Menurut Zainal Arifin dalam salah satu jurnalnya yang berjudul Humanity
mengatakan, jumlah Output Industri Perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Sidoarjo
menempati urutan teratas dengan jumlah 1.065.870.767. Oleh karena itu, Sidoarjo merupakan
salah satu daerah dengan sumber daya laut yang melimpah. Kabupaten Sidoarjo telah
memproduksi banyak sekali ikan tiap tahunnya. Udang merupakan salah satu komoditas
utama yang dimiliki oleh kota ini. Hewan yang juga dikenal dengan nama crutacea ini juga
merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Daging Udang juga
memiliki keunggulan eating quality yang lebih baik dari ikan lainnya. Dagingnya yang gurih
dan juga rasanya yang begitu lezat merupakan salah satu alasan mengapa banyak masyarakat
yang menggemari kuliner yang berbahan dasar Udang. Sidoarjo merupakan salah satu kota
produsen Udang terbanyak di Jawa Timur. Pada 2013 produksi Udang dikota ini telah
mencapai 10.261.800 kg dengan rincian, udang Windu 3.937.700 kg, udang Vannamei
2.721.700 kg dan udang Campu 3.602.400 kg. Hasil produksi udang tersebut dihasilkan dari
tambak seluas 15.513,41 ha dengan 3.257 rumah tangga petambak (Dinas Perikanan
Kabupaten Sidoarjo, 2016).
Sayangnya, hingga saat ini para nelayan masih saja mengalami ketertinggalan yang
cukup jauh dari yang lainnya dan, hal tersebut disebabkan oleh banyak hal. Ketertinggalan
teknologi dan kurangnya ilmu pengetahuan mengenai teknik pengolahan sumber daya
perikanan di Sidoarjo merupakan salah satu penyebab inti mengapa masih terjadi
ketertinggalan di Sidoarjo. Bahkan hal ini sangat mampu mengakibatkan terjadinya
kemiskinan pada para nelayan Sidoarjo. Tidak hanya itu, pada zaman modern ini anak-anak
muda justru tidak mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Bahkan, mereka
lebih mengetahui tentang keragaman hayati di luar negeri dibandingkan dengan budaya yang
ada di Bumi Pertiwi, Indonesia. Oleh karena itu, banyak sekali sumber daya yang masih
kurang dimanfaatkan dengan baik.
Petis Udang merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat guna
mengembangkan produk khas yang dimiliki Sidoarjo. Saat ini sudah banyak masyarakat yang
mengembangkan petis udang, hal ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat di era pasca pandemi ini. Tidak hanya itu, berdirinya pabrik petis udang juga
sangat mampu menambah lapangan kerja yang tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Sidoarjo.
Dengan adanya petis udang, maka produk khas milik Sidoarjo bertambah. Hal
tersebut tidak hanya berdampak pada ekonomi Kota Sidoarjo saja, popularitas yang dimiliki
Sidoarjo juga tentunya naik. Semua hal diatas dapat mengubah pandangan masyarakat luar
terhadap kota Sidoarjo. Akhirnya, akan banyak masyarakat dari kota lain atau bahkan WNA
(Warga Negara Asing) menjadi tertarik dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh kota
sidoarjo. Dengan adanya banyak orang yang berkunjung ke kota ini, tentu saja Teknologi
Ilmu Pengetahuan (IPTEK) milik Kota Sidoarjo akan menjadi sangat berkembang. Tidak
hanya sebagai produsen udang terbaik di Jawa Timur, tetapi juga mampu menjadi kota
pengolah produk udang terbaik.
Namun, semua hal besar diatas pastinya memiliki usaha yang tak kalah besar juga.
Jika seluruh masyarakat Sidoarjo ingin mengembangkan hal-hal tersebut dibutuhkan kerja
keras yang saling bertimbal balik, antar sesama masyarakat. Hal ini bisa dimulai dengan para
pelajar Sidoarjo yang aktif dan ahli dalam bermedia sosial. Saat ini kurikulum merdeka
sedang berjalan di setiap penjuru negeri Indonesia. Guna meningkatkan efektivitas belajar
setiap anak di Indonesia, juga demi mendukung setiap anak untuk mencapai cita-cita yang
mereka inginkan, maka saat ini sedang dilaksanakan Kurikulum Merdeka di Sebagian besar
sekolah Indonesia.
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh penulis, para karyawan pabrik memiliki
watak yang sangat ramah dan peduli dengan orang yang ada disekitarnya. Pada proses itu,
setiap pelajar diwajibkan untuk membuat laporan dari survei yang telah mereka lakukan.
Siswa-siswi diminta untuk membuat laporan dengan metode wawancara dan juga literatur.
Pada saat itu, beberapa pelajar mendatangi pabrik milik Mukminin, yang telah berdiri sejak
tahun 1970. Pabrik ini telah diwariskan turun-temurun selama tiga generasi begitu pula
dengan alat produksinya yang hingga kini telah berganti sebanyak tiga kali yaitu :
Ada beberapa tahapan untuk membuat petis udang yang sedap untuk disantap, yaitu;
penmilihan kualitas udang, selep, jeladren, dan pembungkusan barang untuk segera di
distribusikan. Selep adalah sebutan yang biasa digunakan oleh para karyawan ketika proses
penggilingan daging udang dilaksanakan. Sedangkan, Jeladren adalah proses ketika udang
yang telah dihaluskan dan di saring menggunakan kain sutra dipanaskan di atas api yang
besar hingga warnanya berubah menjadi hitam dan sari udang telah mengental. Pabrik ini
juga biasa beroperasi dari pukul 07.00 WIB, hingga pukul 17.00 WIB.
Sayangnya, produksi petis masih belum bisa stabil tiap minggunya, hal ini biasa
disebabkan karena faktor cuaca yang buruk. Pedistribusian bahan baku pada pabrik sering
kali terhambat ketika musim hujan mulai datang. Tentunya, hal ini juga berdampak pada
jumlah pendapatan yang diterima oleh para pekerja pabrik. Semakin jarang produksi
dilakukan, maka semakin sedikit juga jumlah penghasilan yang mereka dapatkan. Jika musim
hujan berlangsung terlalu lama, maka besar kemungkinannya karyawan-karyawan tersebut
tidak mampu untuk bertahan hidup.
Kita semua harus selalu bersiap diri jika suatu hari terjadi hal yang tidak sesuai
dengan keinginan kita. Oleh karena itu kita semua wajib untuk memanfaatkan segala kearifan
lokal yang ada guna mempersiapkan diri untuk sesuatu yang tak diinginkan di masa depan.
Namun tak hanya memanfaatkan kearifan lokal saja yang wajib kita lakukan, melestarikan
budaya yang dimiliki oleh daerahmu juga merupakan salah satu bentuk mencintai kearifan
lokal Indonesia.
Kita sebagai generasi penerus bangsa, wajib untuk menemukan solusi dari berbagai
masalah yang ada disekitar. Dikarenakan hal tersebut, maka para generasi penerus bangsa
juga wajib untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan mereka sendiri. Saya berharap
solusi dari terhambatnya distribusi bahan baku yang terjadi di Pabrik Petis Udang segera
teratasi, sesuai dengan seharusnya.
Oleh karena itu, diharapkan pemerintah bahkan generasi muda Indonesia mampu
segera menemukan solusi dari masalah pendistribusian udang pada masa penghujan. Karena
hal ini sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA