Anda di halaman 1dari 11

Segala puji hanyalah milik Allah ‫ﷻ‬, Rabb semesta alam.

Shalawat serta salam


semoga senantiasa terlimpahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, beserta
keluarga, para sahabat serta pengikut beliau ‫ ﷺ‬yang selalu istiqomah dalam mengikuti
sunnah – sunnah beliau ‫ ﷺ‬sampai datangnya hari kiamat.

Mendidik anak merupakan tanggung jawab kita semua yang dengan hal itu akan
menjadi amal shalih yang tidak terputus, hal itu sebagai mana hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu)
: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau do’a anak yang sholeh”

Maka sepatutnya kita sebagai orang tua maupun pendidik untuk senantiasa
mengikhlaskan niat kita didalam memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak-anak
kita, sebagai seorang pendidik tidaklah semata mengajarkan ilmu pengetahuan, namun
menjadi pendidik yang mentransfer ilmu, adab, akhlak serta ketaqwaan.

Islam telah memberikan panduan didalam melakukan pendidikan kepada anak-anak,


agar semua sisi kepribadian anak, baik hatinya, akalnya maupun akhlaknya sesuai dengan
nilai-nilai islam. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang benar
aqidahnya, shahih ibadahnya, mulia akhlaknya yang ketiganya merupakan pondasi
kepribadian seorang muslim. Apabila hal tersebut terealisasi dalam kehidupan anak-anak
kita dan hal tersebut merupakan taufik dari Allah ‫ ﷻ‬kemudian pendidikan yang kita
tanamkan kepada anak-anak maka Insya Allah akan menjadi amalan yang pahalanya akan
terus mengalir walaupun kita sebagai pendidik telah meninggal dunia.

Untuk dapat menciptakan pendidikan yang sukses maka diperlukan unsur-unsur


yang dapat mensuksekan program pendidikan yaitu :

1. Pendidik
2. Pembelajar
3. Sistem pendidikan

Dari ketiga hal tersebut kita akan menyoroti pada pokok yang pertama yaitu ; PENDIDIK
dimana hal tersebut menjadi kewajiban kita semua dalam mendidik anak-anak.

Sebagai seorang pendidik kita harus meyakini bahwa mengajar adalah suatu ibadah,
yang dengannya haruslah terpenuhi keikhlasan didalamnya serta keinginan untuk belajar
agar dapat meningkatkan kualitas dan sesuai dengan ajaran islam dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.

Pendidik haruslah mempunyai kekuatan dan kemampuan yang dibutuhkan dalam


melaksanakan kegiatan belajar mengajar, hal tersebut sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (QS. Al Qashshash : 26)

Makna “kuat” dalam ayat tersebut adalah memiliki kekuatan dan kemampuan yang
dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan, sehingga kita sebagai pendidik dituntut untuk
terus belajar dan mengembangkan diri dalam rangka terciptanya pendidikan yang
berkualitas dan berkarakter islami serta memudahkan pemahaman pada peserta didik.

Setiap pendidik diharapkan dapat memiliki 4 (empat) kompetensi dalam diri yaitu :

1. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Sub kompetensi pedagoig :


 Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, kepribadian dan mengidentifikasi bekal awal.
 Merancang pembelajaran (RPP)
 Melaksanakan pembelajaran
 Merancang dan melaksanakan evaluasi
 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya

2. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Sub kompetensi kepribadian :


 Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma
sosial, bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai syariat.
 Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja.
 Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
 Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan yang meliputi bertindak sesuai
norma agama dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3. Kompetensi Profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya.

Sub kompetensi profesional :


 Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
pelajaran yang diampu.
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran /
bidang pengembangan yang diampu (target pembelajaran peserta didik
seperti apa).
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (inovasi
untuk mengatasi kebosanan dari peserta didik).
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif (perenungan untuk mengevaluasi atau membuat metode
dalam proses pembelajaran).
 Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

4. Kompetensi Sosial
Kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
teman sejawat, wali murid serta masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.

