MATERI FAROID
A. SEBAB TURUNNYA AYAT MAWARIS
Disebutkan dalam shahih bukhari muslim bahwa istrinya Saad Bin Robi’ telah datang
kepada Rasulullah SAW, bersama kedua putrinya ia berkata “Ya Rasulullah, ini adalah dua
putrinya Saad Bin Robi, ayah mereka telah syahid di perang Uhud. Kemudian datanglah
paman mereka mengambil seluruh harta peninggalan ayah mereka, tanpa menyisakannya
sedikitpun sedangkan biasanya wanita itu sulit dinikahi bila tanpa harta. Maka turunlah
surat An-Nisa’ Ayat 11-12, kemudian Rasulullah SAW, memerintahkan agar kedua
anaknya diberi 2/3 harta, 1/8 untuk istri Saad dan sisanya untuk saudara laki-laki
(pamannya kedua anaknya Saad).”
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir RA, bahwa Abdurrahman Bin Tsabit meninggal dunia
(saudara laki-lakinya Hasan Ibnu Tsabit), ahli warisnya adalah istrinya yang bernama
Ummu Kahah dan beberapa saudaranya Abdurahman Bin Tsabit, maka saudaranya
Abdurahman Bin Tsabit mengambil seluruh harta tanpa menyisakannya sedikitpun untuk
Ummu Kahah. Maka Ummu Kahah mengadukannya hal ini kepada Rasulullah SAW
sehingga turunlah ayat Mawaris.
1
Faroid – Amali 2
2
Faroid – Amali 2
BAB I
WARISAN
3
Faroid – Amali 2
4
Faroid – Amali 2
5
Faroid – Amali 2
BAB II
FURUDH DAN DZAWIL FURUDH
6
Faroid – Amali 2
d. Menerima 1/6 bila bersama Bintun Wahidah (Anak Perempuan Tunggal) dan mayit tidak
meninggalkan Ibnun (Anak Laki-Laki) maupun Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak
Laki-Laki).
e. Mahjub, bila bersama Bintun (Anak Perempuan) berbilang. Hal ini jika tidak terdapat Ibnu
Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) yang dapat mengashobahkannya.
f. Ashobah Bil Ghoir bila bersama Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) dengan
ketentuan “Bagian laki-laki dua kali lipat dari bagian perempuan”.
3. ZAUJUN (SUAMI)
Dengan ketentuan:
a. Menerima 1/2 bila tidak bersama Ibnun (Anak Laki–Laki) atau Bintun (Anak Perempuan)
atau Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin (Cucu Perempuan
dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang.
b. Menerima 1/4 bila bersama dengan Ibnun (Anak Laki-Laki) atau Bintun (Anak
Perempuan) atau Ibnu Ibnin (Cucu Laki-Laki dari Anak Laki-Laki) atau Bintu Ibnin
(Cucu Perempuan dari Anak Laki-Laki) baik tunggal maupun berbilang.
c. Zaujun (Suami) tidak dapat di mahjubkan oleh siapapun dan juga tidak menjadikan
mahjub siapapun.
7
Faroid – Amali 2
8
Faroid – Amali 2
Ibnun, Ibnu Ibnin, Abun, Abu Abin, Akhun Syaqiq, Ukhtun Syaqiqoh (baik tunggal
maupun berbilang)
e. Mendapat 1/6 jika bersama Ukhtun Syaqiqoh tunggal dan tidak bersama Anak serta Orang
Tua
f. Mahjub jika bersama:
1. Ibnun
2. Ibnu Ibnin
3. Abun
4. Akhun Syaqiq
5. Ukhtun Syaqiqoh Berbilang
g. Ashobah Bil Ghoir jika bersama Akhun Li’ab walaupun waktu itu ada Ukhtun Syaqiqoh
berbilang
h. Ukhtun Li’ab Mahjub ketika bersama Ukhtun Syaqiqoh yang mendapat Ashobah Ma’al
Ghoir dengan Bintun atau Bintu Ibnin
i. Ashobah Bil Ghoir jika bersama Abu Abin, atau Jaddun Shahih. Hal ini akan dibahas
sendiri pada BAB Al-Jaddu Ma’al Ikhwati
j. Ukhtun Li’ab tidak dapat memahjubkan ahli waris lain, akan tetapi jika ia menerima
Ashobah Ma’al Ghoir bersama Bintun atau Bintu Ibnin maka ahli waris yang mahjub
adalah :
1. Ibnu Akhin Syaqiq
2. Ibnu Akhin Li ab
3. Ammun Syaqiq
4. Ammun Li ab
5. Ibnu Ammun Syaqiq
6. Ibnu Ammun Li ab
6. ZAUJAH (ISTRI)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/4 jika tidak bersama Anak
b. Mendapat 1/8 jika bersama Anak
c. Jika suami yang mati meninggalkan istri lebih dari satu orang maka pembagian 1/4 atau
1/8 tersebut dibagi sama rata
d. Zaujah tidak dapat memahjubkan atau dimahjubkan oleh orang lain
9
Faroid – Amali 2
7. UMMUN (IBU)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/3 jika tidak bersama Anak dan Ikhwah.
Yang dimaksud dengan Ikhwah pada BAB ini adalah Saudara berbilang baik Laki-Laki
maupun Perempuan, baik Sekandung, Sebapak, atau Seibu
b. Mendapat 1/6 jika bersama Anak dan Ikhwah
c. Masalah Ghorowain atau Umariyatain yakni jika ahli waris terdiri dari:
1. Zaujun/Zaujah (salah satunya)
2. Ummun
3. Abun
MASALAH GHOROWAIN
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3 = 2/6
c. Abun =A = 1/6
Maka terjadi kejanggalan yang bagian ummun lebih banyak dari pada bagian abun,
maka penyelesaiannya ialah
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3xsisa zaujun= 1/3 x 1/2 = 1/6
c. Abun =A = 2/6
10
Faroid – Amali 2
9. ABUN (AYAH)
Dengan ketentuan:
a. Mendapat 1/6 jika bersama Ibnun atau Ibnu Ibnin
b. Mendapat 1/6 + Sisa jika bersama Bintun atau Bintu Ibnin dan tidak bersama Ibnu atau
Ibnu Ibnin
c. Ashobah Bin Nafsi jika tidak bersama Anak
d. Masalah Ghorowain atau Umariyatain yakni jika ahli waris terdiri dari :
1. Zaujun atau Zaujah (salah satunya)
2. Abun
3. Ummun
e. Abun termasuk orang yang mendapat warisan dalam segala keadaan (yang tidak ada orang
yang dapat memahjubkannya)
f. Jika abun menerima warisan maka seluruh ahli waris mahjub kecuali :
11
Faroid – Amali 2
12
Faroid – Amali 2
BAB III
ASHOBAH DAN DZAWIL ASHOBAH
C. MACAM-MACAM ASHOBAH
Dalam Ilmu Faroid ashobah terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Ashobah Binnafsi
Ashobah Binnafsi adalah Laki-laki yang mengambil sisa harta bukan sebab bersama
orang lain. Yang termasuk Ashobah Binnafsi adalah:
a. Ibnun i. Ammun Syaqiq
b. Ibnu Ibnin j. Ammun Li ab
c. Abun k. Ibnu Ammin Syaqiq
d. Abu Abin l. Ibnu Ammin Li ab
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ibnu Akhin Syaqiq
h. Ibnu Akhin Li ab
13
Faroid – Amali 2
14
Faroid – Amali 2
Berikut ini adalah tabel/ jadwal ahli waris yang mahjub sebab ahli waris lain
15
Faroid – Amali 2
d. Bintu Ibnin
e. Abun
f. Abu Abin
11. Ukhtun Li um Enam a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Bintun
d. Bintu Ibnin
e. Abun
f. Abu Abin
12. Ibnu Akhin Syaqiq Delapan a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Abun
d. Abu Abin
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ukhtun Syaqiqoh Jika keduanya mendapat Ashobah
h. Ukhtun Li ab Ma’al Ghoiri bersama Bintun atau
Bintu Ibnin
13. Ibnu Akhin Li ab Sembilan a. Ibnun
b. Ibnu Ibnin
c. Abun
d. Abu Abin
e. Akhun Syaqiq
f. Akhun Li ab
g. Ukhtun Syaqiqoh
h. Akhun Li ab
i. Ibnu Akhin
Syaqiq
14. Ammun Syaqiq Sepuluh Yang menghalangi Ammun Syaqiq
ialah orang-orang yang menghalangi
Ibnu Akhin Li ab dan Ibnu Akhin Li
ab itu sendiri
15. Ammun Li ab Sebelas Yang menghalangi Ammun Li ab
ialah orang-orang yang menghalangi
Ammun Syaqiq dan Ammun Syaqiq
16
Faroid – Amali 2
itu sendiri
16. Ibnu Ammin Dua Belas Yang menghalangi Ibnu Ammun
Syaqiq Syaqiq ialah orang-orang yang
menghalangi Ammun Li ab dan
Ammun Li ab itu sendiri
17. Ibnu Ammin Li ab Tiga Belas Yang menghalangi Ibnu Ammin Li
ab ialah orang-orang yang
menghalangi Ibnu Ammin Syaqiq
dan Ibnu Ammin Syaqiq itu sendiri
17
Faroid – Amali 2
18
Faroid – Amali 2
19
Faroid – Amali 2
BAB VI
AL-AULU, AR-RODDU DAN AL-JADDU
MA’AL IKHWATI
A. Al-Aulu (AUL)
AUL adalah menaikkan (memperbesar) angka penyebut dalam penjumlahan. AUL terjadi
karena dalam penjumlahan angka pembilang lebih besar dari pada angka penyebut sehingga
penjumlahan tidak mungkin bisa dilakukan. Jika dalam penjumlahan angka pembilang lebih
besar dari pada angka penyebut, ini pertanda jumlah harta warisan tidak cukup dibagi pada
ahli waris. Untuk mencukupkan pembagian maka angka penyebut di naikkan (diperbesar).
Perhatikan angka-angka contoh dibawah ini :
Contoh :
1. Ahli Waris AUL
20
Faroid – Amali 2
MASALAH AKDARIYAH
Masalah akdariyah masih termasuk pembahasan AUL. Masalah ini terjadi dalam
pembagian warisan dimana Abu Abin menerima warisan bersama Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun
Li ab (Salah Satunya). Masalah muncul jika ahli waris terdiri dari :
a. Zaujun = 1/2 = 3/6
b. Ummun = 1/3 = 2/6
c. Ukhtun Syaqiqoh / Ukhtun Li Ab = M = M
d. Abu Abin = A = 1/6
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai berapakah bagian Abu Abin
1. Menurut sebagian ulama, kedudukan Abu Abin disamakan dengan Abun, maka jika
demikian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab menjadi Mahjub. Sedangkan Abu Abin
mendapat Ashobah, dalam pendapat ini tidak ada masalah (tidak perlu pembahasan).
2. Sedangkan menurut pendapat ulama lain, kedudukan Abu Abin disamakan dengan
Akhun Syaqiq atau Akhun Li ab, sehingga dalam masalah ini Ukhtun Syaqiqoh atau
Ukhtun Li ab mengambil Furudhnya 1/2 sedangkan Abu Abin mendapat 1/6
sebagaimana ketentuan asal Furudhnya.
21
Faroid – Amali 2
Contoh :
AUL
Dari pembagian diatas terlihat bahwa bagian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab lebih
banyak dari Abu Abin, sedangkan menurut pendapat ini kedudukan Abu Abin disamakan dengan
Akhun Syaqiq atau Akhun Li ab, semestinya bagian Abu Abin 2x lipat bagiannya Ukhtun
Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab. Oleh karena itu masalah ini diselesaikan dengan cara ;
1. Bagian Ukhtun Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab dan bagian Abu Abin dikumpulkan lalu
dijumlahkan.
2. Kemudian 2/3 diberikan kepada Abu Abin dan 1/3 bagian diberikan kepada Ukhtun
Syaqiqoh atau Ukhtun Li ab.
Inilah yang disebut dengan Akdariyah (Keruh/Berbelit-belit).
Contoh :
AUL
B. Ar-Roddu (ROD)
ROD adalah kebalikan dari AUL, dalam masalah AUL harta yang akan dibagi kepada
ahli waris kurang (tidak cukup), sedangkan masalah ROD harta yang akan dibagi berlebih
(masih ada sisa) sehingga perlu dibagikan kembali.
Jadi ROD adalah membagi kembali sisa harta warisan yang masih ada kepada ahli waris
yang ditentukan.
Ketentuan-ketentuan dalam ROD:
1. ROD tidak akan terjadi selama ada ahli waris yang menerima ashobah. Dalam hal ini
sisa harta waris diberikan kepada dzawil ashobah.
22
Faroid – Amali 2
23
Faroid – Amali 2
Contoh :
Tirkah : 150.000
Ahli waris :
a. Zaujun = 1/2 = 3/6 x 150.000 = 75.000
b. Ummun = 1/3 = 2/6 x 150.000 = 50.000
5/6 125.000
cara pertama : ROD = Ummun => 50.000 + 25.000 = 75.000
cara kedua : ROD = 6/6-5/6 = 1/6
Ummun = 2/6 + 1/6 = 3/6 x 150.000 = 75.000
5. Jika ahli waris adalah Zaujun atau Zaujah yang menerima warisan bersama Dzawil
Furudh yang banyak, yang derajatnya tidak sama maka dibagi dengan cara :
a. Diberikan lebih dahulu bagian Zaujun atau Zaujah
b. Kemudian sisa harta dibagi kepada Dzawil Furudh lainnya sesuai dengan
ketentuan ROD
Contoh :
1. Harta : 24.000
a. Zaujun : 1/4 x 24.000 = 6.000 ROD :24.000-6.000 =18.000
b. Bintun :
c. Ummun :
2. Harta : 24.000
a. Zaujah : 1/8 x 24.000 = 3.000 ROD : 24.000 – 3.000 = 21.000
b. Bintun :
c. Ummun :
24
Faroid – Amali 2
a. Berikan lebih dahulu bagian ahli waris selain Al-Jaddu Ma’al Ikhwati menurut
ketentuan yang berlaku.
b. Kemudian berikan kepada Jaddun bagian yang paling banyak dari tiga cara
berikut ini :
1. 1/6 harta warisan
2. 1/3 sisa harta setelah dibagikan kepada ahli waris lain
3. Muqosamah maksudnya ialah dibagi sama rata antara Jaddun dan Ikhwah /
Ikhwatun sesuai dengan JUZ’US SIHAM, masing-masing berpedoman
pada kaidah “Laki-laki 2 x lipat dari bagian Perempuan”.
Contoh JUZ’US SIHAM :
a. - Jaddun = 1 = 1/2
- Akhun Li ab = 1 = 1/2
2
b. - Jaddun = 1 = 1/4
- Akhun Li ab 3 orang = 3 = 3/4
4
c. - Jaddun = 2 = 2/4
- Ukhtun Li ab 2 orang = 2 = 2/4
4
25
Faroid – Amali 2
d. - Jaddun = 2 = 2/7
- Akhun Li ab 2 orang = 4 = 4/7
- Ukhtun li ab = 1 = 1/7
7
c. Jika selepas dihitung dengan 3 cara di atas , sisa harta adalah 1/6 atau kurang
dari 1/6 maka Jaddun harus diberi bagian 1/6 sedangkan Al-Ikhwah di
mahjubkan
d. Status Akhun Li ab atau Ukhtun Li ab adalah sama dengan statusnya Akhun
Syaqiq atau Ukhtun Syaqiqoh
e. Jika terdapat Ukhtun Syaqiqoh tunggal dalam pewarisan Al-Jaddu Ma’al
Ikhwati, maka Ukhtun Syaqiqoh tetap mendapatkan 1/2.
26
Faroid – Amali 2
I 4/24 = 24/144
II 5/72 = 10/144
III 5/48 = 15/144
Maka dapat disimpulkan bahwa cara I yang lebih besar dan yang akan
dipakai
Jadi :
a. Zaujah = 3/24 x 48.000 = 6.000
b. Bintun 2 orang = 16/24 x 48.000 = 32.000
c. Jaddun = 4/24 x 48.000 = 8.000
d. Akhun Liab = 1/24 x 48.000 = 2.000
27
Faroid – Amali 2
I 1/6 = 6/36
II 5/18 = 10/36
III 5/36 = 5/36
Maka dapat disimpulkan bahwa cara II yang lebih besar dan yang akan
dipakai
Jadi :
a. Ummu Ummin = 3/18 x 126.000 = 21.000
b. Jaddun = 5/18 x 126.000 = 35.000
c. Akhun Syaqiq 5 orang = 10/18 x 126.000 = 70.000
28
Faroid – Amali 2
I 1/6 = 2/12
II 1/6 = 2/12
III 1/4 = 3/12
Maka dapat disimpulkan bahwa cara III yang lebih besar dan yang akan
dipakai
Jadi :
a. ZaujuN = 2/4 x 80.000 = 40.000
b. Jaddun = 1/4 x 80.000 = 20.000
c. Akhun Syaqiq = 1/4 x 80.000 = 20.000
1. 1/3 harta
2. Muqosamah
a. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 1 orang maka hasilnya adalah 2/3
b. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 2 orang maka hasilnya adalah 1/2
c. Jika Jaddun bersama Ukhtun Syaqiqoh 3 orang maka hasilnya adalah 2/5
d. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 1 orang maka hasilnya adalah 1/2
29
Faroid – Amali 2
e. Jika Jaddun bersama Akhun Syaqiq 1 orang dan Ukhtun Syaqiqoh 1 orang maka
hasilnya adalah 2/5
2. Dengan cara Muqosamah dan 1/3 harta hasilnya sama saja yaitu
3. Dengan cara 1/3 harta bagian lebih utama yaitu selain 8 keadaan diatas.
Contoh :
Harta : 135.000
a. Jaddun = 1/3 x 135.000 = 45.000
b. Ukhtun Syaqiqoh 5 orang = 2/3 x 135.000 = 90.000 : 5 = 18000
30
Faroid – Amali 2
BAB VII
DZAWIL ARHAM
A. TA’RIF (Definisi)
Yang dimaksud dzawil arham adalah setiap orang yang memiliki hubungan kekerabatan
dengan mayit yang bukan termasuk dzawil furudh dan dzawil ashobah. Contoh :
31
Faroid – Amali 2
kekerabatan dengan mayit. Maka tentu dzawil arham lebih berhak terhadap tirkah dari
pada baitul mal karena masuk dalam pengertian umum ayat di atas.
2) Berdasarkan (Q.S. An-Nisa’ ayat 7) yang artinya :
“Bagian laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tuanya dan
kerabatnya dan bagian perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah di
tetapkan”.
Keterangan :
Ayat diatas secara umum menerang bahwa setiap kerabat telah ditentukan bagian
tirkahnya sedangkan dzawil arham masih termasuk kerabat.
3) Diriwatkan bahwa ketika Tsabit bin Dahdah meninggal maka Khois bin Shim
menjelaskan kepada Nabi bahwa Tsabit tidak menpunyai ahli waris selain Ibnu
Ukhtin (anak laki-laki saudara perempuan) yang bernama Abu Rubanah bin Abdul
Munzir. Maka Baginda Nabi menetapkan bagian tirkah untuk Abu Rubanah.
