Anda di halaman 1dari 8

FORMULIR HASIL KEGIATAN HOME VISIT

LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA

Berkas Pembinaan Keluarga Puskesmas Ngoro Kabupaten Mojokerto

Tanggal Kunjungan Pertama : 1 September 2021


Nama Pembimbing : Hj. Andiani., dr.,M.Kes
Nama Pembimbing II : dr. Erna Rosiyawati M
Nama Dokter Muda : Bobby Ibrahim Arbie, S.Ked

Tabel 1. Catatan Konsultasi Pembimbing

Tanggal Tingkat Paraf Paraf Keterangan

Pemahaman Pembimbing

1
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn.J

Alamat lengkap : Desa Sumberbendo RT 006, Rw 002, Kecamatan


Ngoro, Kabupaten Mojokerto

Bentuk Keluarga : Extended Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Keduduka L/P Umur Pendidi Pekerjaan Pasien Kete


n dalam kan klinik rang
(Tahun)
keluarga (Y/T) an

1 Nn.P Anak P 15 th SMA Pelajar Y -

2 Tn.B Kakak L 22 th SMP Pedagang T

3 Ny.Y Kakak P 30 th SMP Ibu rumah T -


tangga

4 An.C Keponaka L 6 th SD Pelajar T -


n

5 An.B Keponaka L 8 th SD Pelajar T -


n

Sumber : Nn.P, 2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret
1882 merupakan hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah
menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan
menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini (Budijanto,Didik,2018).
Tuberkulosis paru yang sering dikenal dengan TBC paru disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan termasuk penyakit
menular. TBC paru mudah menginfeksi pengidap HIV AIDS, orang dengan status
gizi buruk dan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang . Penularan TBC paru
terjadi ketika penderita TBC paru BTA positif bicara, bersin atau batuk dan secara
tidak langsung penderita mengeluarkan percikan dahak di udara dan terdapat
±3000 percikan dahak yang mengandung kuman (Kristini, Tri Dewi dan Rana
Hamidah, 2020).
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan
merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama
2 minggu atau lebih (Budijanto,Didik,2018).
Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai
hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan
lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut.
Agen penyebab penyakit TB paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, penyakit ini menular langsung melalui droplet orang yang telah
terinfeksi . Salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis
adalah faktor lingkungan yaitu keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat

3
kesehatan meliputi ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, jenis dinding,
kelembaban, suhu dan kepadatan hunian (Mathofani, Puji Eka dan Resti
Febriyanti, 2019).
TBC paru masih menjadi masalah kesehatan global. WHO tahun 2017
melaporkan terdapat 1,3 juta kematian yang diakibatkan TBC paru dan terdapat
300.000 kematian diakibatkan TBC paru dengan HIV. Indonesia merupakan
negara dengan peringkat ketiga setelah India dan Cina dalam kasus TBC paru ,
ditunjukkan dari dua per tiga jumlah kasus TBC di dunia diduduki delapan
negara, diantaranya India 27%, Cina 9%, Indonesia 8%, Filipina 6%, Pakistan
5%, Nigeria dan Bangladesh masing-masing 4% dan Afrika Selatan 3%.
Prevalensi TBC paru di Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah, diantaranya
Sumatera 33%, Jawa dan Bali 23%, dan Indonesia bagian timur 44%(Kristini, Tri
Dewi dan Rana Hamidah, 2020).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC
tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3
kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di
negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar
pada faktor risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum
obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok
sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC
dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk
berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 per
100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan survei Riskesdas 2013,
semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-
aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur
di bawahnya (Budijanto,Didik,2018).
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien
yang menderita penyakit Tuberkulosis , berjenis kelamin perempuan. Dimana
pasien merupakan salah satu pasien penyakit Tuberkulosis diwilayah kerja

4
Puskesmas Ngoro kabupaten Mojokerto. Mengingat terdapatnya kasus ini di
daerah di wilayah

5
kerja Puskesmas Ngoro kabupaten Mojokerto maka perlu di cermati
mengenai permasalahan hingga faktor resiko timbulnya kejadian ini. Oleh karena
itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermati untuk
kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman lapangan.

A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Nn.P sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar?

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Nn.P sebagai penderita anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan social budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi penyakit pasien.
2) Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
3) Mengidentifikasi fungsi faktor keluarga dan fungsi faktor lingkungannya.
4) Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko) yang
dihadapi pasien.
5) Menyimpulkan masalah pasien keluarga dan lingkungannya serta
memberi saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

C. MANFAAT
a. Bagi Pasien dan Keluarganya
Adapun manfaat home visite ini bagi pasien dan keluarganya adalah
sebagai pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit yang di
derita

5
pasien serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi, pelayanan kesehatan,
perilaku pasien dan faktor lingkungan.

a. Bagi Institusi Pendidikan/Dokter Muda


1) Meningkatkan pemahaman dokter muda tentang penyakit serta kehidupan
keluarga dan masyarakat sekitarnya.
2) Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi antara dokter muda dengan
pasien.
3) Dokter muda dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien.
4) Dokter muda dapat memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan
pasien.

b. Bagi Institusi Kesehatan/ Puskesmas


Adapun manfaat home visite ini bagi puskesmas adalah sebagai
pengetahuan dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan terhadap
penyakit Tuberkulosis serta pencegahannya.

6
7

Anda mungkin juga menyukai