Anda di halaman 1dari 6

UJI PEMBEDAAN AFEKTIF

(UJI RANGKING SEDERHANA HEDONIK DAN UJI RATING HEDONIK )

Ridwan Lukman Nulhakim

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,Fakultas Pertanian Universitas Garut, Jalan Raya
Samarang No. 52 A. Telp. Fax. (0262) 544214 Garut Kode Pos 44151
Email: ridwanlukman539@gmail.com

26 November 2018

ABSTRAK
Uji afektif adalh uji yang digunakan untuk mengukur sikap subyektif panelis terhadap suatu
produk. Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk melaksanakan uji-uji afektif kuantatif secara
keseluruhan mulai dari penyiapan sampel, pengujian, pengolahan dan data pengambilan
kesimpulan dari respon kesukaan panelis terhadap suatu produk pangan menggunakan uji
rangking dan rating hedonik. Prinsip uji afektif merupakan kelompok kedua pengujian yang
digunakan di dalam evaluasi sensori setelah uji pembedaan. Pada hasil pengujian uji
rangking hedonik dilakukan pada 45 panelis tidak terlatih yang merupakan mahasiswa dari
fakultas pertanian Universitas Garut menghasilkan hasil data bahwa tanggo merupakan
rangking pertama yang memiliki tingkat kerenyahan dibandingkan dengan wafer merk
lainnya. Kemudian wafer yang memiliki tingkat kerenyahan kedua yaitu merek nissin.
Kemudian rangking ketiga pada wafer nabati. Kemudian rangking terakhir yang sangat
rendah tingkat kerenyahannya yaitu pada wafer selamet. Berdasarkan hasil pengamatan dan
perhitungan dari tabel ANOVA pada sampel didapatkan hasil F hitung sebesar 0.553 <
dibandingkan nilai F tabel sebesar 0,647. Hal ini menyatakan bahwa Fhitung lebih kecil dari
Ftabel sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak berbeda nyata
terhadap atribut sensori rasa, aroma, tekstur, dan warna dari produk wafer Nissin, selamat,
nabati dan tanggo. Namun, pada panelis didapatkan hasil Fhitung sebesar 1.366 >
dibandingkan F tabel sebesar 0.91. Hal ini menyatakan bahwa Fhitung lebih besar dari F
tabel sehingga memberikan pengaruh yang signifikan atau berbeda nyata terhadap rasa,
aroma, tekstur, dan warna pada keempat wafer tersebut.

Kata kunci; uji afektif Wafer Nissin, wafer nabati, wafer selamet, wafer tango
ABSTRACT
Affective test is a test used to measure the panelist's subjective attitude towards a product.
The purpose of this practicum is to carry out quantative affective tests as a whole starting
from sample preparation, testing, processing and conclusion data from the panelists'
favorite response to a food product using a hedonic ranking and rating test. The principle
of affective test is the second group of tests used in sensory evaluation after the
differentiation test. On the results of testing the hedonic ranking test conducted on 45
untrained panelists who are students from the faculty of agriculture at the University of
Garut, the results of the data show that the ladder is the first rank which has a crisp level
compared to other brand wafers. Then the wafer which has the second crisp level is the
Nissin brand. Then third rank on vegetable wafers. Then the last rank which is very low in
crispness is the selamet wafer. Based on the results of observations and calculations from
1
the ANOVA table in the sample, the F count is 0.553 <compared to the F table value of
0.647. This states that Fcount is smaller than Ftable so that it does not have a significant or
no significant effect on the sensory attributes of the flavor, aroma, texture, and color of the
Nissin wafer products, safe, vegetable and dried. However, on the panelists, the Fcount
was 1,366> compared to the F table of 0.91. This states that Fcount is greater than F table
so that it gives a significant or significantly different effect on taste, aroma, texture, and
color on the four wafers.
Keywords; affective test of Nissin Wafers, vegetable wafers, selamet wafers, tango wafers

PENDAHULUAN

Metode analisis sensori dikembangkan sesuai dengan tujuan analisis yang dilakukan. Pada saat ini
telah tersedia berbagai metode analisis sensori. Para peneliti dan praktisi harus mengetahui dengan
jelas kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut, sehingga analisis sensori dapat dilakukan
secara efektif, efisien dan tepat sasaran. Pada prinsipnya terdapat tiga jenis metode analisis sensori,
yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji afeksi (affective test).
Masing-masing dari ketiga jenis uji tersebut diterapkan untuk menguji produk pangan maupun non
pangan pada kasus tertentu.

Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan dan hasil
industri pertanian lainnya. Penilaian ini terkadang dapat member hasil penelitian yang sangat teliti.
Penelitian degan indera dalam beberapa hal bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif. Jenis
uji organoleptik di antaranya adalah uji rangsangan tunggal, uji pasangan jamak dan uji hedonik. Uji
kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelis mengemukakan respon senang atau
tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini digunakan panelis yang belum terlatih.
Pengujian tersebut panelis diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan, tanpa
membandingkan dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya. Pengujian ini
dipakai untuk menguji reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian kesukaan (hedonik) terhadap sifat mutu spesifik dari produk pangan.

Uji afektif adalh uji yang digunakan untuk mengukur sikap subyektif panelis terhadap suatu produk.
Uji afektif ini ada 2 jenis yaitu uji afektif kualitatif dan uju kuantitatif. Uji kulaitatif dilakukan untuk
mengukur respon subyektif panelis tentang atribut-atribut produk yang dilakukan melalui wawancara
atau focus group discussion. Uji ini diterapkan pada situasi menentukan kesukaan keseluruhan
produk, kesukaan terhadap berbagai atribut produk dan mengukur atribut sensori spesifik dari suatu
produk. Uji kuantitatif adalah untuk menentukan respon sejumlah panelis melalui pengisian kuisiener
yang berkaitan dengan kesukaan, preferensi atau atribut sensori. Uji kuantitaitf ada 3 jenis yaitu
Paired Preferance Test (uji preperensi berpasangan), Uji Rating Hedonik dan Uji Rangking Hedonik.
Uji preperensi berpasangan adalah uji yang menyajikan 2 sampel dimana panelis diminta memilih
mana yang lebih disukai diantara 2 sampel tersebut. Uji Rating Hedonik adalah uji untuk mengukur
tingkat kesukaanterhadap suatu produk.Skala pengukuran yang digunakan dapat berskala 5-point, 7
point dan 9 ponit. Contoh skala 7 point : sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Uji Rangking
Hedonik adalah digunakan untuk mengurutkan tingkat kesukaan terhadap keseluruhan atau atribut
sampel.Panelis akan menerima atau lebih contoh berkode dan diminta untuk mengurutkan
intensitasatribut produk tertentu (misalnya kemanisan) dari yang paling tinggi hingga yang terendah
(meranking).

2
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Rangking Preferensi Jenis Wafer

Rangking preferensi konsumsi


Sampel
1 2 3 4
Jenis Wafer Tanggo Nissin Nabati Selamet

Tabel 2. Table Anova Uji Ranting Hedonik


Tests of Between-Subjects Effects
Dependen
t Variable: Skor
Type III
Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
Model 111,48 75,16 ,00
5351.211a 48
4 2 0
Panelis ,09
89,144 44 2,026 1,366
1
Sampel ,64
2,461 3 ,820 ,553
7
Error 195,789 132 1,483
Total 5547,000 180
a. R Squared = .965 (Adjusted R Squared = .952)

Skor
a,b
Duncan
Subse
t
Sampel N 1
2 45 5,24
1 45 5,36
4 45 5,47
3 45 5,56
Sig. ,276
Means for groups in
homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean
Square(Error) = 1.483.
a. Uses Harmonic Mean Sample
Size = 45.000.
b. Alpha = 0.05.

3
Pembahasan

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui, mengukur, menganalisis dan


mengintrepretasikan atribut pangan melalui sensori manusia. Uji organoleptik yang
dilakukan adalah uji afektif secara kuantitatif yaitu uji ranking hedonik dan uji rating hedonik
(uji penerimaan konsumen). Uji ranking hedonik dilakukan untuk menentukan produk yang
paling disukai. Pada tahap ini panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut
perbedaan tingkat mutu sensoris. Urutan pertama menyatakan sampel yang paling disukai,
sedangkan urutan terakhir merupakan sampel yang paling tidak disukai menurut kategori
atribut masing-masing. Data yang didapatkan dari uji tersebut kemudian diolah dan
ditranformasikan, sehingga dapat dianalisis dengan uji Friedman untuk melihat perbedaan
signifikan antar sampel yang diuji (Hakiki, 2011). Uji Rating Hedonik adalah uji untuk mengukur
tingkat kesukaanterhadap suatu produk.Skala pengukuran yang digunakan dapat berskala 5-point, 7
point dan 9 ponit. Contoh skala 7 point : sangat disukai sampai sangat tidak disukai.
Pada hasil pengujian uji rangking hedonik dilakukan pada 45 panelis tidak terlatih
yang merupakan mahasiswa dari fakultas pertanian Universitas Garut menghasilkan hasil
data bahwa tanggo merupakan rangking pertama yang memiliki tingkat kerenyahan
dibandingkan dengan wafer merk lainnya. Kemudian wafer yang memiliki tingkat
kerenyahan kedua yaitu merek nissin. Kemudian rangking ketiga pada wafer nabati.
Kemudian rangking terakhir yang sangat rendah tingkat kerenyahannya yaitu pada wafer
selamet.