4) Diriwatkan bahwa Sahl bin Hunaif mati syahid terpanah dia tidak memiliki ahli waris
kecuali Kholun (saudara laki-laki ibu) lalu Ubaidah melaporkan keadaan tersebut
kepada amirul mukminin Umar bin Khattab. Maka Sayyidina Umar mejawab dengan
hadits Nabi yang artinya “kholun (saudara laki-laki ibu) adalah bagi ahli waris bagi
orang yang tidak menpunyai ahli waris”.
5) Kaum muslimin secara umum menerima bagian dari baitul mal hanya karna memiliki
hubungan islam hanya si mayit sedang dzawil arham memiliki dua hubungan dengan
si mayit yaitu hubungan islam dan kekerabatan. Jadi kedudukan dzawil arham lebih
kuat dari kaum muslimin yang lain.
32
Faroid – Amali 2
BAB VIII
PEWARISAN KHUNSA
Khunsa adalah orang yang memiliki alat kelamin laki-laki dan alat kelamin wanita atau
orang yang tidak memiliki alat kelamin sama sekali. Untuk menentukan siapakah Khuntsa itu
laki-laki kah atau wanita para ulama memberikan petunjuk dengan cara melihat darimana tempat
keluar kencingnya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ibnu Abbas bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditanya mengenai hal ini beliau menjawab dari
tempat keluar kencingnya.
Kalau kedua alat kelamin itu dapat mengeluarkan air kencing maka ditunggu sampai balig. Kalau
dia ikhtilam (mimpi basah, tumbuh jenggotnya / punya rasa condong kepada wanita maka dia
dianggap laki-laki. Sedangkan jika dia haid, keluar bentuk payudaranya / hamil maka dia
dianggap wanita.
Penyelesaian masalah pewarisan khunsa
1. Khunsa dianggap laki-laki
2. Khunsa dianggap Perempuan
3. Dicari jami’ahnya (bilangan yang bisa dibagi oleh kedua penyebut cara satu dan cara
dua)
4. Diambil yang terkecil dari hasil jami’ah tersebut
5. Kalau yang terkecil adalah hasil dari cara pertama maka furudh selain khunsa diambil
dari bilangan cara kedua.
Kalau yang terkecil adalah hasil dari cara kedua maka furudh yang selain khunsa
diambil dari bilangan cara pertama
Sisa harta selepas dibagikan kepada seluruh ahli waris dengan cara diatas
ditawakufkan (disimpan)
6. Harta yang ditawakufkan dibagikan kepada khunsa dan ahli waris lain jika yang khunsa
tadi sudah jelas keadaannya (mati, laki-laki/ perempuan).
Kalau dia jelas mati, maka harta yang ditawakufkan itu dibagi langsung kepada
ahli waris yang lain menurut furudhnya masing-masing.
Kalau dia jelas laki-laki maka harta yang ditawakufkan itu dibagi menurut cara
pertama
Kalau dia jelas wanita maka harta yang ditawakufkan itu dibagi menurut cara
kedua.
Contoh: Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris Ibnun, Bintun,
Waladun Khunsa dengan sisa harta tirkahnya 20.000
Jawab.
1. Dianggap Laki-laki
a. Ibnun = 2 = 2/5
b. Bintun = 1 = 1/5
c. Waladun khunsa = 2 = 2/5
5
2. Dianggap Wanita
a. Ibnun = 2 = 2/4
b. Bintun = 1 = 1/4
c. Waladun khunsa = 1 = 1/4
4
3. Dicari Jamiah’nya (dibagi bilangan yang bisa dibagi oleh penyebut cara satu dan
cara dua)
Cara 1. = 2/5 = 8/20
Cara 2. = 1/4 = 5/20
4. Yang terkecil = 1/4 yaitu cara 2
33
Faroid – Amali 2
5. Cara Kelima
a. Ibnun = 2/5 = 8/20 x 20.000 = 8.000
b. Bintun = 1/5 = 4/20 x 20.000 = 4.000
c. Waladun khunsa = 1/4 = 5/20 x 20.000 = 5.000
Sisa tirkah yang ditawakufkan = 20.000 – 17.000 = 3.000
6. Cara keenam
Khunsa dianggap mati
Ibnun = 2/3 x 3.000 = 2.000
Bintun = 1/3 x 3.000 = 1.000
Khunsa dianggap wanita
Ibnun = 2/4 x 3.000 = 1.500
Bintun = 1/4 x 3.000 = 750
Khunsa = 1/4x 3.000 = 750
Khunsa dianggap Laki-laki
Ibnun = 2/5 x 3.000 = 1.200
Bintun = 1/5 x 3.000 = 600
Khunsa = 2/5 x 3.000 = 1.200
34
Faroid – Amali 2
BAB IX
PEWARISAN JANIN
Janin dalam bahasa arab disebut dengan Hamlun / Haml. Haml adalah bayi yang ada
dalam kandungan ibu. Dulu didalam pembahasan syarat-syarat pewarisan telah disebutkan
bahwa diantara syarat pewarisan adalah ketika yang mewariskan mati maka yang mendapatkan
warisan harus benar-benar hidup. Sedangkan janin belum bisa dinyatakan hidup karena bisa jadi
dia hidup atau bisa jadi pula dia mati didalam kandungan ibunya. Belum jelas apakah dia laki-
laki atau perempuan, tunggal atau berbilang sehingga belum bisa ditentukan bagian warisannya.
Contohnya :
Seseorang mati meninggalkan istri, ayah, ibu yang sedang hamil dari ayah lain. Jika
sijanin lahir pasti akan menjadi saudara seibu sedangkan saudara seibu jika bertemu atau
bersama ayah mahjub (terhalang)
Cara penyelesainnya
a. Zaujah = 1/4 = 3/12
b. Abun = A = 5/12
c. Ummun hamil = 1/3 = 4/12
d. Janin / Akhun Li um =M
2. Mendapatkan warisan dari salah satu sisi dua perkiraan laki-laki atau perempuan
Harta warisan pertama kali diberikan kepada ahli waris yang lain dengan mengganggap
sijanin hidup dan bagian sijanin ditawakufkan atau disimpan jika sijanin lahir dalam
keadaan hidup maka yang ditawakufkan tadi diberikan kepadanya. Tetapi kalau tidak
maka yang ditawakufkan itu dibagi lagi pada ahli waris yang lain.
Contoh :
Seseorang mati meninggalakan istri, paman dari ayah dan istrinya saudara laki-laki
sekandung yang sedang hamil. Kalau sijanin lahir maka pasti menjadi Ibnu akhun syaqiq
(Asobah binafsi) atau Binti akh8un syaqiq (Dzawil arham).
Cara penyelesaiannya Ibnu akhin syaqiq Bintu akhun syaqiq
a. Zaujah = 1/4 1/4
b. Ammun syaqiq =M A=3/4 (ditawakufkan)
c. Zaujah akhin syaqiq hamil =X X
d. Janin = A = 3/4 (ditawakufkan) X (Dzawil arham)
3. Dalam semua keadaan warisan. Baik diperkirakan laki-laki maupun perempuan pertama-
tama dibuat dua cara pembagian yakni diibartkan laki-laki dan diibaratkan perempuan.
Lalu yang ditawakufkan adalah yang paling besar dari dua cara tersebut. Sedangkan ahli
yang lain terlebih dahulu diberikan bagian yang terkecil.
35
Faroid – Amali 2
Contoh: seseorang mati meninggalkan istri yang sedang hamil, ayah, dan ibu
Cara penyelesaian :
Diperkirakan laki-laki / Ibnun Diperkirakan wanita / Bintun
a. Zaujah hamil = 1/8 = 3/24 a. 1/8 =3/24
b. Abun = 1/6 = 4/24 b. 1/6 + sisa = 4/24 + 1/24
c. Ummun = 1/6 = 4/24 c. 1/6 = 4/24
d. Janin = A = 13/24 (ditawakufkan) d. 1/2 = 12/24
Kenapa yang ditawakufkan hanya bagian laki-laki?, karena kalau lahir wanita maka si
bayi mengambil bagian 12/24, sisanya diberikan kepada abun karena abun mendapat
1/6+sisa.
Contoh:
A. Diperkirakan laki-laki/ Ibnun Diperkirakan wanita/ Bintun
a. Akhun li um =M a. M
b. Zaujah ibnihi hamil = X b. X
c. Janin = A c. 1/2 + ROD
36
Faroid – Amali 2
BAB X
PEWARISAN ORANG YANG HILANG
(MAFQUD)
Mafqud adalah orang yang hilang yang tidak diketahui kabarnya, tidak diketahui apakah
dia masih hidup atau sudah mati. Hukum mafqud adalah istrinya tidak boleh dinikahi, hartanya
tidak boleh diwarisi dan tidak boleh dibelanjakan sampai diketahui jelas keadaannya apakah dia
itu masih hidup ataukah sudah mati atau sudah lewatnya masa pada umumnya dia sudah
dianggap mati dan hakim sudah memutuskan dia mati.
Masa atau waktu yang dapat menghukumi matinya mafqud.
1. Pendapat Imam Hanafi
Yaitu, masa matinya teman-temannya (umur 90 tahun dari kelahirannya)
2. Pendapat Imam Maliki
Masanya adalah umur 70 tahun dengan dasar hadits masyhur yang artinya umurnya umatku
berkisar antara 60 tahun sampai 70 tahun. Adapun istrinya halal menikah lagi apabila sudah
melapor kepada hakim, lalu berusaha mencari ditempat-tempat yang disangka
keberadaannya kalu gagal maka diberi tempo 4 tahun dan menyelesaikan iddahnya barulah
ia boleh menikah lagi bersama orang lain.
3. Pendapat Imam Syafi’i
Masanya adalah umur 90 tahun atau masa matinya teman-teman dia. Adapun pendapat yang
soheh menurutnya ialah tidak ada masa tertentu tetapi mengikuti ijtihad dan keputusan
hakim tentang masalah dia.
4. Pendapat Imam Hambali
a. Kalau dia hilang ditempat yang secara umum dan mati didalamnya seperti
diberkecamuknya perang, dirombongan pelayar yang tenggelam, dan lain sebagainya
maka ditungggu 4 tahun setelah itu barulah hartanya boleh diwarisi dan jika istrinya
sudah selesai iddah wafat maka boleh menikah lagi.
b. Kalau hilang ditempat yang umumnya dia masih bisa selamat, seperti hilang pada waktu
berdagang, berenang, atau mencari ilmu maka:
1. Ditunggu selama 90 tahun dari waktu kelahirannya
2. Diserahkan kepada ijtihad dan keputusan hakim mungkin inilah pendapat yang
unggul karena didukung oleh imam zailai dan banyak didukung ulama lainnya.
37
Faroid – Amali 2
adalah mahjub) dari dua perkiraan tidak diberi apa-apa dan harta yang ditawakufkan adalah
7/12 dan harta langsung diberikan kepada mafqud jika jelas ditemukan hidup dan jika
ternyata mafqud ditemukan atau diputuskan mati maka harta yang ditawakufkan itu
diberikan kepada ahli waris lain yang terjadi ikhtilaf (ummun = 2/12, akhun li ab = 5/12).
BAB XI
Sering kita mendengar kabar berita kecelakaan seperti tenggelam, keruntuhan bangunan, gempa
bumi dan lain sebagainya. Jika kecelakaan itu hanya satu orang maka perkara pewarisannya
jelas, tetapi jika yang kecelakaan itu dua orang kerabat atau lebih dan semuanya mati maka:
1. Kalau bisa diketahui siapa yang lebih dulu mati maka orang yang kedua mendapat warisan
dari simayit yang duluan mati
2. Kalau tidak bisa dipastikan siapa yang dulu mati maka keduanya tidak bisa saling mewarisi
lalu harta tirkah keduanya dibagikan kepada ahli warisnya masing-masing.
38