Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PRAKTIKUM

PENGELOLAAN SAMPAH
“KUNJUNGAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR “

Dosen pembimbing
Iswono, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
1. DEWI SRI MULIANI (211011007)
2. JANNE KATHLEEN SILITONGA (211011012)
3. LARASSADILA ERVITIANA (211011013)
4. M. GHAZI AL GHIFARI (211011016)
5. MARSITA (211011014)
6. TRI UTAMI GAMELY (211015009)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


PONTIANAK
Jalan 28 Oktober, Siantan hulu, Kec. Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
78241
Telp. 0561 882632
Fax. 0561 882632 E-mail : info@poltekkes-pontianak.ac.id
Website : poltekkes-pontianak.ac.id
“ Kunjungan tempat pemrosesan akhir “

Kelompok 2
1. DEWI SRI MULIANI (211011007)
2. JANNE KATHLEEN SILITONGA (211011012)
3. LARASSADILA ERVITIANA (211011013)
4. M. GHAZI AL GHIFARI (211011016)
5. MARSITA (211011014)
6. TRI UTAMI GAMELY (211015009)

Pontianak, 10 Mei 2023


Telah diperiksa dan disetujui oleh

Dosen Pembimbing Instruktur I

Iswono, SKM, M.Kes Yuyun tri wahyuni, S.ST


NIDN 4012076801 NIDN 4012076801

Instruktur II

Windarti, S.ST
NIDN 4012076801

PRAKARTA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME.Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyajikan sebuah panduan
praktikum “TEMPAT PEMROSESAN AKHIR” pada mata kuliah pengelolaan
sampah dapat terselesaikan. Terimakasih juga kami ucapkan kepada bapak
Iswono, SKM, M.Kes yang telah memberikan semangat kepada kami untuk bisa
membuat panduan praktik ini.

Adapun tujuan pembuatan Panduan ini adalah agar mahasiswa dapat


memahami bagaimana cara pemrosesan akhir dari sampah dan menyajikannya
dalam sebuah laporan dengan hasil penyusunan data- data yang diperoleh dari
hasil pengamatan praktikum.

Semoga panduan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


dan dapat berguna bagi mahasiswa khususnya yang akan melakukan praktikum
pada tempat pemrosesan akhir sampah,Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.

A. PENDAHULUAN
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi
secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai
dengan baik.
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan
beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan
fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.Semakin banyaknya jumlah sampah yang
dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume
sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber.
Kota Padang sebagaimana termasuk kedalam kota besar di wilayah Sumatera Barat,
jumlah penduduknya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. meningkatnya jumlah
penduduk akan menyebabkan meningkatnya jumlah atau volume sampah yang dihasilkan.
Di Kota Padang, ternyata rata-rata pertumbuhan jumlah sampah jauh melebihi
pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan
masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.
Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Padang masih mengikuti paradigma lama,
dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan akhirnya dibuang ke tempat pembuangan
akhir (TPA) di kecamatan Koto tangah.Pada sistem tersebut, semakin banyak sampah yang harus
dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar.
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16 mengamanatkan
bahwa masyarakat bertanggungjawab sebagai produsen timbulan sampah.Diharapkan
masyarakat sebagai sumber timbulan yang beresiko sebagai sumber pencemar, untuk ikut serta
dalam sistem pengelolaan sampah.
Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran
dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan.
(Suryati, 2009)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi tempat yang ada di TPA.


2. Untuk mengetahui jumlah padatan timbunan sampah di TPA
3. Untuk Mengetahui dampak yang disebabkan oleh sampah yang ada di TPA
B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian TPA
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan akhir sampah. TPA merupakan mata rantai terakhir dari pengolahan sampa
h perkotaan sebagai sarana lahan untuk menimbun atau mengolah sampah.
Proses sampah itusendiri mulai dari timbulnya di sumberpengumpulan pemindahan atau
pengangkutan,pengolahan - pembuangan. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian 
secaraalamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara
cepat,sementara yang lain lebih lambat sampai puluhan dan ratusan tahun seperti plastik hal ini
memberi gambaran bahwa di TPA masih terdapat proses-proses yang menghasilkan beberapa zat
yang dapat mempengaruhi lingkungan. Zat-zat tersebut yang mempengaruhi lingkunganitulah
yang menyebabkan adanya bentuk-bentuk pencemaran.
Sedangkan Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada
sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap
fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir,
terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam
kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,  manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua
produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira
mirip dengan jumlah konsumsi.

1. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan
baik adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Kesehatan:
Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat
mendorong penularan infeksi dan dapat menimbulkan penyakit yang terkait
dengan tikus.
b. Menurunnya kualitas lingkungan
c. Menurunnya estetika lingkungan
Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan
lingkungan tidak indah untuk dipandang mata.
d. Terhambatnya pembangunan negara
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan
pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut
karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak
menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun,
yang berarti devisa negara juga menurun.
2. Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Sampah organik – dapat diurai (degradable)
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi
kompos
2. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
wadah pembungkus makanan, ke vrtas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan.
Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut
bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :
1. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik.Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat
dibagi lagi menjadi:
a. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
b. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
a)       Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilaisecara ekonomi seperti
plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b)       Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi
dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra
packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
b. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industry(dikenal juga dengan sebutan limbah),misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu
waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk
mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan
misalnya membuang ke selokan.
2. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur
ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di
luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.
3. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia
dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada
setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang
disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi.Emisi biasa
dikaitkan dengan polusi.
4. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidupdan juga manusia.Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat
yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju
biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih
dilakukan).

3. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan Hidup


Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap
lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan  menimbulkan beberapa
dampak negatif dan bencana seperti :
1. Dampak Sampah bagi Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan
penyakit.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut;
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air m
inum.Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan.Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah
Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).Raksa
ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
2. Dampak Sampah terhadap Lingkungan
a. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau
tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti
permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali
terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses
pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang
timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat
bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA
secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas
seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu
komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global,
disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi
syarat teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA
juga timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.Asap
juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara
sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan
sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan
sangat mengganggu daerah sekitarnya.
b. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial
menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga
potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan
sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di
bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan
cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk
yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
c. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi
maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan
pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
d. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan
pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di
sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang
bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula
dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan
tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang
tertiup angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di
dalam area pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan
mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh
ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung
maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan.Hal ini menimbulkan
pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal
berdekatan dengan lokasi tersebut.
B. PROSEDUR KERJA
1. JENIS PENGAMATAN
A. Alat dan Bahan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:
1. sarung tangan
2. Masker
3. pinset atau penjepit
4. plastik klip/kantong plastik
5. label
6. Alat tulis
Langkah Kerja
Cara Pengambilan sampah dari pemrosesan akhir adalah sebagai berikut:

1) tentukan lokasi pengambilan contoh sampel


2) tentukan jumlah tenaga pelaksana;
3) siapkan peralatan;
4) lakukan pengambilan sampel pada timbunan dan komposisi sampah
5) lakukan pencatatan dengan beri tanggal/waktu dan nama petugas
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir

Sampah, SNI 03- 3241-1994. Tchobanolous, G., Theisen, H. and Vigil, S. A., 1993,
Integrated Solid Waste Management, Engineering Principles and

Management Issues, McGraw-Hill International Editions, New York.

Damanhuri, E., Pengelolan Sampah. ITB: Bandung, 2004. Tchobanoglous, G &

R, Eliansen., Solid Waste Engineering Principle and Management Issu. McGraw-Hill


Kogokuska LTD. Tokyo, 1997.

Anda mungkin juga menyukai