Sub kompetensi sosial :


 Bersikap terbuka, bertindak obyektif serta tidak diskriminatif (perlakuan yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik)
 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik,
orang tua dan masyarakat.
 Beradaptasi dengan lingkungan tempat tugas dan tidak melanggar syariat.
 Berkomunikasi dengan lisan dan tulisan.
Kita memohon kepada Allah ‫ ﷻ‬agar semua kompetensi tersebut ada pada diri setiap
pendidik, sehingga akan hadir setiap pendidik kemampuan pada bidangnya dan mempunyai
metode dalam penyampaian yang dapat memberikan pemahaman pada peserta didik
dengan mudah. Mencintai profesinya serta bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
tugasnya. Menjadi teladan baik dalam ucapan maupun perbuatan, baik yang berhubungan
dengan Allah ‫ ﷻ‬atau sesama makhluk. Ikhlas karena Allah ‫ ﷻ‬serta meneladani Rosulullah
‫ ﷺ‬dalam proses pendidikan. Konsekuen antara ucapan dan perbuatan yaitu mengerjakan
hal yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang. Menyadari bahwa peserta didik
memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik dari sisi kecerdasan, akhlak dan latar belakang
pendidikan sehingga dapat memberikan metode pembelajaran yang sesuai pada peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya. Dapat bekerjasama dengan pihak lain untuk terciptanya
proses saling menasihati dalam kebaikan dan menghilangkan kejelekan. Memahami bahwa
tugas pendidik bukan hanya memberikan pengetahuan, namun lebih dari itu yaitu mendidik
dengan sempurna yang membersihkan aqidah yang sesat dan perilaku yang buruk pada diri
peserta didik.

Alhamdulillah, islam agama yang paripurna yang telah mengajarkan semua hal
tentang metode pendidikan, serta telah dicontohkan oleh Rosulullah ‫ﷺ‬, yang beliau ‫ﷺ‬
berkat taufik dari Allah ‫ ﷻ‬kemudian metode yang diajarkan mampu mengubah karakter
para sahabat sesuai dengan potensi masing-masing.

Rosulullah ‫ ﷺ‬merupakan teladan terbaik dalam pengajaran, sebagaimana firman


Allah :

Sungguh telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik” (QS. Al Ahzab : 21)

Rosulullah ‫ ﷺ‬dalam melakukan pendidikan terhadap para sahabat melakukannya


dengan berbagai macam metode :

 Mengajar di setiap waktu

Nabi ‫ ﷺ‬tidak membatasi pembelajaran dalam waktu tertentu, akan tetapi beliau
‫ ﷺ‬memberikan pembelajaran dan pengarahan disetiap waktu yang sesuai dengan kondisi
dan tema pembelajaran.

 Mengajar di setiap tempat yang memungkinkan

Nabi ‫ ﷺ‬juga tidak membatasi pembelajaran hanya pada ruang tertentu, tetapi
beliau ‫ ﷺ‬mengajar dimana saja yang memungkinkan untuk dilakukan pembelajaran.

 Mengajari semua jenis manusia


Nabi ‫ ﷺ‬tidak membatasi pembelajaran hanya kepada kelompok tertentu dari
manusia, akan tetapi beliau ‫ ﷺ‬menumpahkan semua usaha dan kemampuannya untuk
mengajari semua kelompok manusia. Kita dapati beliau ‫ ﷺ‬mengajari laki-laki dan wanita,
anak-anak dan orang dewasa, keluarga dan orang asing, orang desa maupun orang kota,
kaya maupun miskin.

 Memanfaatkan situasi dan kondisi untuk pembelajaran

Nabi ‫ ﷺ‬memanfaatkan situasi dan kondisi serta kesempatan untuk mengajari dan
memahamkan perkara agama kepada para sahabat Radhiallahu’anhum.

 Berlapang dada dan tempat terhadap penuntut ilmu / peserta didik

Nabi ‫ ﷺ‬betul-betul lapang dadanya menyambut para penuntut ilmu, bahkan


mewasiatkan kepada para sahabat untuk betul-betul untuk memperhatikan dan
menyambut para penuntut ilmu.

 Mendekatkan orang yang diajak berbicara

Tidaklah tersembunyi bahwa kedekatan seorang peserta didik dengan pengajar


memiliki pengaruh yang sangat besar, sehingga beliau ‫ ﷺ‬sangat perhatian dengan hal
tersebut.

 Melihat yang diajak berbicara

Diantara faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran adalah menghadapnya


seorang pengajar kepada orang yang diajari dan sebaliknya. Dan nabi ‫ ﷺ‬menghadap
kepada orang yang diajari ketika memberikan pelajaran dan pengarahan.

 Menenangkan orang yang diajak berbicara sehingga diam dan


memperhatikan sebelum memulai pembicaraan

Menenangkan para murid merupakan langkah dasar dalam pembelajaran,


bagaimana akan sempurna pembelajaran kalau para peserta didik tidak diam dan
memperhatikan terhadap gurunya.

 Memanggil orang yang diajak bicara dengan nama, kuniyyah atau gelarnya

Sesungguhnya ketika seorang pengajar memanggil peserta didik dengan nama atau
kuniyyah atau gelarnya akan memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena hal tersebut akan
menumbuhkan konsentrasi sehingga memudahkan dalam memahami apa yang
disampaikan, juga akan menumbuhkan perasaan senang pada jiwa peserta didik.

 Menyentuh anggota badan orang yang diajari


Nabi ‫ ﷺ‬mengusap anggota badan orang yang diajarinya. Hal tersebut akan
menumbuhkan rasa tentram dan perhatian serta konsentrasi, serta memberikan rasa kasih
sayang antara pengajar dan peserta didik.

 Menepuk dengan lembut orang yang diajari dalam rangka menarik


perhatian dan untuk menenteramkan

Nabi ‫ ﷺ‬pernah menepuk ketika sedang mengajar dan memberi pengarahan, hal
tersebut dilakukan tidak lain dalam rangka untuk menenteramkan dan mengingatkan serta
menarik perhatian para sahabat kepada apa yang sedang diajarkan dan dikabarkan.

 Berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat

Nabi ‫ ﷺ‬tidak tergesa–gesa dalam melepaskan huruf/berbicara tetapi pelan, serta


menjelaskan dengan penjelasan yang bisa dipahami oleh semua orang yang mendengarnya.

 Mengulangi pembicaraan

Nabi ‫ ﷺ‬mengulangi ucapannya ketika memberi pembelajaran. Beliau ‫ﷺ‬


mengulangi karena adanya permintaan dan tanpa adanya permintaan dalam satu
majelis/waktu pembelajaran, juga beliau ‫ ﷺ‬mengulang tanpa adanya permintaan di
beberapa majelis/waktu pembelajaran. Pengulangan terjadi untuk pemahaman dan
penegasan.

 Menggunakan isyarat

Nabi ‫ ﷺ‬menggunakan isyarat yang sesuai ketika sedang mengajari sahabat. Isyarat
juga berguna untuk menguatkan apa yang kita ucapkan.

 Menggunakan gambar dan bentuk

Nabi ‫ ﷺ‬menggunakan garis atau gambar untuk menjelaskan suatu perkara kepada
para sahabat. Gambar atau bentuk juga digunakan untuk memberikan gambaran juga
memudahkan pemahaman terhadap apa yang diajarkan.

 Membikin permisalan

Nabi ‫ ﷺ‬membikin permisalan dalam mengajar dan mengarahkan para sahabat.


Yang dimaksud dengan permisalan adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain
dalam hukum, dan mendekatkan yang abstrak dengan yang nyata, atau menghukumi dua
perkara dengan salah satunya, dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik memahami
permasalahan.

 Mengajar dengan contoh

Mengajar dengan memberi contoh ada dua bentuk :


1. Memberi keteladanan, dengan keteladanan maka pengaruhnya lebih besar dari
sekedar retorika.
2. Menerangkan perkara dengan contoh praktek, dengan praktek secara langsung akan
lebih mudah dipahami dan kokoh dalam benak peserta didik.

