Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGANTAR ILMU HUKUM


PERAN HUKUM DALAM MENANGGAPI KASUS TINDAK
PIDANA KORUPSI DI KALANGAN PEJABAT DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Nama : Samuel Alexander Hasibuan

STB : 5191

Kelas : Bimbingan Kemasyarakatan B

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

TAHUN 2023

DEPOK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
dan tanpa mengalami suatu kendala apapun.

Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen pengajar bapak Umar Anwar,
S.H.,M.Si.,M.H. dan pada orang tua serta rekan-rekan Taruna Poltekip lainnya.

Makalah ini berjudul “Peran Hukum dalam Menanggapi Kasus Korupsi di


Kalangan Para Pejabat di Indonesia.” Pemilihan judul yang dipilih oleh penulis
berhubungan erat dengan keadaan yang sedang terjadi di Indonesia yaitu
maraknya praktik korupsi di kalangan para pejabat di Indonesia.

Penulis juga memohon maaf jika masih terdapat kekurangan dalam


pembuatan makalah ini baik dari tulisan ataupun hal yang lain. Penulis juga
memohon kritik dan saran dari semua pihak, agar dapat dijadikan alat perbaikan
untuk kedepannya.

Penulis berharap kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


siapapun yang membacanya . Demikian hal yang dapat penulis sampaikan sekian
dan terima kasih.

Depok, 17 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
References.......................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
A. TINJAUAN TEORI...........................................................................................4
B. DEFINISI OPERASIONAL..............................................................................5
BAB III...........................................................................................................................8
PEMBAHASAN DAN ANALISIS................................................................................8
A. PENGERTIAN KORUPSI SERTA DAMPAKNYA DALAM KEHIDUPAN
................................................................................................................................8
B. RELEVANSI UNDANG-UNDANG TENTANG TINDAK PIDANA
KORUPSI.............................................................................................................10
C. SUDUT PANDANG PERSPEKTIF ILMU HUKUM DALAM
MENANGGAPI KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI..................................15
BAB IV.........................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................16
A. Kesimpulan :....................................................................................................16
B. Saran:...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korupsi ialah suatu tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang yang biasanya memiliki kuasa lebih terhadap hak-hak yang
sebenarnya dimiliki oleh orang lain yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan
pribadi tanpa mementingkan orang yang seharusnya memiliki hak tersebut.
Korupsi merupakan salah satu tindakan kejahatan yang memiliki tingkat
kriminalitas yang serius. Hal ini dikarenakan banyaknya akibat yang akan
ditimbulkan akibat dari tindakan korupsi. Tindakan korupsi dapat menyebabkan
tidak terpenuhinya hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh orang yang
membutuhkan.
Pada umumnya korupsi dilakukan tidak hanya melibatkan satu orang saja,
namun lebih dari satu orang, karena pada dasarnya “koruptor” sebutan bagi
seseorang yang melakukan tindak pidana korupsi tidak dapat melancarkan
kejahatannya tanpa adanya bantuan orang lain. Dengan kata lain, ada beberapa
orang lainnya yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda demi keberhasilan
tindak kejahatan yang dilakukan.
Banyaknya kasus tindak pidana korupsi ini tidak terlepas dari buruknya
nilai integritas yang dimiliki oleh para pejabat dan pegawai sehingga
menyebabkan tindakan korupsi tersebut terjadi berulang kali. Dengan minimnya
perbaikan yang dilakukan menyebabkan kasus korupsi semakin berakar didalam
pribadi para pejabat dan pegawai.
Menurut Penulis, korupsi adalah suatu tindakan yang tidak bermoral yang
dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dan rasa
empati terhadap orang lain, hal ini dikarenakan orang yang melakukan korupsi
tidak memikirkan kebutuhan orang lain yang bersifat mendesak, melainkan lebih
mementingkan kepentingan pribadi. Sehingga dapat dikatakan orang yang
melakukan korupsi adalah orang yang tidak berintegritas.
Di Indonesia sendiri kasus tindak pidana korupsi bukanlah suatu kasus yang

