Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR TUGAS MANDIRI (LTM)

PROMOSI KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KONSEP PERKEMBANGAN PADA LANSIA
Dwi Setyawati (2206102343)

1. PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan
berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi orang-orang yang
telah lanjut usia sangat khas. Selain mengalami penurunan kondisi fisik, mereka juga harus
menghadapi masalah psikologis. Faktor psikologis adalah bagian tak terpisahkan dari
kehidupan dalam (inner life) seorang manusia termasuk lansia. Pada lansia permasalahan
psikologis terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang
timbul sebagai akibat dari proses menua. Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia
kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut
usia kurang dapat menyesuaikan diri dalam memecahkan masalah yang dihadapi, padahal
seorang lanjut usia tentu mengalami perubahan besar pada seluruh aspek kehidupannya, baik
fisik, psikologis maupun sosial. Padahal, seiring dengan perjalanan hidup seseorang ditandai
oleh adanya tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Hal ini akan berdampak pada
kehidupan lanjut usia. Tugas-tugas ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas untuk masa-
masa hidup seseorang.

2. TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia adalah suatu proses kehidupan ditandai dengan penurunan
kemampuan berbagai fungsi, organ, dan sistem tubuh secara fisiologis atau alamiah agar
mampu beradaptasi dengan lingkungan. Pada lansia mengalami proses kehidupan yang
tidak dapat dihindari dan akan berjalan secara terus menerusserta berkesinambungan,
lanjut usia yakni seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI,
2017). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Lansia merupakan individu yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Sehingga
dikatakan lansia adalah individu pada kelompok umur yang telah memasuki tahapan
akhir pada fase kehidupannya (Irma, 2019). Berdasarkan definisi secara umum,
seseorang yang dikatakan lansia bila usianya mencapai 60 tahun ke atas, baik pria
maupun wanita.

2.2. Ciri-ciri Lansia


Ciri-ciri lansia (Hurlock, 2006) adalah:
a. Periode kemunduran mengakibatkan penyakit khusus karna proses menua.
b. Perbedaan individual terhadap efek menua. Setiap orang menjadi tua karena
mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosio ekonomi, latar pendidikan berbeda,
dan pola hidup yang berbeda.
c. Dinilai dari kriteria yang berbeda. Menilai lanjut usia dalam cara yang sama dengan
penilaian orang dewasa, dalam penampilan diri, yang dapat dan tidak dapat
dilakukan.
d. Streotipe pada lansia. Pria dan wanita yang fisik dan mentalnnya yang loyo, sering
pikun, jalannya membungkuk, dan sulit untuk bergaul atau hidup dengan siapapun.
e. Menua membutuhkan perubahan peran.
f. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lansia.
g. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lansia.

2.3. Batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
Menurut WHO dalam Fatmah (2010), lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
c. Lansia tua (Old) : usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) : usia diatas 90 tahun
Menurut Departemen RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:
a. Virilitas (Prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).
b. Usia lanjut dini (Senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(60-64 tahun).
c. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia diatas 65
tahun (Fatmah, 2010).
Menurut Jos Masdani (dalam Kushariyadi, 2010) psikolog dari Universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian:
a. Fase Iuventus (usia 25-40 tahun).
b. Fase verilitas (usia 40-50 tahun).
c. Fase Prasenium (usia 55-65tahun).
d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia).
Menurut Hurlock (1979, dalam Kushariyadi, 2010), perbedan lanjut usia ada dua tahap :
a. Early old age (usia 60-70 tahun).
b. Advanced old age (usia>70 tahun).
Menurut Burnsie (1979, dalam Kushariyadi, 2010), ada empat tahap lanjut usia yaitu :
a. Young old (usia 60-69 tahun).
b. Middle age old (usia 70-79 tahun).
c. Old-old (usia 80-89 tahun).
d. Very old-old (usia>90 tahun).

2.4. Tipe Lansia


Beberapa tipe usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi tipe tersebut anatara lain:
a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tesinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tak acuh (Maryam, et al, 2008)

Menurut tingkat kemandiriannya dimana dinilai dari kemampuannya untuk melakukan


aktivitas sehari-hari (Indeks Kemandiriaan Katz), para usia lanjut dapat digolongakan
menjadi tipe:
a. Usia lanjut mandiri sepenuhnya.
b. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya.
c. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung.
d. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial.
e. Usia lanjut di Panti Werdha.
f. Usia lanjut yang dirawat di rumah sakit.
g. Usia lanjut dengan gangguan mental.

2.5. Tugas Perkembangan Lansia


Tugas perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang
dari pada kehidupan orang lain (Hurlock, 2006). Adapun tugas perkembangan lansia
adalah:
a. Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya income (penghasilan)
keluarga.
b. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekurangan fisik dan kesehatan.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
e. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia.
f. Menyesuaikan dengan peran sosial secara luwes.
2.6. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada individu lansia terdiri dari perubahan fisiologik atau fisik,
psikososial, psikologik, sosiologik, dan spiritual (Stanhope & Lancaster 2004).
a. Perubahan Fisiologik
Menurut Stanhope & Lancaster (2004) proses perubahan antara individu dengan
individu lainnya, dan proses perubahan dan variasi perubahan pada sistem tubuh
juga akan berbeda walaupun pada individu yang sama. Perubahan pada suatu sistem
fisiologik akan mempengaruhi dan memberikan konsekuensi pada proses penuaan
yaitu pada struktur dan fungsi fisiologik (Mauk, 2010). Efek perubahan fisiologik
secara umum adalah penurunan mekanisme homeostatik dan penurunan respon
immunologik Stanhope & Lancaster ( 2004 ). Perubahan fisik pada lansia yaitu:
 Sistem Sensori
Lansia dengan kerusakan fungsi pendengaran dapat memberikan respon yang
tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan rasa malu dan gangguan komunikasi
verbal (Watson 2003 dalam Stanley & Bear, 2007). Sedangkan menurut Ebersol
(2010) perubahan pada sistem pendengaran terjadi penurunan pada membrane
timpani ( atropi ) sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang – tulang
pendengaran mengalami kekakuan (Stuart, 2009).
 Sistem Muskulosekeletal
Perubahan normal sistem muskuloskeletal terkait usia pada lansia, termasuk
penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot dan lemak sub kutan,
peningkatan porositas tulang, atropi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan
kekuatan dan kekakuan sendi-sendi, Perubahan pada otot, tulang dan sendi
mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya
pergerakan yang menyertai penuaan (Stanley & Beare 2007). Sedangkan
menurut Ebersol (2010) terjadi penurunan kecepatan motorik dalam bergerak
sehingga lansia membutuhkan waktu lebih lambat dalam bergerak dan
melakukan aktivitas. Kekuatan motoriklansia cenderung kaku sehingga
menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya akan menjadi tumpah atau
jatuh (Stuart, 2009).
 Sistem Integumen
Menurut Watson (2003 dalam Stanley & Beare 2007) penuaan terjadi perubahan
khususnya perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput dan kulit
yang kendur dan kulit mudah rusak. Perubahan yang terlihat sangat bervariasi,
tetapi pada prinsipnya terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik atau
secara alami dan penuaan ektrinsik atau karena lingkungan. Sedangkan menurut
Stuart (2009) perubahan yang tampak pada kulit, dimana kulit menjadi
kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya. Kulit mulai mengeriput, biasanya
kulit mengeriput pertama pada mata dan mulut, sehingga berakibat wajah
dengan ekspresi sedih lebih jelas terlihat terutama pada wanita dan pada pria
akan terjadi kerontokam rambut dan akan menjadi kebotakan. Pada lansia
sirkulasi darah ke kulit mulai menurun sehingga sel-sel mengakibatkan kulit
menjadi kekurangan nutrisi (Hayflick, 1996 dalam Meiner & Lueckenotte,
2006)
 Sistem Kardiovaskuler
Penurunan yang terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas yang
mengakibatkan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan
kebutuhan darah yang terorganisasi (Stanley & Beare 2007)
 Sistem Pernafasan
Implikasi klinis menyebabkan kerentanan lansia untuk mengalami kegagalan
respirasi, kanker paru, emboli pulmonal dan penyakit kronis seperti asma dan
penyakit obstruksi menahun (Stanley & Beare 2007). Sedangkan menurut
Ebersol (2010) penambahan usia kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan
otot pernafasan akan menurun, sendi – sendi tulang iga akan menjadi kaku dan
akan mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter /
dekade serta berkurang kapasitas vital.
 Sistem Perkemihan
Pada lansia yang mengalami stress atau saat kebutuhan fisiologik meningkat
atau terserang penyakit, penuaan pada saat sistem renal akan sangat
mempengaruhi (Stanley & Beare, 2007). Proses penuaan tidak langsung
menyebabkan masalah kontinensia, kondisi yang sering terjadi pada lansia yang
dikombinasikan dengan perubahan terkait usia dapat memicu inkontinensia
karena kehilangan irama di urnal pada produksi urine dan penurunan filtrasi
ginjal (Watson, 2003 dalam Stanley & Beare 2007). Berkurangnya kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui urine serta penurunan
kontrol untuk berkemih sehingga terjadi kontinensia urine pada lansia (Stuart,
2009).
 Sistem Pencernaan
Hilangnya sokongan tulang turut berperan terhadap kesulitan – kesulitan yang
berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang adekuatdan stabil pada usia
lebih lanjut (Stanley & Beare, 2007). Perubahan fungsi gastrointestinal meliputi
perlambatan peristaltik dan sekresi, mengakibatkan lansia mengalami intoleransi
pada makanan tertentu dan gangguan pengosongan lambung dan perubahan
pada gastrointestinal bawah dapat menyebabkan konstipasi, distensi lambung
dan intestinal atau diare (Potter & Perry 2009). Sedangkan menurut Stuart
(2009) perubahan pada sistem pencernaan ini membuat lansia sering mengalami
gangguan dalam pemenuhan nutrisinya.
 Sistem Persyarafan
Perubahan sistem persyarafan menurut Stanley & Beare (2007) terdapat
beberapa efek penuaan pada sistem persyarafan, banyak perubahan dapat
diperlambat dengan gaya hidup sehat. Sedangkan menurut Potter & Perry (2009)
lansia akan mengalami gangguan persarafan terutama lansia akan mengalami
keluhan seperti perubahan kualitas dan kuantitas tidur. Lansia akan mengalami
kesulitan, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali tidur setelah
terbangun di malam hari.

b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lanjut usia menurut Stuart & Laria (2005) perubahan
aspek kognitif terjadi perubahan fungsi intelektual dimana terjadinya penurunan
kemampuan lansia dalam mengatasi masalah atau pemecahan masalah, selanjutnya
juga pada aspek terjadi perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis
terhadap proses menua ( LearningAbility ), pada aspek kognitif ini untuk
meningkatkan intelektual lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau edukasi
agar perkembangan demensia dapat ditunda. Perubahan yang terjadi pada aspek
emosional adalah respon lansia terhadap perubahan – perubahan yang terjadi atau
yang berkaitan dengan suasana alam perasaan, sehingga lansia merasa tidak dihargai
merasa sendiri dan tidak diperhatikan, mudah tersinggung dan selalu ingin
didengarkan (Maryam, 2008). Perubahan mental pada lansia menurut Bandriyah
(2009) lansia akan mudah curiga, bertambah pelit dan egois.

2.7. Peran Keluarga


Keluarga merupakan support systemutama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan menfasilitasi kebutuhan
spiritual bagi lansia. Depkes(2005), menyatakan bahwa ada 5 peran keluarga pada lansia
yaitu:
a. Pemenuhan perawatan diri lansia
Keluarga mengupayakan pembinaan secara fisik yang ditujukan bagi para lansia
dengan mempertimbangkan faktor usia dan kondisi fisik yang secara perseorangan
berbeda. Perawatan diri lansia dibagi atas kebersihan perorangan dan kebersihan
lingkungan. Kebersihan perorangan meliputi kebersihan mulut dan gigi, kepala,
rambut dan kuku, kebersihan badan dan pakaian, kebersihan mata, telinga, hidung,
kebersihan alat kelamin.
b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia
Biasanya semakin bertambah umur manusia nafsu dan porsi makan semakin
berkurang sehingga keadaan fisiknya menurun. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
faktor gizi serta tambahan vitamin serta makanan tambahan lainnya. Keluarga
mengupayakan pemberian makanan atau penyajian perlu memperhatikan:
1) Makanan yang disajikan cukup memenuhi kebutuhan gizi
2) Penyajian makanan pada waktunya secara teratur serta dalam porsi kecil tapi
sering
3) Berikan makanan bertahap dan bervariasi terutama bila nafsu makannya
berkurang
c. Pemenuhan pemeliharaan kesehatan lansia
Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin melakukan
pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah penyakit dan
menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada pada lansia, seperti
pemeriksaan tekanan darah dan gula darah, pap smeardan lain-lain. Menjaga lansia
untuk makan, minum, dan tidur secara teratur. Kebiasaan yang harus dihindari antara
lain merokok, minum minuman keras, malas berolah raga, makan berlebihan, tidur
tidak teratur dan meminum obat yang tidak sesuai anjuran dokter. Oleh karena itu,
dituntut perhatian keluarga lansia.

3. PENUTUP
Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan
berbagai perubahan ke arah penurunan. Pada lansia permasalahan psikologis terutama muncul
bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari
proses menua. Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dalam memecahkan masalah yang dihadapi, padahal seorang lanjut usia
tentu mengalami perubahan besar pada seluruh aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis
maupun social. Keluarga merupakan support systemutama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga
atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan menfasilitasi kebutuhan spiritual
bagi lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmah., 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. (2006). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun2016.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. J Med dan Rehabil. 2016

Potter, P.,A., Perry, A.,G. (2009). Fundamentals of Nursing 7th edition. Singapore : Elsevier

Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Gail W. Stuart. 2005. Keperawatan kesehatan jiwa stuart : Prinsip dan praktek. Elsevier.
Singapur.

Anda mungkin juga menyukai