Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

"Analisis Proses Pembrantasan korupsi"

DISUSUN OLEH :

EMA AGUSTINA

PO:71.20.1.17.170

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul. "ANALISIS PROSES PEMBERANTASAN
KORUPSI" semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan maupun pedoman
bagi pembaca Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi, Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca,penulis
mengucapkan mohon maaf atas kekurangan nya terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi, Maret 2019

Penulis
DAFTR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................

B. Rumusan Masalah ..................................................................................

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep teor........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

A. Menganalisis Proses Pemberantasan Korupsi ................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................

B. Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan banyak pihak. Penyebab adanya
tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah
dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau orang lain secara tidak sah.

Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung pangkalnya Korupsi tidak
akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang dinamakan kekuasaan. Di mana ada kekuasaan,
pasti ada korupsi. Hal ini telah menjadi kodrat dari kekuasaan itu sendiri, yang menjadi “pintu
masuk” bagi terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan korupsi yang selalu berdampingan,
layaknya dua sisi mata uang, merupakan hakikat dari pernyataan yang disampaikan oleh Lord
Acton, dari Universitas Cambridge, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely.

Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai prilaku yang menyimpang merupakan suatu
tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh seseorang dalam posisi otoritas
publik (penguasa). Korupsi cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa atau
wewenang terhadap sesuatu. Apabila seseorang tersebut tidak memiliki kuasa, kecil
kemungkinan bagi dirinya untuk melakukan korupsi. Namun, merupakan suatu kemustahilan
bagi manusia yang tidak memiliki sebuah ‘kekuasaan’. Selain itu, ciri paling utama dari korupsi
adalah tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi semata dan
merugikan pihak lain di luar dirinya.

B. Rumusan masalah

1.Apa Saja Peroses pemberantasan korupsi mulai dari


penyelidikan,penyidikan,persidangan,penetapan hukum.

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui Proses pemberantasan korupsi


BAB II

KAJIAN TEORI

Diskripsi Teori

Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu masalah
atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi karena beberapa
faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.

Di samping motif ada juga faktor yang berpengaruh dilakukannya korupsi, faktor tersebut
adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam diri individu yaitu
misalnya sifat rakus, serakah yang tertanam kuat dalam pribadi individu tersebut. Untuk faktor
eksternal berarti faktor yang berasal dari luar individu misalnya karena adanya kesempatan untuk
melakukan korupsi, seperti lemahnya penegakkan hukum karena para penegak hukum mudah
untuk disuap. Selain motif dan faktor di atas ada tiga aspek yang menjadi penyebab korupsi
menurut buku “Strategi Pemberantasan Korupsi” dari Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang dikutip Chabullah (2011: 28-29) yaitu aspek individu pelaku, aspek
organisasi, aspek tempat individu dan organisasi berada. Aspek individu pelaku meliputi sifat
tamak, malas, moralitas lemah, gaya hidup yang sehingga banyak kebutuhan yang mendesak
sedangkan penghasilan kurang mencukupi dan ajaran agama yang tidak diterapkan. Aspek
organisasi meliputi tidak adanya kultur organisasi yang benar ditunjukkan dari sistem
akuntabilitas yang kurang memadai di instansi pemerintah, lemahnya sistem pengendalian
manajemen dan manajemen 20 cenderung menutupi korupsi yang terjadi di dalam organisasi
namun yang tidak kalah penting adalah kurangnya sikap keteladanan pimpinan. Aspek yang yang
terakhir yaitu tempat individu dan organisasi berada. Aspek ini meliputi nilai-nilai yang tumbuh
dalam masyarakat ternyata mendorong korupsi semakin subur kemudian kurangnya kesadaran
masyarakat bahwa mereka terlibat dalam korupsi dan mereka juga yang menjadi korban dari
korupsi serta kurang sadarnya masyarakat bahwa bila masyarakat ikut berperan aktif ke arah
positif korupsi bisa dicegah dan diberantas
BAB III

PEMBAHASAN

KASUS I

Fakta-fakta Dugaan Suap Rp 700 Juta Bupati Jepara kepada Hakim LAS

Sabtu, 8 Desember 2018 | 13:21 WIB

Korupsi.

KOMPAS.com - Dunia peradilan Indonesia kembali tercoreng. Komisi Pemberantasan Korupsi


( KPK) menetapkan Lasito, hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang, menjadi tersangka kasus
suap.Lasito diduga menerima suap ratusan juta rupiah dari Bupati Jepara Ahmad Marzuki.
KPK juga telah menetapkan Bupati Jepara periode 2017-2022 tersebut menjadi tersangka.

Menurut KPK, Ahmad Marzuki mencoba memengaruhi keputusan pengadilan dengan menyuap
Lasito dalam perkara penyimpangan dana bantuan partai politik PPP Kabupaten Jepara tahun
2011-2014.

Inilah fakta di balik kasus suap menyuap tersebut:KPK menetapkan Bupati Jepara Ahmad
Marzuki dan hakim PN Semarang bernama Lasito sebagai tersangka.

"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dan menetapkan dua orang
sebagai tersangka, yaitu AM, Bupati Jepara periode 2017-2022 dan LAS, hakim pada
Pengadilan Negeri Semarang," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam konferensi pers
di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Lasito diduga menerima hadiah atau janji dari Ahmad Marzuki untuk memengaruhi putusan
gugatan praperadilan yang diajukan Marzuki atas penetapan dirinya sebagai tersangka oleh
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah di PN Semarang tahun 2017.

Pada pertengahan 2017, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah melakukan penyelidikan dugaan
korupsi penggunaan dana bantuan partai politik DPC PPP Kabupaten Jepara 2011-2014 dengan
tersangka Ahmad.
"AM mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Semarang. AM mencoba
mendekati hakim tunggal LAS melalui panitera muda di Pengadilan Negeri Semarang," ujar
Basaria.

Dari pantauan wartawan, setelah menjadi tersangka, Lasito tetap bekerja sebagaimana
biasanya, Jumat (7/12/2018) pagi.

Sejumlah wartawan mencoba mengklarifikasi terkait penetapannya menjadi tersangka.

"Langsung ke humas saja. Saya nanti menyalahi kode etik (kalau menjawab)," kata
Lasito.Dalam kasus ini, pihaknya meminta agar keterangan yang diberikan satu pintu, yaitu
dari bagian humas.Juru bicara PN Semarang Eko Budi Supriyanto mengatakan ada ketentuan
yang mengatur jika ada hakim tersangkut kasus pidana.Jika hakim ditetapkan sebagai
tersangka, maka akan dinonaktifkan sementara waktu sampai kasusnya berkekuatan hukum
tetap.

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (6/12/2018)


kemarin menetapkan Bupati Jepara, Ahmad Marzuqi, bersama hakim pada PN Semarang,
Lasito, sebagai tersangka kasus suap. Penyidik telah mengantongi bukti permulaan yang cukup
adanya dugaan tindak pidana korupsi dengan memberikan hadiah atau janji kepada hakim
Praperadilan di PN Semarang Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan memaparkan, Ahmad
diduga memberikan uang sekitar Rp 700 juta kepada Lasito.Rinciannya, uang sebesar Rp 500
juta dalam mata uang Rupiah dan uang dollar Amerika Serikat dengan nilai setara Rp 200 juta.

"LAS selaku hakim diduga menerima hadiah atau janji dari AM untuk memengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili terkait putusan gugatan praperadilan yang
diajukan oleh AM atas penetapan dirinya sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa
Tengah," kata Basaria dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis
(6/12/2018).Dalam kasus ini, Ahmad selaku terduga pemberi disangka melanggar Pasal 12
huruf c atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001.Lasito diduga sebagai penerima disangka melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a atau Pasal
13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

PEROSES PEMBERANTASAN KORUPSI


1. Penyelidikan
Pada pertengahan 2017, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah melakukan penyelidikan dugaan
korupsi penggunaan dana bantuan partai politik DPC PPP Kabupaten Jepara 2011-2014 dengan
tersangka Ahmad."AM mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Semarang.
AM mencoba mendekati hakim tunggal LAS melalui panitera muda di Pengadilan Negeri
Semarang," ujar Basaria

2. Penyidikan
Penyidik telah mengantongi bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi
dengan memberikan hadiah atau janji kepada hakim Praperadilan di PN Semarang Wakil Ketua
KPK Basaria Panjaitan memaparkan, Ahmad diduga memberikan uang sekitar Rp 700 juta
kepada Lasito.Rinciannya, uang sebesar Rp 500 juta dalam mata uang Rupiah dan uang dollar
Amerika Serikat dengan nilai setara Rp 200 juta.

"LAS selaku hakim diduga menerima hadiah atau janji dari AM untuk memengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili terkait putusan gugatan praperadilan yang
diajukan oleh AM atas penetapan dirinya sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa
Tengah," kata Basaria dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis
(6/12/2018)

3. Persidangan
.Dalam kasus ini, Ahmad selaku terduga pemberi disangka melanggar Pasal 12 huruf c atau
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.Lasito
diduga sebagai penerima disangka melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a atau Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

4.Penetapan Keputusan / Hukum


Ahmad Marzuki dan hakim PN Semarang bernama Lasito sebagai tersangka.
"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dan menetapkan dua orang
sebagai tersangka, yaitu AM, Bupati Jepara periode 2017-2022 dan LAS, hakim pada
Pengadilan Negeri Semarang," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam konferensi pers
di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

KASUS II
KPK menangkap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar di rumah dinasnya pada Rabu
(12/12/2018) silam. Ia bersama tiga orang lainnya ditetapkan tersangka oleh KPK.Irvan bersama
tiga tersangka lainnya diduga meminta, menerima, atau memotong dana alokasi khusus (DAK)
pendidikan Kabupaten Cianjur sekitar 14,5 persen dari total Rp 46,8 miliar.Adapun alokasi fee
untuk Irvan diduga sebesar 7 persen dari alokasi DAK tersebut.

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah sejumlah lokasi di


Kabupaten Cianjur dan Bandung, Jawa Barat, sejak Sabtu (15/12/2018) hingga Senin
(17/12/2018).Penggeledahan untuk kepentingan penyidikan kasus dugaan penerimaan suap
terkait pemotongan dana alokasi khusus (DAK) terkait dana pendidikan di Kabupaten Cianjur
Tahun 2018.

Lokasi yang digeledah seperti kantor dan rumah Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar, kantor
dinas pendidikan, rumah Kepala Dinas Pendidikan Cecep Sobandi, rumah Kepala Bidang SMP
Dinas Pendidikan, Rosidin.Kemudian rumah Bendahara Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) Taufik Setiawan dan rumah kakak ipar Irvan, Tubagus Cepy Sethiady.

"Dari lokasi penyidik menyita sejumlah dokumen terkait DAK fisik SMP APBD tahun anggaran
2018 dan sebuah kendaraan diduga hasil tindak pidana milik tersangka ROS (Rosidin)," kata Juru
Bicara KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Senin (17/12/2018).

Dalam kasus ini, KPK menetapkan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar sebagai tersangka. Selain
Irvan, KPK juga menetapkan tiga orang lainnya sebagai tersangka.Masing-masing adalah Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Cecep Sobandi dan Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan
Rosidin.Kemudian, Tubagus Cepy Sethiady yang merupakan kakak ipar Irvan.

Dalam kasus ini, Irvan dan para pejabat di Dinas Pendidikan diduga menerima suap terkait
pemotongan dana alokasi khusus (DAK) terkait dana pendidikan di Kabupaten Cianjur Tahun
2018

KPK resmi menahan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Cianjur Cecep Sobandi, dan Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Rosidin, Kamis
(13/12/2018)."Terhadap 3 tersangka lain yang telah melewati proses pemeriksaan, dilakukan
penahanan selama 20 hari pertama," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah melalui keterangan
tertulis, Kamis.

Ketiga tersangka tersebut ditahan di tempat yang berbeda. Bupati Cianjur Irvan ditahan di Rutan
cabang KPK, yang berlokasi di belakang Gedung KPK, Jakarta Selatan.

Sementara itu, Cecep Sobandi ditahan di rutan cabang KPK di Kantor KPK Kavling C-1. Lalu,
Rosidin ditahan di Rutan cabang KPK di Polisi Militer Kodam (Pomdam) Jaya, Guntur, Jakarta
Selatan.

1 Penyelidikan

KPK menangkap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar di rumah dinasnya pada Rabu
(12/12/2018) silam. Ia bersama tiga orang lainnya ditetapkan tersangka oleh KPK.Irvan bersama
tiga tersangka lainnya diduga meminta, menerima, atau memotong dana alokasi khusus (DAK)
pendidikan Kabupaten Cianjur sekitar 14,5 persen dari total Rp 46,8 miliar.Adapun alokasi fee
untuk Irvan diduga sebesar 7 persen dari alokasi DAK tersebut.

2.Penyidik

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah sejumlah lokasi di


Kabupaten Cianjur dan Bandung, Jawa Barat, sejak Sabtu (15/12/2018) hingga Senin
(17/12/2018).Penggeledahan untuk kepentingan penyidikan kasus dugaan penerimaan suap
terkait pemotongan dana alokasi khusus (DAK) terkait dana pendidikan di Kabupaten Cianjur
Tahun 2018.

Lokasi yang digeledah seperti kantor dan rumah Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar, kantor
dinas pendidikan, rumah Kepala Dinas Pendidikan Cecep Sobandi, rumah Kepala Bidang SMP
Dinas Pendidikan, Rosidin.Kemudian rumah Bendahara Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) Taufik Setiawan dan rumah kakak ipar Irvan, Tubagus Cepy Sethiady.

"Dari lokasi penyidik menyita sejumlah dokumen terkait DAK fisik SMP APBD tahun anggaran
2018 dan sebuah kendaraan diduga hasil tindak pidana milik tersangka ROS (Rosidin)," kata Juru
Bicara KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Senin (17/12/2018).

3.Persidangan

Dalam kasus ini, Irvan dan para pejabat di Dinas Pendidikan diduga menerima suap terkait
pemotongan dana alokasi khusus (DAK) terkait dana pendidikan di Kabupaten Cianjur Tahun
2018., jadi KPK menetapkan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar sebagai tersangka. Selain
Irvan, KPK juga menetapkan tiga orang lainnya sebagai tersangka.Masing-masing adalah Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur Cecep Sobandi dan Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan
Rosidin.Kemudian, Tubagus Cepy Sethiady yang merupakan kakak ipar Irvan.

4.Penetapan Keputusan/Hukum
KPK resmi menahan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Cianjur Cecep Sobandi, dan Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Rosidin, Kamis
(13/12/2018)."Terhadap 3 tersangka lain yang telah melewati proses pemeriksaan, dilakukan
penahanan selama 20 hari pertama," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah melalui keterangan
tertulis.

Ketiga tersangka tersebut ditahan di tempat yang berbeda. Bupati Cianjur Irvan ditahan di Rutan
cabang KPK, yang berlokasi di belakang Gedung KPK, Jakarta Selatan.

Sementara itu, Cecep Sobandi ditahan di rutan cabang KPK di Kantor KPK Kavling C-1. Lalu,
Rosidin ditahan di Rutan cabang KPK di Polisi Militer Kodam (Pomdam) Jaya, Guntur, Jakarta
Selatan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlunya penanganan korupsi agar tidak menimbulkan efek yang merugikan masyarakat.
Bagaimana mulai membangun dan membentuk generasi yang bebas korupsi dimasa yang akan
datang.
Bagaimana kita akan membentuk pribadi – pribadi yang jujur, bersih, dan punya integritas anti
korupsi.

B. Saran
Mudah – mudahan kita bisa melakukan langkah – langkah penanggulangan atau paling tidak
pencegahan.Mari kita bangun generasi masa depan yang jujur, bersih, dan bebas korupsi Pencegahan
dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan disekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2018/12/08/13213031/fakta-fakta-dugaan-suap-rp-700-juta-
bupati-jepara-kepada-hakim-las

https://nasional.kompas.com/read/2018/12/14/07133181/kasus-korupsi-dana-pendidikan-
oleh-bupati-cianjur-ini-fakta-faktanya

Anda mungkin juga menyukai