Anda di halaman 1dari 38

Faroid – Amali 2

MATERI FAROID
A. SEBAB TURUNNYA AYAT MAWARIS
Disebutkan dalam shahih bukhari muslim bahwa istrinya Saad Bin Robi’ telah datang
kepada Rasulullah SAW, bersama kedua putrinya ia berkata “Ya Rasulullah, ini adalah dua
putrinya Saad Bin Robi, ayah mereka telah syahid di perang Uhud. Kemudian datanglah
paman mereka mengambil seluruh harta peninggalan ayah mereka, tanpa menyisakannya
sedikitpun sedangkan biasanya wanita itu sulit dinikahi bila tanpa harta. Maka turunlah
surat An-Nisa’ Ayat 11-12, kemudian Rasulullah SAW, memerintahkan agar kedua
anaknya diberi 2/3 harta, 1/8 untuk istri Saad dan sisanya untuk saudara laki-laki
(pamannya kedua anaknya Saad).”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir RA, bahwa Abdurrahman Bin Tsabit meninggal dunia
(saudara laki-lakinya Hasan Ibnu Tsabit), ahli warisnya adalah istrinya yang bernama
Ummu Kahah dan beberapa saudaranya Abdurahman Bin Tsabit, maka saudaranya
Abdurahman Bin Tsabit mengambil seluruh harta tanpa menyisakannya sedikitpun untuk
Ummu Kahah. Maka Ummu Kahah mengadukannya hal ini kepada Rasulullah SAW
sehingga turunlah ayat Mawaris.

B. WARISAN BAGI WANITA SEBELUM ISLAM


Pada mulanya wanita sedikitpun tidak diberi bagian dari harta warisan, dengan alasan
tidak ikut perang dan tidak ikut dalam mempertahankan keamanan, diwaktu tersebut orang-
orang arab berkata bagaimana mungkin kita memberi bagian harta kepada orang yang tidak
menunggang kuda untuk berperang, tidak menghunus pedang, serta tidak bertarung
melawan musuh. Kemudian datanglah syari’at islamiyah menetapkan bagian untuk wanita
diwaktu orang arab mendzoliminya, pada waktu turunnya ayat mawaris orang-orang arab
merasa berat hati untuk melaksanakannya, karena hal itu berbeda dengan kebiasaan yang
berlaku dikalangan mereka.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA.hum bahwa ketika turun ayat mawaris
orang-orang berkata bagaimana mungkin wanita (istri) diberi 1/4 atau 1/8 dan anak
perempuan diberi setengah serta anak kecilpun diberi bagian sedangkan tidak satupun dari
mereka ikut berperang dan tidak pula mengumpulkan ghonimah. Sebagian mereka berkata,
diamlah kalian jangan bicarakan perkara ini semoga Rasulullah melupakannya atau kalau
tidak datanglah pada beliau sampaikan usul sehingga beliau merubah hukum tersebut.
Pada zaman ini telah juga muncul fitnah dan pikiran yang buruk serta sesat. Para pemicu
fitnah mengatakan agama islam telah merampas haknya wanita dalam islam dengan
menjadikan setengah bagian laki-laki, mereka mengatakan bahwa mereka telah

1
Faroid – Amali 2

memperjuangkan hak-hak wanita padahal sebenarnya mereka menghancurkan hak-hak


wanita bersamaan dengan mengembor-gemborkan hak wanita, anehnya justru mereka
mendorong dan mengerakkan wanita bersusah payah bekerja, di pabrik, toko, kantor, dan
lain-lain. Mereka tidak mau mengambil tanggung jawab atas nafkah dan kebutuhan kaum
wanita, mereka inilah murid kaum orientalis barat yang berpikiran sesat.

C. MENGAPA BAGIAN LAKI-LAKI DUA KALI LIPAT DARIPADA BAGIAN


PEREMPUAN
Paling tepat jawabannya adalah memang Allah SWT sudah menentukan demikian.
Tetapi hikmahnya adalah :
1. Bahwa perempuan secara syari’at islam nafkah dan kebutuhannya ditanggung laki-
laki adakalanya Ayahnya, Anaknya, Saudara Laki-laki, atau Suaminya bila sudah
menikah.
2. Bahwa perempuan tidak dibebani infak apapun kepada siapapun, kecuali kalau dia
punya harta dan sudah mencapai nishab zakatnya.
3. Ketika menikah laki-laki wajib membayar mahar, memberi nafkah baik pangan,
papan, sandang baik untuk istrinya maupun anak-anaknya
4. Setelah itu biaya pendidikan, pengobatan untuk istri dan anaknya juga menjadi
kewajiban laki-laki

2
Faroid – Amali 2

BAB I
WARISAN

A. HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN WARISAN


Harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia biasa disebut dengan Tirkah. Adapun
orang yang berhak menerimanya disebut Ahli Waris. Sebelum tirkah diterima ahli waris,
menurut pembagian yang telah diatur dalam agama atau syari’at islam terlebih dahulu
harus diselesaikan urusan-urusan yang ada kaitan dengan tirkah dan dengan si mayit yaitu:
1. Ongkos / biaya pengurusan jenazah seperti memberi kain kafan, memandikan, biaya
penguburan sampai selesai penguburan itu berlangsung.
2. Hutang
3. Zakat jika wajib bagi dia membayar zakat.
4. Wasiat, wasiat tidak boleh melebihi 1/3 tirkah. Jika melebihi 1/3 harta maka yang sah
hanyalah 1/3 harta tidak lebih. Tidak boleh wasiat yang ditunjukkan untuk maksiat
demikian pula tidak sah wasiat untuk ahli waris yang berhak menerima warisan
kecuali ahli waris yang lainnya menyetujui.

B. SEBAB-SEBAB MENDAPATKAN WARISAN


Meliputi:
1. Nasab (Keturunan) seperti bapak, anak dan cucu
2. Pernikahan seperti suami dan istri
3. Walak (Memerdekakan Budak), orang yang memerdekakan budak berhak menerima
warisan dari budak yang dimerdekakan
4. Baitul Mal, maksudnya jika seseorang mati dan tidak meninggalkan ahli waris serta
tidak ada pula orang yang ada hubungan dengan keluarga mayit yang bukan ahli
waris yang dapat mengantikan kedudukan ahli waris, maka hartanya diserahkan di
Baitul Mal. Jika tidak ada Baitul Mal maka diserahkan kepada orang muslim yang
adil dan bijaksana untuk digunakan kepentingan umum umat islam. Disyaratkan
Baitul Mal diatas adalah baitul mal yang sudah muntadzom (berjalan secara teratur).

C. SEBAB-SEBAB TIDAK MENDAPATKAN WARISAN


1. Perbedaan Agama. Orang islam tidak berhak mendapatkan warisan dari keluarganya
yang kafir begitu pula sebaliknya.
2. Murtad. Orang islam tidak berhak mendapatkan warisan dari keluarganya yang
Murtad begitu pula sebaliknya.

3
Faroid – Amali 2

3. Pembunuh atau Membunuh. Orang yang membunuh keluarganya tidak berhak


mendapatkan waris dari orang yang dibunuhnya, walaupun kerabat dekatnya sendiri.
4. Hamba/Budak. Selama seseorang masih berstatus hamba maka ia tidak berhak
menerima warisan dari keluarganya yang mati begitu pula kalau ia meninggal dunia
maka ia tidak bisa mewarisi hartanya.

D. AHLI WARIS YANG BERHAK MENERIMA WARISAN


Ahli Waris yang berhak menerima warisan ada 25 orang, yaitu:

# DARI ARAH LAKI-LAKI BERJUMLAH 15 ORANG, yaitu:

1. Ibnun (Anak Laki-Laki)


2. Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) dan seterusnya kebawah
3. Abun (Ayah/Bapak)
4. Abu Abin (Bapaknya Bapak / Kakek) dan seterusnya keatas
5. Akhun Syaqiq (Saudara Laki-Laki Sekandung)
6. Akhun Li ab (Saudara Laki-Laki Sebapak)
7. Akhun Li um (Saudara Laki-Laki Seibu)
8. Ibnu Akhin Syaqiq (Anak Laki-Laki dari Saudara Laki-Laki Sekandung)
9. Ibnu Akhin Li ab (Anak Laki-Laki dari Saudara Laki-Laki Sebapak)
10. Ammun Syaqiq (Paman Sekandung)
11. Ammun Li ab (Paman Sebapak)
12. Ibnu Ammin Syaqiq (Anak Laki-Laki dari Paman Sekandung)
13. Ibnu Ammin Li ab (Anak Laki-Laki dari Paman Sebapak)
14. Zaujun (Suami)
15. Mu’tiq (Sesorang Laki-Laki Yang Memerdekakan Budak)

# DARI ARAH PEREMPUAN BERJUMLAH 10 ORANG, yaitu:

1. Bintun (Anak Perempuan)


2. Bintu Ibnin (Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki) dan seterusnya kebawah
3. Ummun (Ibu)
4. Ummu Abin (Ibunya Bapak / Nenek) Dan Seterusnya keatas
5. Ummu Ummin (Ibunya Ibu / Nenek)
6. Ukhtun Syaqiqah (Saudara Perempuan Sekandung)
7. Ukhtun Li ab (Saudara Perempuan Sebapak)
8. Ukhtun Li um (Saudara Perempuan Seibu)
9. Zaujah (Istri)
10. Mu’tiqoh (Seorang Perempuan Yang Memerdekakan Budak)

4
Faroid – Amali 2

E. CARA MENERIMA WARISAN


Ahli waris dapat menerima warisan dengan dua cara:
1. Dengan jalan Furudh
Maksudnya adalah melalui pembagian yang telah ditentukan al-qur’an atau al-hadits.
Bagian yang ditentukan (Furudhul Muqoddaroh) untuk ahli waris sebagaimana yang
disebutkan dalam al-qur’an dan al-hadits meliputi:
a. 1/2
b. 1/4
c. 1/8
d. 2/3
e. 1/3
f. 1/6
2. Dengan jalan ashobah
Maksudnya adalah mengambil sisa harta setelah dibagikan kepada Dzawil Furudh
jika hartanya masih ada sisanya.

F. HIJAB DAN MAHJUB


Hijab adalah penghalang yang menjadikan ahli waris terhalang (Mahjub) dari menerima
harta warisan. Hijab ada dua macam, yaitu:
1. Hijab nuqson
Yaitu halangan yang menyebabkan ahli waris berkurang dalam menerima bagiannya.
Misalnya Zaujun (Suami) yang mestinya menerima bagian 1/2 menjadi 1/4 sebab
adanya anak.
2. Hijab hirman
Yaitu halangan yang menyebabkan ahli waris sama sekali tidak mendapatkan
warisan. Misalnya Ibnu Ibnin (Cucu) terhalang sebab adanya Ibnu (Anak) dan Ibnu
terhalang sebab membunuh Muwarisnya (Orang Tua).

5
Faroid – Amali 2

BAB II
FURUDH DAN DZAWIL FURUDH

Dzawil Furudh ada 12 orang, yaitu:

1. Bintun (Anak Perempuan) seorang atau lebih


2. Bintu Ibnin (Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki) seorang atau lebih
3. Zaujun (Suami)
4. Ukhtun Syaqiqoh (Saudara Perempuan Sekandung) seorang atau lebih
5. Ukhtun Li ab (Saudara Perempuan Sebapak)
6. Akhun / Ukhtun Li um (Saudara laki-laki / Saudara Perempuan Seibu) seorang atau lebih
7. Zaujah (Istri)
8. Ummun (Ibu)
9. Abun (Bapak)
10. Abu Abin / Jaddun Shoheh (Bapaknya Bapak / Kakek)
11. Ummu Abin (Ibunya Bapak / Nenek)
12. Ummu Ummin (Ibunya Ibu / Nenek)

1. BINTUN (ANAK PEREMPUAN SATU ORANG ATAU LEBIH)


Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tunggal dan tidak bersama Ibnun.
b. Menerima 2/3 bila berbilang dan yang mati tidak meninggalkan Ibnun (Anak Laki-Laki).
c. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Ibnun (Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang
dengan ketentuan “Bagian laki-laki dua kali lipat dari pada bagian perempuan”.
d. Bintun (Anak Perempuan) tidak dapat di mahjubkan oleh siapapun.
e. Jika ada anak perempuan, anaknya ibu mahjub (Saudara Tiri Seibu).

2. BINTU IBNIN (CUCU PREMPUAN DARI ANAK LAKI-LAKI)


Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tunggal dan mayit tidak meninggalkan Ibnun atau Bintun (Anak Laki-
Laki atau Perempuan).
b. Menerima 2/3 bila berbilang dan mayit tidak meninggalkan Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki
dari Anak Laki-Laki) serta tidak meninggalkan Ibnun atau Bintun(Anak Laki-Laki atau
Perempuan).
c. Mahjub bila ada Ibnun (Anak Laki-Laki).

6
Faroid – Amali 2

d. Menerima 1/6 bila bersama Bintun Wahidah (Anak Perempuan Tunggal) dan mayit tidak
meninggalkan Ibnun (Anak Laki-Laki) maupun Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak
Laki-Laki).
e. Mahjub, bila bersama Bintun (Anak Perempuan) berbilang. Hal ini jika tidak terdapat Ibnu
Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) yang dapat mengashobahkannya.
f. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) dengan
ketentuan “Bagian laki-laki dua kali lipat dari bagian perempuan”.

3. ZAUJUN (SUAMI)
Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tidak bersama Ibnun (Anak Laki–Laki) atau Bintun (Anak Perempuan)
atau Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan
dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang.
b. Menerima 1/4 bila bersama dengan Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Bintun (Anak
Perempuan) atau Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin
(Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang.
c. Zaujun (Suami) tidak dapat di mahjubkan oleh siapapun dan juga tidak menjadikan
mahjub siapapun.

4. UKHTUN SYAQIQOH (SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG)


Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tunggal dan mayit tidak meninggalkan :
1. Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Bintun (Anak Perempuan)
2. Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan
dari Anak Laki-Laki).
3. Abun (Bapak).
4. Abu Abin (Bapaknya Bapak/Kakek).
b. Menerima 2/3 bila berbilang dan mayit tidak meninggalkan:
1. Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Bintun (Anak Perempuan).
2. Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan
dari Anak Laki-Laki).
3. Abun (Bapak).
4. Abu Abin (Bapaknya Bapak / Kakek).
c. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Akhun Syaqiq (Saudara Laki-Laki Sekandung) baik
tunggal maupun berbilang dengan ketentuan: “Bagian laki-laki dua kali lipat dari bagian
perempuan”, hal ini dengan syarat mayit tidak meninggalkan:

7
Faroid – Amali 2

1. Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Bintun (Anak Perempuan)


2. Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan
dari Anak Laki-Laki)
3. Abun (Bapak)
4. Abu Abin (Bapaknya Bapak / Kakek)
d. Ashobah Ma’al Ghoir bila bersama Bintun (Anak Perempuan) atau Bintu Ibnin (Cucu
Perempuan dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang dengan mayit tidak
meninggalkan :
1. Ibnun (Anak Laki-Laki)
2. Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki)
3. Abun (Bapak)
4. Abu Abin (Bapaknya Bapak/Kakek)
e. Mahjub bila mayit meninggalkan Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Ibnu Ibnin (Cucu Laki-
Laki dari Anak Laki-Laki) atau Abun (Bapak)
f. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Abu Abin (Bapaknya Bapak/Kakek)
g. Jika Ukhtun Syaqiqoh (Saudara Perempuan Sekandung) bersama Bintun (Anak
Perempuan) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki) Ashobah Ma’al
Ghoir maka ahli waris yang mahjub ialah :
1. Akhun Li ab (Saudara Sebapak)
2. Ukhtun Li ab (Saudara Perempuan Sebapak)
3. Ammun Syaqiq (Paman Sekandung)
4. Ammun Li ab (Paman Sebapak)

5. UKHTUN LI AB (SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK)


Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tunggal dan tidak bersama Anak, Orang Tua dan Akhun Syaqiq
(Saudara Laki-Laki Sekandung) atau Ukhtun syaqiqoh baik tunggal maupun berbilang
b. Mendapat 2/3 jika berbilang dan tidak bersama Anak, Orang Tua, dan Akhun Syaqiq
(Saudara Laki-Laki Sekandung) atau Ukhtun Syaqiqoh (Saudara Perempuan Sekandung)
baik tunggal maupun berbilang
c. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Akhun Li ab (Saudara Laki-Laki Sebapak) dan tidak
bersama Anak, Orang Tua, dan Akhun Li ab (Saudara Laki-Laki Sekandung) atau Ukhtun
Syaqiqoh (Saudara Perempuan Sekandung) baik tunggal maupun berbilang
d. Ashobah Ma’al Ghoir jika bersama Bintun (Anak Perempuan) atau Bintu Ibnin (Cucu
Perempuan dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang dan tidak bersama

8
Faroid – Amali 2

Ibnun, Ibnu Ibnin, Abun, Abu Abin, Akhun Syaqiq, Ukhtun Syaqiqoh (baik tunggal
maupun berbilang)
e. Mendapat 1/6 jika bersama Ukhtun Syaqiqoh tunggal dan tidak bersama Anak serta Orang
Tua
f. Mahjub jika bersama:
1. Ibnun
2. Ibnu Ibnin
3. Abun
4. Akhun Syaqiq
5. Ukhtun Syaqiqoh Berbilang
g. Ashobah Bil Ghoir jika bersama Akhun Li’ab walaupun waktu itu ada Ukhtun Syaqiqoh
berbilang
h. Ukhtun Li’ab Mahjub ketika bersama Ukhtun Syaqiqoh yang mendapat Ashobah Ma’al
Ghoir dengan Bintun atau Bintu Ibnin
i. Ashobah Bil Ghoir jika bersama Abu Abin, atau Jaddun Shahih. Hal ini akan dibahas
sendiri pada BAB Al-Jaddu Ma’al Ikhwati
j. Ukhtun Li’ab tidak dapat memahjubkan ahli waris lain, akan tetapi jika ia menerima
Ashobah Ma’al Ghoir bersama Bintun atau Bintu Ibnin maka ahli waris yang mahjub
adalah :
1. Ibnu Akhin Syaqiq
2. Ibnu Akhin Li ab
3. Ammun Syaqiq
4. Ammun Li ab
5. Ibnu Ammun Syaqiq
6. Ibnu Ammun Li ab

6. ZAUJAH (ISTRI)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/4 jika tidak bersama Anak
b. Mendapat 1/8 jika bersama Anak
c. Jika suami yang mati meninggalkan istri lebih dari satu orang maka pembagian 1/4 atau
1/8 tersebut dibagi sama rata
d. Zaujah tidak dapat memahjubkan atau dimahjubkan oleh orang lain

9
Faroid – Amali 2

7. UMMUN (IBU)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/3 jika tidak bersama Anak dan Ikhwah.
Yang dimaksud dengan Ikhwah pada BAB ini adalah Saudara berbilang baik Laki-Laki
maupun Perempuan, baik Sekandung, Sebapak, atau Seibu
b. Mendapat 1/6 jika bersama Anak dan Ikhwah
c. Masalah Ghorowain atau Umariyatain yakni jika ahli waris terdiri dari:
1. Zaujun/Zaujah (salah satunya)
2. Ummun
3. Abun
MASALAH GHOROWAIN
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3 = 2/6
c. Abun =A = 1/6
Maka terjadi kejanggalan yang bagian ummun lebih banyak dari pada bagian abun,
maka penyelesaiannya ialah
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3xsisa zaujun= 1/3 x 1/2 = 1/6
c. Abun =A = 2/6

a. Zaujah = 1/4 = 3/12


b. Ummun = 1/3 = 4/12
c. Abun =A = 5/12
Maka terjadi kejanggalan yang bagian ummun lebih banyak dari pada bagian
abun, maka penyelesaiannya ialah :
a. Zaujun = 1/4 = 3/12 sisa zaujah = 4/4 - 1/4 = 3/4
b. Ummun = 1/3xsisa zaujah = 1/3 x 3/4 = 3/12
c. Abun =A = 6/12

d. Ummun tidak dapat dimahjubkan oleh siapapun


e. Jika ummun menerima warisan maka ahli waris yang mahjub adalah:
1. Ummu Abin
2. Ummu Ummin

10
Faroid – Amali 2

8. AKHUN LI UM / UKHTUN LI UM (SAUDARA SEIBU/SAUDARI IBU)


Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/3 jika berbilang dan tidak bersama Anak dan Orang Tua
NB; bagian 1/3 tersebut dibagi sama rata baik untuk laki-laki maupun perempuannya
b. Mendapat 1/6 jika tunggal dan tidak bersama Anak dan Orang Tua
c. Mahjub jika bersama Anak dan serta Orang Tua
d. MASALAH MUSYTARIKAH yakni jika ahli waris terdiri dari
1. Zaujun
2. Ummun
3. Akhun Li um atau Ukhtun Li um berbilang
4. Akhun Syaqiq
Musytarikah terjadi dimana hubungan ahli waris yang dekat atau lebih kuat (Akhun
Syaqiq) tidak mendapatkan harta warisan karena harta habis, sedangkan hubungan ahli
waris yang jauh atau lemah (Akhun Li um / Ukhtun Li um) mendapatkan harta
warisan, maka jalan keluarnya adalah dibagi sama rata antara Akhun Syaqiq dan
Akhun Li um / Ukhtun Li um. Contoh :
a. Zaujun = 1/2 = 3/6 x 6000 = 3000
b. Ummun = 1/6 = 1/6 x 6000 = 1000
c. Akhun Li um (3 orang minsalnya) = 1/3 2/6 x 6000 = 2000
d. Akhun Syaqiq =A
Jadi bagian masing-masing adalah 2000 : 4 orang = 500
e. Akhun Li um atau Ukhtun Li um tidak dapat memahjubkan orang lain

9. ABUN (AYAH)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/6 jika bersama Ibnun atau Ibnu Ibnin
b. Mendapat 1/6 + Sisa jika bersama Bintun atau Bintu Ibnin dan tidak bersama Ibnu atau
Ibnu Ibnin
c. Ashobah Bin Nafsi jika tidak bersama Anak
d. Masalah Ghorowain atau Umariyatain yakni jika ahli waris terdiri dari :
1. Zaujun atau Zaujah (salah satunya)
2. Abun
3. Ummun
e. Abun termasuk orang yang mendapat warisan dalam segala keadaan (yang tidak ada orang
yang dapat memahjubkannya)
f. Jika abun menerima warisan maka seluruh ahli waris mahjub kecuali :

11
Faroid – Amali 2

1. salah satu dari Zaujun atau Zaujah


2. Ibnun atau Bintun
3. Ibnu Ibnin atau Bintu Ibnin
4. Ummun
5. Ummu Ummin/ Ummu Abin

10. ABU ABIN/ JADDUN SOHEH (AYAHNYA AYAH)


dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/6 jika bersama Ibnun atau Ibnu Ibnin dan tidak bersama Abun
b. Mahjub jika bersama Abun
c. Mendapat 1/6 + Sisa jika bersama Bintun atau Bintu Ibnin dan tidak bersama Abun
d. Ashobah Bin Nafsi jika tidak bersama Anak atau Abun
e. Masalah Al-Jaddu Ma’al Ikhwati yakni jika Abu Abin medapat warisan bersama Akhun
Syaqiq / Ukhtun Syaqiqoh atau Akhun Li ab atau Ukhtun Liab
f. Jika Abu Abin mendapat warisan maka ahli waris yang Mahjub adalah:
1. Akhun Li um atau Ukhtun Li um
2. Ibnu Akhin Syaqiq
3. Ibnu Akhin Li ab
4. Ammun Syaqiq
5. Ammun Li ab
6. Ibnu Ammin Syaqiq
7. Ibnu Ammin Li ab

11. UMMU ABIN (IBUNYA AYAH/NENEK )


dengan ketentuan
a. Mendapat 1/6 jika tidak bersama Abun / Ummun
b. Mahjub bersama Abun atau Ummun.

12. UMMU UMMIN (IBUNYA IBU/NENEK)


Dengan ketentuan
a. Mendapat 1/6 jika tidak bersama Ummun
b. Mahjub jika bersama Ummun
NB: AHLI WARIS YANG PASTI MENDAPAT WARISAN JIKA ADA yaitu:
1. Ibnun 4. Ummun
2. Bintun 5. Zaujun
3. Abun 6. Zaujah

12
Faroid – Amali 2

BAB III
ASHOBAH DAN DZAWIL ASHOBAH

A. PENGERTIAN ASHOBAH DAN DZAWIL ASHOBAH


Ashobah adalah mengambil sisa harta setelah dibagikan kepada Dzawil Furudh jika
hartanya masih ada. Sedangkan Dzawil Ashobah adalah ahli waris yang menerima bagian
ashobah. Dzawil Ashobah akan mengambil harta dengan syarat:
1. Dia tidak di mahjubkan oleh ahli waris lain yang memiliki hubungan lebih dekat atau
hubungan lebih kuat dengan si mayit
2. Masih ada sisa harta, jika harta habis, Dzawil Ashobah tidak mendapatkan apa-apa.

B. CARA MENERIMA ASHOBAH


1. Berikan bagian lebih dahulu kepada Dzawil Furudh
2. Jika masih ada sisa, maka berikanlah kepada Dzawil Ashobah dengan ketentuan :
a. Jika tunggal maka dia mengambil semua sisa harta.
b. Jika berbilang (Laki-Laki semua atau Perempauan semua) maka harta dibagi sama
rata.
c. Jika berbilang terdiri dari Laki-laki dan Perempuan maka bagian Laki-laki dua kali
lipat dari pada bagian Perempuan.

C. MACAM-MACAM ASHOBAH
Dalam Ilmu Faroid ashobah terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Ashobah Binnafsi
Ashobah Binnafsi adalah Laki-laki yang mengambil sisa harta bukan sebab bersama
orang lain. Yang termasuk Ashobah Binnafsi adalah:
a. Ibnun i. Ammun Syaqiq
b. Ibnu Ibnin j. Ammun Li ab
c. Abun k. Ibnu Ammin Syaqiq
d. Abu Abin l. Ibnu Ammin Li ab
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ibnu Akhin Syaqiq
h. Ibnu Akhin Li ab

13
Faroid – Amali 2

2. Ashobah Bil Ghoiri


Ashobah Bil Ghoiri adalah Perempuan yang menerima sisa harta sebab bersama Saudara
Laki-lakinya. Yang termasuk Ashobah Bil Ghoiri adalah :
a. Bintun jika bersama Ibnun
b. Bintu Ibnin jika bersama Ibnu Ibnin
c. Ukhtun Syaqiqoh jika bersama Akhun Syaqiq
d. Ukhtun Li ab jika bersama Akhun Li ab

3. Ashobah Ma’al Ghoiri


Ashobah Ma’al Ghoiri adalah Perempuan yang menerima sisa harta sebab bersama
perempuan lain. Yang termasuk Ashobah Ma’al Ghoiri adalah:
a. Ukhtun Syaqiqoh jika bersama Bintun atau Bintu Ibnin
b. Ukhtun Li ab jika bersama Bintun atau Bintu Ibnin

D. PERBEDAAN ANTARA ASHOBAH BIL GHOIRI DAN ASHOBAH MA’AL


GHOIRI
1. Pada Ashobah Bil Ghoiri selalu terdapat Ashobah Binnafsi sedangkan Ashobah Ma’al
Ghoiri tidak terdapat Ashobah Binnafsi
2. Pada Ashobah Bil Ghoiri, Saudara Laki-lakinya menyebabkan Saudara Perempuannya
mendapatkan Ashobah sehingga bagian pasti Saudara Perempuannya hilang, sedangkan
Ashobah Ma’al Ghoiri tidak demikian (Bintun atau Bintu Ibnin tetap mendapat bagian
pasti, yang mendapat Ashobah adalah Ukhtun Syaqiqoh dan Ukhtun Li ab)
3. Pada Ashobah Bil Ghoiri berlaku kaidah ”bagi Laki-laki bagiannya dua kali lipat dari
pada bagian Perempuan”, sedangkan pada Ashobah Ma’al Ghoiri tidak berlaku kaidah
tersebut

14
Faroid – Amali 2

TABEL HAJIB DAN MAHJUB

Berikut ini adalah tabel/ jadwal ahli waris yang mahjub sebab ahli waris lain

NO AHLI WARIS JUMLAH DIHALANGI OLEH KETERANGAN


HAJIB
1. Abu Abin/Jaddun Satu Abun
2. Ummu Ummin Satu Ummun
3. Ummu Abin Dua a. Abun
b. Ummun
4. Ibnu Ibnin Satu Ibnun
5. Bintu Ibnin Dua a. Ibnun
b. Bintun Berbilang Jika Bintu Ibnin tidak di Ashobahkan
oleh Ibnu Ibnin
6. Akhun Syaqiq Tiga a. Abun
b. Ibnun
c. Ibnu Ibnin
7. Ukhtun Syaqiqoh Tiga a. Abun
b. Ibnun
c. Ibnu Ibnin
8. Akhun Li ab Lima a. Abun
b. Ibnun
c. Ibnu Ibnin
d. Akhun Syaqiq
e. Ukhtun Syaqiqoh
9. Ukhtun Li ab Enam a. Abun
b. Ibnun
c. Ibnu Ibnin
d. Akhun Syaqiq
e. Ukhtun Syaqiqoh
f. Ukhtun Syaqiqoh Jika Ukhtun Li ab tidak mendapat
Berbilang Ashobah Bil Ghoiri bersama Akhun
Li ab
10. Akhun Li um Enam a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Bintun

15
Faroid – Amali 2

d. Bintu Ibnin
e. Abun
f. Abu Abin
11. Ukhtun Li um Enam a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Bintun
d. Bintu Ibnin
e. Abun
f. Abu Abin
12. Ibnu Akhin Syaqiq Delapan a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Abun
d. Abu Abin
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ukhtun Syaqiqoh Jika keduanya mendapat Ashobah
h. Ukhtun Li ab Ma’al Ghoiri bersama Bintun atau
Bintu Ibnin
13. Ibnu Akhin Li ab Sembilan a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Abun
d. Abu Abin
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ukhtun Syaqiqoh
h. Akhun Li ab
i. Ibnu Akhin
Syaqiq
14. Ammun Syaqiq Sepuluh Yang menghalangi Ammun Syaqiq
ialah orang-orang yang menghalangi
Ibnu Akhin Li ab dan Ibnu Akhin Li
ab itu sendiri
15. Ammun Li ab Sebelas Yang menghalangi Ammun Li ab
ialah orang-orang yang menghalangi
Ammun Syaqiq dan Ammun Syaqiq

16
Faroid – Amali 2

itu sendiri
16. Ibnu Ammin Dua Belas Yang menghalangi Ibnu Ammun
Syaqiq Syaqiq ialah orang-orang yang
menghalangi Ammun Li ab dan
Ammun Li ab itu sendiri
17. Ibnu Ammin Li ab Tiga Belas Yang menghalangi Ibnu Ammin Li
ab ialah orang-orang yang
menghalangi Ibnu Ammin Syaqiq
dan Ibnu Ammin Syaqiq itu sendiri

17
Faroid – Amali 2

RINGKASAN FURUDHUL MUQODDAROH

DAN DZAWIL FURUDH

NO BAGIAN DZAWIL FURUDH KETERANGAN


1. ½ a. Zaujun Jika mayit tidak meninggalkan Ibnun, Bintun, Ibnu Ibnin,
Atau Bintu Ibnin
b. Bintun Jika tunggal dan tidak bersama Ibnun
c. Bintu Ibnin Jika tunggal dan tidak bersama Ibnun, Bintu Atau Ibnu
Ibnin
d. Ukhtun Jika tunggal dan tidak bersama Anak, Orang Tua, Atau
Syaqiqoh Akhun Syaqiq
e. Ukhtun Li ab Jika tunggal dan tidak bersama Anak, Orang Tua, Saudara
Sekandung(Baik Laki-Laki Maupun Perempuan, Baik
Tunggal Maupun Berbilang) Atau Akhun Li ab
2. ¼ a. Zaujun Jika bersama Anak
b. Zaujah Jika tidak bersama Anak
3. 1/8 Zaujah Jika bersama Anak
4. 2/3 a. Bintun Jika berbilang dan tidak bersama Ibnun
b. Bintu Ibnin Jika berbilang dan tidak bersama Ibnun, Bintun Atau Ibnu
Ibnin
c. Ukhtun Jika berbilang dan tidak bersama Anak, Orang Tua Atau
Syaqiqoh Akhun Syaqiq
d. Ukhtun Li ab Jika berbilang dan tidak bersama Anak, Orang Tua,
Saudara Sekandung (Baik Laki-Laki Maupun Perempuan ,
Baik Tunggal Maupun Berbilang) Atau Akhun Li ab
5. 1/3 a. Ummun Jika tidak bersama Anak Dan Ikhwah (Saudara Berbilang
Baik Laki-Laki Maupun Perempuan Baik
Sekandung,Sebapak Maupun Seibu)
b. Akhun Li um Jika berbilang dan tidak bersama Anak Dan Orang Tua
/Ukhtum Li um
6. 1/6 a. Abun Jika bersama Anak
b. Abu Abin Jika bersama Ibnun/Ibnu Ibnin Dan Tidak Bersama Abun
c. Ummum Jika bersama Anak Dan Ikhwah
d. Bintu Ibnin Jika bersama Bintun Wakhidah (Anak Perempuan Tunggal)
Dan Tidak Bersama Ibnun/Ibnu Ibnin
e. Ukhtun Li ab Jika bersama Ukhtun Syaqiqoh Tunggal Dan Tidak

18
Faroid – Amali 2

Bersama Anak Serta Orang Tua


f. Ummu Jika tidak bersama Ummun
Abin/Ummu
Ummin
g. Akhun Li um Jika tunggal dan tidak bersama Anak Serta Orang Tua
/Ukhtun Li um
NB 1/6 + Sisa a. Abun Jika bersama Bintun/Bintu Ibnin Dan Tidak Bersama
Ibnun/Ibnu Ibnin
b. Abu Abin Jika bersama Bintun/Bintu Ibnin Dan Tidak Bersama Abun

19
Faroid – Amali 2

BAB VI
AL-AULU, AR-RODDU DAN AL-JADDU
MA’AL IKHWATI

A. Al-Aulu (AUL)
AUL adalah menaikkan (memperbesar) angka penyebut dalam penjumlahan. AUL terjadi
karena dalam penjumlahan angka pembilang lebih besar dari pada angka penyebut sehingga
penjumlahan tidak mungkin bisa dilakukan. Jika dalam penjumlahan angka pembilang lebih
besar dari pada angka penyebut, ini pertanda jumlah harta warisan tidak cukup dibagi pada
ahli waris. Untuk mencukupkan pembagian maka angka penyebut di naikkan (diperbesar).
Perhatikan angka-angka contoh dibawah ini :
Contoh :
1. Ahli Waris AUL

a. Zaujun = 1/4 = 3/12 = 3/13


b. Bintun = 1/2 = 6/12 = 6/13
c. Ummun = 1/6 = 2/12 = 2/13
d. Abun = 1/6 = 2/12 = 2/13
pembilang 13/12 penyebut

2. Ahli Waris AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/7


b. Ukhtun Syaqiqoh 2 orang = 2/3 = 4/6 = 4/7

Pembilang 7/6 penyebut

3. Ahli Waris AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/8


b. Ukhtun Syaqiqoh 2 orang = 2/3 = 4/6 = 4/8
c. Ummun = 1/6 = 1/6 = 1/8
Pembilang 8/6 penyebut

20
Faroid – Amali 2

4. Ahli Waris AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/8


b. Ukhtun Syaqiqoh = 1/2 = 3/6 = 3/8
c. Ukhtun Li um = 1/6 = 1/6 = 1/8
d. Ummu Ummin = 1/6 = 1/6 = 1/8
Pembilang 8/6 penyebut

5. Ahli Waris AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/10


b. Ummu Ummin 2 orang = 1/6 = 1/6 = 1/10
c. Ukhtun Syaqiqoh 2 orang = 2/3 = 4/6 = 4/10
d. Akhun Li um 2 orang = 1/3 = 2/6 = 2/10
Pembilang 10/6 penyebut

MASALAH AKDARIYAH
Masalah akdariyah masih termasuk pembahasan AUL. Masalah ini terjadi dalam
pembagian warisan dimana Abu Abin menerima warisan bersama Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun
Li ab (Salah Satunya). Masalah muncul jika ahli waris terdiri dari :
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3 = 2/6
c. Ukhtun Syaqiqoh / Ukhtun Li Ab = M = M
d. Abu Abin = A = 1/6

Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai berapakah bagian Abu Abin

1. Menurut sebagian ulama, kedudukan Abu Abin disamakan dengan Abun, maka jika
demikian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab menjadi Mahjub. Sedangkan Abu Abin
mendapat Ashobah, dalam pendapat ini tidak ada masalah (tidak perlu pembahasan).
2. Sedangkan menurut pendapat ulama lain, kedudukan Abu Abin disamakan dengan
Akhun Syaqiq atau Akhun Li ab, sehingga dalam masalah ini Ukhtun Syaqiqoh atau
Ukhtun Li ab mengambil Furudhnya 1/2 sedangkan Abu Abin mendapat 1/6
sebagaimana ketentuan asal Furudhnya.

21
Faroid – Amali 2

Contoh :
AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/9


b. Ummun = 1/3 = 2/6 = 2/9
c. Ukhtun Syaqiqoh / Ukhtun Li ab = 1/2 = 3/6 = 3/9
d. Abu Abin = 1/6 = 1/6 = 1/9
9/6

Dari pembagian diatas terlihat bahwa bagian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab lebih
banyak dari Abu Abin, sedangkan menurut pendapat ini kedudukan Abu Abin disamakan dengan
Akhun Syaqiq atau Akhun Li ab, semestinya bagian Abu Abin 2x lipat bagiannya Ukhtun
Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab. Oleh karena itu masalah ini diselesaikan dengan cara ;

1. Bagian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab dan bagian Abu Abin dikumpulkan lalu
dijumlahkan.
2. Kemudian 2/3 diberikan kepada Abu Abin dan 1/3 bagian diberikan kepada Ukhtun
Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab.
Inilah yang disebut dengan Akdariyah (Keruh/Berbelit-belit).
Contoh :
AUL

a. Zaujun = 1/2 = 3/6 = 3/9


b. Ummun = 1/3 = 2/6 = 2/9
c. Ukhtun Syaqiqoh/Ukhtun Li Ab = 1/2 = 3/6 = 3/9 4/9 x 1/3 = 4/27
d. Abu Abin = 1/6 = 1/6 = 1/9 x 2/3 = 8/27
9/6

B. Ar-Roddu (ROD)
ROD adalah kebalikan dari AUL, dalam masalah AUL harta yang akan dibagi kepada
ahli waris kurang (tidak cukup), sedangkan masalah ROD harta yang akan dibagi berlebih
(masih ada sisa) sehingga perlu dibagikan kembali.
Jadi ROD adalah membagi kembali sisa harta warisan yang masih ada kepada ahli waris
yang ditentukan.
Ketentuan-ketentuan dalam ROD:
1. ROD tidak akan terjadi selama ada ahli waris yang menerima ashobah. Dalam hal ini
sisa harta waris diberikan kepada dzawil ashobah.

22
Faroid – Amali 2

2. Zaujun / Zaujah tidak mendapat pembagian kembali dalam masalah ROD.


3. Yang berhak menerima ROD adalah:
a. Bintun
b. Bintu ibnin
c. Ummun
d. Ummu Ummin / Ummu Abin
e. Ukhtun Syaqiqoh
f. Ukhtun Li ab
g. Akhun Li um
h. Ukhtun Li um

Cara penyelesaian masalah ROD:


1. Jika ahli waris hanya 1 orang dan bukan Zaujun/Zaujah maka seluruh harta diberikan
kepada dia
2. Jika ahli waris lebih dari 1 orang sedangkan mereka sederajat (misalnya 3 orang
Bintun atau 2 orang Bintu Ibnin) dan tidak bersama Zaujun atau Zaujah maka ROD
diberikan kepada mereka, lalu dibagi sama rata
Contoh :
Tirkah : 150.000
Ahli waris :
3 orang Bintun = 2/3 x 150.000 = 100.000
ROD = 150.000-100.000 = 50.000+100.000 (3 0rang Bintun)
= 150.000
= 150.000 : 3 = 50.000/orang
3. Jika ahli waris berbilang (terdiri dari berbagai macam yang derajanya tidak sama) dan
tidak bersama Zaujun atau Zaujah maka dibagi dengan cara :
Contoh:
Harta : 150.000
Ahli waris
a. Ummun = 1/6 = 1/6 = 1/5 x 150.000 = 30.000
b. Bintun = 1/2 = 3/6 = 3/5 x 150.000 = 90.000
c. Bintu Ibnin = 1/6 = 1/6 = 1/5 x 150.000 = 30.000
ROD 5/6
4. Jika ahli waris terdiri dari Zaujah / Zaujun yang menerima warisan bersama satu
orang ahli waris lain, maka harta dibagi sesuai dengan kententuan Furudhnya sedang
kelebihannya di ROD kan kepada ahli waris selain Zaujun / Zaujah tadi.

23
Faroid – Amali 2

Contoh :
Tirkah : 150.000
Ahli waris :
a. Zaujun = 1/2 = 3/6 x 150.000 = 75.000
b. Ummun = 1/3 = 2/6 x 150.000 = 50.000
5/6 125.000
cara pertama : ROD = Ummun => 50.000 + 25.000 = 75.000
cara kedua : ROD = 6/6-5/6 = 1/6
Ummun = 2/6 + 1/6 = 3/6 x 150.000 = 75.000
5. Jika ahli waris adalah Zaujun atau Zaujah yang menerima warisan bersama Dzawil
Furudh yang banyak, yang derajatnya tidak sama maka dibagi dengan cara :
a. Diberikan lebih dahulu bagian Zaujun atau Zaujah
b. Kemudian sisa harta dibagi kepada Dzawil Furudh lainnya sesuai dengan
ketentuan ROD
Contoh :
1. Harta : 24.000
a. Zaujun : 1/4 x 24.000 = 6.000 ROD :24.000-6.000 =18.000
b. Bintun :
c. Ummun :

Bintun : 1/2 = 3/6 = 3/4 x 18.000 = 13.500

Ummun : 1/6 = 1/6 = 1/4 x 18.000 = 4.500


4/6

2. Harta : 24.000
a. Zaujah : 1/8 x 24.000 = 3.000 ROD : 24.000 – 3.000 = 21.000
b. Bintun :
c. Ummun :

Bintun : 1/2 = 3/6 = 3/4 x 21.000 = 15.750

Ummun : 1/6 = 1/6 = 1/4 x 21.000 = 5.250


4/6

24
Faroid – Amali 2

C. Al- Jaddu Ma’al Ikhwati


Beberapa ketentuan yang terkait mengenai BAB ini yaitu:
1. Yang dimaksud Al-Jaddu adalah Abu Abin (Bapaknya Bapak) dan seterusnya keatas
bukan Abu Ummin (Bapaknya Ibu) dan seterusnya keatas.
2. Al-Jaddu mahjub jika ada Abun (Ayah)
3. Yang dimaksud Al-Ikhwah adalah Akhun Syaqiq / Ukhtun Syaqiqoh atau Akhun Li ab /
Ukhtun Li ab bukan Akhun Li um / Ukhtun Li um
4. Al-Jaddu ketika mendapat warisan bersama Al-Ikhwah, adakalanya
a. Bersama dengan ahli waris lain
b. Tidak bersama ahli waris yang lain

AL-JADDU MA’AL IKHWATI MENERIMA WARISAN BERSAMA AHLI


WARIS LAIN

Cara penyelesaian Al-Jaddu Ma’al Ikhwati dalam BAB ini yaitu:

a. Berikan lebih dahulu bagian ahli waris selain Al-Jaddu Ma’al Ikhwati menurut
ketentuan yang berlaku.
b. Kemudian berikan kepada Jaddun bagian yang paling banyak dari tiga cara
berikut ini :
1. 1/6 harta warisan
2. 1/3 sisa harta setelah dibagikan kepada ahli waris lain
3. Muqosamah maksudnya ialah dibagi sama rata antara Jaddun dan Ikhwah /
Ikhwatun sesuai dengan JUZ’US SIHAM, masing-masing berpedoman
pada kaidah “Laki-laki 2 x lipat dari bagian Perempuan”.
Contoh JUZ’US SIHAM :
a. - Jaddun = 1 = 1/2
- Akhun Li ab = 1 = 1/2
2
b. - Jaddun = 1 = 1/4
- Akhun Li ab 3 orang = 3 = 3/4
4

c. - Jaddun = 2 = 2/4
- Ukhtun Li ab 2 orang = 2 = 2/4
4

25
Faroid – Amali 2

d. - Jaddun = 2 = 2/7
- Akhun Li ab 2 orang = 4 = 4/7
- Ukhtun li ab = 1 = 1/7
7
c. Jika selepas dihitung dengan 3 cara di atas , sisa harta adalah 1/6 atau kurang
dari 1/6 maka Jaddun harus diberi bagian 1/6 sedangkan Al-Ikhwah di
mahjubkan
d. Status Akhun Li ab atau Ukhtun Li ab adalah sama dengan statusnya Akhun
Syaqiq atau Ukhtun Syaqiqoh
e. Jika terdapat Ukhtun Syaqiqoh tunggal dalam pewarisan Al-Jaddu Ma’al
Ikhwati, maka Ukhtun Syaqiqoh tetap mendapatkan 1/2.

Contoh penyelesaian masalah

1. Contoh Jaddun menerima 1/6 harta warisan lebih menguntungkan


Tirkah : 48.000
a. Zaujah
b. Bintun 2 orang
c. Jaddun
d. Akhun Liab
Kita bagi dengan 3 cara dulu, yang paling besarlah yang kita pakai.

Cara I (1/6 harta)


a. Zaujah = 1/8 = 3/24
b. Bintun 2 orang = 2/3 = 16/24
c. Jaddun = 1/6 = 4/24
d. Akhun Liab =A = 1/24
Cara II (1/3 sisa harta)
a. Zaujah = 1/8 = 3/24 = 9/72
b. Bintun 2 orang = 2/3 = 16/24 = 48/72
c. Jaddun =A 5/24 x 1/3 = 5/72
d. Akhun Liab =A x 2/3 = 10/72

Cara III (Muqosamah)


J.S => Jaddun =1 = 1/2
Akhun Li ab =1 = 1/2
2

26
Faroid – Amali 2

a. Zaujah = 1/8 = 3/24 = 6/48

b. Bintun 2 orang = 2/3 = 16/24 = 32/48

c. Jaddun =A 5/24 x 1/2 = 5/48

d. Akhun Liab =A x 1/2 = 5/48

I 4/24 = 24/144
II 5/72 = 10/144
III 5/48 = 15/144

Maka dapat disimpulkan bahwa cara I yang lebih besar dan yang akan
dipakai

Jadi :
a. Zaujah = 3/24 x 48.000 = 6.000
b. Bintun 2 orang = 16/24 x 48.000 = 32.000
c. Jaddun = 4/24 x 48.000 = 8.000
d. Akhun Liab = 1/24 x 48.000 = 2.000

2. Contoh Jaddun menerima 1/3 sisa harta lebih menguntungkan


Harta : 126.000
a. Ummu Ummin
b. Jaddun
c. Akhun Syaqiq 5 orang
Kita bagi dengan 3 cara dulu, yang paling besarlah yang kita pakai.

Cara I (1/6 harta)


a. Ummu Ummin = 1/6 = 1/6
b. Jaddun = 1/6 = 1/6
c. Akhun Syaqiq 5 orang =A = 4/6

Cara II (1/3 sisa harta)


a. Ummu Ummin = 1/6 = 1/6 = 3/18
b. Jaddun =A 5/6 x 1/3 = 5/18
c. Akhun Syaqiq 5 orang =A x 2/3 = 10/18

27
Faroid – Amali 2

Cara III (Muqosamah)


J.S => Jaddun =1 = 1/6
Akhun Syaqiq 5 orang = 5 = 1/6
6

a. Ummu Ummin = 1/6 = 1/6 = 6/36


b. Jaddun =A 5/6 x 1/6 = 5/36
c. Akhun Syaqiq 5 orang = A x 5/6 = 25/36

I 1/6 = 6/36
II 5/18 = 10/36
III 5/36 = 5/36

Maka dapat disimpulkan bahwa cara II yang lebih besar dan yang akan
dipakai

Jadi :
a. Ummu Ummin = 3/18 x 126.000 = 21.000
b. Jaddun = 5/18 x 126.000 = 35.000
c. Akhun Syaqiq 5 orang = 10/18 x 126.000 = 70.000

3. Contoh Jaddun menerima Muqosamah lebih menguntungkan


Harta : 80.000
a. Zaujun
b. Jaddun
c. Akhun Syaqiq
Kita bagi dengan 3 cara dulu, yang paling besarlah yang kita pakai.

Cara I (1/6 harta)


a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Jaddun = 1/6 = 1/6
c. Akhun Syaqiq =A = 2/6

Cara II (1/3 sisa harta)


a. Zaujun = 1/2 = 1/2 = 3/6
b. Jaddun =A 1/2 x 1/3 = 1/6
c. Akhun Syaqiq =A x 2/3 = 2/6

28
Faroid – Amali 2

Cara III (Muqosamah)


J.S => Jaddun = 1 = 1/2
Akhun Syaqiq = 1 = 1/2
2

a. Zaujun = 1/2 = 1/2 = 2/4


b. Jaddun =A 1/2 x 1/2 = 1/4
c. Akhun Syaqiq = A x 1/2 = 1/4

I 1/6 = 2/12
II 1/6 = 2/12
III 1/4 = 3/12

Maka dapat disimpulkan bahwa cara III yang lebih besar dan yang akan
dipakai

Jadi :
a. ZaujuN = 2/4 x 80.000 = 40.000
b. Jaddun = 1/4 x 80.000 = 20.000
c. Akhun Syaqiq = 1/4 x 80.000 = 20.000

AL-JADDU MA’AL IKHWATI MENERIMA WARISAN TIDAK BERSAMA


AHLI WARIS LAIN

Cara penyelesaian adalah dengan memberikan terdahulu bagiannya Jaddun yang


terbesar dari 2 cara yaitu :

1. 1/3 harta

2. Muqosamah

Beberapa ketentuan dalam BAB ini :

1. Dengan cara Muqosamah lebih utama yaitu:

a. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 1 orang maka hasilnya adalah 2/3

b. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 2 orang maka hasilnya adalah 1/2

c. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 3 orang maka hasilnya adalah 2/5

d. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 1 orang maka hasilnya adalah 1/2

29
Faroid – Amali 2

e. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 1 orang dan Ukhtun Syaqiqoh 1 orang maka
hasilnya adalah 2/5

2. Dengan cara Muqosamah dan 1/3 harta hasilnya sama saja yaitu

a. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 2 orang

b. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 4 orang

c. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 1 orang dan Ukhtun Syaqiqoh 2


orang

3. Dengan cara 1/3 harta bagian lebih utama yaitu selain 8 keadaan diatas.

Contoh :
Harta : 135.000
a. Jaddun = 1/3 x 135.000 = 45.000
b. Ukhtun Syaqiqoh 5 orang = 2/3 x 135.000 = 90.000 : 5 = 18000

30
Faroid – Amali 2

BAB VII
DZAWIL ARHAM
A. TA’RIF (Definisi)
Yang dimaksud dzawil arham adalah setiap orang yang memiliki hubungan kekerabatan
dengan mayit yang bukan termasuk dzawil furudh dan dzawil ashobah. Contoh :

 Kholun (Saudara Laki-Laki Ibu)


 Kholatun (Saudara Perempuan Ibu)
 Ammatun (Saudara Perempuan Sebapak)
 Ibnu Bintin (Cucu Laki-Laki Dari Anak Perempuam)
 Ibnu Ukhtin (Anak Laki-Lakinya Saudara Perempuan)

B. PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA MENGENAI HUKUM DZAWIL ARHAM


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya dzawil arham. Terbagi menjadi dua
kelompok pendapat yaitu :
1. golongan yang berpendapat bahwa dzawil arham tidak mendapat bagian warisan.
Menurut pendapat ini jika mayit tidak meninggalkan seorang ahli warispun baik berupa
dzawil furudh maupun dzawil ashobah, maka tirkahnya diserahkan kepada baitul mal
untuk kemaslahatan umum kaum muslimin. pendapat ini adalah pendapatnya Imam
Syafi’i dan Imam Maliki yang menukil pendapat sebagian sahabat seperti Sayyidina Zaid
bin Tsabit dan Sayyidina Ibnu Abbas R.A. alasannya adalah :
1) tidak terdapat satupun ayat maupun hadits yang menyebutkan secara jelas bahwa
dzawil arham mendapat bagian warisan sedangkan menentukan bagian warisan untuk
seorang ahli waris mestilah melalui nas yang jelas.
2) Terdapat sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Baginda Nabi ditanya mengenai
berapakah bagian warisan untuk ammah dan kholah kemudian Baginda Nabi
menjawab: bahwa tidak ada bagian untuk keduanya. Jika ammah dan kholah yang
merupakan kerabat yang sangat dekat kepada simayit saja tidak dapat warisan apalagi
dengan dzawil arham yang lain.
3) Diserahkannya tirkah kepada baitul mal yakni setelah dijumpai adanya dzawil furudh
dan dzawil ashobah akan memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi kaum
muslimin secara umum dibanding jika hanya diberikan kepada dzawil arham. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqih (mendahulukan kemaslahatan umum dari pada
kemaslahatan khusus).
2. Golongan ulama yang berpendapat bahwa dzawil arham mendapat bagian dari tirkah
setelah tidak dijumpai dzawil furudh dan dzawil ashobah. Ini adalah pendapanya Imam
Hanafi dan Imam Hambali yang menukil dari pendapat sebagian sahabat seperti
Sayyidina ali, Sayyidina Umar, Ibnu Mas’ud dan pendapat para seniornya para sahabat.
Pendapat inilah yang dipakai oleh mahkamah dinegara islam yang kemudian diikuti oleh
para muridnya Hanafi dan Maliki. Alasannya adalah
1) Terdapat ayat yang berbunyi (Q.S. Al-Anfal ayat 75) yang artinya :
“Orang-orang yang mempunyai kerabat sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya (daripada yang buka kerabat) menurut kitab Allah “.

Dan (Q.S. Al-Ahzab ayat 6) yang artinya :


“Orang-orang yang menpunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris
mewarisi) didalam kitab allah”.
Keterangan :
Pada ayat diatas telah disebutkan bahwa orang yang memiliki hubungan kerabat itu
lebih berhak terhadap tirkah daripada orang lain yang tidak punya hubungan
kekerabatan. Sedang dzawil arham adalah orang yang masih punya hubungan

31
Faroid – Amali 2

kekerabatan dengan mayit. Maka tentu dzawil arham lebih berhak terhadap tirkah dari
pada baitul mal karena masuk dalam pengertian umum ayat di atas.
2) Berdasarkan (Q.S. An-Nisa’ ayat 7) yang artinya :
“Bagian laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tuanya dan
kerabatnya dan bagian perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah di
tetapkan”.
Keterangan :
Ayat diatas secara umum menerang bahwa setiap kerabat telah ditentukan bagian
tirkahnya sedangkan dzawil arham masih termasuk kerabat.
3) Diriwatkan bahwa ketika Tsabit bin Dahdah meninggal maka Khois bin Shim
menjelaskan kepada Nabi bahwa Tsabit tidak menpunyai ahli waris selain Ibnu
Ukhtin (anak laki-laki saudara perempuan) yang bernama Abu Rubanah bin Abdul
Munzir. Maka Baginda Nabi menetapkan bagian tirkah untuk Abu Rubanah.
4) Diriwatkan bahwa Sahl bin Hunaif mati syahid terpanah dia tidak memiliki ahli waris
kecuali Kholun (saudara laki-laki ibu) lalu Ubaidah melaporkan keadaan tersebut
kepada amirul mukminin Umar bin Khattab. Maka Sayyidina Umar mejawab dengan
hadits Nabi yang artinya “kholun (saudara laki-laki ibu) adalah bagi ahli waris bagi
orang yang tidak menpunyai ahli waris”.
5) Kaum muslimin secara umum menerima bagian dari baitul mal hanya karna memiliki
hubungan islam hanya si mayit sedang dzawil arham memiliki dua hubungan dengan
si mayit yaitu hubungan islam dan kekerabatan. Jadi kedudukan dzawil arham lebih
kuat dari kaum muslimin yang lain.

Cara pembagian dzawil arham:


Cara mahzab ahlut tahzil (mendapatkan bagian ahli waris seperti orang tuannya, jadi
dianggap orangtuanya)
Contoh :
Kholun = Ibu (Ummun) = 1/6
Kholatun = Ibu (Ummun) = 1/6
Ammah = Bapak (Abun) = 1/6 + sisa
Ibnu bintin = Bintun = 1/2
Bintu bintin = Bintun = 1/2
Bintu akhun syaqiq = Akhun syaqiq =A

32
Faroid – Amali 2

BAB VIII
PEWARISAN KHUNSA

Khunsa adalah orang yang memiliki alat kelamin laki-laki dan alat kelamin wanita atau
orang yang tidak memiliki alat kelamin sama sekali. Untuk menentukan siapakah Khuntsa itu
laki-laki kah atau wanita para ulama memberikan petunjuk dengan cara melihat darimana tempat
keluar kencingnya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ibnu Abbas bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditanya mengenai hal ini beliau menjawab dari
tempat keluar kencingnya.
Kalau kedua alat kelamin itu dapat mengeluarkan air kencing maka ditunggu sampai balig. Kalau
dia ikhtilam (mimpi basah, tumbuh jenggotnya / punya rasa condong kepada wanita maka dia
dianggap laki-laki. Sedangkan jika dia haid, keluar bentuk payudaranya / hamil maka dia
dianggap wanita.
Penyelesaian masalah pewarisan khunsa
1. Khunsa dianggap laki-laki
2. Khunsa dianggap Perempuan
3. Dicari jami’ahnya (bilangan yang bisa dibagi oleh kedua penyebut cara satu dan cara
dua)
4. Diambil yang terkecil dari hasil jami’ah tersebut
5. Kalau yang terkecil adalah hasil dari cara pertama maka furudh selain khunsa diambil
dari bilangan cara kedua.
 Kalau yang terkecil adalah hasil dari cara kedua maka furudh yang selain khunsa
diambil dari bilangan cara pertama
 Sisa harta selepas dibagikan kepada seluruh ahli waris dengan cara diatas
ditawakufkan (disimpan)
6. Harta yang ditawakufkan dibagikan kepada khunsa dan ahli waris lain jika yang khunsa
tadi sudah jelas keadaannya (mati, laki-laki/ perempuan).
 Kalau dia jelas mati, maka harta yang ditawakufkan itu dibagi langsung kepada
ahli waris yang lain menurut furudhnya masing-masing.
 Kalau dia jelas laki-laki maka harta yang ditawakufkan itu dibagi menurut cara
pertama
 Kalau dia jelas wanita maka harta yang ditawakufkan itu dibagi menurut cara
kedua.
Contoh: Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris Ibnun, Bintun,
Waladun Khunsa dengan sisa harta tirkahnya 20.000
Jawab.
1. Dianggap Laki-laki
a. Ibnun = 2 = 2/5
b. Bintun = 1 = 1/5
c. Waladun khunsa = 2 = 2/5
5
2. Dianggap Wanita
a. Ibnun = 2 = 2/4
b. Bintun = 1 = 1/4
c. Waladun khunsa = 1 = 1/4
4
3. Dicari Jamiah’nya (dibagi bilangan yang bisa dibagi oleh penyebut cara satu dan
cara dua)
Cara 1. = 2/5 = 8/20
Cara 2. = 1/4 = 5/20
4. Yang terkecil = 1/4 yaitu cara 2

33
Faroid – Amali 2

5. Cara Kelima
a. Ibnun = 2/5 = 8/20 x 20.000 = 8.000
b. Bintun = 1/5 = 4/20 x 20.000 = 4.000
c. Waladun khunsa = 1/4 = 5/20 x 20.000 = 5.000
Sisa tirkah yang ditawakufkan = 20.000 – 17.000 = 3.000
6. Cara keenam
 Khunsa dianggap mati
Ibnun = 2/3 x 3.000 = 2.000
Bintun = 1/3 x 3.000 = 1.000
 Khunsa dianggap wanita
Ibnun = 2/4 x 3.000 = 1.500
Bintun = 1/4 x 3.000 = 750
Khunsa = 1/4x 3.000 = 750
 Khunsa dianggap Laki-laki
Ibnun = 2/5 x 3.000 = 1.200
Bintun = 1/5 x 3.000 = 600
Khunsa = 2/5 x 3.000 = 1.200

34
Faroid – Amali 2

BAB IX
PEWARISAN JANIN

Janin dalam bahasa arab disebut dengan Hamlun / Haml. Haml adalah bayi yang ada
dalam kandungan ibu. Dulu didalam pembahasan syarat-syarat pewarisan telah disebutkan
bahwa diantara syarat pewarisan adalah ketika yang mewariskan mati maka yang mendapatkan
warisan harus benar-benar hidup. Sedangkan janin belum bisa dinyatakan hidup karena bisa jadi
dia hidup atau bisa jadi pula dia mati didalam kandungan ibunya. Belum jelas apakah dia laki-
laki atau perempuan, tunggal atau berbilang sehingga belum bisa ditentukan bagian warisannya.

Syarat-syarat pewarisan janin


1. Diyakini adanya janin di perut ibunya diwaktu wafatnya mawaris (orang yang
mewariskan harta)
2. Dilahirkan dalam keaadaan hidup dengan cara melihat tangisannya, bersinnya, atau
meneteknya dia kepada ibunya atau bisa juga dilihat dari adanya gerakan yang panjang
yang menunjukan adanya kehidupan. Kalau tidak demikian maka tidak ada bagian
warisannya dengan dasar sabda Baginda Rasullullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang
artinya “Jika seorang bayi (yang baru saja lahir) menangis keras (mengangkat suaranya)
lalu mati maka wajib di sholati dan berhak mendapatkan warisan”.

Beberapa keadaan janin dalam menerima warisan


1. Dalam semua keadaannya dia tidak dapat warisan baik diperkirakan laki-laki maupun
perempuan.

Contohnya :
Seseorang mati meninggalkan istri, ayah, ibu yang sedang hamil dari ayah lain. Jika
sijanin lahir pasti akan menjadi saudara seibu sedangkan saudara seibu jika bertemu atau
bersama ayah mahjub (terhalang)
Cara penyelesainnya
a. Zaujah = 1/4 = 3/12
b. Abun = A = 5/12
c. Ummun hamil = 1/3 = 4/12
d. Janin / Akhun Li um =M

2. Mendapatkan warisan dari salah satu sisi dua perkiraan laki-laki atau perempuan
Harta warisan pertama kali diberikan kepada ahli waris yang lain dengan mengganggap
sijanin hidup dan bagian sijanin ditawakufkan atau disimpan jika sijanin lahir dalam
keadaan hidup maka yang ditawakufkan tadi diberikan kepadanya. Tetapi kalau tidak
maka yang ditawakufkan itu dibagi lagi pada ahli waris yang lain.

Contoh :
Seseorang mati meninggalakan istri, paman dari ayah dan istrinya saudara laki-laki
sekandung yang sedang hamil. Kalau sijanin lahir maka pasti menjadi Ibnu akhun syaqiq
(Asobah binafsi) atau Binti akh8un syaqiq (Dzawil arham).
Cara penyelesaiannya Ibnu akhin syaqiq Bintu akhun syaqiq
a. Zaujah = 1/4 1/4
b. Ammun syaqiq =M A=3/4 (ditawakufkan)
c. Zaujah akhin syaqiq hamil =X X
d. Janin = A = 3/4 (ditawakufkan) X (Dzawil arham)

3. Dalam semua keadaan warisan. Baik diperkirakan laki-laki maupun perempuan pertama-
tama dibuat dua cara pembagian yakni diibartkan laki-laki dan diibaratkan perempuan.
Lalu yang ditawakufkan adalah yang paling besar dari dua cara tersebut. Sedangkan ahli
yang lain terlebih dahulu diberikan bagian yang terkecil.

35
Faroid – Amali 2

Contoh: seseorang mati meninggalkan istri yang sedang hamil, ayah, dan ibu
Cara penyelesaian :
Diperkirakan laki-laki / Ibnun Diperkirakan wanita / Bintun
a. Zaujah hamil = 1/8 = 3/24 a. 1/8 =3/24
b. Abun = 1/6 = 4/24 b. 1/6 + sisa = 4/24 + 1/24
c. Ummun = 1/6 = 4/24 c. 1/6 = 4/24
d. Janin = A = 13/24 (ditawakufkan) d. 1/2 = 12/24
Kenapa yang ditawakufkan hanya bagian laki-laki?, karena kalau lahir wanita maka si
bayi mengambil bagian 12/24, sisanya diberikan kepada abun karena abun mendapat
1/6+sisa.

4. Warisannya tidak berubah baik diperkirakan laki-laki maupun perempuan maka


bagiannya yang ditawakufkan dan ahli waris yang lain diberi bagian masing-masing
secara sempurna.

Contoh: seseorang mati meninggalkan saudara perempuan sekandung, saudara


perempuan sebapak dan ibu yang sedang hamil dari bapak yang lain.
cara penyelesaiannya
Diperkirakan laki-laki / Ibnun Diperkirakan wanita/ Bintun
a. Ukhtun syaqiqoh = 1/2 a. 1/2
b. Ukhtun li ab = 1/6 b. 1/6
c. Ummun = 1/6 c. 1/6
d. Janin = 1/6 d. 1/6
5. Tidak ada ahli waris lain bersamanya atau ada tapi dimahjubkan oleh dia. Jika demikian
maka tirkah ditawakufkan semua sampai lahirnya sijanin kalau dia hidup, maka dia
mengambil tirkahnya. Dan jika dia mati maka tirkah diberikan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya.

Contoh:
A. Diperkirakan laki-laki/ Ibnun Diperkirakan wanita/ Bintun
a. Akhun li um =M a. M
b. Zaujah ibnihi hamil = X b. X
c. Janin = A c. 1/2 + ROD

B. Diperkirakan laki-laki/ Ibnun Diperkirakan wanita / Bintun


a. Akhun syaqiq =M a. A = 3/8
b. Zaujah hamil = 1/8 b. 1/8 = 1/8
c. Janin = A c. 1/2 = 4/8

36
Faroid – Amali 2

BAB X
PEWARISAN ORANG YANG HILANG
(MAFQUD)

Mafqud adalah orang yang hilang yang tidak diketahui kabarnya, tidak diketahui apakah
dia masih hidup atau sudah mati. Hukum mafqud adalah istrinya tidak boleh dinikahi, hartanya
tidak boleh diwarisi dan tidak boleh dibelanjakan sampai diketahui jelas keadaannya apakah dia
itu masih hidup ataukah sudah mati atau sudah lewatnya masa pada umumnya dia sudah
dianggap mati dan hakim sudah memutuskan dia mati.
Masa atau waktu yang dapat menghukumi matinya mafqud.
1. Pendapat Imam Hanafi
Yaitu, masa matinya teman-temannya (umur 90 tahun dari kelahirannya)
2. Pendapat Imam Maliki
Masanya adalah umur 70 tahun dengan dasar hadits masyhur yang artinya umurnya umatku
berkisar antara 60 tahun sampai 70 tahun. Adapun istrinya halal menikah lagi apabila sudah
melapor kepada hakim, lalu berusaha mencari ditempat-tempat yang disangka
keberadaannya kalu gagal maka diberi tempo 4 tahun dan menyelesaikan iddahnya barulah
ia boleh menikah lagi bersama orang lain.
3. Pendapat Imam Syafi’i
Masanya adalah umur 90 tahun atau masa matinya teman-teman dia. Adapun pendapat yang
soheh menurutnya ialah tidak ada masa tertentu tetapi mengikuti ijtihad dan keputusan
hakim tentang masalah dia.
4. Pendapat Imam Hambali
a. Kalau dia hilang ditempat yang secara umum dan mati didalamnya seperti
diberkecamuknya perang, dirombongan pelayar yang tenggelam, dan lain sebagainya
maka ditungggu 4 tahun setelah itu barulah hartanya boleh diwarisi dan jika istrinya
sudah selesai iddah wafat maka boleh menikah lagi.
b. Kalau hilang ditempat yang umumnya dia masih bisa selamat, seperti hilang pada waktu
berdagang, berenang, atau mencari ilmu maka:
1. Ditunggu selama 90 tahun dari waktu kelahirannya
2. Diserahkan kepada ijtihad dan keputusan hakim mungkin inilah pendapat yang
unggul karena didukung oleh imam zailai dan banyak didukung ulama lainnya.

Cara penyelesaian Masalah Pewarisan Mafqud


Dalam penyelesaian masalah pewarisan mafqud perlu dilihat 2 keadaan mafqud yaitu:
1. Mafqud memahjubkan orang yang bersamanya
Contoh:
Diibaratkan hidup Diibaratkan mati
a. Akhun syaqiq =M a. A
b. Ukhtun syaqiq =M b. AB
c. Ibnun mafqud =A c. X
Dengan demikian maka tirkahnya ditawakufkan sampai jelas keadaannya mafqud.

2. Mafqud tidak memahjubkan, tetapi bersekutu dengan ahli waris lain


Contoh:
Diibaratkan hidup Diibaratkan mati
a. Zaujah = 1/4 = 3/12 a. 1/4 = 3/12
b. Ummun = 1/6 = 2/12 b. 1/3 =4/12
c. Akhun li ab =M c. A = 5/12
d. Akhun syaqiq mafqud = A = 7/12 c. X
Dengan demikian orang yang mendapatkan warisan dengan tanpa iktilaf (tanpa adanya
perbedaan hasil bagian dari dua perkiraan hidup atau mati) diberi bagian sempurna seperti
zaujah yaitu 1/4 dan orang yang mendapatkan warisan dengan iktilaf diberikan bagian
terkecil seperti ummun yaitu 1/6. Adapun orang yang tidak dapat warisan (bagiannya

37
Faroid – Amali 2

adalah mahjub) dari dua perkiraan tidak diberi apa-apa dan harta yang ditawakufkan adalah
7/12 dan harta langsung diberikan kepada mafqud jika jelas ditemukan hidup dan jika
ternyata mafqud ditemukan atau diputuskan mati maka harta yang ditawakufkan itu
diberikan kepada ahli waris lain yang terjadi ikhtilaf (ummun = 2/12, akhun li ab = 5/12).

BAB XI

PEWARISAN ORANG KECELAKAAN

Sering kita mendengar kabar berita kecelakaan seperti tenggelam, keruntuhan bangunan, gempa
bumi dan lain sebagainya. Jika kecelakaan itu hanya satu orang maka perkara pewarisannya
jelas, tetapi jika yang kecelakaan itu dua orang kerabat atau lebih dan semuanya mati maka:
1. Kalau bisa diketahui siapa yang lebih dulu mati maka orang yang kedua mendapat warisan
dari simayit yang duluan mati
2. Kalau tidak bisa dipastikan siapa yang dulu mati maka keduanya tidak bisa saling mewarisi
lalu harta tirkah keduanya dibagikan kepada ahli warisnya masing-masing.

38

Anda mungkin juga menyukai