Anda di halaman 1dari 11

tetapi kurangnya kunjungan rumah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sembuat,

membuat edukasi, monitoring serta evaluasi mengenai penyakit Nn.P kurang


terkontrol. Hal ini dibuktikan oleh masih kurangnya perilaku hidup sehat berupa
kurangnya olaraga dan jaranganya pasien menggunakan masker dan tidak segera
berobat ke puskesmas yang dilakukan oleh pasien.
1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Nn.P masih menemui beberapa
kendala diantaranya adalah:
1) Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
2) Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien dan cara pencegahan
faktor resiko penularan penyakit
3) Kunjungan rumah belum optimal
4) Kurangnya komunikasi petugas kesehatan dan pasien
5) Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

2. Kepesertaan BPJS Kesehatan


Nn.P mengurus/membayar iuran BPJS sehingga apabila kontrol ke
Puskesmas dan Rumah Sakit dapat menggunakan fasilitas yang ditanggung
BPJS.

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang
terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi
informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR), patologi
lingkungan keluarga (metode SCREEM) maupun faktor-faktor risiko tentang faktor
perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan
kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan Nn.P
dan keluarga serta masyarakat sekitar yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk
diagram Blum(Lihat Gambar V.1).

37
A. Temuan Masalah
1. Masalah Aktif (individu pasien):
1) Nn.P sedang dalam proses penyembuhan tuberkulosis.

2) Nn.P. Tidak memahami tentang faktor resiko apabila tidak minum obat secara
teratur dan faktor resiko penularan penyakitnya.

3) Pola hidup tidak sehat


2. Faktor perilaku
1) Pasien tidak minum obat secara teratur
2) Pasien tidak memakai masker
3) Jarang berolaraga
3. Faktor lingkungan
1) Lingkungan fisik (tidak dijumpai)

2) Lingkungan sosial

3) Kondisi sosial ekonomi pasien dan tetangga menengah ke bawah

4) Interaksi pasien dengan keluarga yang cukup baik dikarenakan kondisi pasien
yang saat ini sedang pengobatan tuberkulosis mengakibatkan Nn.P jarang tidur
bersama.

4. Faktor pelayanan kesehatan


1) Pasien telah memiliki kartu BPJS

2) Kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan kurang


3) Kurangnya edukasi, konseling, monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan setempat mengenai penularan tuberkulosis pada Nn.P
5. Faktor genetik (Tidak ada)

38
A. Analisis

Gambar V.1: Diagram Faktor Risiko Tuberkulosis dari Nn.P. (Modifikasi Diagram
HL Blum).

1. Faktor lingkungan
1) Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang umumnya masih rendah tidak mengetahui tentang bahayanya
penularan tuberkulosis yang dapat ditularkan serta faktor resiko kecacatan yang
dapat terjadi.
2) Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat yang masih
belum optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Hal ini juga dikarenakan
sekolah Nn.P yang menerapkan sistem daring membuat siswanya hanya dapat
berinterksi melalui media sosial. Serta penghasilan keluaraga yang tidak
menentu menjadi salah satu faktor kurang optimalnya lingkungan.

39
1. Faktor Perilaku
(1) Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang kurang.
Hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang
didapatkan oleh pasien dan keluarga khusnya mengenai bahayanya penularan
tuberkulosis yang dapat ditularkan serta faktor resiko yang dapat terjadi.
(2) Pengetahuan yang rendah tentang bahayanya penularan tuberkulosis yang
dapat ditularkan serta faktor resiko yang dapat terjadi dan komplikasinya
ditunjukan dengan perilaku pasien yang berkaitan dengan aktivitas dan gaya
hidup yang kurang optimal seperti jarang menggunakan masker, kuragnya
makanan yang sehat, minum obat tidak teratur dan tidak pernah olaraga. Hal
demikian akan membawa pasien kepada faktor risiko teganggunya proses
penyembuhan.

3. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
yang hanya terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/ Puskesmas,
maka masalah perilaku pasien yang kurang bisa menahan diri terhadap
kebiasaan yang merugikan perkembangan penyakitnya menjadi sulit terkendali
dan memperbesar risiko terjadinya dan penularan penyakit.
b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien tuberkulosis memperbesar
kemungkinan terjadinya komplikasi karena tidak diketahui perkembangan
penyakitnya.
c. Kunjungan rumah belum optimal, hal ini sama dengan kurangnya monitoring
dan evaluasi terhadap pasien. Membuat komunikasi tenaga kesehatan dan pasien
berkurang. Komunikasi tenaga kesehatan dan pasien terbatas pada waktu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas.