1
baru yang dikenal oleh masyarakat, melainkan sudah menjadi kasus yang paling
sering terjadi dan biasanya melibatkan para pejabat pemerintahan. Menurut
laporan Transparency Internasional, Indonesia menjadi negara terkorup ke-5 di
Asia Tenggara.
Hal ini tentu akan membuat pandangan negara lain terhadap indonesia
menjadi buruk dikarenakan kasus-kasus korupsi yang terus menerus yang
bertambah ditambah lagi dengan data-data pendukung yang semakin menguatkan
fakta bahwa pejabat-pejabat pemerintahan Indonesia yang berkuasa tidak
memiliki integritas dalam menjalankan tugas.
Kasus korupsi di Indonesia sendiri sudah menjadi berita utama yang terus
disaksikan oleh rakyat indonesia. Mulai dari oknum pejabat negara kelas atas
sampai kelas paling bawah, semua bekerjasama untuk menyusun strategi demi
melancarkan tindakan korupsi yang dharapkan.
Hukum tentu menganggap korupsi merupakan suatu tindakan pidana, hal
ini dapat dilihat dalam pasal 2 undang-undang tindak pidana korupsi diamana
dikatakan bahwa seseorang yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi
dikenakan hukuman paling sedikit empat tahun penjara dan hukuman maksimal
yaitu dua puluh tahun kurungan penjara.
Jika dilihat dari perspektif hukum, penulis merasa hukuman yang
diberikan masih belum terlalu tegas dalam hal mengatasi tindakan pidana korupsi
yang terjadi. Sehingga hal ini harus menjadi tugas bagi lembaga-lembaga negara
yang terkait dalam mengatasi permasalahan tersebut untuk mencari jalan
penyelesaian, sehingga kasus korupsi tidak terulang kembali.
Kasus korupsi di Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu kasus yang
paling sulit untuk dihilangkan, karena tindakan korupsi yang terjadi umumnya
dikarenakan adanya peran-peran pejabat strategis yang memiliki hak dan
wewenang untuk mengamankan jalannya tindakan pelanggaran hukum yang
terjadi sehingga dapat melumpuhkan berjalannya proses hukum yang berjalan.
Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah tiap-tiap lembaga pemerintahan
yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian dari banyaknya kasus yang sedang
terjadi.
Kemudian, hal yang menjadi penting untuk dijadikan sebagai kajian ilmu

2
pengetahuan yaitu, pada saat kasus tindak pidana korupsi yang sedang menjalari
tubuh para pejabat dan pegawai pemerintahan semakin merajalela, disisi lain
hukum yang mengaturnya seakan tidak aktif, hal ini tentu menjadi pertanyaan
besar yang perlu dipertanyakan.
Dengan tidak adanya tindakan konkrit yang diambil oleh lembaga negara
menyebabkan masyarakat memberikan asumsi yang buruk yang ditujukan kepada
pemerintah, ada yang mengganggap bahwa pejabat negara hanya menghabiskan
uang rakyat bahkan tidak sedikit juga masyarakat mengganggap bahwa
sebenarnya para pejabat pemerintahan itu sendirilah yang menjadi musuh rakyat.
Tentu hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah, yang dalam hal ini yaitu pemerintah yang menjalankan tugas dan
fungsinya masing-masing sebagaimana mestinya. Rakyat menuntut hak yang
seharusnya mereka dapatkan namun pada kenyataannya mereka belum juga
mendapatkan apa yang semestinya mereka dapatkan.
Oleh sebab itu, permasalahan korupsi ini merupakan hal yang serius yang
harus diatasi, dalam hal ini lembaga negara mempunyai peranan penting untuk
mewujudkan terciptanya kondisi bebas korupsi, namun permasalahannya sekarang
adalah apakah lembaga negara itu mampu bertekad untuk mengoptimalkan peran
hukum untuk memberantas korupsi atau sebaliknya menjadi musuh dalam selimut
yang semakin menambah beban rakyat.
Dalam hal membahas lebih jauh mengenai peran hukum dalam tindak
pidana korupsi yang ada di Indonesia, penulisan mengangkat beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Korupsi dan mengapa korupsi sering dilakukan oleh pejabat?
2. Apakah Undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana
korupsi itu sudah berjalan sebagaimana mestinya?
3. Jelaskan perspektif Ilmu Hukum memandang tindak pidana korupsi!
References
Anwar, Umar. Pengantar Ilmu Hukum. Depok: Muhammad Zaini, 2022.
Anwar, Umar. "Stategi Keamanan Penjara." In Stategi Keamanan Penjara, 80. Depok:
Rajagrafindo, 2017.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Teori Korupsi
Juniadi Suwartojo (1997) pengertian korupsi adalah tingkah laku atau
tindakan seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan
menggunakan dan/atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui
proses pengadaan, penetapan pungutan penerimaan atau pemberian fasilitas atau
jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang
atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau
jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga
langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/atau keuangan
negara/masyarakat.
Menurut penulis, teori yang dikemukakan oleh Juniadi Suwartojo, memiliki
arti bahwa kekuasaan memiliki peranan penting dalam terjadinya tindak pidana
korupsi, orang yang memiliki suatu kekuasaan cenderung lebih memiliki
kemungkinan melakukan tindak pidana korupsi. Hal itu dikarenakan, orang yang
mempunyai kekuasaan dapat memerintahkan orang lain untuk melakukan apa
yang dia inginkan.
Jika dirujuk dari pengertian sebelumnya, yang dimaksud dengan orang yang
memiliki kuasa yaitu pejabat pemerintahan. jadi, pejabat negara lebih
memungkinkan untuk melakukan tindak pidana korupsi. Itulah makna tersirat
yang dapat dilihat dari pengertian yang diajukan oleh Juniadi Suwartojo dalam
pendapatnya.
Selain itu, penulis juga melihat bahwa korupsi juga dilakukan disertai
dengan adanya benda yang menjadi alat transaksi untuk memudahkan seseorang
melakukan suatu tindakan melanggar hukum, benda tersebut dapat berupa fasilitas
ataupun jasa yang dijanjikan kepada si pelaku yang mendukung tercapainya suatu
tindak pidana korupsi.
2. Teori Hukum
Menurut Bruggink, “teori hukum merupakan keseluruhan pernyataan yang

4
saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan
putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian penting dipositifkan.”
Jika ditarik pengertian teori hukum dari bruggink maka penulis melihat bahwa ada
beberapa hal yang menentukan supaya sesuatu itu dapat dikatakan sebagai hukum.
Pertama yaitu adanya suatu aturan-aturan hukum dan putusan-putusan
hukum, yang bermakna bahwa suatu hukum dapat dikatakan sebagai hukum
apabila ada aturan yang termuat didalamnya, biasanya aturan-aturan hukum itu
bersumber dari kehidupan masyarakat itu juga. Dimana didalam kehidupan
masyarakat tentunya terjadi interaksi yang berkesinambungan.
Dalam interaksi yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat, perlu
adanya suatu batasan-batasan yang harus dibuat, guna mencegah terjadinya hal-
hal yang bersifat kriminal. Batasan-batasan ini bertujuan untuk membatasi
perilaku dan sikap setiap elemen masyarakat, agar masyarakat dalam menjalani
kehidupannya senantiasa teratur.
Batasan-batasan yang dianut oleh masyarakat itu pula, berkembang
menjadi suatu larangan ataupun suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Pada
saat batasan-batasan itu sudah diyakini masyarakat kebenarannya, maka batasan
itu akan diangkat menjadi suatu aturan yang memiliki kekuatan mengikat.
Kemudian, jika aturan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan juga
membawa dampak positif dalam kehidupan masyarakat, maka aturan ini akan
memiliki kekuatan hukum yang diperoleh melalui putusan hukum, itulah halnya
yang menyebabkan suatu aturan itu memiliki kekuatan hukum positif.
Kedua, sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum
sebagian penting dipositifkan, dari pernyataan tersebut, penulis memandang
bahwa aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum sebagian penting
dipositifkan artinya aturan hukum itu sendiri diterapkan dalam kehidupan
masyarakat. Dipositifkan artinya diterapkan, tentu dalam penerapannya memiliki
tujuan untuk mencapai kesehjateraan dan ketertiban dalam berlangsungnya
kehidupan ditengah-tengah masyarakat dalam melakukan interaksi satu sama lain
ataupun individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok.

5
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Definisi Kasus
Kasus memiliki pengertian akan suatu hal yang sedang ada dalam
permasalahan. Permasalahan yang dimaksud ialah permasalahan yang memiliki
tingkat masalah yang tinggi. Sehingga suatu kasus harus dipecahkan dan dicari
solusinya agar suatu permasalahan yang ada dalam suatu kasus dapat terselesaikan
sebaik mungkin.
Dalam hal penyelesaian suatu kasus, tentu bukanlah hal yang dapat
dikatakan mudah karena dibutuhkan proses ataupun prosedur yang harus
dilakukan agar kasus yang terjadi dapat ditemukan alternatif penyelesaiannya.
Pada umumnya, suatu kasus muncul dari adanya suatu permasalahan besar yang
terjadi.
Dengan kata lain, kasus dianggap sebagai suatu permasalahan yang serius
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan ketentuan
melanggar suatu aturan atau kaidah-kaidah yang sudah ada sebelumnya. Ada
beberapa ciri khas dari suatu kasus yaitu, adanya suatu tindak pelanggaran yang
dilakukan, membutuhkan waktu untuk dapat memecahkannya, dan juga
membutuhkan suatu proses dalam menemukan permasalahannya.
Dalam proses pemecahan kasus, sering dikenal dengan istilah studi kasus
yang bertujuan untuk meneliti mengenai suatu permasalahan yang terjadi,
Menurut Creswell, dalam Sugiyono (2016: 15) studi kasus adalah suatu jenis
penelitian kualitatif, dimana penulis melakukan eksplorasi secara mendalam
terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap individu yang terkait oleh
waktu dan aktivitas.
Dari pengertian tersebut, maka studi kasus memiliki pengertian bahwa
dilakukannya suatu penelitian untuk meneliti lebih dalam terkait aspek-aspek apa
saja yang ada pada saat suatu kasus terjadi baik dari segi waktu terjadinya suatu
tindakan atauapun aspek lainnya yang berhubungan langsung dengan terjadinya
suatu kasus tersebut.
Maka dari itu, suatu kasus harus diselesaikan dan dicari apa yang
menyebabkan terjadinya suatu tindakan yang melanggar hukum sehingga
berujung dengan terjadinya suatu kasus.

6
2. Definisi Tindak Pidana
Menurut penulis, tindak pidana yaitu segala perbuatan yang melanggar
hukum yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang dengan tujuan
mencapai suatu keinginan yang diinginkan, biasanya suatu tindak pidana
dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda ada beberapa tindak pidana dilakukan
dikarenakan adanya dorongan internal dan eksternal.
Dorongan internal yang dimaksud ialah dorongan yang berasal dari dalam
diri seseorang, dorongan ini biasanya timbul karena adanya tekanan mental yang
dirasakan oleh si pelaku contoh dari tindak pidana yang disebabkan oleh dorongan
internal yaitu seperti perampokan ataupun pencurian.
Tindak pidana ini dikatakan berasal dari dorongan internal karena adanya
suatu tekanan yang dirasakan oleh si pelaku yang disebabkan oleh kompleksitas
dalam kehidupan masyarakat yang tinggi, dalam hal ini pelaku menganggap
bahwa dengan melakukan perampokan ataupun pencurian maka kebutuhan
internal dari si pelaku akan dapat terpenuhi.
Dengan kata lain, si pelaku membenarkan segala cara untuk dapat
memenuhi kebutuhan internalnya contohnya seorang laki-laki yang melakukan
tindak pidana pencurian dikarenakan desakan ekonomi untuk mencukupi
kebutuhan keluarga, sehingga dia harus melakukan suatu tindakan pidana agar
kebutuhan internal nya yaitu desakan ekonomi dari keluarga dapat terpenuhi.
Kemudian, selain dorongan internal ada juga dorongan yang lainnya yang
dapat disebut sebagai dorongan eksternal. Sesuai dengan namanya, dorongan ini
berasal dari luar yang mengakibatkan seseorang itu melakukan suatu tindak
pidana. biasanya dorongan eksternal ini tidak berasal dari diri pelaku, melainkan
adanya pengaruh orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya.
Sebagai contoh seperti seorang pelaku tindak pidana yang melakukan
tindakannya atas dasar perintah dari orang lain sehingga dia dengan terpaksa harus
melakukannya. Dikarenakan adanya suatu imbalan ataupun suatu konsekuensi
yang harus diterima si pelaku Jika dia melakukan perbuatan seperti apa yang
diperintahkan kepada-nya, maka dengan terpaksa si pelaku harus melakukan suatu
tindakan melanggar hukum yang kemudian disebut sebagai suatu tindakan yang
berujung pidana.

7
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. PENGERTIAN KORUPSI SERTA DAMPAKNYA DALAM


KEHIDUPAN
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa pengertian dari korupsi
ialah suatu tingkah laku dari tindakan seseorang atau kelompok orang yang
melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku didalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Serta korupsi cenderung terjadi pada orang yang memiliki kekuasaan
ataupun kuasa yang dimiliki di manfaatkan untuk kepentingan pribadinya dalam
hal ini yang berarti pejabat pemerintahan. Tindak pidana korupsi terjadi pada
lingkaran para pejabat hal itu disebabkan karena lingkungan kerja para pejabat
cenderung bersosialisasi menggunakan berbagai macam pendekatan.
Penyebab dari tindakan pidana korupsi tersebut biasanya dilakukan oleh
para pejabat pada saat adanya kesempatan yang terbuka yaitu ketika kesempatan
terbuka, maka oknum dari pejabat pemerintahan melakukan tindak pidana korupsi
nya. Tentu dalam melaksanakan tindakannya tersebut pelaku membutuhkan
beberapa pihak yang ikut serta dalam proses perencanaan terjadinya tindak pidana
korupsi.
Hal tersebut terjadi karena seseorang yang melakukan suatu tindak pidana
korupsi tidak dapat melakukan tindakannya hanya dengan seorang diri saja namun
suatu tindakan pidana dalam hal ini tindakan korupsi membutuhkan lebih dari
seorang individu bahkan sampai dengan kelompok untuk melancarkan tindakan
kejahatannya.
Selain itu hal lain yang menyebabkan pejabat pemerintahan sering
melakukan korupsi yaitu karena adanya benturan kepentingan. Benturan
kepentingan dalam hal ini berarti adanya suatu kepentingan dari pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab yang mendesak agar seseorang atau pelaku yang pada
dasarnya memiliki suatu kuasa dalam jabatannya untuk melakukan apa yang
diperintahkan oleh seorang yang mempunyai kepentingan tersebut.

Benturan kepentingan ini terjadi tidak begitu saja, namun ada hal yang

8
melatarbelakangi terjadinya benturan kepentingan. Pada umumnya benturan
kepentingan ini terjadi dikarenakan pelaku pernah menerima suatu perlakuan yang
baik dari orang lain sehingga pelaku memiliki rasa balas budi yang tertanam di
dalam hatinya dan rasa balas budi ini dimanfaatkan oleh orang yang memiliki
kepentingan Untuk memanfaatkan pelaku dalam kekuasaannya agar melakukan
sesuai dengan apa yang orang lain inginkan.
Tindakan korupsi tentu membawa dampak yang sangat buruk bagi semua
sistem kehidupan baik bermasyarakat berbangsa maupun bernegara. Hal itu dapat
dilihat pada saat korupsi itu dilakukan.
Pertama yang terdampak jika terjadi suatu tindak pidana korupsi yaitu
bidang ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi tentu akan terhambat
dikarenakan adanya tindakan pengambilan biaya atau pengambilan secara paksa
uang negara dengan adanya tindakan korupsi tersebut, maka dana yang tadinya
dialokasikan untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi sebaliknya digunakan
untuk kepentingan pribadi ataupun sekelompok orang.
Kedua, hilangnya ataupun merosotnya kesejahteraan kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tindak pidana korupsi adalah suatu
tindakan mengambil paksa hak dan bagian yang seharusnya diperoleh oleh orang
lain yang lebih membutuhkan.
Seperti contohnya dana bantuan sosial, dana bantuan sosial pada dasarnya
ditujukan kepada orang-orang yang notabenenya adalah orang-orang yang kurang
mampu ataupun orang-orang miskin. namun dengan adanya tindak pidana korupsi
maka dana yang tadinya ditujukan untuk dana bantuan sosial sebaliknya
digunakan untuk kepentingan pribadi para pejabat pemerintahan.
Hal ini tentu sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dimana Tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat mengakibatkan masyarakat tidak sejahtera
dan memperbesar terjadinya resiko kelaparan. Tentu hal ini harus menjadi
perhatian bagi para pimpinan negeri ini untuk lebih mengutamakan kesehjateraan
masyarakatnya.

9
B. RELEVANSI UNDANG-UNDANG TENTANG TINDAK PIDANA
KORUPSI
Dalam perkembangan hukum di Indonesia, tentu ada undang-undang yang
telah mengatur tentang tindak pidana korupsi serta penjelasan-penjelasannya,
namun yang menjadi permasalahan yaitu Bagaimana proses jalannya penegakan
hukum tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia apakah masih relevan atau
sebaliknya diperlukan adanya undang-undang baru yang mengatur tentang tindak
pidana korupsi.
Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai relevansi
undang-undang tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia, baik dari segi hukum
maupun dari segi aturan-aturan yang ada. Aspek yang akan dibahas yaitu
mengenai relevan atau tidaknya undang-undang yang ada saat ini melihat situasi
perkembangan tindak pidana korupsi khususnya di kalangan para pejabat negara.
Pada bagian ini pula akan dijelaskan mengenai undang-undang yang
mengatur tentang tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia serta relevan atau
tidaknya hukum tersebut didalam kehidupan bangsa Indonesia.
1. Pasal 603 KUHP
Dalam pasal 603 kitab undang-undang hukum pidana diatur mengenai
tindakan hukum yang mengatur tentang perbuatan korupsi dalam pasal 603
memuat tentang Bagaimana seorang koruptor itu mempertanggungjawabkan
perbuatan yang dia lakukan, dengan bunyi pasal; “Setiap Orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun."
Dalam pasal yang termuat di dalam undang-undang tersebut dikatakan
bahwa orang yang melakukan tindak pidana korupsi itu dihukum dengan pidana
penjara paling singkat dua tahun kurungan penjara dan paling lama dua puluh
tahun kurungan penjara, namun dalam prakteknya tentu masih tidak sesuai dengan
prinsip dari hukum tersebut. Hal ini dapat dilihat pada saat proses penjatuhan
vonis pidana di persidangan dimana adanya perbedaan yang terlihat pada saat
proses penjatuhan hukuman.
Perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti

10
ketidak transparannya jalan persidangan yang dilakukan, ataupun adanya praktek
KKN antara pelaku tindak pidana dengan hakim yang memimpin jalannya
persidangan.

Seperti pada kasus diatas, dimana seorang hakim agung yang menerima suap
dari salah seorang pelaku tindak pidana korupsi, dari peristiwa tersebut dapat
disimpulkan bahwa hukum yang ada belum berjalan sebgaimana mestinya,
dikarenakan hukum tersebut dapat dibeli oleh seorang narapidana tindak pidana
korupsi.
Oleh sebab itu, hukum yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi
seperti pada pasal 603 kitab undang-undang hukum pidana tidak dapat berjalan
sebgaiamana mestinya, dikarenakan masih adanya para pemutus perkara yang
masih dapat dibeli oleh para pelaku tindak pidana.

11
2. Pasal 604 KUHP
Dalam pasal 604 Kitab Undang-undang Hukum Pidana diatur mengenai
sanksi yang akan didapatkan oleh para pelanggar hukum khususnya para pelaku
tindak pidana korupsi. Pasal tersebut berbunyi bahwa : “Setiap Orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau Korporasi
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan paling banyak kategori
VI.”
Dari pernyataan pada pasal 604 Kitab Undang- undang Hukum Pidana ada
beberapa kata kunci yang dapat dilihat terkait dengan aspek-aspek yang terhubung
dengan suatu tindak pidana korupsi. Beberapa kata kunci tersebut dapat ditarik
menjadi suatu kesimpulan yang mengandung makna tersirat mengenai
perkembangan hukum yang ada di Indonesia dalam menindak kasus pidana
korupsi.
Pertama yaitu adanya tujuan menguntungkan diri sendiri, Dalam hal ini
seorang pelaku tindak pidana melakukan korupsi adalah tujuan utamanya untuk
menguntungkan dirinya sendiri dikarenakan adanya kepentingan pribadi yang
ingin dicapai, kepentingan pribadi ini biasanya timbul karena adanya sifat serakah
yang dimiliki oleh para pelaku pidana korupsi.
Kata kunci kedua yaitu menyalahgunakan kewenangan, dalam hal ini ada
makna tersirat yang cukup mengarah kepada suatu figure yang dapat diartikan
juga sebagai para pejabat yang memiliki kewenangan. Dalam hal ini penulis ingin
memperlihatkan bahwa korupsi identik dengan para pejabat karena para pejabat
yang memiliki kewenangan ataupun kuasa ataupun kesempatan ataupun sarana
yang memadai untuk menjalankan suatu proses terjadinya tindak pidana korupsi
di mana para pejabat melakukannya dengan memanfaatkan miliki saat ini,
ditambah lagi dengan gaya hidup para pejabat yang terlalu royal semakin
memperkuat stigma masyarakat dalam menyangkut pautkan suatu kasus korupsi
dengan kehidupan para pejabat yang ada di Indonesia.

12
Dari beberapa pernyataan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
menyimpulkan bahwa undang-undang yang mengatur mengenai tindak pidana
korupsi itu belum dapat dikatakan berjalan sebagaimana mestinya di Indonesia.
Hak tersebut adanya beberapa faktor yang menghambatnya mulai dari faktor
internal ataupun dari faktor eksternal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
Dilihat dari realitas yang ada di lapangan bahwa kurangnya komitmen oleh
para penegak hukum menjadi salah satu faktor yang paling utama belum
tercapainya undang-undang mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana
mestinya.
Jika para penegak hukum belum memiliki komitmen dalam menjalankan
tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab dan rasa integritas yang tinggi maka
hukum yang ada tidak akan pernah berjalan sebagaimana mestinya. Maka dari itu,
dalam proses berjalannya suatu penegakan hukum, isitlah asas Equality Before
The Law sangat dibutuhkan.
Equality Before The Law mengandung makna bahwa setiap manusia
mendapat perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal inilah yang harus dipegang
Teguh oleh para penegak hukum yang ada di Indonesia Para penegak hukum
harus dapat menerapkan asas equality before the law dengan nyata.
Para penegak hukum harus memiliki sifat integritas yang tinggi, sehingga
pada saat melakukan penegakan hukum para penegak hukum tidak goyah dalam
mengambil suatu keputusan. Selain itu para penegak hukum juga tidak boleh
membeda-bedakan setiap orang yang melakukan pelanggaran hukum baik itu dari
segi kelas sosial maupun dari segi kepentingan lainnya.
Para penegak hukum harus memakai prinsip equality before the law dalam
setiap aspek proses peradilan dan ada, jika asas equality before the law ini telah
berjalan dengan baik, maka kemungkinan hukum yang ada saat ini dapat berjalan
sebagaimana mestinya, karena setiap manusia telah mendapatkan perlakuan yang
sama di depan hukum dan tidak adanya perbedaan yang diperoleh oleh suatu
individu dikarenakan individu tersebut memiliki kewenangan ataupun kedudukan
di dalam hukum.

Menurut penulis, hal tersebutlah yang harus dimiliki oleh para penegak

13
hukum yang ada di Indonesia sehingga nantinya sekalipun seorang pejabat
pemerintah melakukan suatu tindak pidana korupsi, tidak akan ada hukum yang
tumpul keatas dan tajam kebawah seperti yang ada dalam stigma masyarakat
selama ini.
Selain itu penulis juga menganggap bahwa undang-undang yang ada saat ini
yang mengatur tentang suatu tindak pidana korupsi membutuhkan suatu regulasi
yang dimana harus mengatur jalannya suatu proses persidangan sehingga
peristiwa-peristiwa di mana adanya oknum oknum penegak hukum yang tidak
bertanggung jawab dapat di Identifikasi dan dilakukan penindakan secara tegas
terhadap perbuatannya yang merugikan masyarakat umum.
Kemudian, perlu adanya tindakan konkrit dari para lembaga-lembaga
negara yang ada untuk memastikan bahwa proses berjalannya suatu hukum yaitu
dapat berjalan sebagaimana mestinya contohnya ialah Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK. KPK harus dapat melihat ataupun mengidentifikasi unsur-
unsur yang mungkin mengarah kepada suatu tindak pidana korupsi khususnya di
kalangan para pejabat yang ada di Indonesia.
KPK harus senantiasa melakukan penyidikan ataupun penyelidikan
terhadap pejabat-pejabat yang ada di pemerintahan untuk mendapatkan suatu hasil
Apakah kekayaan yang diperoleh berasal dari hasil kerja para pejabat atau
sebaliknya diperoleh dari adanya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat itu sendiri.
Tidak hanya Komisi Pemberantasan Korupsi tetapi lembaga-lembaga
ataupun alat negara lainnya harus dapat melakukan tugas dan fungsinya
sebagaimana mestinya baik mulai dari kepolisian, Jaksa dan Hakim di pengadilan
dan lembaga-lembaga hukum yang terkait di dalam proses pemecahan kasus
tindak pidana korupsi harus memiliki integritas akan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing.
Hal ini dilakukan supaya hukum-hukum yang telah ada dapat
dimaksimalkan dan dijalankan sesuai dengan aturan aturan yang termuat di
dalamnya.

14
C. SUDUT PANDANG PERSPEKTIF ILMU HUKUM DALAM
MENANGGAPI KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI
Dalam Black Law dictionary di modul tindak pidana korupsi KPK,
disebutkan bahwa, “Korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan
tugas resmi dan kebenaran kebenaran lainnya atau dengan kata lain adalah suatu
perbuatan dari suatu badan resmi atau kepercayaan seseorang yang melanggar
hukum dan kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri
ataupun kelompoknya.”
Dari kutipan tersebut, jika ditarik dari sudut pandang perspektif ilmu
hukum, maka Ilmu Hukum memandang bahwa tindak pidana korupsi adalah suatu
perbuatan yang melanggar hukum dan ilmu hukum juga memandang bahwa
dengan adanya suatu kasus tindak pidana korupsi akan mengakibatkan suatu
hukum itu menjadi aktif.
Seperti yang diketahui, hukum itu dapat tidur tetapi hukum itu tidak akan
pernah mati. Hal ini mengandung makna bahwa jika suatu tindak pidana korupsi
dilakukan, maka otomatis hukum-hukum yang mengatur mengenai proses tindak
pidana korupsi baik mulai dari proses penyidikan penyelidikan persidangan
hingga sampai putusan akhir dari seorang Hakim, akan menjadi aktif.
Dikatakan aktif dikarenakan adanya beberapa unsur yang mengakibatkan
hukum itu aktif, yang pertama yaitu adanya suatu tindak kejahatan yang dilakukan
sehingga hukum itu menjadi aktif. Yang kedua yaitu adanya beberapa badan
hukum yang terlibat didalamnya, badan hukum yang dimaksud yaitu badan-badan
hukum yang memiliki keterkaitan dalam proses berjalannya tindakan pemecahan
kasus dalam suatu tindak pidana korupsi.
Dan yang terakhir yaitu adanya suatu putusan vonis yang dijatuhkan
kepada pelaku tindak pidana korupsi oleh penegak hukum. Kemudian, jika
dipandang dari segi ilmu yaitu ilmu hukum Hal ini dapat dipelajari melalui asas-
asas yang ada di dalam hukum pidana, dimana suatu tindakan ataupun perbuatan
melanggar hukum dikatakan sebagai tindak pidana apabila terdapat suatu tindakan
pidana didalamya yang mengakibatkan terjadinya kerugian yang dialami oleh
korban.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan :
Kesimpulan dari makalah ini adalah penulis Ingin menyampaikan bahwa para
pejabat yang ada di Indonesia masih sangat identik dengan istilah korupsi. Hal ini
tentu akan sangat merusak Citra dari para pimpinan pemerintahan Indonesia. Penulis
juga ingin menyampaikan bahwa hukum yang ada saat ini dapat dikatakan belum
berjalan sebagaimana mestinya dalam menindak kasus tindak pidana korupsi yang
terjadi di Indonesia khususnya yang ada di kalangan para pejabat di Indonesia.
Kemudian dari penelitian yang dilakukan, penulis juga menyimpulkan bahwa
badan-badan hukum yang ada di Indonesia saat ini, belum dapat melakukan tugas dan
fungsinya masing-masing secara maksimal.

B. Saran:
Penulis berharap agar hukum yang ada saat ini dapat diterapkan oleh para
penegak hukum yang ada. Penulis juga berharap agar para pemimpin atau
penegak hukum yang ada di Indonesia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan pada asas equality before the law, di mana para penegak hukum harus
dapat melakukan tindakan hukum tanpa memandang kelas sosial ataupun unsur-
unsur lainnya yang melekat pada individu si pelanggar hukum.
Sehingga tercipta hukum yang dinamis dan terstruktur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Penulis juga mengharapkan adanya suatu regulasi baru
yang dibuat agar hukum yang ada dapat berjalan serta terjamin keberadaanya dan
dapat dirasakan dengan nyata.
Terakhir, penulis berharap melalui makalah ini, kasus tindak pidana korupsi
dapat dilihat sebagai suatu tindakan pelanggaran hukum serius yang dilakukan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang harus mendapatkan
hukuman sesuai dengan apa yang dia lakukan karena dia telah merenggut hak
hidup orang banyak dan bukan itu saja, penulis juga berharap melalui makalah
ini, dapat mewakilkan aspirasi masyarakat yang belum puas dengan kinerja para
penegak hukum yang ada di pemerintahan Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

K. Bertens, 2007, Etika, ( Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama )


Yana Suryana, Yudi Suparyanto, Khilya Fa’alzia, Wahyu Sri Handayani, 2018,
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, (PT. Cempaka Putih )
Sagala, S, 2013, Etika & moralitas pendidikan: peluang dan tantangan, ( Kencana
Pernada Media )
Haris, A, 2010, Etika Hamka, Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius, ( Lkis
Pelangi Aksara )
Hidayah, K., & Sulistiyowati, W. (2020). Moral yang Mulai Hilang, ( Bayfa
Cendekia Indonesia )
Ananda, 2021,Memahami Pengertian Moral dan etika beserta perbedaannya
(online)lihatdi:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct
=j&url=https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-moral-dan-
etika/&ved=2ahUKEwi9sZ_MxPP-
AhWq7DgGHRaYB8gQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw2gpeuXM
4A8a3_6FeueuFqF, diunduh tanggal 14 Mei 2023.
Jateng, 2021, Perbedaan etika dan moral ketahui sumber
prinsipnya(online)lihatdi: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.merdeka.com/jateng/perbedaan-etika-dan-moral-ketahui-
sumber-prinsipnya-kln.html&ved=2ahUKEwi9sZ_MxPP-
AhWq7DgGHRaYB8gQFnoECCoQAQ&usg=AOvVaw0sE9oqJB
z1FMTeloD0PW7u, diunduh pada tanggal 14 Mei 2023.
Pusdatin, 2021, Bagaimana Pancasila menjadi Sistem etika?(online)lihat di:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
bpip.go.id/berita/1035/804/bagaimana-pancasila-menjadi-sistem-
etika-simak-selengkapnya-berikut- ini.html%23:~:text%3DJakarta
%253A%252D%2520Pancasila%25 20sebagai
%2520sistem,indonesia%2520dalam%2520semua%2520 aspek
%2520kehidupannya.&ved=2ahUKEwjroJz4yfP-
AhXcxjgGHZNQDl4QFnoECBAQBQ&usg=AOvVaw12dvXrEjq
NrdRAU8OOVKtY, diunduh pada tanggal 14 Mei 2023.
Fannia Sulistiani Putri, Dinie Anggtaeni Dewi, 2021, Implementasi Pancasila
sebagaisistemetika(online)lihat di:https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http s://ummaspul.e-
journal.id/Edupsycouns/article/view/1327&ved=2ahUKEwiB5P2p

17
zfP-
AhUkTmwGHXurDgA4HhAWegQIAxAB&usg=AOvVaw3try62t
4P6mwNbqhb_tB3C, diunduh pada tanggal 14 Mei 2023
Pusdatin, 2021, Apa arti pancasila bagi bangsa Indonesia?(online)lihat di:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
bpip.go.id/berita/1035/865/apa-arti-pancasila-bagi-bangsa-
indonesia-ini-penjelasan-
singkatnya.html&ved=2ahUKEwi4r43cy_P-
AhXf7DgGHe2PBLgQFnoECDgQAQ&usg=AOvVaw2vKfOVha
mj1EnYCGdGDH63, diunduh pada tanggal 14 Mei 2023

18

Anda mungkin juga menyukai