 Memakai metode perbandingan

Diantara perkara yang membantu dalam menerangkan dan menjelaskan pelajaran


dalam benak peserta didik adalah membandingkan dengan lawannya, “dengan lawannya
sesuatu menjadi lebih jelas”.

 Menyampaikan secara global terlebih dahulu baru kemudian diperinci

Salah satu faktor yang menarik perhatian peserta didik adalah menumbuhkan rasa
penasaran dalam diri peserta didik dan mengokohkan permasalahan dalam benak murid.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengglobalkan terlebih dahulu suatu perkara baru
kemudian dirinci. Tujuannya adalah agar peserta didik mengetahui akhir dari masalah yang
disampaikan.

 Menggunakan metode pertanyaan

Metode tanya jawab dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam mendatangkan pemahaman pesert didik dan menarik perhatian mereka serta
mengokohkan permasalahan dalam benak peserta didik.

 Memberikan permasalahan kepada peserta didik untuk dibahas

Melontarkan permasalahan kepada peserta didik termasuk perkara yang mendorong


peserta didik untuk memikirkan dan memahami, sehingga akan menjadikan peserta didik
perhatian terhadap pelajaran. Metode ini juga merangsang peserta didik untuk kritis
terhadap permasalahan sehingga mereka akan membahas atau berdiskusi kemudian
mempelajarinya, menguji dan mempresentasikan masalah dan penyelesaiannya.

 Menggunakan kalimat kiasan untuk menyampaikan hal yang keji dan aurat

Nabi ‫ ﷺ‬adalah seorang yang sangat pemalu, melebihi gadis pingitan. Maka
kekejian bukan merupakan akhlak dan perilaku beliau ‫ﷺ‬. Sehingga beliau ‫ﷺ‬
senantiasa menggunakan kata kiasan untuk menyebut aurat atau perkara yang keji ketika
dibutuhkan.

 Tidak malu untuk mengajarkan sesuatu yang dibutuhkan

Beliau ‫ ﷺ‬adalah seorang yang sangat pemalu, tetapi hal tersebut tidak
menghalangi beliau ‫ﷺ‬ untuk mengajarkan kepada para sahabat tentang segala hal
tentang ilmu.
 Berlapang dada dalam menghadapi pertanyaan

Nabi ‫ ﷺ‬memberi kesempatan bertanya kepada para sahabat tentang perkara


yang dianggap penting oleh mereka. Bahkan beliau ‫ ﷺ‬sangat lapang dalam menerima
pertanyaan para sahabat tentang hal yang belum dipahami.

 Memuji pertanyaan yang bagus

Nabi ‫ ﷺ‬menyukai pertanyaan yang bagus dan memujinya, karena hal tersebut
menumbuhkan kesenangan bagi si penanya.

 Menjawab dengan metode penyerupaan dan perbandingan

Kadang nabi ‫ ﷺ‬tidak menjawab pertanyaan secara langsung, tetapi menjawab


dengan menyerupakan dan membandingkan. Metode tersebut sangat besar pengaruhnya
dalam meyakinkan si penanya.

 Menjawab melebihi dari apa yang ditanyakan

Terkadang nabi ‫ ﷺ‬menjawab pertanyaan dengan jawaban yang melebihi dari apa
yang ditanyakan, hal tersebut dilakukan apabila beliau melihat si penanya membutuhkan
untuk mengetahui hal tersebut. Hal ini menunjukkan kesempurnaan beliau ‫ ﷺ‬dalam
memberi nasehat dan pengarahan.

 Diam terhadap perkara yang tidak diketahui

Beliau ‫ ﷺ‬adalah orang yang paling berilmu, paling mulia dan terhormat, akan
tetapi ketika beliau ‫ ﷺ‬ditanya tentang sesuatu yang belum diketahui maka beliau ‫ﷺ‬
diam atau mengatakan “saya tidak tahu”.

 Marah terhadap pertanyaan yang maksudnya penentangan

Nabi ‫ ﷺ‬sangat lapang dalam menghadapi pertanyaan bahkan memuji pertanyaan


yang bagus, tetapi beliau benci dengan pertanyaan yang dimaksudkan untuk penentangan
atau memaksakan bertanya tentang perkara yang tidak bermanfaat atau pertanyaan yang
membikin berat umatnya. Akan tetapi marah atau menegurnya beliau ‫ ﷺ‬dengan hikmah.

 Berlapang dada terhadap pertanyaan dan bantahan dalam pembelajaran

Diantara perkara yang membantu dalam memahami dan menguasai serta


mengokohkan dalam benak peserta didik adalah memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berdiskusi dan meminta penjelasan tentang perkara yang belum jelas. Nabi ‫ﷺ‬
tidak merasa gerah dengan itu semua bahkan bersemangat untuk menyelesaikan persoalan
yang dihadapi peserta didik.
 Berlapang dada ketika diingatkan

Nabi ‫ ﷺ‬sangat berlapang dada saat diingatkan oleh para sahabat ketika beliau
‫ ﷺ‬lupa, bahkan beliau ‫ ﷺ‬menganjurkan kepada para sahabat untuk mengingatkan
beliau. Pada dasarnya seseorang yang mengingatkan kita berarti orang tersebut sangat
perhatian dengan kita.

 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara dengan


bimbingan pengajar

Nabi ‫ ﷺ‬memberi kesempatan kepada para sahabat untuk berbicara dengan


adanya kehadiran / bimbingan beliau ‫ﷺ‬.

 Memberi kesempatan peserta didik untuk mengulang pelajaran

Memberi kesempatan peserta didik untuk mengulang kembali apa yang telah
diajarkan berfungsi untuk memberikan pemahaman dan mengetahui hal yang masih kurang
dalam pemahaman pelajaran.

 Tawadhu’

Tawadhu’ artinya menunjukkan kerendahan dari kedudukan yang dimilikinya. Nabi


‫ ﷺ‬adalah contoh nyata dalam hal ketawadhu’an, dimana beliau ‫ ﷺ‬tidak segan untuk
bergaul dengan para sahabat yang terdiri dari berbagai macam golongan.

 Lemah lembut dalam mengajar

Allah ‫ ﷻ‬menjadikan rasulnya ‫ ﷺ‬penuh rahmah, lemah lembut dan kasih sayang
terhadap orang yang beriman, sehingga beliau ‫ ﷺ‬sangat lemah lembut dan kasih sayang
dalam mengajari para sahabat. Tidaklah lemah lembut ada pada diri seorang pengajar
kecuali kebaikan akan selalu menyelimutinya. Lemah lembut adalah asas dalam
memberikan pembelajaran.

 Marah ketika muncul kesalahan dari orang yang tidak semestinya


melakukan kesalahan

Rosulullah ‫ ﷺ‬mensucikan dan mengajari para sahabat al qur’an dan as-sunnah,


maka ketika muncul kesalahan dari orang yang tidak diharapkan bersalah maka beliau ‫ﷺ‬
marah dan mengingkari kesalahan tersebut. Akan tetapi marah atau menegurnya beliau
‫ ﷺ‬dengan penuh hikmah.

 Memahami kemampuan masing-masing peserta didik

Para sahabat telah belajar dari nabi ‫ ﷺ‬sehingga mereka menjadi tokoh dalam ilmu
dan amalan, tetapi mereka tidak sama dalam kecerdasan dan memahami ilmu. Mereka
memiliki kemampuan yang berbeda-beda maka nabi ‫ ﷺ‬menempatkan mereka pada
posisi masing-masing. Jarang sekali seseorang memiliki multitalenta, maka hendaknya
pendidik mengetahui keunggulan dari masing-masing peserta didik. Jangan paksa peserta
didik untuk menguasai semua jenis pelajaran, akan tetapi kita selaku pendidik hendaknya
menggali kelebihan dari peserta didik kita.

 Memperhatikan kondisi peserta didik

Nabi ‫ ﷺ‬sangat memperhatikan kondisi para sahabat ketika mengajari mereka.


Terkadang peserta didik membutuhkan suatu perkara yang lebih dari lainnya.

 Memuliakan orang yang paling utama

Nabi ‫ ﷺ‬memuliakan dan memuji terhadap para tokoh di hadapan mereka, hal ini
memiliki pengaruh yang besar untuk mereka istiqomah dalam kebaikan dan ilmu.

 Memperhatikan pengaruh ucapan dan perbuatan terhadap peserta didik

Nabi ‫ ﷺ‬tidak mencukupkan diri dengan sekedar menyampaikan ilmu, tetapi terus
memantau pengaruh ilmu yang telah disampaikan kepada para sahabat. Sehingga segera
bisa menghilangkan kerancuan dan persoalan yang belum jelas bagi para sahabat.
Pendidikan bukanlah sekedar transfer ilmu, akan tetapi adanya perubahan perilaku, adab,
akhlak peserta didik menjadi lebih baik tanpa ada unsur paksaan.

 Mencari peserta didik yang tidak hadir

Nabi ‫ ﷺ‬mencari sahabat yang tidak hadir dalam majelisnya, bahkan berusaha
untuk mengatasi masalah yang mendera para sahabat dari menghadiri majelis ilmu. Hal
tersebut akan menumbuhkan sikap keterikatan dan kesatuan hati antara pendidik dan
peserta didik, sehingga mendorong kerinduan, istiqomah dalam menuntut ilmu.

 Memberi kemudahan dalam mendidik

Nabi ‫ ﷺ‬tidak pernah memberatkan para sahabat, bahkan beliau berusaha untuk
meringankan dan memudahkan segala urusan. Pendidik harus aktif untuk mencari metode
dan solusi untuk memudahkan pemahaman peserta didik.

 Memberi dorongan untuk mempelajari apa yang mudah untuk dipelajari

Nabi ‫ ﷺ‬tidak mensyaratkan bagi orang yang belajar untuk mempelajari ilmu
dalam jumlah yang banyak, juga tidak mensyaratkan harus menguasai dengan bagus, tetapi
beliau ‫ ﷺ‬menganjurkan untuk mempelajari yang pokok dan apa yang mudah dahulu
sesuai dengan kemampuan. Maka hendaknya seorang pendidik untuk bertahap dalam
memberikan pembelajaran dari yang mudah terlebih dahulu.
Tidak diragukan lagi bahwa pondasi dari pendidikan adalah dengan lemah lembut,
keramahan dan kasih sayang, maka sepatutnya seorang pendidik menghiasi dirinya dengan
sifat-sifat tersebut.

Akan tetapi apabila kelembutan, keramahan serta kasih sayang kurang memberi
manfaat, maka bentuk pendidikan dengan hikmah sangat dibutuhkan yaitu dengan
menempatkan sesuatu pada posisinya secara baik dan tepat. Sebab seorang pendidik
laksana dokter dalam mengobati penyakit dan mengupayakan kesembuhan pada diri pasien.
Ada penyakit yang mengharuskan pasien berpantang dari berbagai jenis makanan, ada
penyakit yang membutuhkan sedikit obat, ada juga penyakit yang membutuhkan operasi
bedah sesuai dengan tingkat yang dibutuhkan untuk kesembuhan dan semua itu dilakukan
dengan penuh komitmen dengan syarat-syarat dan batasan syariat.

Marilah kita hiasi diri kita dengan sifat lemah lembut yang dengannya akan diselimuti
dengan kebaikan, serta ikhlaskan hati kita karena Allah ‫ ﷻ‬dalam kita mendidik anak-anak
kita agar menjadi amalan yang menjadi pemberat kebaikan kita di akhirat kelak.

Sumber :

Pelatihan guru di Sekolah Islam An Nash Jakarta tanggal 19 – 20 September 2019 oleh ust
abu ahmad S.Pd

Anda mungkin juga menyukai