Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3

Nama : Sony Mahendra


NIM : 042173152

Tugas 3 Bahasa dan Terminologi Hukum


Berilah CONTOH kesalahan dalam penulisan bidang hukum (bebas) yang saudara temui,
dimana letak kesalahannya (beserta alasan) dan bagaimana perbaikannya.

Jawab
Contoh ke 1
Ternyata berdasarkan KBBI kata kesalahan serta kekeliruan mempunyai makna yang sama
bahkan saling memaknai satu dengan lainnya, salah dimaknai keliru demikian juga keliru
dimaknai dengan salah. Jadi, kalau sama mengapa digunakan kedua kata tersebut tiak satu
kata saja? Menurut penulis memang salah serta keliru bisa dimaknai sama tetapi juga bisa
berbeda tergantung konteks kalimatnya. Pasal 16 UU KUP mengatur penggunaan kata salah
atau kesalahan digunakan untuk salah tulis atau salah hitung. Sedangkan kata keliru atau
kekeliruan digunakan untuk penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam matrik sebagai berikut.

Pasal 34 ayat (3) PPemerintah Nomor 74 Tahun 2011 mengatur bahwa dalam hal terdapat
kekeliruan pengkreditan Pajak Masukan Pajak Pertambahan Nilai pada surat keputusan atau
surat ketetapan, pembetulan atas kekeliruan tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat
perbedaan besarnya Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak dan Pajak Masukan tersebut
tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak. Sebenarnya tidak terdapat
masalah dalam ketentuan ini, tetapi dalam penjelasannya diberikan contoh sebagai berikut:
Telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai atas nama
PT A untuk Masa Pajak Februari 2012, dengan rincian sebagai berikut:
- Pajak Keluaran sebesar Rp100.000.000,00
- Pajak Masukan sebesar Rp75.000.000,00
Dari Pajak Masukan tersebut terdapat 1 (satu) Faktur Pajak sebesar Rp7.500.000,00 yang
telah terjadi kekeliruan dalam penghitungan Pajak Masukan pada saat Pemeriksaan menjadi
sebesar Rp5.700.000,00....”

This study source was downloaded by 100000810806786 from CourseHero.com on 11-17-2022 09:28:58 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/154795779/Tugas-3-Bahasa-dan-Terminologi-Hukumdocx/
Dalam contoh ini terjadi kerancuan pemakaian kata yang seharusnya kesalahan tetapi
digunakan kata kekeliruan. Kata „kekeliruan dalam penghitungan‟ seharusnya „kesalahan
dalam penghitungan karena penghitungan masuk dalam kategori kesalahan bukan kekeliruan.
Jika sebenarnya besarnya kredit pajak dalam Faktur Pajak Masukan tersebut sebesar
Rp7.500.000,00 tetapi pada saat pemeriksaan terjadi kesalahan tulis bukan salah hitung -dan
tentu saja bukan kekeliruan- menjadi sebesar Rp5.700.000,00.

Pengunan kata kekeliruan dalam Pembetulan Pasal 16 UU KUP adalah untuk kekeliruan
dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak,
kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam
pengkreditan pajak.

Kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pembuatan faktur pajak misalnya keliru dalam
menerapkan tarif misalnya jumlah yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak adalah
Rp75.000.000,00 seharusnya dikenakan PPN dengan tarif 10% sehingga jumlah PPN-nya
sebesar Rp.7.500.000,00 tetapi dikenakan tarif 7,6% sehingga jumlah PPN-nya sebesar
Rp.5.700.000,00. Jika Faktur Pajak Masukan tersebut dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak
kemudian di koreksi oleh Pemeriksa Pajak maka upaya yang dapat ditempuh oleh Pengusaha
Kena Pajak bukan pembetulan tetapi keberatan.

Setelah menelusuri makna kata salah serta keliru dan penerapannya dalam ketentuan Pasal 16
UU KUP maka penggunaan kata „kekeliruan dalam penghitungan‟ dalam penjelasan Pasal
34 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011 dapat dikatakan menggunakan ungkapan atau istilah
yang tidak konsisten atau memberikan definisi atau batasan pengertian yang tidak cermat
sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

Contoh ke 2
"PENGUGAT, agama Islam, pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di kelurahan Pai,
Kecamatan Biring-kanaya, Kota Makassar; dalam hal ini memberikan kuasa kepada: A
Mahyanto mazda, S.H., M.H.A. Makagiansar, S.H. Muhammad Bazra, S.H. masing-masing
advokat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 052/SK/AMM-SS/I/2005 tanggal 8 Januari
2015, selanjutnya disebut sebagai Penggugat."

This study source was downloaded by 100000810806786 from CourseHero.com on 11-17-2022 09:28:58 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/154795779/Tugas-3-Bahasa-dan-Terminologi-Hukumdocx/
Berdasarkan contoh 2 di atas, dapat dikatakan mubazir dari segi pengunaan katanya. Hal itu
dapat terlihat pada kata pengugat yang berulang tanpa menyebut nama atau inisial pengugat.
Kata pengugat (pemberi kuasa) hanya disertai agama, pekerjaan, serta alamat, tanpa identitas
lain. Sebagai akibatnya kalimat pada data 1 menjadi rancu. Selain itu, kalimat di atas
mengalami kesalahan struktur yang disebabkan oleh penghilangan salah satu fungsi kalimat.
Kesalahan yang dimaksud yaitu kehilangan fungsi subjek (S). Oleh karena itu, untuk
mengindari terjadinya kesalahan struktur pada kalimat di atas, maka harus dilengkapi dengan
fungsi subjek (pelaku).

Jadi, kalimat yang tepat dan tidak mengalami kesalahan struktur berdasarkan kalimat di atas,
yaitu:
”Si… beragama Islam, pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di kelurahan Pai, Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar; dalam hal ini memberikan kuasa kepada: A Mahyanto mazda,
S.H., M.H. A. Makagiansar, S.H. Muhammad Bazra, S.H. masingmasing advokat,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 052/SK/AMM-SS/I/2005 tanggal 8 Januari 2015,
selanjutnya disebut sebagai Penggugat.”

This study source was downloaded by 100000810806786 from CourseHero.com on 11-17-2022 09:28:59 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/154795779/Tugas-3-Bahasa-dan-Terminologi-Hukumdocx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai