Anda di halaman 1dari 11

GEJOLAK HATI SANG KAPTEN

BAB 79

Kiran dan kedua orang tua Cakra sudah berada di Batalyon menunggu kedatangan rombongan
Cakra yang katanya sebentar lagi tiba.

Dari arah pendopo masuk batalyon sampai dengan depan Aula sudah berbaris tentara-tentara
yang akan menyambut kedatangan rombongan. Memegang terompet untuk menyambut
kedatangan mereka. Para pejabat Batalyon serta Dandim serta Danramil setepat juga ikut
datang untuk menyambut kepulangan Satgas gerak cepar MONUSCA Kongo.

Kiran dan keluarga yang lain sendiri menunggu di tenda yang di dirikan di lapangan Batalyon,
mereka nanti akan bertemu suami dan anak-anak mereka di tempat itu setelah penyambutan
kepulangan mereka semua.

Anggota tentara yang berada di depan sudah bersiap menyambut terompet pun juga sudah di
bunyikan tanda rombongan yang sudah turun di depan batalyon siap berjalan masuk. Dua ratus
orang telah kembali dari dinas mereka selama setahun penuh, tentara-tentara yangmenyambut
bertepuk tangan dan sebagian membunyikan teromet mereka.

Rombongan Cakra berbaris sambil berjalan beriringan menyanyikan yel-yel mereka dengan
begitu kompak, senjata terkalung di bahu mereka baju loreng coklat terpakai di tubuh mereka
serta baret biru yang mereka kenakan. Seragam dinas luar yang melekat di tubuh mereka saat
ini menjadi saksi perjuangan mereka setahun ini di negeri orang.

Mereka berjalan menuju lapangan untuk menemui pangdam yang sudah menunggu di
lapangan Batalyon yang member sambutan selamat datang untuk mereka semua.
Prosesi penyambutan begitu panjang, di mulai dari cakra yang member laporan hingga
penyerahan bendera perang yang di bawa oleh perwakilannya.

Cakra sebagai komandan memberika laporan pada tentara-tentara yang berbaris


menunggunya, menyalami mereka satu persatu.

Mereka saat ini sudah berbaris di lapangan batalyon, di sisi kanan batalyon para keluarga pun
sudah menunggu. Mereka masih menunggu sambutan pangdam yang mengucapkan terimakasi
karena mereka semua sudah menjalankan tugas dengan baik dan pulang dalam keadaan tak
kurang apapun

“Saya ucapkan terimakasih pada kalian semua yang sudah membawa nama baik Negara kita,
saya juga berterimakasih pada kalian yang mengemban tugas dengan sangat baik dan pulang
dalam keadaan yang baik juga. Sehingga saya tidak akan merasakan rasa bersala yang
teramat. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk kalian semua” ucap Pangdam yang
mengakiri pidatonya.

“Bagi istri, keluarga, dan orang tua mereka silahkan melepas rindu kalian yang telah kalian
pendam setahun ini. Temui anak, suami dan saudara kalian, saya persilahkan” ucap Pangdam
pada keluarga anggota yang baru saja menyelesaikan dinas mereka.

Semuanya tentu saja langsung berhambur menemui orang terkasih mereka. Termasuk Kiran
dan juga mertuanya. Dia yang menggendong Thea langsung mencari keberadaan suaminya di
ikuti oleh Rosa dan juga Daniel yang menggendong Keenan.

Rosa membawa sebuket bunga, itu milik Kiran yang akan di berikan pada Cakra nantinya.

“Mas..” panggil Kiran saat melihat sang suami yang berdiri menunggunya. Cakra yang melihat
istrinya tengah berlari sambil menggendong anak kecil yang pasti itu anaknya langsung berlari
mendekat. Ia begitu ingin segera memeluk istri dan anak-anaknya.

“Sayang..” balas Cakra dan dia langsung memeluk Kiran saat sudah berada di depannya. Dia
mendekap istrinya begitu erat.
Suasana terasa begitu haru, mereka semua menangis haru karena waktu yang dinanti akirnya
tiba.

“Huhuhu, aku kangen” tangis Kiran saat berada di pelukan Cakra.

“Sama mas Juga” jawab Cakra sambil merenggangkan pelukannya. Dia melihat bayi lima bulan
yang ada di gendongan Kiran.

