Di sisi lain pengkajian sumber ajaran Islam terbagi kedalam beberapa bagian :
A. Model Penelitian Tafsir Al Qur’an
Ciri utama Tafsir adalah: 1. Dilihat dari sisi Objek pembahasan yaitu Kitabullah. 2. Dilihat dari sisi tujuannya adalah untuk menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan Al Qur’an sehingga dapat dijumpai hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandung di dalamnya. 3. Dilihat dari segi sifat dan kedudukannya adalah hasil penalaran, kajian, dan ijtihat para mufassir yang didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga suatu saat dapat ditinjau. Model-model penelitian tafsir: 1. Metode Penafsiran ditinjau dari sumber penafsirannya metode tafsir bi alma’tsur/bi al-riwayah/bi al-manqul, tafsir bi al-ra’y/bi al-dirayah/bi al-ma’qul, an tafsir bi al-izdiwaj (campuran) 2. Metode Penafsiran Alquran ditinjau dari cara penjelasannya 3. Metode Penafsiran Alquran ditinjau dari keluasan penjelasannya metode deskriptif (al-bayaniy) dan metode tafsir perbandingan (komparatif, al- muqarin). 4. Metode Penafsiran ditinjau dari aspek sasaran dan sistematika ayat-ayat yang ditafsirkan Untuk mempermudah pembahasan mengenai macam- macam metode penafsiran di atas, maka penulis mengikuti pola yang dikemukakan al-Farmawiy atau al-Alma’iy, yang membagi metode penafsiran Alquran (berdasarkan pendekatannya) kepada empat bagian, yaitu: 1. metode analisis (al-tahliliy), 2. metode global (al-ijmaliy), 3. metode perbandingan (al-muqarin) dan 4. metode tematik (al-mawdhu’iy). B. Model Penelitian Hadits. Untuk kepentingan penelitian hadits, ulama ahli kritik hadits telah menyusun berbagai kaidah dan cabang pengetahuan hadits, diantaranya : 1. Ilmu hadits riwayah 2. Ilmu hadits diroyah Penelitian atau studi tentang hadits, dalam kajian Ilmu Hadits lazim disebut dengan “Takhrij Hadits”. Menurut bahasa, kata ( ) تخريجtakhrij berasal dari kata ( ) خرج kharoja, ( ) يحرجyakhruju artinya mengeluarkan, menempatkan, dan menyelesaikan, sedangkan menurut istilah, takhrij al-hadits berarti: a. Mencari atau mengeluarkan hadits dari persembunyiannya yang terdapat pada ulama yang memenuhi syarat periwayat hadits. b. Mencari atau mengeluarkan hadits dari persembunyiannya yang terdapat dalam kitab hadits induk, kitab asli.c. Mengungkapkan suatu hadits kepada orang lain dengan mengemukakan para periwayat hadits tersebut pada rangkaiannya. d. Mengeluarkan hadits dari kitab induk dan meriwayatkannya kembali. e. Mengemukakan berbaga riwayat yang dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri. B. Model Penelitian Hadits. Untuk kepentingan penelitian hadits, ulama ahli kritik hadits telah menyusun berbagai kaidah dan cabang pengetahuan hadits, diantaranya : 1. Ilmu hadits riwayah 2. Ilmu hadits diroyah Penelitian atau studi tentang hadits, dalam kajian Ilmu Hadits lazim disebut dengan “Takhrij Hadits”. Menurut bahasa, kata ( ) تخريجtakhrij berasal dari kata ( ) خرج kharoja, ( ) يحرجyakhruju artinya mengeluarkan, menempatkan, dan menyelesaikan, sedangkan menurut istilah, takhrij al-hadits berarti: a. Mencari atau mengeluarkan hadits dari persembunyiannya yang terdapat pada ulama yang memenuhi syarat periwayat hadits. b. Mencari atau mengeluarkan hadits dari persembunyiannya yang terdapat dalam kitab hadits induk, kitab asli.c. Mengungkapkan suatu hadits kepada orang lain dengan mengemukakan para periwayat hadits tersebut pada rangkaiannya. d. Mengeluarkan hadits dari kitab induk dan meriwayatkannya kembali. e. Mengemukakan berbaga riwayat yang dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri. Model-Model Penelitian Takhrij Hadits: 1. Takhrij Naql atau Akhdzu Kegiatan berupa penelusuran, penukilan dan pengambilan hadits dari berbagai kitab/diwan hadits (mashadir al-Asliyah), sehingga dapat teridentifikasi hadits- hadits tertentu yang dikehendaki lengkap dengan rawi dan sanadnya masing- masing. 2. Takhrij Tashih Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang di atas, tashhih dalam arti menganalisis keshahihan hadits dengan mengkaji rawi, sanad dan matan berdasarkan kaidah. Menurut musthalah, kualitas hadits ada yang maqbul ada yang mardud. Maqbul artinya diterima atau dapat dijadikan hujjah, yakni dapat dijadikan pedoman amal, digunakan sebagai alat istimbath dan bayan Alquran serta dapat diistimbath oleh kaidah ushul fiqih yang mardudu, sebaliknya tidak dapat dijadikan hujjah. 3. Takhrij I’tibar Cara ini sebagai lanjutan dari cara ke-2 di atas, I’tibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literatur, baik kitab/diwan yang (mushanaf, musnad, sunan dan shahih). I’tibar (studi literatur) lainnya dalam melihat kualitas hadits adalah menelaah kitab-kitab fan tertentu (tafsir, tauhid, fiqih, tasawuf dan akhlak) yang memuat dan menggunakan hadits sebagai dalil pembahasannya.