Mendidik anak merupakan tanggung jawab kita semua yang dengan hal itu akan
menjadi amal shalih yang tidak terputus, hal itu sebagai mana hadits Rasulullah ﷺ:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu)
: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau do’a anak yang sholeh”
Maka sepatutnya kita sebagai orang tua maupun pendidik untuk senantiasa
mengikhlaskan niat kita didalam memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak-anak
kita, sebagai seorang pendidik tidaklah semata mengajarkan ilmu pengetahuan, namun
menjadi pendidik yang mentransfer ilmu, adab, akhlak serta ketaqwaan.
1. Pendidik
2. Pembelajar
3. Sistem pendidikan
Dari ketiga hal tersebut kita akan menyoroti pada pokok yang pertama yaitu ; PENDIDIK
dimana hal tersebut menjadi kewajiban kita semua dalam mendidik anak-anak.
Sebagai seorang pendidik kita harus meyakini bahwa mengajar adalah suatu ibadah,
yang dengannya haruslah terpenuhi keikhlasan didalamnya serta keinginan untuk belajar
agar dapat meningkatkan kualitas dan sesuai dengan ajaran islam dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (QS. Al Qashshash : 26)
Makna “kuat” dalam ayat tersebut adalah memiliki kekuatan dan kemampuan yang
dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan, sehingga kita sebagai pendidik dituntut untuk
terus belajar dan mengembangkan diri dalam rangka terciptanya pendidikan yang
berkualitas dan berkarakter islami serta memudahkan pemahaman pada peserta didik.
Setiap pendidik diharapkan dapat memiliki 4 (empat) kompetensi dalam diri yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
2. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.
4. Kompetensi Sosial
Kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
teman sejawat, wali murid serta masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.
Alhamdulillah, islam agama yang paripurna yang telah mengajarkan semua hal
tentang metode pendidikan, serta telah dicontohkan oleh Rosulullah ﷺ, yang beliau ﷺ
berkat taufik dari Allah ﷻkemudian metode yang diajarkan mampu mengubah karakter
para sahabat sesuai dengan potensi masing-masing.
Sungguh telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik” (QS. Al Ahzab : 21)
Nabi ﷺtidak membatasi pembelajaran dalam waktu tertentu, akan tetapi beliau
ﷺmemberikan pembelajaran dan pengarahan disetiap waktu yang sesuai dengan kondisi
dan tema pembelajaran.
Nabi ﷺjuga tidak membatasi pembelajaran hanya pada ruang tertentu, tetapi
beliau ﷺmengajar dimana saja yang memungkinkan untuk dilakukan pembelajaran.
Nabi ﷺmemanfaatkan situasi dan kondisi serta kesempatan untuk mengajari dan
memahamkan perkara agama kepada para sahabat Radhiallahu’anhum.
Memanggil orang yang diajak bicara dengan nama, kuniyyah atau gelarnya
Sesungguhnya ketika seorang pengajar memanggil peserta didik dengan nama atau
kuniyyah atau gelarnya akan memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena hal tersebut akan
menumbuhkan konsentrasi sehingga memudahkan dalam memahami apa yang
disampaikan, juga akan menumbuhkan perasaan senang pada jiwa peserta didik.
Nabi ﷺpernah menepuk ketika sedang mengajar dan memberi pengarahan, hal
tersebut dilakukan tidak lain dalam rangka untuk menenteramkan dan mengingatkan serta
menarik perhatian para sahabat kepada apa yang sedang diajarkan dan dikabarkan.
Mengulangi pembicaraan
Menggunakan isyarat
Nabi ﷺmenggunakan isyarat yang sesuai ketika sedang mengajari sahabat. Isyarat
juga berguna untuk menguatkan apa yang kita ucapkan.
Nabi ﷺmenggunakan garis atau gambar untuk menjelaskan suatu perkara kepada
para sahabat. Gambar atau bentuk juga digunakan untuk memberikan gambaran juga
memudahkan pemahaman terhadap apa yang diajarkan.
Membikin permisalan
Salah satu faktor yang menarik perhatian peserta didik adalah menumbuhkan rasa
penasaran dalam diri peserta didik dan mengokohkan permasalahan dalam benak murid.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengglobalkan terlebih dahulu suatu perkara baru
kemudian dirinci. Tujuannya adalah agar peserta didik mengetahui akhir dari masalah yang
disampaikan.
Metode tanya jawab dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam mendatangkan pemahaman pesert didik dan menarik perhatian mereka serta
mengokohkan permasalahan dalam benak peserta didik.
Menggunakan kalimat kiasan untuk menyampaikan hal yang keji dan aurat
Nabi ﷺadalah seorang yang sangat pemalu, melebihi gadis pingitan. Maka
kekejian bukan merupakan akhlak dan perilaku beliau ﷺ. Sehingga beliau ﷺ
senantiasa menggunakan kata kiasan untuk menyebut aurat atau perkara yang keji ketika
dibutuhkan.
Beliau ﷺadalah seorang yang sangat pemalu, tetapi hal tersebut tidak
menghalangi beliau ﷺ untuk mengajarkan kepada para sahabat tentang segala hal
tentang ilmu.
Berlapang dada dalam menghadapi pertanyaan
Nabi ﷺmenyukai pertanyaan yang bagus dan memujinya, karena hal tersebut
menumbuhkan kesenangan bagi si penanya.
Terkadang nabi ﷺmenjawab pertanyaan dengan jawaban yang melebihi dari apa
yang ditanyakan, hal tersebut dilakukan apabila beliau melihat si penanya membutuhkan
untuk mengetahui hal tersebut. Hal ini menunjukkan kesempurnaan beliau ﷺdalam
memberi nasehat dan pengarahan.
Beliau ﷺadalah orang yang paling berilmu, paling mulia dan terhormat, akan
tetapi ketika beliau ﷺditanya tentang sesuatu yang belum diketahui maka beliau ﷺ
diam atau mengatakan “saya tidak tahu”.
Nabi ﷺsangat berlapang dada saat diingatkan oleh para sahabat ketika beliau
ﷺlupa, bahkan beliau ﷺmenganjurkan kepada para sahabat untuk mengingatkan
beliau. Pada dasarnya seseorang yang mengingatkan kita berarti orang tersebut sangat
perhatian dengan kita.
Memberi kesempatan peserta didik untuk mengulang kembali apa yang telah
diajarkan berfungsi untuk memberikan pemahaman dan mengetahui hal yang masih kurang
dalam pemahaman pelajaran.
Tawadhu’
Allah ﷻmenjadikan rasulnya ﷺpenuh rahmah, lemah lembut dan kasih sayang
terhadap orang yang beriman, sehingga beliau ﷺsangat lemah lembut dan kasih sayang
dalam mengajari para sahabat. Tidaklah lemah lembut ada pada diri seorang pengajar
kecuali kebaikan akan selalu menyelimutinya. Lemah lembut adalah asas dalam
memberikan pembelajaran.
Para sahabat telah belajar dari nabi ﷺsehingga mereka menjadi tokoh dalam ilmu
dan amalan, tetapi mereka tidak sama dalam kecerdasan dan memahami ilmu. Mereka
memiliki kemampuan yang berbeda-beda maka nabi ﷺmenempatkan mereka pada
posisi masing-masing. Jarang sekali seseorang memiliki multitalenta, maka hendaknya
pendidik mengetahui keunggulan dari masing-masing peserta didik. Jangan paksa peserta
didik untuk menguasai semua jenis pelajaran, akan tetapi kita selaku pendidik hendaknya
menggali kelebihan dari peserta didik kita.
Nabi ﷺmemuliakan dan memuji terhadap para tokoh di hadapan mereka, hal ini
memiliki pengaruh yang besar untuk mereka istiqomah dalam kebaikan dan ilmu.
Nabi ﷺtidak mencukupkan diri dengan sekedar menyampaikan ilmu, tetapi terus
memantau pengaruh ilmu yang telah disampaikan kepada para sahabat. Sehingga segera
bisa menghilangkan kerancuan dan persoalan yang belum jelas bagi para sahabat.
Pendidikan bukanlah sekedar transfer ilmu, akan tetapi adanya perubahan perilaku, adab,
akhlak peserta didik menjadi lebih baik tanpa ada unsur paksaan.
Nabi ﷺmencari sahabat yang tidak hadir dalam majelisnya, bahkan berusaha
untuk mengatasi masalah yang mendera para sahabat dari menghadiri majelis ilmu. Hal
tersebut akan menumbuhkan sikap keterikatan dan kesatuan hati antara pendidik dan
peserta didik, sehingga mendorong kerinduan, istiqomah dalam menuntut ilmu.
Nabi ﷺtidak pernah memberatkan para sahabat, bahkan beliau berusaha untuk
meringankan dan memudahkan segala urusan. Pendidik harus aktif untuk mencari metode
dan solusi untuk memudahkan pemahaman peserta didik.
Nabi ﷺtidak mensyaratkan bagi orang yang belajar untuk mempelajari ilmu
dalam jumlah yang banyak, juga tidak mensyaratkan harus menguasai dengan bagus, tetapi
beliau ﷺmenganjurkan untuk mempelajari yang pokok dan apa yang mudah dahulu
sesuai dengan kemampuan. Maka hendaknya seorang pendidik untuk bertahap dalam
memberikan pembelajaran dari yang mudah terlebih dahulu.
Tidak diragukan lagi bahwa pondasi dari pendidikan adalah dengan lemah lembut,
keramahan dan kasih sayang, maka sepatutnya seorang pendidik menghiasi dirinya dengan
sifat-sifat tersebut.
Akan tetapi apabila kelembutan, keramahan serta kasih sayang kurang memberi
manfaat, maka bentuk pendidikan dengan hikmah sangat dibutuhkan yaitu dengan
menempatkan sesuatu pada posisinya secara baik dan tepat. Sebab seorang pendidik
laksana dokter dalam mengobati penyakit dan mengupayakan kesembuhan pada diri pasien.
Ada penyakit yang mengharuskan pasien berpantang dari berbagai jenis makanan, ada
penyakit yang membutuhkan sedikit obat, ada juga penyakit yang membutuhkan operasi
bedah sesuai dengan tingkat yang dibutuhkan untuk kesembuhan dan semua itu dilakukan
dengan penuh komitmen dengan syarat-syarat dan batasan syariat.
Marilah kita hiasi diri kita dengan sifat lemah lembut yang dengannya akan diselimuti
dengan kebaikan, serta ikhlaskan hati kita karena Allah ﷻdalam kita mendidik anak-anak
kita agar menjadi amalan yang menjadi pemberat kebaikan kita di akhirat kelak.
Sumber :
Pelatihan guru di Sekolah Islam An Nash Jakarta tanggal 19 – 20 September 2019 oleh ust
abu ahmad S.Pd