Bayi lima bulan itupun menangis karena gerah dan juga bingung dengan suasana saat ini.

“Ini Thea sayang” tanya Cakra saat melihat putrinya itu.

“Iya mas,”

“Cup-cup jangan nangis nak. Itu ayah” ucap Kiran pada anaknya.

Cakra mencium kening Kiran terlebih dahulu lalu dia mencium Thea tapi bocah lima bulan itu
tak mau dan menghindar.

“lupa ya nak sama ayah, ini ayah..gendong ayah mau” ucap Cakra sambil mengulurkan
tangannya tapi Thea tidak mau.

“Keenan mana sayang?” ucap Cakra lagi karena anaknya yang satunya tidak ada.

“Itu mas..” tunjuk Kiran pada mertuanya yang berada di belakang. Kiran tadi memang berlari
sangat cepat dan langsung bisa mengenali suaminya. Sangking rindunya ia sampai lela pun tak
terasa.

Cakra yang melihat mamanya dan juga sang papa langsung berjalan menghampiri mereka. Dia
memeluk mamanya lebih dulu mencium tangan mamanya dengan penuh kerinduan.

“Kamu sehat-sehat saja kan bang?’ tanya Rosa sambil mengusap kepala anaknya.

“Alhamdulilah sehat ma” jawab Cakra.


Dan dia berganti pada papanya yang menggendong Keenan, ia melakukan hal yang sama
seperti yang ia lakukan pada mamanya.

“Syukurlah kamu pulang dengan selamat,” lega Daniel melihat anaknya yang berdiri tegap di
depannya.

“Iya pa, ini semua berkat doa dari kalian” jawab Cakra.

“keenan mau ikut ayah” Cakra mengulurkan tangannya pada sang anak.

“Itu ayah kamu nak” ucap Daniel pada Keenan.

Sama seperti Thea tadi Keenan tidak mau di gendong oleh sang ayah.

“Nggak mau ya, ya udah nggak pa-pa. tapi nanti di rumah mau di gendong ayah ya” Cakra
memaklumi kalau kedua anaknya tak mau ia gendong. Karena mereka pasti lupa dengan
wajahnya meskipun sering melakukan panggilan Video.

Thea langsung di gendong oleh Rosa, perempuan paruh baya tersebut langsung menyerahkan
buket bunga pada Kiran.

“Mas, aku punya sesuatu buat kamu” ucap Kiran.

Cakra menole pada istrinya, dia berjalan mendekati sang istri.

“APa?” tanyanya.

“Ini, makasih ya mas kamu sudah pulang dengan selamat, makasih kamu sudah nepati janji
kamu buat ketemu sama kita” ucap Kiran menyerahkan buket bunga pada suaminya.
Cakra yang mendengar itu merasa terharu, dia memeluk istrinya mengecup sang istri berkali-
kali.

“Aku kalau sudah janji pasti aku tepati, terimakasih juga ya sudah menungguku dan merawat
anak-anak kita” Cakra memeluk erat istrinya melepas rindu yang selama ini di pendam.

Saat mereka berdua tengah berpelukan tiba-tiba saja Thea meminta gendong membuat Cakra
tampak berbinar senang.

“Thea mau di gendong ayah..” ucapnya tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya itu. Dia
langsung menggendong sang putrid menciumi putrid kecilnya yang begitu menggemaskan
tersebut.

“Ayo kita duduk di sana, kita lanjut ngobrol di sana lagi” ucap Daniel karena cuacanya yang
mulai panas.

Rosa dan juga Daniel yang masih menggendong keenan berjalan lebih dulu meninggalkan
Kiran dan juga Cakra mereka masih saling melepas rindu. Cakra mengecup bibir Kiran singkat
dan merengkuh pinggang istrinya sambil menggendong sang anak mengajak berjalan ke arah
tenda.

Mereka nanti tidak langsung pulang karena Cakra masih ada arahan dari pimpinan, orang tua
Cakra yang sudah sampai tenda langsung mengobrol dengan Pangdam yang tak lain besan
mereka. Keenan sendiri sekarang sudah di gendong kakek dari pihak ibunya itu.

………………………….

Kiran berada di kamarnya, dia menyiapkan baju untuk sang suami yang tengah mandi saat ini.
Setelah menyiapkan baju ganti untuk suaminya ia hendak keluar dari kamar tapi sebelum itu ia
berjalan mendekati pintu kamar mandi.