40
A. Pembahasan
Tabel V.1. Tabel daftar permasalahan kesehatan menurut konsep H. L. Blum

TEORI MASALAH KETERANGAN


BLUM

LINGKUNGAN A a. Tingkat pendidikan masyarakat yang


rendah

b. Kondisi ekonomi pasien rendah

c. Dukungan dari keluarga dan masyarakat


yang belum optimal dikarenakan pandemi,
orang tua pasien yang berkerja diluar rumah

PERILAKU B a. Pasien masih jarang menggunakan


masker

b. Tidak teratur berolaraga

c. Apabila ada keluhan tidak langsung


berobat

d. Terkadang lupa minum obat

e. Jarang makan-makanan bergizi

Pelayanan C a. Kunjungan rumah belum optimal


Kesehatan
b. Pasien memiliki BPJS

Tabel V.2 Tabel Scoring Prioritas Masalah

MASALAH
No. PARAMETER
A B C

41
1. Prevalence 7 8 8

2. Severity 4 8 7

3. Rate % increase 5 8 7

4. Degree of unmeeted 7 9 7

5. Social benefit 7 9 7

6. Public concern 7 9 7

7. Technical feasibility study 7 7 7

8. Resources availability 8 7 7

Jumlah 52 65 57

Rerata 6,5 8,1 7,12

Dari hasil scoring diatas, didapatkan urutan prioritas masalah sebagai berikut

1. Masalah B : Perilaku Prioritas I


2. Masalah C : Pelayanan kesehatan Prioritas II
3. Masalah A : Lingkungan Prioritas III
Berdasarkan rumusan masalah dan prioritas masalah diatas, maka penulis membuat
rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif untuk
merubah perilaku pasien dan keluargadengan melakukan kegiatan perbaikan pola
hidup, pengobatan dan pencegahan penularan penyakit.

Dalam mengatasi masalah Nn.P (15 tahun) dengan status sebagai pasien
tuberkulosis yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Desa Sumberbendo, Kabupaten
Mojokerto dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah penularan dan fakror resiko

42
Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang menjadi kebiasaan yang
dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola mengalokasikan
waktu dan pola melakukan kegiatan fisik.

a) Memberikan penjelasan mengenai penyakit Tuberkulosis dan

Penularannya serta Efek Pengobatan.

Tuberkulosis paru yang sering dikenal dengan TBC paru disebabkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan termasuk penyakit

menular. TBC paru mudah menginfeksi pengidap HIV AIDS , orang dengan

status gizi buruk dan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang. Penularan

TBC paru terjadi ketika penderita TBC paru BTA positif bicara, bersin atau

batuk dan secara tidak langsung penderita mengeluarkan percikan dahak di

udara dan terdapat ±3000 percikan dahak yang mengandung kuman. Kuman

TBC paru menyebar kepada orang lain melalui transmisi atau aliran udara

(droplet dahak pasien TBC paru BTA positif) ketika penderita batuk atau

bersin. TBC paru dapat menyebabkan kematian apabila tidak mengkonsumsi

obat secara teratur hingga 6 bulan. Selain berdampak pada individu juga

berdampak pada keluarga penderita, yaitu dampak psikologis berupa

kecemasan, penurunan dukungan dan kepercayaan diri yang rendah (Kristini,

Tri Dewi dan Rana Hamidah, 2020).

Pemgobatan tuberkulosis juga dapat memengaruhi kerja sistem pencernaan.

Tak jarang penderita TBC mengalami mual, muntah, dan kram di bagian perut

akibat efek samping obat antituberkulosis. Padahal pengobatan yang dilakukan

untuk menyembuhkan penyakit ini bisa berlangsung hingga hampir satu tahun.

43
a) Memberikan penjelasan apabila terdapat keluhan segera periksa kembali

ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang cara penularan
tuberculosis dan cara mencegah penularan tersebut dengan menghindari kontak
langsung, etika batuk/bersin yang benar, serta memakai masker, dan ventilasi
rumah yang baik..
c) Memakai Masker

Masker sangat berguna untuk menimalisir penularan apalagi ditengah


pandemic seperti ini

d) Makanan yang Bergizi

Dengan menerapkan pola makan sehat untuk penderita tuberkulosis, turut


meningkatkan kemampuan tubuh melawan infeksi bakteri penyebab TBC dan
menjaga kecukupan gizi. Oleh karena itu, penting bagi penderita TBC untuk
menerapkan pola makan sehat dan teratur dengan mengonsumsi makanan yang
dapat mempercepat proses penyembuhan.

2. Pengobatan Penyembuhan

a. Minum obat secara teratur dan Pelunya Pengawas Minum Obat


Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan
dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan guakan OAT tunggal
(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
1. Edukasi pasien (Nn.P) dan keluarga tentang penularan dan faktor resiko

44
Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan keluarganya
sebagai berikut menjadi pendorong tentang pentingnya pemberian edukasi yaitu
yang

45
menyangkut (1) tingkat pendidikan yang rendah, (2) Tingkat pemahaman
tentang penularan dan faktor resiko yang masih rendah, (3) pola kebiasaan seperti
tidak munggunakan masker (4) olaaraga yang kurang (5) kurangnya makan-
makanan bergizi.

a. Mengubah tingkat pengetahuan/pemahaman


Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.
Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik daripada orang dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini berkaitan dengan kemudahan menerima informasi sehingga dengan adanya
pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam
menjaga kesehatannya. Sebaliknya pada seseorang dengan tingkat pendidikan
yang rendah akan tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan
kesehatan yang disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan
berdampak pada misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola
makan yang tidak terkontrol (Madeaming, 2012). Pemahaman tentang penyakit
tuberkulosis perlu dijelaskan secara sederhana baik faktor risiko yang
mendorong terjadinya penyakit tersebut maupun penularanpenyakit tersebut.
b. Mengubah sikap
Sikap untuk menerima informasi yang benar seperti rendahnya motivasi
untuk kontrol ke Puskesmas/rumah sakit dan terapi ke panti rehabilitiasi sangat
dipengaruhi oleh kesadaran pasien beserta anggota keluarga yang lain.
Perubahan sikap yang positif agar mampu mengubah perilaku dalam menjaga
kesehatan agar penyakitnya tidak berkembang memburuk atau terjadi
komplikasi perlu pendampingan yang terus menerus dari anggota keluarga.
Peran keluarga sangat penting untuk mengubah sikap dan perilaku pasien agar
mampu mengatasi masalah penyakitnya secara mandiri. Kebiasaan aktivitas fisik
seperti olah raga ringan, pengaturan pola makan dan kebiasaan-kebiasaan buruk
lain yang tidak sesuai dengan pencegahan komplikasi penyakitnya perlu
mendapatkan perhatian keluarga dengan sabar dan berkesinambungan.

45
a. Mengubah tingkah laku
Tingkah laku yang masih berkaitan dengan faktor lamanya tingkat
penyembuhan diakibatkan oleh karena pasien sering melakukan aktivitas berat
tanpa adanya istirirahat yang mencukupi.

4. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyakit Penyakit Tuberkulosis

Deskripsi mengenai kasus pada Nn.P dan keluarganya kemungkinan juga


merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar kediamaan keluarga
pasien tersebut. Perilaku negatif Nn.P dalam menghadapi penyakitnya seperti
tersebut dia atas kemugkinan juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat sekitarnya.
Kebiasaan kurangnya olah raga, kurangnya makan-makanan bergizi, keterlambatan
dalam pengobatan dan kurangnya kebiasaan penggunaan masker di masyarakat
yang belum menjadi kebutuhan hidup dimasyarakat. Kegiatan kunjungan rumah
(home visit) seperti kunjungan rumah ke pasien Nn.P tersebut perlu dikembangkan
dengan penyuluhan kesehatan di sekitar kediaman pasien. Programnya dapat
disusun secara sederhana seperti:

a. Sasaran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT misalnya.


b. Sasaran tingkat sekolah.
c. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya saat pertemuan di RT
yang bersangkutan ataupun disesuaikan dengan pihak sekolah.
d. Materi disampaikan secara sederhana, jelas dan lugas.
e. Sesekali dokter Puskesmas turun langsung. Biasanya apabila dokter turun
langsung masyarakat sangat antusias dan mengharapkan pertemuan berulang
pada kesempatan berikutnya.

46

Anda mungkin juga menyukai