Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK ETNOBIOLOGI

KELOMPOK SULUT

“Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Tali Temali di Daerah Sulawesi


Utara”

Oleh:

Putra Sanjaya Saleh 19031107011

Yosua Pontororing 19031107044

Syalomita C. I. Ponto 19031107009

Sarah Mokoagow 19031107008

Charmelin Palengkahu 19031107003

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “Tumbuhan yang Digunakan
Sebagai Tali Temali di Daerah Sulawesi Utara” pada mata kuliah Etnobiologi
dengan baik. Tugas ini merupakan hasil dari upaya kami dalam mengembangkan
dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan kami terutama pada mata kuliah
Etnobiologi, dengan tujuan untuk memberikan manfaat serta pengetahuan bagi
pembaca.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi dalam proses penyelesaian tugas
ini. Terima kasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan arahan, masukan,
dan kritik yang sangat berharga dalam penyusunan tugas kelompok ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat
kekurangan sehingga kami sangat menerima kritik dan saran dari pembaca untuk
membantu memperbaiki karya ilmiah ini.

Manado, 09 Mei 2023

Penulis
Putra Sanjaya Saleh
Yosua Pontororing
Syalomita C. I. Ponto
Sarah Mokoagow
Charmelin Palengkahu
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Jenis-jenis Tumbuhan yang digunakan sebagai Tali Temali.....................................5
2.2 Tahapan/Proses Pembuatan Tali Temali oleh Masyarakat di Daerah Sulawesi Utara
.......................................................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................6
KESIMPULAN..................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk Interaksi masyarakat dengan tumbuhan dapat dilihat dari bagaimana


cara masyarakat memanfaatkan dan mengelola sumberdaya tumbuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Interaksi yang terbentuk secara turun temurun dari generasi
ke generasi dalam jangka waktu yang lama, membentuk suatu pengetahuan yang
bersifat lokal/tradisional dengan ciri khas yang dimiliki oleh suatu wilayah. Hal
tersebut merupakan pengetahuan lokal/tradisional dan merupakan kekayaan
budaya yang perlu digali agar pengetahuan tersebut tidak hilang. Pengetahuan
lokal dapat dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan sumberdaya
tumbuhan yang lebih bermanfaat dan berdayaguna (Irsyad, Jumari dan
Murningsih, 2013). Oleh karena itu perlu untuk diulas pengetahuan masyarakat
tentang Etnobotani dengan cara mereview penelitian-penelitian sebelumnya yang
membahas bidang Etnobotani yang ada di wilayah Sulawesi Utara khususnya
pemanfaatan tumbuhan yang digunakan untuk keperluan tali temali.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh masyarakat di


Sulawesi Utara yang dijadikan sebagai bahan tali temali
2. Bagaimana proses/tahapan pembuatannya dari tahap awal hingga dapat
digunakan

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Jenis-jenis Tumbuhan apa saja yang sering digunakan oleh


masyarakat sebagai tali temali di daerah Sulawesi Utara
2. Mengetahui tahapan pembuatan produk tali temali yang dilakukan
masyarakat

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan karya ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan
yang berguna sebagai tali temali dan mengetahui proses pembuatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Tumbuhan yang digunakan sebagai Tali Temali


Di Sulawesi Utara, terdapat beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan untuk membuat tali temali oleh masyarakat setempat. Beberapa di
antaranya adalah:

1. Serat Pinang (Areca catechu)

Tumbuhan serat pinang banyak ditemukan di daerah Minahasa dan


sekitarnya. Serat pinang digunakan sebagai bahan pembuatan tali temali,
terutama dalam pembuatan tali tambang dan tali pengikat kapal
(Supratman, 2017).

2. Serat Kelapa (Cocos nucifera)

Tumbuhan kelapa sangat umum ditemukan di Sulawesi Utara,


terutama di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil. Serat kelapa digunakan
sebagai bahan pembuatan tali temali, terutama dalam pembuatan tali
pengikat perahu dan jaring ikan (Haris, 2020).

3. Tali Rami (Boehmeria nivea)

Tali rami diperoleh dari serat tanaman rami, yang banyak ditemukan di
daerah pegunungan Sulawesi Utara, seperti di sekitar Gunung Klabat. Tali
rami digunakan sebagai bahan pembuatan tali temali, terutama dalam
pembuatan tali pengikat yang kuat dan tahan lama (Talahatu dan
Satyagraha, 2019).

4. Tali Kondoli (Flagellaria indica)

Tumbuhan kondoli biasanya tumbuh di hutan-hutan lebat di Sulawesi


Utara, terutama di daerah pedalaman dan pegunungan. Tali kondoli dibuat
dari serat yang diambil dari batang dan daun tumbuhan kondoli, dan
digunakan sebagai bahan pembuatan tali temali, terutama dalam
pembuatan jaring perangkap hewan dan tali pengikat kayu (Pambudi, dan
Nurhayati, 2018).
5. Tali Rotan (Calamus spp.)

Tumbuhan rotan banyak ditemukan di hutan-hutan di Sulawesi Utara,


terutama di daerah pegunungan. Tali rotan dibuat dari serat yang diambil
dari batang dan daun tumbuhan rotan, dan digunakan sebagai bahan
pembuatan tali temali, terutama dalam pembuatan anyaman keranjang dan
tali pengikat kayu (Tjoa, dan Tanjung, 2015).

6. Pisang Abaka (Musa textillis Nee)


Pisang abaka telah lama terdapat di Indonesia, antara lain diketahui di
pulau Sangir (Sulawesi Utara) yang tumbuh secara liar. Sebagaimana di
Filipina (tempat asal pisang abaca), penduduk Sangihe dan talaud
memanfaatkan serat abaca (atau kafe, menurut bahasa setempat) untuk
pembuatan pakaian adat, tali tambang maupun jaring untuk menangkap
ikan. (Majore, Kaawoan, dan Singkoh, 2020)

Tumbuhan-tumbuhan tersebut biasanya digunakan oleh masyarakat di


Sulawesi Utara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dalam aktivitas
nelayan, petani, dan masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman dan
pegunungan.

2.2 Tahapan/Proses Pembuatan Tali Temali oleh Masyarakat di Daerah


Sulawesi Utara

Salah satu contoh dari proses pembuatan tali temali oleh masyarakat di daerah
Sulawesi utara yang kami jadikan bahan pembahasan adalah pembuatan Tali
Temali dari Pisang Abaka. Pohon pisang Abaka tumbuh subur di Kepulauan
Talaud Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan kepulauan terluar dan
berdekatan dengan Negara Filipina dan telah berhasil digunakan oleh masyarakat
untuk menambah pemasukan ekonomi.

Pisang serat di panen apabila kuncup bunga telah mekar atau keluar, artinya
siap dipotong untuk diambil seratnya, sedangkan pisang buah masa panen jika
buahnya sudah masak baru dipotong untuk diambil seratnya atau diambil
pelepahnya. Hal ini penting diperhatikan karena sangat berpengaruh pada keuletan
atau kekuatan serat, jika pohon yang digunakan untuk serat belum masa panen
maka keuletan dan kekuatannya akan berkurang. (Majore, et al. 2020). Tanaman
pohon pisang Abaka (Musa Textiles Nee) termasuk dalam kategori pisang jantan,
karena tanaman ini dibudidayakan tidak untuk diambil buahnya, namun diambil
seratnya sebelum menghasilkan buah (Balitas, 2020).

Tanaman pohon pisang Abaca dapat hidup di daerah tropis sampai sub-tropis.
Suhu yang dikehendaki untuk tumbuh dengan normal antara 17 ˚C – 30 ˚C. Untuk
tumbuh normal, tanaman pohon pisang Abaca memerlukan curah hujan normal
minimal 2.000 ml/tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa hidup normal
dengan curah hujan dibawah 2.000 ml/tahun asalkan mendapatkan pengairan yang
teratur karena tanaman pohon pisang Abaca membutuhkan air yang cukup untuk
menjaga kelembaban tanah (Sastrosupadi, 2000).