“Mas, bajunya sudah aku siapin ya. Aku mau keluar sebentar” ucap Kiran mendekatkan dirinya
dengan pintu kamar mandi yang berada di kamarnya tersebut.

“Keluar kemana? Lama nggak” sahut Cakra dari dalam kamar mandi.
“Mau ambil makanan buat kamu mas, bentar aja”

“Nanti aja, kita keluar kamar bareng. Aku bentar lagi selesai kok” balas Cakra

“Ya sudah aku tunggu” Kiran akhirnya pasrah saja karena suaminya meminta keluar
berbarengan. Dia kembali duduk di pinggir tempat tidur sambil melihat ponselnya mengecek
siapa tahu ada pesan penting atau apa.

Tak lama kemudian Cakra keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai handuk yang terlilit
di pinggangnya. Badan atletisnya itu begitu basah dan juga rambutnya.

Kiran mendongak melihat suaminya tersebut, dia dengan sigap memberikan baju pada sang
suami.

“Aku kangen sama kamu makanya kamu aku suruh tunggu di dalam” ucap Cakra sambil
mengambil baju dari tangan istrinya.

“masa sih kangen sama aku, bohong ya” ucap Kiran sambil bercanda.

“Serius sayang, aku pengen lihat wajah kamu terus. Setahun aku nggak lihat wajah kamu
rasanya hampa” Cakra berucap serius sambil memakai bajunya. Tapi belum sempat baju itu
terpakai Kiran sudah menghentikannya dengan menahan tangannya saat ini.

“kenapa sayang?” tanya Cakra menatap heran sang istrinya.

“Ini kenapa mas, ya ampun ini juga kenapa?” ucap Kiran kaget saat mendapati di lengan
suaminya terdapt bekas luka dan juga di punggung belakangnya.

“Luka tembak, udah itu nggak pa-pa. mas sudah biasa kok” ucap Cakra begitu santai.
“Nggak pa-pa gimana, jadi kamu pernah ke tembak di punggung sama lengan kamu. Kok kamu
nggak pernah bilang sama aku, ini kapan kena tembaknya”

“Sudah lama sayang, sudah jangan khawatir aku nggak kenapa-kenapa kan sekarang” Cakra
memakai bajunya dan dia langsung merengkuh istrinya tersebut mengusap lembut bahu istrinya
agar tenang.

“Iya sekarang nggak kenap-kenapa tapi waktu itu pasti kamu kesakitan kan, kok kamu nggak
bilang sih mas” Kiran melepaskan pelukan Cakra, ia langsung mendudukan dirinya di sofa
membelakangi suaminya.

Cakra berjalan pelan mendekati sang istri.

“Aku minta maaf karena waktu itu nggak bilang sama kamu, aku takut kamu khawatir. Maaf ya”
Cakra berdiri di sebelah Kiran menatap istrinya dengan tatapan merasa bersalah.

Kiran diam saja masih pada posisinya, dia kecewa saja suaminya itu tidak bilang kalau pernah
tertembak dan malah menyembunyikan darinya meskipun itu demi kebaikannya juga.

Cakra memeluk istrinya yang sedang duduk membelakanginya itu.

“Maafin aku ya sayang, bunda jangan marah dong” Cakra berusaha membujuk istrinya tersebut
agar tidak marah.

“Hemm” Kiran menanggapinya hanya berdehem saja.

“Aku laper kamu mau masakin aku nggak, aku pengen makan masakan kamu loh sayang”
Cakra mengalihkan pembicaraan tentang pembahasan luka tembaknya.

Kiran langsung menatap suaminya

“Kamu lapar mas?” tanya Kiran.

“Iya” jawab cakra sambil mengangguk.


“Ya sudah aku masakin, kamu mau makan apa?” Kiran langsung antusias. Dia berdiri menatap
sang suami.

“Apa aja yang penting kamu yang masak”

“Ya sudah kamu tunggu sini, aku masakin dulu buat kamu” ucap Kiran dan hendak pergi tapi
tangannya di tahan oleh Cakra.

“Apa lagi mas, katanya mau aku masakin” heran Kiran karena suaminya itu menahan
tangannya saat ini.