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dari tabel ANOVA pada sampel
didapatkan hasil F hitung sebesar 0.553 < dibandingkan nilai F tabel sebesar 0,647. Hal ini
menyatakan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel sehingga tidak memberikan pengaruh
yang signifikan atau tidak berbeda nyata terhadap atribut sensori rasa, aroma, tekstur, dan
warna dari produk wafer Nissin, selamat, nabati dan tanggo. Namun, pada panelis
didapatkan hasil Fhitung sebesar 1.366 > dibandingkan F tabel sebesar 0.91. Hal ini
menyatakan bahwa Fhitung lebih besar dari F tabel sehingga memberikan pengaruh yang
signifikan atau berbeda nyata terhadap rasa, aroma, tekstur, dan warna pada keempat
wafer tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil uji rangking
hedonik menghasilkan data bahwa data yang diperoleh Pada hasil pengujian uji rangking
hedonik dilakukan pada 45 panelis tidak terlatih yang merupakan mahasiswa dari fakultas
pertanian Universitas Garut menghasilkan hasil data bahwa tanggo merupakan rangking
pertama yang memiliki tingkat kerenyahan dibandingkan dengan wafer merk lainnya.
Kemudian wafer yang memiliki tingkat kerenyahan kedua yaitu merek nissin. Kemudian
rangking ketiga pada wafer nabati. Kemudian rangking terakhir yang sangat rendah tingkat
kerenyahannya yaitu pada wafer selamet. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan
dari tabel ANOVA pada sampel didapatkan hasil F hitung sebesar 0.553 < dibandingkan nilai
F tabel sebesar 0,647. Hal ini menyatakan bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel sehingga
tidak memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak berbeda nyata terhadap atribut
sensori rasa, aroma, tekstur, dan warna dari produk wafer Nissin, selamat, nabati dan
tanggo. Namun, pada panelis didapatkan hasil Fhitung sebesar 1.366 > dibandingkan F tabel
4
sebesar 0.91. Hal ini menyatakan bahwa Fhitung lebih besar dari F tabel sehingga
memberikan pengaruh yang signifikan atau berbeda nyata terhadap rasa, aroma, tekstur,
dan warna pada keempat wafer tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, 2008. Pengawasan Mutu Bahan atau Produk Pangan Jilid 2. UI-Press. Jakarta.
Anonima, 2006.Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam Industri Pangan.
http://tekpan.unimus.ac.id/ wpcontent/ uploads/ 2013/ 07/ Pengujian-Organoleptik-dalam-
Industri-Pangan.pdf. (Diakses tanggal 19 Juni 2014).
Anonim, 2006. Uji Skoring Pengawasan Mutu. http://zaratiara.blogspot.com/ 2012/11/uji-
skoring-pengawasan-mutu. html?m=1. (Diakses tanggal 20 Juni 2014). Anonim,
2011.Pengujian Organoleptik Dalam Industri Pangan. http://www.ebookpangan. com
(Diakses tanggal 15 Juni 2014).
Astuti, 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Buckle, Z.A, R.A. Edwards, G.H. Heet dan M. Wooton., 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: H.
Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta. (Diakses tanggal 13 Juni 2014).
Hakiki, H., 2011.Uji Kesukaan Ranking .http://www.scribd.com/doc /86898970/ Uji-
Kesukaan-Ranking.(Diakses tanggal 19 Juni 2014).
Hardhan, N., 2013.Pengujian Organoleptik.
http://www.Hardhanikma.blogspot. com/2013/03/Pengujian-organoleptik.
(Diakses tanggal 15 juni 2014). Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988.
Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan
. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta. Michael. J. Gibney., dkk., 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat
. EGC. Jakarta. (Diakses tanggal 13 Juni 2014). Rahardjo, J.T.M., 1998.
Uji Inderawi
. Penerbit Universitas Jendral Soedirman. Purwakerto. Rahayu, 2010.
Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian
. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Sarastani, D., 2012.
Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik
. Program Diploma IPB. Bogor. Sefran, 2012.

5
Analisis Organoleptik Uji Pembedaan. http://sefran serbaserbikuliah. blogspot.com/ 2012/
03/Analisis- Organoleptik-Uji- Pembedaan.
(Diakses tanggal 15 Juni 2014).

Lampiran
ANALISIS RANGKING TERBOBOT PREFERENSI
Rangking Frekuensi Bobot skor Total
Kode (W) (F) (WxV) Rank
1 8 8 Nissin
2 20 40
443 110
3 6 18
4 11 44
1 17 17 Nabati
2 8 16
391 98
3 15 45
4 5 20
1 5 5 Tanggo
2 12 24
528 129
3 12 36
4 16 64
1 21 21 Selamet
2 5 10
765 96
3 11 33
4 8 32

Anda mungkin juga menyukai