Placenta previa with haemorrhhage O44.1
CPD(pinggul sempit) O33.9
Maternal care of intrauterine death O36.4
Delivery by elective caesarean section O82.0
Delivery by emergency caesarean section O82.1
Vacuum extractor delivery O81.4
b. Setelah itu masukan nomor SEP (surat eligibilitas peserta) pada colom yang
disediakan, maka nama pasein akan keluar gamabar berikut ini.
39
c. Kemudian log in di SIMRS untuk mencetak biling atau nota pasien
mengenai tindakan dan obat obatan yang telah digunakan pasien selama
perawatan seperti gambar berikut.
41
Pada rekapan sensus harian di atas, pasien dengan kunjungan terbanyak
terjadi di tanggal 17 Februari 2022 dengan total 22 pasien. Adapun pada
tanggal 11 dan 12 Februari 2022 tidak ada pasien yang datang ke RSIA
Mutiara Bunda Padang. Total pasien keluar hidup dan mati sebanyak 107
pasien dan jumlah keseluruhan pasien selama bulan Februari 2022 terdapat
337 pasien.
a. Bed Occupancy Ratio (BOR)
338
= x 100%
26𝑥28
= 46%
Berdasarkan sumber data yang digunakan untuk menghitung nilai
BOR adalah rekapan sensus harian pasien rawat inap RSIA Mutiara
Bunda Padang, dengan nilai BOR di bulan Februari 2022 adalah 46%.
Rendahnya nilai BOR dipengaruhi karena pandemi COVID-19 dan
dapat memberikan dampak bagi rumah sakit terutama dalam hal
pendapatan rumah sakit. Sehingga nilai BOR tersebut tidak sesuai
dengan standar idela yang telah ditetapkan yaitu 60-85%.
b. Bed Turn Over (BTO)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Jumlah pasien keluar (hidup+mati) pada periode tertentu
BTO =
42
Jumlah tempat tidur 107
=
26= 4 kali
43
Berdasarkan sumber data yang digunakan untuk menghitung nilai
BOR adalah rekapan sensus harian pasien rawat inap RSIA Mutiara
Bunda Padang, dengan nilai BTO di bulan Februari 2022 adalah 4 kali.
Rendahnya nilai BTO di RSIA Mutiara Bunda di karenakan rendahnya
kunjungan pasien ke rumah sakit sehingga karena kondisi masih
pandemi, sehingga menyebabkan penggunaan tempat tidur di rumah
sakit tidak sesuai dengan standar Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2005) yaitu 40-50 kali.
c. Turn Over Interval (TOI)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong
tidak berisi pada kisaran 1-3 hari.
(Jumlah tempat tidur x jumlah hari pada periode tertentu )− hari rawatan Jumlah
TOI =
pasien keluar (hidup + mati)pada periode tertentu
(26𝑥28)−338
=
107
= 4 hari
44
Gambar 3.30 Hasil indicator Tahun 2021 RSIA Mutiara Bunda
Gambar 3.31 Grafik Barber Jhonson Januari-Desember 2021 RSIA Mutiara Bunda
Dilihat dari grafik barber jhonson RSIA Mutiara Bunda pada tahun
2021 dapat disimpulkan bahwa pengguanan tempat tidur pada peroide
Januari-Desember 2021 masih belum efisiensi.Barber Jhonson Rumah
Sakit Mutiara Bunda Padang Tahun 2021 dari bulan Januari-Desember
belum efisien ,karna titik temu antara BTO dan BOR tidak masuk dalam
daerah efisien.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tinjauan ketidak tersediaan tracer sebagai kartu pelacak berkas rekam medis di
rumah sakit
1. Masalah ketidak tersediaan tracer
Masalah setiap harinya, rata-rata kunjungan pasien dirumah sakit mutiara
bunda 60-80 pasien. Pasien rata-rata berasal dari kota padang, dengan demikian
petugas harus mengambil dan menyimpan berkas rekam medis sebanyak 60-80.
Berkas rekam medis tiap harinya, dalam hal itu kegiatan berkas rekam medis,
petugas tidak mnggunakan tracer untuk menandai berkas yang keluar atau masuk
akan sulit mencari dokumen.
2. Dampak tidak menggunakan tracer
Dampak tidak menggunakan tracer merupakan dokumen rekam medis sulit
terlacak sehingga memperlambat dalam penyediaan dokumen.
Kajian tracer study ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan
angka, tetapi berkaitan dengan pendeskripsian, penguraian dan penggambaran
suatu masalah yang sedang terjadi.
3. Upaya menggunakan tracer
Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang rinci mengenai suatu subyek
tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup waktu mendalam dan
menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunyaumen rekam medis.
Menurut beberapa fasilitas di ruang penyimpanan berkas rekam medis
diantaranya ada 3 yaitu
a. Ruang dengan suhu ideal untuk penyimpanan berkas dan keamanan dari
serangan fisik lainnya.
b. Alat penyimpanan berkas rekam medis, bisa menggunakan tracer, rak
terbuka dan filling cabinet.
c. Tracer yang digunakan sebagai pengganti berkas rekam medis di rak
filling yang dapat digunakan untuk menelusur keberadaan rekam medis.
Hasil penelitian bahwa faktor-faktor penyebab tidak meggunakan tracer
46
dibagian penyimpanan berkas rekam medis di rumah sakit mutiara bunda yaitu
petugas tergesa-gesa, sarana di bagian penyimpanan yaitu rak penyimpanan
sudah penuh dan prosedur tetap pengambilan dan penyimpanan rekam medis
terkait penggunaan tracer yang tidak dijalankan.
4. Perbandingan teori dan hasil
Hasil perbandingan penelitian saat petugas penyimpanan di rumah sakit
mutiara bunda sebelum menggunakan tracer menglami banyak kendala antara
lain berkas tidak ditemukan, banyak dokumen yang hilang dan tidak tau
dokumen tersebut keluar dari rak penyimpanan. Dengan adanya tracer masalah-
masalah tersebut teratasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RSIA Mutiara Bunda
Padang, staf rekam medis sudah sesuai dengan standard profesi rekam medis
serta harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), tetapi untuk kepala unit
admission rekam medis casemix tidak sesusai dengan standar karena bukan
berlatar belakang rekam medis.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengetahui cara pembuatan desain rekam medis dan manajemen formulir
rekam medis di RSIA Mutiara Bunda Padang.
B. Saran
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Deharja, Atma dan Selvia Juwita Swari. 2017. Desain Formulir Assesment Awal
Medis Gawat Darurat Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di
Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri
Jember, halaman 359.
Hikmah, Faiqatul dkk. 2017. Desain Formulir Asesmen Nyeri dalam Berkas Rekam
Medis di Rumah Sakit Daerah Balung Jember Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Vol.
5. No. 3. April 2017. halaman 139
Irmawati dan Elise Garmelia. 2018. Klasifikasi, Kodefikasi Penyakit dan Masalah
Terkait I : Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan Tindakan.
Kementerian Kesehatan RI. 2008 Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 269 Tahun
2008. Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI
Kemenkes (2011) Permenkes 1171 Tahun 2011 Tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit. Jakarta
Ratu Fadhila Khansa Salsabila Yusran. 2020. Literature Review: Keakuratan Kode
Diagnosis Utama Berdasarkan Icd-10 Pada Berkas Rekam Medis Rawat Inap
50
Setyawan, Dedy. 2016. Analisis Implementasi Pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (Simrs) Pada Rsud Kardinah Tegal. Indonesian Journal
on Computer and Information Technology Vol 1 No 2 November 2016. Halaman
56
Siswati. 2018. Manajemen Unit Kerja II Perencanaan SDM Unit Kerja RMIK.
Subinarto, dkk. 2018. Analisis Desain Formulir Ringkasan Masuk dan Keluar Rawat
Inap. Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 2, Oktober
2018, halaman 76.
Sudra, Rano Indradi. Statistik Rumah Sakit – Dari Sensus Pasien & Grafik Barber
Jhonson Hingga StatistikKematian & Otopsi. Graha Ilmu : Yogyakarta. 2010
51
LAMPIRAN
52
53
Lampiran 3 Tampilan saat sudah log in di aplikasi SIMRS
54
Lampiran 4 Save billing di INA-CBGs
55
Lampiran 5 Memasukkan kode ICD 10, ICD 9 dan tindakan lainnya di INA-CBGs
56
Lampiran 6 Pilih grouper dan final di INA-CBGs
57