“nanti bareng sama aku, temani aku dulu di sini. Aku mau ganti baju dulu” ucap Cakra manja.

“iih ya aampun mas, katanya laper ya biar aku keluar kamar dulu masak buat kamu”

“Nanti aja, nunggu aku ganti baju. Aku pengen lihat wajah kamu terus” pungkas Cakra.

“ya sudah terserah kamu lah, buruan pakai celana” Kiran hanya bisa pasrah dengan permintaan
suaminya .

……………………

Cakra tengah duduk bersama dengan sang papa di teras belakang rumah mereka, Daniel
banyak menanyakan kegiatan putranya di Kongo dan kabar di sana seperti apa.

Sebenarnya tadi Cakra ingin bermain dengan kedua anaknya ternyata saat ini jam tidur kedua
bocah itu jadi ia urungkan dan mungkin nanti saja dia mendekatkan dirinya pada sang anak
saat mereka berdua sudah bangun.
“Disana suasananya mencekam atau bagaimana?” tanya Daniel pada putranya

“Nggak mencekam sih pa, damai-damai saja di sana. Bahkan sebelum aku pulang ada du
kelompok yang menyerahkan diri pada pemerintah mereka mau bergabung dengan
pemerintahan mereka” jawab Cakra.

“Oh, baguslah. Semoga saja daerah sana tidak ada konflik berkepanjangan”

“Iya semoga saja, tapi kalau pihak ketiga masih ikut campur konflik nggak bakal terselesaikan
pa. soalnya di sana pengetahuannya masih kurang dan masih sering termakan hasutan pihak
luar yang tidak ingin Negara mereka damai” pungkas Cakra.

“Susah ya, semoga Negara kita di jauhkan dari konflik-konflik seperti itu” ucap Daniel penuh
harap.

“Aamin”

“Chandra belum pulang lagi pa?” tanya Cakra menanyakan adik bungsunya yang kuliah di luar
negeri.

“belum, dia mungkin pulang masih lama. Katanya ngurus apa gitu di sana”

“Oh”

“Kamu istirahat dulu sana terus ajak anak istri kamu kerumah mertua kamu, kamu belum
ngobrol sama ibu mertua kamu kan”

“Tadi aku sudah ajak Kiran, Kiran bilangnya besok saja.”

“Oh, papa kira kalian hari ini mau kesana”


“Cakra, papa boleh tanya sama kamu?”

“Tanya apa pa?”

“Kamu tahu siapa yang di sukai Choky, tadi pagi dia bilang kalau dia suka perempuan tapi
perempuannya nggak suka sama dia. Kira-kira kamu tahu nggak?”

“Aku nggak tahu pa, papa tanya saja sama anaknya”

“mana mau dia jawab”

“kalau dia belum ada yang di suka, papa mau jodohkan sama anak rekan bisnis papa. Mama
kamu takut adik kamu itu nggak normal”

“yaampun pa, sampai kapan kalian berdua bakal jodohin anak-anak kalian. Biar Choky milih
sendirilah pasangannya siapa” Cakra mulai muak dengan pembahasan itu. Karena dari setahun
lalu itu saja yang di bahas.

“Habisnya adik kamu nggak ada cewek,”

“Sudahlah pa nggak usah urusin percintaan anak, dulu papa sama mama pengen aku nikah.
Sekarang giliran Choky yang kalian suruh cepat nikah. Biar dia milih pasangannya sendiri,
kalau memang ada yang di suka sama dia ya biarkan dia memperjuangkan cintanya itu” Cakra
menasehati papanya.

Papanya hampir sama dengan sang mama pembahasannya selalu saja tentang jodoh, mungkin
nanti setelah Choky menikah candra yang akan di suruh-suruh cepat menikah.

“Sudahlah pa, kalau pembahasannya soal Choky dan jodohnya aku masuk aja kedalam
berduaan sama istriku” Cakra memutuskan untuk pergi, karena dia tidak mau mencampuri
masalah percintaan adiknya.
“Kamu sebagai abang makanya papa mintai pen…”

“ya justru aku sebagai abang, makanya aku membebaskan adik-adik ku pa.mereka punya
pilihan sendiri” Cakra memotong ucapan papanya dan dia langsung masuk kedalam rumah.

“Dasar anak itu” gumam Daniel sedikit kesal.

Anda mungkin juga menyukai