Pohon pisang Abaka tumbuh subur berbentuk rumpun-rumpun pohon di


Kabupaten Kepulauan Talaud, pohon pisang Abaka tumbuh di rawa-rawa,
maupun di lokasi tanah bukan rawa. Tanaman mulai dipanen setelah berumur 2 –
3 tahun dengan kriteria pohon sudah dapat ditebang yaitu bila sudah keluar bunga
(jantung) atau dekat pada waktu tanaman akan mulai berbunga, jantung kelihatan
diujung batang, umur panen didataran rendah lebih cepat dibandingkan dengan
umur panen di dataran tinggi, cara panen dengan memotong pangkal batang
pisang di atas bonggol, pemotongan jangan mendatar agar tidak terjadi akumulasi
air hujan yang menyebabkan busuk. Produktivitas abaka per hektar bisa mencapai
3 ton serat kering setiap enam bulan.

Batang yang telah ditebang dipotong-potong sepanjang 110 cm atau


disesuaikan dengan mesin atau alat tradisional, namun sekarang ini kebanyakan
menggunakan mesin untuk mempercepat produksi. potongan batang kemudian
dikelupas menjadi lembaran-lembaran pelepah. Pelepah daun diangkut ke mesin
dekortikator dan dihasilkan serat basah, kemudian diperas dan dijemur.

Secara sederhana pembuatan serat dari pisang abaka dapat dilihat pada
gambar.

Produk yang dihasilkan dari serat pisang abaka selain untuk dijadikan tali
temali juga diolah untuk dijadikan tas, topi, lampion, penutup saji, bunga bête dan
perabotan lainnya. (Saadari, Moniaga, dan Benu. 2022).
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kajian Etnobotani yang telah dilakukan oleh masyarakat di Sulawesi Utara


untuk dibuat menjadi bahan untuk digunakan sebagai tali temali ditemui banyak
jenis, namun yang dibahas dalam makalah kami berdasarkan review jurnal-jurnal
sebanyak enam jenis yakni Serat Pinang (Areca catechu), Serat Kelapa (Cocos
nucifera), Tali Rami (Boehmeria nivea), Tali Kondoli (Flagellaria indica), Tali
Rotan (Calamus spp.), dan Pisang Abaka (Musa textillis Nee). Pohon pisang
Abaka tumbuh subur di Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara yang
merupakan kepulauan terluar dan berdekatan dengan Negara Filipina. Pisang
abaka telah berhasil digunakan oleh masyarakat untuk menambah pemasukan
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Irsyad, M. N., J. Jumari, dan M. Murningsih. 2013. Studi Etnobotani Masyarakat


Desa Sukolilo Kawasan Pegunungan Kendeng Pati Jawa Tengah. Bioma:
Berkala Ilmiah Biologi, 15(1): 27-34.

Supratman, U. 2017. Tumbuhan Temali di Sulawesi Utara. Yayasan Konservasi


Alam Nusantara Sulawesi Utara.

Haris, A. 2020. Karakteristik Serat Kelapa pada Pembuatan Tali Temali dan
Jaring Ikan di Sulawesi Utara. Jurnal Biologi Tropis dan Konservasi, 3(1),
19-24.

Talahatu, D. S., & Satyagraha, A. W. 2019. Budidaya Tanaman Rami sebagai


Sumber Serat Tali Temali di Daerah Pegunungan Sulawesi Utara. Jurnal
Agroekoteknologi, 7(2), 123-130.

Pambudi, A., & Nurhayati, E. 2018. Kondoli (Flagellaria indica) sebagai Sumber
Serat Tali Temali oleh Masyarakat Adat di Sulawesi Utara. Jurnal
Konservasi Lahan Basah Tropis, 2(2), 1-8.

Tjoa, A., & Tanjung, M. 2015. Jenis dan Kualitas Rotan yang Digunakan untuk
Pembuatan Tali Temali di Sulawesi Utara. Jurnal Agroforestri Tropika dan
Pengelolaan Lanskap, 1(1), 9-17.

Majore M., J. Kaawoan, dan F. Singkoh. 2020. Program Pemerintah Kabupaten


Kepulauan Talaud Dalam Memaksimalkan Pemanfaatan Potensi Tanaman
Lokal. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Volume 2(5): 1-11.

Balitas. 2020. Abaka (Musa Textilis).


http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/id/penelitian/serat-
batangdandaun/113-abaka

Sastrosupadi, A. 2000. Informasi Budidaya Abaca Untuk-Menunjang


Pengembangan Agribisnis Abaca. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai