Anda di halaman 1dari 56

Pelaksanaan Mentorship Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri Di

SDN 1 Cingebul

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

MARDIANA SAPUTRI
1801100051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulliahirobbil’alamin tiada kata yang terindah selain puji syukur


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayang-Nya kepada
kita semua. Shalawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada nabi agung
Muhammad SAW yang kita tunggu syafaatnya kelask. Aamiin.

Pelaksanaan Mentorship Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri Di


SDN 1 Cingebul merupakan penelitian yang akan diangkat pada kesempatan kali
ini. Mentorship berasal dari bahasa inggris yang apabila kita terjemahkan
memiliki kata dasar mentoring dan arti pendampingan. Kegiatan mentorship ini
akan peneliti lihat bagaimana pelaksanaannya di sekolah mengingat pembelajaran
di Sekolah Dasar yang mengalami peralihan dari Pembelajaran Online kembali
lagi menjadi Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Kegiatan peralihan dari pembelajaran online menjadi tatap muka


menjadikan peserta didik perlu beradaptasi kembali setelah sekian lama belajar di
rumah, serta menjadikan peserta didik belum terbiasa dengan kegiatan-kegiatan
sekolah seperti membaca, menulis, berhitung yang merupakan keterampilan dasar
dalam siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan kegiatan sekolah tersebut, peserta didik
mengalami kesulitan dalam hal belajar terlebih lagi belajar mandiri, sehingga pada
penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan mentorship
di SDN 1 Cingebul dalam mengatasi kesulitan belajar mandiri anak, serta apakah
mentorship yang diberikan memiliki pengaruh besar dalam mengatasi kesulitan
belajar. Peneliti harap, penelitian ini dapat menghasilkan sesuatu yang perlu
diketahui oleh orang-orang yang membaca agar dapat menyesuaikan kondisi kelas
dengan kondisi peserta didik.

Purwokerto, 22 Februari 2022

Peneliti,

Mardiana Saputri

ii
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan……………………………………………………i

Kata Pengantar………………………………………………………….ii

Daftar isi……………………………………………………………….. iv

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….1


B. Identifikasi Masalah………………………………………....4
C. Pembatasan Masalah……………………...…………………5
D. Rumusan Masalah…………………………………………...7
E. Tujuan Penelitian……………………………………………7
F. Manfaat Penelitian…………………………………………..7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA………………………………………………….8

A. Kajian Teori…………………………………………………….8
1. Pengertian Mentorship/Pendampingan…………………8
2. Tujuan dan Model Mentorship…………………………11
3. Pengertian Belajar…………………...…………………15
4. Kesulitan Belajar……………………………………….16
B. Penelitian yang Relevan………………….…………………….23
C. Alur Pikir……………………………………………………….26
D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………..27

BAB III

METODE PENELITIAN……………………………………………28

A. Desain Penelitian………………………………………………28

iii
B. Tempat dan Waktu Penelitian………...………………………29
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……………………30
D. Keabsahan Data……………………………………………….31
E. Analisa Data…………………………………………………..33

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan pembelajaran menjadi salah satu kegiatan transfer ilmu
antara peserta didik dan pendidik atau guru di sebuah pembelajaran.
Kegiatan transfer ilmu tentu perlu adanya berbagai hal yang dapat
mendukung, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pembelajaran yang didalamnya berisi pendampingan guru
kepada siswa merupakan hal yang penting dalam prosesnya, namun pada
tahun 2019 pelaksanaan kegiatan pembelajaran tingkat Sekolah Dasar
dilaksanakan secara daring/online. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan secara online telah diinstruksikan melalui Surat Edaran
Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah dalam Masa Darurat Covid-19. Surat Edaran yang telah
dikeluarkan menjadikan berbagai sekolah melakukan pembelajaran secara
online.
Berbagai pelaksanaan kegiatan belajar secara online telah
dilaksanakan secara penuh oleh sekolah-sekolah, tentunya pendampingan
guru kepada siswa, terlebih lagi kepada siswa kelas rendah akan sangat
sulit, guru juga tidak dapat memantau perkembangan siswa baik aspek
afektif, kognitif dan psikomor siswa selama pembelajaran online
berlangsung. Menurut Septi Riyana, dkk anak-anak terutama siswa kelas
rendah akan mendapatkan banyak informasi dengan adanya interaksi
dengan obyek nyata dan menarik, sehingga pemahaman akan lebih mudah
terbentuk. Berbanding terbalik ketika siswa melaksanakan pembelajaran
melalui online secara penuh, maka pengalaman belajar dan kemudahan
dalam memahami sesuatu akan cepat. Interaksi antara siswa dengan benda
konkret dan lingkungan sekitar yang menjadi salah satu sarana siswa
belajar.

1
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan secara online selama
beberapa tahun telah terlaksana. Pemerintah memberikan surat edaran
kembali terkait Pembelajaran Tatap Muka dengan ketentuan yang telah
diatur dalam Surat Edaran Pemerintah Kabupaten Banyumas Nomor
420/10122/2021 tentang Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di masa
pandemi Covid-19 yang didalamnya berisi bahwa mulai Januari 2022
semua satuan pendidikan wajib melaksanakan PTM Terbatas dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan yang ketat serta menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Turunnya Surat Edaran yang berlaku tersebut,
kegiatan pembelajaran tingkat Sekolah Dasar kembali menjadi
Pembelajaran Tatap Muka. Tentu dalam pra pelaksanaan Pembelajaran
Tatap Muka, perlu menyiapkan berbagai hal. Siswa yang telah sekian lama
melakukan pembelajaran dengan cara online atau daring dalam kurun
waktu yang dapat dikatakan lama, perlu melakukan adaptasi kembali
mengenal lingkungan sekolah.
Pelaksananaan Pembelajaran Tatap Muka saat ini, akan lebih
memudahkan guru untuk memantau serta melakukan pendampingan atau
mentorship dengan mudah kepada peserta didik baik dari segi afektif,
kognitif dan psikomotor. Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti di
SDN 1 Cingebul, Bapak Sudin, S.Pd menyatakan bahwa penyesuaian
siswa kembali ke sekolah akan berjalan cukup lama, dikarenakan
pembelajaran daring sebelumnya yang sangat lama menjadikan siswa
terlalu nyaman di rumah dan bermain, untuk saat ini siswa dibiasakan dan
melakukan penyesuaian kembali untuk belajar agar menjadi karakter yang
lebih baik dari karakter sebelum pandemi melanda, yaitu karakter
semangat untuk menuntut ilmu dan belajar di sekolah.
Berdasarkan hasil observasi peneliti saat di sekolah, peneliti
menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan penyesuaian siswa
kembali ke sekolah, bahwa siswa belum terbiasa membaca dan memahami
sebuah soal yang guru berikan sehingga hal tersebut akan menjadikan
siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Ketidaksanggupan siswa dalam

2
memahami soal ini merupakan hal kecil namun sangat penting dalam
perkembangan kognitif siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas pertama kali
dilaksanakan oleh SDN 1 Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas untuk wilayah Lumbir, Desa Cingebul, tentunya dalam
pelaksanaan pembelajaran pasca online ini, guru perlu memahamkan
peserta didik yang sekian lama telah melakukan pembelajaran online
menjadi pembelajaran tatap muka agar lebih antusias dan lebih mudah
paham dari pembelajaran online sebelumnya, mengingat selama
pembelajaran jarak jauh, peserta didik kurang menjumpai benda-benda
konkret yang sesuai dengan materi dari guru berikan. Berdasarkan
observasi oleh peneliti, guru sangat berperan penting untuk memantik
siswa-siswi agar lebih paham terkait materi-materi dasar, karena materi
dasar telah diberikan saat pembelajaran online dan kemudian diulas
kembali saat pembelajaran tatap muka, maka guru perlu melakukan
pendampingan atau mentorship dengan metode yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, karena banyak siswa yang belum paham ataupun lupa
mengenai materi dasar yang telah diberikan.
Berdasarkan teori dari Jean Piaget seorang anak berjalan melalui 4
tahap perkembangan kognitif, diantaranya sensorimotor, pra operasional,
operasi konkret, dan operasi formal. Pada tahap operasi konkret umur 7 –
11 tahun, siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan dari pengalaman
yang didapat dari proses interaksi dengan lingkungannya. Pada tahap
operasi konkret ini, siswa berpikir dengan ditandai dengan gerak-gerakan,
berpikir melalui benda konkret, sampai berpikir abstrak, sehingga dalam
pembelajaran Sekolah Dasar, siswa perlu banyak melakukan pembelajaran
dengan pendampingan atau mentorship yang tepat serta menggunakan
metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Berbeda ketika pembelajaran
online berlangsung, siswa belajar tanpa adanya benda konkret, sehingga
tugas utama guru pada saat pembelajaran pasca online akan sangat terasa
untuk memahamkan kembali peserta didik. Pelaksanaan belajar siswa

3
pasca pembelajaran online, tentu tidak hanya mengandalkan peran guru di
dalam kelas, namun motivasi orangtua dan lingkungan keluarga juga
penting.
Sehingga berdasarkan kegiatan pembelajaran pada saat ini yang
dilakukan secara tatap muka dan merupakan pembelajaran pasca online,
serta mengakibatkan dampak bagi siswa untuk dapat menyesuaikan
kembali kegiatan sekolah beserta kesulitan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar, maka peneliti ingin mendeskripsikan pelaksanaan
mentorship untuk mengatasi kesulitan belajar mandiri siswa di SDN 1
Cingebul. Dalam penelitian, peneliti dapat memaparkan bagaimana guru
dan siswa dapat melakukan penyesuaian dan kebiasaan baru di sekolah,
serta upaya guru dalam pendampingan atau mentoringship kepada siswa
agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan belajar. Selain itu, latar
belakang siswa dalam kesulitan belajar tentunya akan menjadikan guru
atau pendidik memutar otak atau berpikir kreatif menerapkan
pembelajaran tatap muka yang menyenangkan agar peserta didik mudah
memahami materi, sehingga peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan mentorship untuk mengatasi kesulitan belajar mandiri di SDN
1 Cingebul.

B. Identifikasi Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran saat ini, di setiap sekolah tengah
melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka, diantaranya oleh SDN 1
CingebuL. Proses pembelajaran yang pada waktu lalu telah memakan
kurang lebih dua tahun melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau online,
kali ini peserta didik dihadapkan pembelajaran tatap muka yang
mengharuskan peserta didik beradaptasi kembali dengan lingkungan
sekolah. Proses pembelajaran selama dalam kurun waktu kurang lebih 2
tahun sejak 2020 juga menjadikan peserta didik mengalami kesulitan
belajar karena selama pembelajaran online tidak menggunakan benda-
benda konkret serta pemberian materi yang hanya material oriented tidak

4
terpaku pada target oriented. Selain itu terdapat penurunan kemampuan
kognitif karena tidak terbiasa belajar, penurunan semangat belajar karena
sudah terlalu nyaman melakukan pembelajaran dari rumah. Hal-hal
tersebut berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di SDN 1
Cingebul.
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka mengharuskan siswa untuk
beradaptasi kembali ke sekolah, maka guru memiliki tugas utama untuk
melakukan mentorship dengan intens kepada peserta didik, karena
berdasarkan observasi peneliti, banyak peserta didik yang belum bisa
memahami soal dengan seksama, terlebih lagi soal cerita yang pendek,
peserta didik juga masih memiliki rasa malas untuk belajar, dan datang
hanya untuk bermain, perilaku-perilaku tersebut tentunya akan menjadi
sebuah hambatan yang bermuara pada kesulitan belajar peserta didik. Guru
atau pendidik disini bertugas mengelola kelas atau suatu pembelajaran
dengan mentorship yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, agar
penyesuaian peserta didik di sekolah kembali lagi serta dapat mengurangi
kesulitan belajar yang terjadi.
Penyesuaian siswa kembali seperti sedia kala sebelum pandemi,
diharapkan siswa menjadi semangat belajar kembali, tidak berada di
tempat nyaman terlalu lama yaitu rumah. Selain itu, siswa juga akan
belajar sedikit demi sedikit mengenai lingkungan sekolah serta benda-
benda konkret lainnya. Adanya benda konkret dalam pembelajaran tatap
muka kali ini akan memudahkan siswa untuk paham mengenai materi
yang sedang diterangkan. Kegiatan mentorship oleh guru sangat
diperlukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar, sehingga
peserta didik dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari ketidak
konsistenan sebuah topik yang akan dibahas oleh peneliti, sehingga
penelitian akan konsisten dengan topik yang diteliti dan tetap fokus pada

5
masalah serta solusi yang akan diberikan. Oleh sebab itu, pembatasan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaan mentorship untuk mengatasi kesulitan belajar mandiri di
SDN 1 Cingebul.
2. Penerapan mentorship ;
a. Capaian dan pengaruhnya pada pemahaman peserta didik.
b. Bentuk dan model pelaksanaan mentorship pada peserta didik.
c. Faktor pendukung dan hambatan dalam suksesnya kegiatan
mentorship.
3. Kesulitan belajar mandiri peserta didik.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan mentorship untuk mengatasi kesulitan belajar
mandiri SDN 1 Cingebul?
2. Bagaimana pengaruh mentorship dalam mengatasi kesulitan belajar
mandiri peserta didik di SDN 1 Cingebul?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan mentorship dalam mengatasi kesulitan
belajar mandiri SDN 1 Cingebul.
2. Untuk mengetahui pengaruh mentorship dalam mengatasi kesulitan
belajar mandiri peserta didik di SDN 1 Cingebul.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik manfaat yang bersifat
teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi penelitian yang dapat
meningkatkan kegiatan mentoring atau mentorship pada peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, serta dapat menjadi rujukan untuk
penelitian selanjutnya.

6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Menerima layanan mentorship oleh guru dengan baik dan kreatif.
b. Bagi Guru
Membantu guru memberi pengalaman untuk meningkatkan
mentorship dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik agar
lebih inovatif dan efektif.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan peningkatan pengajaran dan pembinaan kompetensi
guru mengenai pendampingan atau mentorship untuk mengatasi
keuslitan belajar peserta didik.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Mentorship/pendampingan

Mentorship berasal dari bahasa Inggris yang artinya pendampingan,

mentorship juga berasal dari kata “mentor” dalam bahasa Indonesia.

Arti mentor sendiri merupakan pembimbing/pengasuh. Menurut Chip

R. Bell dalam bukunya yang dikutip oleh Ahmad Tabrani monitoring

merupakan proses seseorang membantu orang lain untuk belajar sesuatu

dan bila proses tadi tidak terjadi, maka pembelajarannya menjadi

kurang baik, lebih lamban, atau bahkan sama sekali tidak akan terjadi.

Menurut peneliti, pernyataan Chip R. Bell pada bagian proses seseorang

membantu orang lain untuk belajar tidak lain adalah seorang guru yang

mengajari peserta didik, dan jika proses belajar mengajar tidak terjadi

maka hasilnya akan kurang baik serta lebih lamban, maksdunya adalah

kegiatan belajar memungkinkan tidak mencapai target tujuan.

Menurut Ahmad Tabrani mentoring merupakan hubungan

berdasarkan kepercayaan dalam bentuk kepedulian dan dukungan

dimana seseorang memberdayakan oranglain untuk mencapai sasaran

pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama. Pendampingan

menurut Rayaswala (2018) merupakan strategi yang umum digunakan

8
oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan

mutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mmapu

mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang

dialami dan berupaya untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang

dihadapi. Suharto dalam kutipan Rayaswala (2018) mengatakan

pendampingan merupakan satu strategi yang dapat menentukan berhasil

atau tidaknya suatu pemberdayaan manusia.

Dalam kutipan Rayaswala (2018) pendampingan merupakan

kegiatan masyarakat yang menempatkan tenaga pendamping berperan

aktif sebagai fasilitator, komunikator, dan dinamisator. Tenaga

pendamping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidik atau

guru yang mengelola kelas sebagai fasilitator bagi siswa-siswi.

Fasilitataor yang selalu memfasilitasi peserta didik dalam sebuah

pembelajaran, baik memfasilitasi dalam segi buku, transfer ilmu dan

lainnya yang dibutuhkan peserta didik, kemudian komunikator adalah

seorang pembicara, guru layaknya pembicara di dalam sebuah

pembelajaran perlu lebih dominan dalam melakukan komunikasi

dengan peserta didik. Menurut Dian (2016) kegiatan pendampingan

disebut juga suatu proses yang didalamnya terdapat rangkaian kegiatan

dan daya upaya yang dilakukan pendidikan baik secara individu

maupun kolaboratif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Morison yang dikutip oleh Dian (2013), pendampingan

merupakan proses perawatan, pengasuhan, pertumbuhan dan

9
perkembangan anak usia dini secara optimal. Perawatan disini

memiliki arti bahwa pendidik atau guru merawat aspek fisik motorik

anak. Sedangkan pengasuhan disini, pendidik berupaya menjadi

pendamping atau guru untuk menstimulasi aspek kognitif, bahasa dan

sosial emosional. Dari pengertian menurut Morison diatas, dapat

diketahui aspek fisik motorik serta apsek kognitif, bahasa dan sosial

emosional dalam sebuah pendampingan sangat diperhatikan oleh

pendidik selaku orang yang melakukan pendampingan pada siswa.

Menurut Zul Anwar, et al (2018) mentoring merupakan kegiatan

yang didalamnya terdapat sebuah pasangan yang disengaja dari orang

yang lebih terampil atau berpengalaman dengan orang kurang ahli atau

lebih kurang berpengalaman, dengan disepakati memiliki tujuan orang

yang ahli lebih rendah tumbuh dan mengembangkan kompetensi

spesifik. Menurut Zul Anwar dkk kegiatan mentoring bidang akademik

juga menjunjukkan digunakan sebagai jalan untuk meningkatkan

prestasi dan kesuksesan peserta didik.

Karena di dalam penelitian kali ini, peneliti membahas

mentorship/pendampingan dalam ranah belajar di dalam kelas atau

pendampingan di dalam dunia pendidikan maka

mentorship/pendampingan disini merupakan kegiatan

mentorship/pendampingan belajar bagi peserta didik. Sehingga dapat

disimpulkan, menurut peneliti bahwa mentorship/pendampingan

merupakan kegiatan dua orang atau lebih yang didalamnya terdapat

10
kegiatan belajar mengajar dan bertansfer ilmu demi mencapai tujuan

tertentu dengan arahan dari seorang mentor atau guru didalamnya.

2. Tujuan dan Model-model Mentorship

Menurut F. Gordon Shea (2003) dalam bukunya yang dikutip oleh

Situngkiri menyampaikan bahwa tujuan mentoring yaitu:

a. Meningkatkan minat

b. Mendorong peran aktif

c. Menyatukan dengan lingkungan baru

d. Membantu mencapai potensi maksimal

e. Mengembangkan sikap yang beradab

Yang pertama dan kedua adalah meningkatkan minat dan

mendorong peran aktif, disini tentunya sebuah mentoring dilakukan

agar mentor memberikan sebuah kegiatan mentoring yang berbeda

sehingga peserta didik akan merasa berminat mengikuti kegiatan belajar

karena suasana yang mentor berikan tidak mudah membosankan.

Meningkatkan minat peserta didik terlebih lagi minat belajar pada

peserta didik SD merupakan salah satu strategi seorang guru yang harus

guru lakukan, baik mencakup model pembelajaran akan seperti apa,

metode apa yang digunakan serta bagaimana tekniknya yang perlu

sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Apabila peserta didik sudah

berminat dengan kegiatan pembelajaran, maka mereka akan antusias

dan aktif dalam mengiginkan sesuatu yang ingin mereka ketahui,

11
sehingga anak menjadi lebih banyak bertanya, rajin mengerjakan tugas,

saling memberi masukkan pada teman dan sebagainya.

Point ketiga adalah menyatukan dengan lingkungan baru, hal ini

menjadi salah satu tujuan mentoring karena mentoring disini ketika

guru aktif dalam mengelola kelas maka anak akan saling mengenal

dengan temannya satu sama lain. Terlebih lagi ketika guru melakukan

pembelajaran di luar ruanng kelas yang akan melibatkan berbagai

lingkungan baru disekitar peserta didik. Guru juga perlu menyatukan

peserta didik yang stau dengan peserta didik lainnya karena tentunya

murid akan memiliki latar belakang yang berbeda, serta akan

mengenalkan peserta didik terhadap luasnya lingkungan yang ia kenal.

Point yang keempat yaitu membantu potensi maksimal,

merupakan salah satu tujuan dari mentoring itu sendiri. Membantu agar

peserta didik meraih potensinya dengan secara maksimal yaitu dengan

bimbinga serta pendampingan dari mentor selama pembelajaran

berlangsung. Tentun mencapai potensi maksimal menjadi tujuan utama

dalam proses mentoring. Ketika tujuan-tujuan dalam belajar telah

terealisasikan di dalam mentoring, maka potensi maksimal juga telah

tercapai, baik secara pemahaman peserta didik dan pengalaman peserta

didik. Oleh karena itu, karena guru atau mentor disini sifatnya adalah

membantu yang belum paham atau membantu orang yang perlu dibantu

untuk mencapai potensi yang maksimal, yaitu potensi yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

12
Point kelima yaitu mengembangkan sikap yang beradab. Dalam

tujuan mentoring salah satunya mengembangkan sikap beradab, karena

disini tentunya mentor tidak hanya memiliki tugas untuk melakukan

transfer ilmu saja pada mentee nya, akan tetapi perlu memperhatikan

perkembangan sikap yang telah mentor ajarkan untuk keberlanjutan

hidup selanjutnya yang akan disesuaikan dengan lingkungan sekitar.

tentunya sebuah adab dan sopan santun sangat diperhatikan dalam

kalangan masyarkat, sehingga mentor perlu mengajarkan dan

memperhatikan mentee terkait sikap.

Jenis-jenis Mentorship

Menurut F. Gordon Shea yang dikutip oleh Ridho (2010) dalam

penelitiannya, jenis-jenis mentoring sebagai berikut :

a. Mentoring berdasarkan situasi (situasional). Mentoring

berdasarkan situasi merupakan mentoring yang dilakukan apabila

seseorang memberikan informasi yang benar atau gagasan-

gagasan pada saat yang tepat di dalam kehidupan yang lain.

b. Mentoring resmi (formal). Mentoring resmi merupakan jenis

mentoring yang telah dilembagakan, memiliki struktur-struktur di

dalamnya dan program-program yang terukur untuk menuntu

perubahan-perubahan yang ingin dicapai organisasi.

c. Mentoring tidak resmi (informal). Mentoring tidak resmi

merupakan bentuk mentoring yang tidak terikat pada waktu.

13
Mentoring ini biasanya diprakrasai oleh seorang mentor yang

dengan sukarela ingin mengubah pengetahuan umum ke khusus.

Dalam penelitian Rudho Hudayana (2010), mentoring diatas juga

dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa point, diantaranya;

a. Mentoring satu-satu. Merupakan bentuk mentoring atau pendampingan

oleh seorang mentor kepada peserta mentoring atau disini dapat

dikatakan adalah peserta didik. Biasanya kegiatan mentoring satu-satu

ini merupakan kegiatan yang bersifat tidak formal. Misalnya adalah

antara sahabat dengan sahabat, murid dengan guru dan sebagianya.

b. Mentoring kelompok. Merupakan bentuk kegiatan mentoring yang

dipimpin oleh guru atau pendidik atau mentor serta jumlah anggotanya

tidak lebih dari 8 peserta.

c. Mentoring tim. Mentoring tim merupakan kegiatan mentoring yang

didalamnya dipimpin oleh guru atau mentori yang memiliki keahlian

berbeda-beda.

d. Peer mentoring. Peer mentoring merupakan kegiatan yang dilakukan

sesekali dan biasanya dilakukan jika mentor atau guru utama

berhalangan hadir dan digantikan oleh orang yang dapat memimpin

jalannya pembelajaran.

e. E-mentoring atau mentoring online. Merupakan kegiatan mentoring

yang memanfaatkan sosial media sebagai berjalannya kegiatan. E-

mentoring bisa dilaksanakan dengan fleksibel dan jarak jauh

mengingat penggunaannya adalah menggunakan sosial media.

14
Dari penjelasan diatas, maka kegiatan mentorship atau mentoring

memiliki pembagian masing-masing.

3. Pengertian Belajar

Menurut Sardiman (2007) belajar memiliki pengertian perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti

membaca. Mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Sardiman juga menuliskan bahwa belajar dalam arti luas merupakan

kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.

Kemudian dalam arti sempit, belajar sebagai usaha penguasaan materi

ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Terdapat pendapat juga bahwa belajar adalah “berubah”, yang

dimaksud berubah merupakan usaha mengubah tingkah laku, sehingga

belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang

belajar. Ada juga yang menyatakan belajar merupakan rangkaian

kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan

karsa ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar bukan suatu

tujuan, akan tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan. Belajar juga bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari

itu, yakni mengalami.

15
Sehingga, pengertian belajar menurut peneliti bahwa belajar

merupakan proses seseorang mengetahui sesuatu yang belum diketahui

sehingga mengalami perubahan dalam dirinya menjadi lebih baik.

4. Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi yang dikutip dalam jurnal Cahyono (2019),

kesulitan belajar merupakan kondisi dalam pembelajaran yang ditandai

oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Kagitan pembelajaran yang dirasa memiliki hambatan dalam

prosesnya, layaknya yang terjadi pada siswa di SDN 1 Cingebul

diantaranya merupakan hambatan dalam memahami soal dan materi

yang telah diberikan. Latar belakang metode belajar juga sangat

berpengaruh dan membawa motivasi belajar serta minat belajar peserta

didik menjadi turun. Hambatan yang terjadi, dikhawatirkan akan

mempengaruhi terhadap tujuan pembelajaran.

Menurut Khairul Raziqin dalam penelitiannya, kesulitan belajar

merupakan kondisi peserta didik tidak dapat atau tidak bisa belajar

secara maksimal disebabkan adanya hambatan, kendala atau gangguan

dalam belajarnya. Ketika proses belajar ini yang seharusnya memiliki

hasil berupa perubahan tingkah laku dan perubahan pengetahuan baik

kognitif, afektif, dan motorik yang kemudian mengalami hambatan-

hambatan maka akan menjadikan peserta didik mengalami kesulitan

belajar. Materi tidak tersampaikan dengan baik, motivasi peserta didik

16
dalam belajar akhirnya menjadi kurang, hasil belajar juga menjadi

menurun.

Sugihartono dalam Anggun Pramesty mendefinisikan kesulitan

belajar sebagai suatu gejala yang Nampak pada peserta didik dengan

ditandai oleh adanya hasil belajar yang rendah atau di bawah norma

yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Anggun Pramesty (2020)

menyimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah ketidak sesuaian

kemampuan peserta didik dalam memperoleh prestasi belajar yang

diharapkan, sehingga nilai yang diperoleh dibawah kriteria atau aturan

yang ditetapkan. Ketidaksuaian dalam memperoleh prestasi belajar ini

dapat diukur dari berbagai aspek seperti rendahnya nilai yang

diperoleh ataupun kemampuan peserta didik yang ternyata tidak dapat

peserta didik tampilkan.

Marlina (2019 : 44) yang menyatakan bahwa kesulitan belajar

berasal dari kurangnya kemampuan atau kesempatan belajar serta

terkait dengan kondisi minimnya kemampuan penglihatan,

pendengaran, kesehatan, dan sosio-emosional. Kesulitan belajar juga

merupakan kondisi kelainan yang ditandai adanya ketidaksesuaian

antara kemampuan dan prestasi, dan dimanifestasikan dalam kegiatan

membaca, menulis, berpikir, berhitung. Berdasarkan beberapa

pengertian diatas, kesulitan belajar dapat disimpulkan merupakan

hambatan dalam proses belajar peserta didik sehingga kemampuan dan

kesempatan belajar peserta didik menjadi kurang maksimal.

17
Ketidakmaksimalan dalam belajar akan berpengaruh terhadap motivasi

belajar peserta didik.

Penyebab Kesulitan belajar

Menurut Westwood yang ditulis oleh Marlina (2019), beberapa

penyebab adanya kesulitan belajar antara lain;

a. Pengajaran yang tidak sesuai.

b. Kurikulum yang tidak relevan.

c. Lingkungan kelas yang kurang kondusif.

d. Kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan.

e. Hubungan yang kurang harmonis antara guru dan anak.

f. Kurangnya kehadiran anak di sekolah.

g. Masalah kesehatan.

h. Proses belajar yang menggunakan bahasa kedua.

i. Kurang percaya diri.

j. Masalah emosional dan perilaku.

k. Kecerdasan dibawah rata-rata.

l. Gangguan sensoris.

m. Kesulitan memproses informasi spesifik.

Sedangkan menurut reid & Ortiz yang dikutip oleh Marlina (2019)

menjelaskan penyebab kesulitan belajar seperti;

18
a. Abnormalitas sistem saraf pusat, terdapat pada belahan otak yaitu

abnormalitas yang mengakibatkan gangguan bahasa, karena

terdapat anomaly pada sel-sel saraf di otak.

b. Kerusakan sistem saraf pusat, seperti prenatal, perinatal, postnatal.

c. Genetik, beberapa penelitian membuktikan bahwa kesulitan

membaca berkaitan dengan faktor genetic.

d. Lingkungan, lingkungan yang kurang bersih seperti mengandung

limbah mercuri dan limbah pabrik.

e. Abnormalitas biokemikal.

Penyebab adanya kesulitan belajar ditambahkan oleh Westwood

yaitu faktor lingkungan seperti kurikulum dan metode

pembelajaran. Ketika faktor lingkungan tidak sesuai kapabilitas dan

minat anak, maka kesulitan belajar akan terjadi. Penyebab lainnya

yaitu ;

a. Metode pembelajaran

Pengajaran yang tidak tepat saat diberikan pada awal

pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemampuan peserta

didik dan pada akhirnya menyebabkan anak menjadi beresiko

mengalami kesulitan belajar, oleh karena itu, perlu adanya

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajat, minat

belajar, dan prestasi belajar peserta didik.

b. Kurikulum

19
Kurikulum yang dipakai, tentunya perlu disesuaikan dengan

kondisi anak yang memiliki kesulitan belajar. Kurikulumm

yang disesuaikan dengan kesulitan belajar anak perlu dan harus

bersifat real, relevant, realistic, dan rational.

c. Lingkungan kelas

Lingkungan fisik kelas juga dapat mempengaruhi ksulitan

belajar. Suara bising dari luar, temperature kelas, pencahayaan

dan kehadiran benda-benda di ruang kelas menstimulasi

perhatian anak yang menjadi tidak fokus. Jumlah peserta didik

juga sangat mempengaruhi fokus atau tidaknya sebuah kelas.

d. Gaya belajar

Gaya belajar yang mal-adaptif seperti kurangnya perhatian

terhadap tugas sekolah, implusif, rendahnya mentoring, dan

kuragnya koreksi diri menunjukkan gaya belajar yang buruk.

Gaya belajar yang buruk, tidak akan mengetahui perkembangan

peserta didik sampai pada tahap berapa, dan tidak mengetahui

kebutuhan dari peserta didik itu sendiri.

Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Currie & Wadlington serta Westwoon membagikan jenis-jenis

kesulitan belajar seperti;

a. Disleksia, gangguan membaca.

b. Diskalkulia, kesulitan berhitung.

20
c. Disgrafia, kesulitan menulis.

d. Dispraksia, gangguan kordinasi antara mata dan tangan.

e. Disfasia, gangguan memahami bahasa lisan.

f. Gangguan proses auditori, atau gangguan dalam

membedakan bunyi bahasa.

g. Gangguan proses visual, gangguan dalam

menginterpretasikan informasi visual.

Karakteristik Kesulitan Belajar

a. Kesulitan belajar membaca, dintandai dengan;

a) Lamban membaca.

b) Minim pemahaman bacaan.

c) Sulit mengidentifikasi ide-ide penting.

d) Sulit mengaitkan bahan bacaan.

e) Bingung dengan kata yang berbunyi sama.

f) Sulit mengintegrasikan kosakata baru.

g) Bingung dengan petunjuk tertulis.

h) Menolak membaca.

b. Kesulitan belajar menulis

a) Kesulitan dengan struktur kalimat.

b) Sulit mengeja.

c) Tidak mampu mencatat dengan benar dari buku atau

papan tulis.

d) Minim ekspresi tulis, tapi baik ekspresi lisan.

21
e) Lamban menulis.

f) Minim tulisan indah.

c. Kesulitan belajar bahasa lisan

a) Tidak mampu berkonsentrasi memahami bahasa lisan.

b) Sulit mengekspresikan ide secara lisan.

c) Kata-kata terbalik.

d) Bermasalah dengan ekspresi lisan.

e) Sulit berbicara sesuai kaidah tata bahasa.

f) Sulit menceritakan cerita sesuai dengan urutan.

g) Kebingungan dengan perintah lisan.

d. Kesulitan belajar menghitung

a) Bermasalah dengan kalkulasi dasar.

b) Angka terbalik.

c) Bingung dengan simpol operasi.

d) Sulit mengoperasikan bilangann sesuai nilai tempat.

e) Tidak mampu menghitung dengan benar.

f) Sulit mengingat urutan proses kalkulasi.

g) Tidak mampu memahami konsep abstrak.

h) Miskin penalaran.

i) Menunjukkan kecemasan, mental blocking, stress fisik

ketika mengerjakan matematika.

Sedangkan menurut Wong yang dikutip oleh Marlina

(2019) dari karakteristik diatas menambahkan kembali beberapa

22
karakteristik lain seperti keterampilan belajar dan organisasional

dan keterampilan sosial. Dari berbagai karakteristik diatas

memilik beberapa persamaan masalah yang sama dengan tempat

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian oleh Erliany Syaodih dan Cucu Lisnawati

Penelitian oleh Erliany Syaodih dan Cucu Lisnawati yang berjudul

Pendampingan Guru dalam Menemukan dan Mengatasi Kesulitan

Belajar Siswa di MTS Miftahulfallah Bandung merupakan penelitian

yang menggunakan metode In Service Learning dan On the Job

Training. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018.

Kegiatan penelitian ini berfokus pada pendampingan guru yang

menemukan dan mengatasi kesulitan belajar siswa. Dalam kegiatan

penelitian ini, merupakan kegiatan pendampingan guru untuk

mengetahui dan menemukan kesulitan belajar pada siswa serta solusi

yang perlu dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menjadikan guru sebagai peserta

penelitian, guru diminta untuk melakukan presentasi, diskusi, studi

kasus, simulasi dan praktek mandiri. Hasil dari penelitian ini, bahwa

untuk mengatasi masalah-masalah dalam kesulitan belajar terdapat

beberapa cara diantaranya adalah memaksimalkan fungsi dan peran

guru sebagai pihak yang sangat dekat dan potensial untuk membantu

kesulitan siswa. Dalam kegiatan kelas, peran dan fungsi guru adalah

23
sebagai pembimbing dan motivator di kelas, sehingga siswa maupun

guru dapat bekerja sama mengatasi kesulitan belajar. Persamaan dari

penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai kesulitan

belajar, dan jika terdapat cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi

kesulitan belajar maka akan menjadi landasan peneliti mengetahui

bagaimana seorang guru mengatasi kesulitan belajar siswa.

2. Penelitian oleh Ika Suhartanti

Dalam penelitian oleh Ika Suhartanti yang berjudul Metode

Pembelajaran Klinik Berbasis Mentorship Terhadap Motivasi Dan

Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Dalam Praktik Klinik

Keperawatan Medikal Bedah di RSUD Sidoarjo merupakan penelitian

yang berjenis pre-eksperiment dengan one group pretest-posttest

design. Dalam hasil dan kesimpulan penelitian ini, bahwasannya

mentor sangat memiliki peran dalam praktik di lapangan, kemudian

peran yang paling besar adalah dalam hal supporting serta kegiatan

mentorship sudah bisa dikatakan baik.

Persamaan dari penelitian Ika Suhartini dengan penelitian yang

sedang peneliti kerjakan adalah sama-sama ingin mengetahui peran

mentorship yang dilakukan dalam mencapai suatu proses. Selain itu,

penelitian oleh Ika suhartini juga membahas mengenai motivasi siswa

yang merupakan salah satu latar belakang adanya penelitian ini

berjalan. Penelitian oleh Ika Suhartini merupakan penelitian yang

diajukan sebagai ujian tesis dan dilaksanakan pada tahun 2017 di

24
Universitas Airlangga, Surabaya. Kegiatan penelitian oleh Ika

melibatkan mahasiswa sebagai mentee dan dosen sebagai mentor

untuk menjadi responden.

3. Penelitian oleh Fida Rahmantika Hadi

Penelitian yang berjudul Kesulitan Belajar Siswa Sekolah

Dasar dalam Menyelesaikan Soal HOTS Matematika Berdasarkan

Teori Newman diteliti pada tahun 2021, dengan menggunakan

metode deskriptif penelitian ini memiliki tujuan yaitu menjelaskan

kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal HOTS

matematika berdasarkan teori Newman.

Pada penelitian ini, pengumpulan sumber data

menggunakan instrument wawancara dan tes. Data-data yang

dihasilkan seperti hasil test dan juga pengelompokkan siswa

berdasarkan hasil test tersebut. Pengelompokkan siswa kemudian

dipilih satu sample untuk di uji coba menggunakan teori Newman

dan terdapat beberapa indikator kesalahannya.

Kegiatan penelitian pada akhirnya menghasilkan sesuatu

yaitu kesulitan pada siswa memiliki bentuk-bentuk yang berbeda-

beda saat siswa diminta untuk menjawab soal. Indikator kesalahan

menurut teori Newman dapat dijadikan acuan ketika melihat

kesalahan peserta didik. Siswa juga cenderung lebih banyak yang

belum dapat memahami soal, terlebih lagi soal-soal HOTS.

25
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menjelaskan kesulitan

belajar pada siswa.

C. Alur Pikir

Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru

dengan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu tujuan

dalam pembelajaran. Dalam kurun waktu yang cukup lama di dunia

pendidikan, pembelajaran telah dilaksanakan kurang lebih 2 tahun dengan

metode pembelajaran online. Terdapat berbagai dampak yang dapat

dirasakan dalam dunia pendidikan mengenai pembelajaran online atau

jarak jauh ini, baik dampak negatif maupun dampak positif. Salah satu

dampak negatif dari sebuah pembelajaran jarak jauh yaitu peserta didik

tidak memperoleh pembelajaran yang optimal seperti saat di kelas.

Kegiatan pembelajaran yang saat ini dilaksanakan dengan tatap

muka kembali, akan menjadikan peserta didik perlu melakukan adaptasi di

lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi awal, bahwa peserta

didik belum sepenuhnya dapat memahami berbagai macam soal baik soal

cerita maupun bukan soal cerita. Selain itu, peserta didik juga belum

memiliki minat belajar yang tinggi.

Berdasarkan wawancara awal kepada kepala sekolah SDN 1

Cingebul, setelah pandemic covid-19 melanda, minat belajar anak menjadi

menurun. Semua dampak baik pemahaman soal dan minat belajar yang

rendah pada peserta didik akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar,

sehingga peserta didik akan mengalami kesulitan belajar, yang perlu

26
diatasi dalam pendampingan atau mentorship pada peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan alur pikir sebagai berikut;

Pembelajaran Online Pembelajaran Pasca Online

Dampak

Pemahaman Tidak terbiasa


materi menjadi untuk
kurang membaca

Pelaksanaan Kesulitan Belajar


Mentorship

Gambar 2.1 Alur Pikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas, maka peneliti

membuat pertanyaan penelitian diantara lain:

1. Bagaimana pelaksanaan mentorship untuk mengatasi kesulitan

belajar mandiri Di SDN 1 Cingebul?

2. Bagaimana pengaruh mentorship dalam mengatasi kesulitan siswa

belajar mandiri di SDN 1 Cingebul?

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian berjudul “Pelaksanaan Mentorship Untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri di SDN 1 Cingebul”, peneliti

menggunakan metode dekskriptif-kualitatif, karena dalam pengumpulan

data, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari wali murid, data

sekolah, maupun guru dan staf pendidikan serta dokumen pendukung

lainnya, setelah itu peneliti mendeskripsikan fakta yang terjadi dalam

lapangan tanpa mengurangi atau melebihkan. Penelitian dengan metode

deskriptif-kualitatif ini mengumpulkan data dari sumber wawancara,

catatan lapangan, dokumen siswa atau sekolah, serta dokumen resmi

lainnya yang dapat menunjang penelitian ini jika diperlukan.

Menurut Hindayati Mustafidah,dkk (2020) metode deskripsi memiliki ciri-

ciri bahwa penelitian ini membuat gambaran mengenai situasi atau

kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data

dasar belaka. Pernyataan mengenai pendekatan kualitatif juga diartikan

oleh Hindayati Mustafidah,dkk (2020) merupakan suatu penelitian yang

ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktifitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok. Sedangkan Sugiyono yang dikutip oleh Hindayati

(2020) menerangkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian

28
yang digunakan meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti

merupakan instrument kunci.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Mentorship Untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri di SDN 1 Cingebul” Kecamatan

Lumbir, Kabupaten Banyumas-Jawa tengah. Penelitian ini dilaksanakan

terhitung saat perencanaan/persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian,

hasil penelitian mulai dari bulan Februari 2022 – Juni 2022. Penelitian

dilaksanakan di SDN 1 Cingebul dikarenakan pertimbangan hasil

observasi selama 5 bulan dari peneliti serta hasil wawancara awal yang

telah peneliti dapat. Selain itu, pertimbangan lainnya dengan pemilihan

penelitian di sekolah tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui

bagaimana pelaksanaan mentorship/mentoring bagi peserta didik terlebih

untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar mandiri, kemudian

apakah pelaksanaan mentorship/mentoring oleh guru ini memiliki

pengaruh kepada peserta didik.

maupun guru dan sekolah pasca pembelajaran online.

C. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer.

Menurut Salim (2019) sumber data primer merupakan data yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data

primer disebut juga data yang up to date atau terbaru, sehingga peneliti

perlu mendapatkannya secara langsung.

29
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Mentorship Untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri di SDN 1 Cingebul” peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik wawancara

mendalam dengan berbagai narasumber yang paham dan berkaitan dengan

penelitian serta dengan teknik observasi ke lapangan secara langsung.

Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti akan meminta bantuan untuk

memperoleh informasi dan data kepada wali kelas yang diperlukan, kepala

sekolah, wali murid dan pihak lainnya yang paham mengenai kegiatan

sekolah, kemudian dalam teknik observasi, peneliti akan melakukan

observasi di kelas saat guru sedang melakukan pembelajaran serta

observasi kondisi lingkungan siswa guna mendapatkan data yang

diperlukan. Selain teknik pengumpulan data berupa wawancara dan

observasi, peneliti juga menggunakan teknik dokumen. Sehingga dalam

teknik ini, peneliti akan mengumpulkan data-data yang berhubungan

dengan penelitian yang dapat menunjang serta sebagai bukti konkrit

penelitian tersebut. Adapun bentuk dokumen yang akan peneliti gunakan

diantaranya adalah berupa rekaman suara, foto, dan cuplikan video saat

wawancara serta dokumen laporan kantor dan dokumen privat.

Dalam penelitian ini, demi menunjang keberhasilan penelitian,

maka peneliti membutuhkan instrument untuk melengkapi kegiatan

penelitian dan membantu mendata hasil penelitian maupun sebagian dari

arsip penelitian. Instrument penelitian itu sendiri dalam penelitian kali ini

30
terdapat instrument wawancara kepada guru wali kelas yang dibutuhkan,

kepala sekolah, wali murid, serta pihak yang terlibat dalam berbagai

kegiatan sekolah. Instrumen selanjutnya adalah dokumen, yang merupakan

dokumen-dokumen dari sekolah atau dari guru serta hasil observasi oleh

peneliti. Selain itu dalam instrument penelitian, terdapat surat keterangan

sudah diwawancara oleh peneliti yang akan menjadi arsip dan bukti bagi

peneliti sendiri.

Menurut Salim,dkk (2019) pengumpulan data melalui wawancara

sangat rumit karena perlu memperhatikan sikap pada waktu datang, sikap

duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, serta

keseluruhan penampilan. Pengumpulan data saat interview ini, peneliti

akan menanyakan berbagai pertanyaan yang kemudian setiap butir

pertanyaan akan diperdalam. Kemudian, dalam teknik observasi peneliti

akan melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrument, format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.

E. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data disini memiliki peran untuk memeriksa kembali

hasil penelitian apakah penelitian tersebut akurat atau tidak. Sehingga

peneliti menggunakan pengujian triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1. Triangulasi Sumber

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber yang

mengumpulkan berbagai informasi sumber dari kepala sekolah, wali

31
kelas, wali murid, pihak luar sekolah yang bersangkutan. Data yang

telah peneliti dapat melalui sumber tersebut maka akan peneliti

deskripsikan dan jabarkan sehingga terlihat berbagai pendapat dari

wali kelas terkait kondisi pembelajaran di kelas dan kegiatan

pendampingan siswa belajar di kelas tersebut.

Kepala Sekolah

Sumber

Wali Kelas

Wali Murid

Gambar 3.1 Ilutrasi triangulasi sumber

2. Triangulasi Teknik

Merupakan pengujian yang digunakan untuk menguji sesuatu dengan

cara mencari tahu dan mencari kebenaran data terhadap sumber yang

sama melalui topic yang berbeda. Peneliti disini menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama (Andarusni,Mariyani : 2020). Triangulasi teknik

dapat digambarkan sebagai berikut :

32
Observasi

Wawancara
Sumber

Dokumen

Gambar 3.2 Ilustrasi triangulasi teknik

F. Analisa Data

Analisis data kualitatif menurut Bodgan yang dikutip oleh Salim,

dkk (2019) merupakan proses mencari serta menyusun sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada

oranglain. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara

mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan

dikaji sehingga dapat disimpulkan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif

dengan mengacu pada ungkapan Sugiyono yang dikutip oleh Istiqomah

Mushaharoh (2021) Analisis data merupakan proses mencari dalam

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, data

lapangan atau observasi, dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana

33
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian yang berjudul Pelaksanaan Mentorship Untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri Di SDN 1 Cingebul ini

menggunakan analisis data pada saat di lapangan, saat penelitian

berlangsung, dan setelah penelitian dengan model analisis data collection,

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Analisis dapat digambarkan seperti gambar 3.1.

Data Data
collection display

Data
Reduction
Data
Conclusion

Gambar 3.3 Komponen Analisis Data

Berdasarkan gambar analisis diatas dapat diperoleh pengertian sebagai

berikut :

1. Reduksi data (Data reduction)

Merupakan proses analisis untuk memilih, memusatkan,

menyederhanakan, mengabstarakan, serta mentransformasikan data

yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Patilima, 2005).

Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok,

34
memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta

membuang yang dianggap tidak perlu.

HASIL
CATATAN
REDUKSI
LAPANGAN

2!1D2#3$4Ab AABECDE
reduksi
%5cA%
Dbcae

212345

Gambar 3.4 Ilustrasi Reduksi data

Proses diatas menggambarkan bahwa data berupa catatan lapangan

yang peneliti dapatkan masih berupa data yang tidak jelas dan harus

dipilih-pilih kembali berdasarkan huruf besar dan kecil serta angka.

Setelah dilakukan reduksi, dapat kita lihat bahwa data yang sudah

direduksi akan memudahkan kita dalam menganalisis. Sehingga dapat

memperoleh data yang jelas.

2. Penyajian (Display Data)

Penyajian data atau data display diarahkan agar data hasil reduksi

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin

mudah dipahami. Penyajian data pada penelitian ini akan disajikan

dengan naratif. Ilustrasi display data dapat digambarkan sebagai

berikut :

35
HASIL
REDUKSI
DISPLAY
DATA

AABECDE
AABECDE
Dbcae
abcde
212345 display
212345

Gambar 3.5 Ilustrasi Data display

Hasil display dari ilustrasi data display memperlihatkan data yang

telah dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu yaitu huruf besar

(AABECDE) huruf kecil (cbcae) dan angka (212345). Penyajian data

dalam suatu pola tertentu akan memberikan kemudahan dalam penelitian

unttuk mendapatkan temuan sehingga yang dapat dijadikan landasan

dalam mengambil keputusan.

3. Verifikasi data (Conclusion data)

Langkah setelah data display merupaka penarikan kesimpulan atau

conclusion data. Kesimpulan dalam data masih bersifat sementara

dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung

tahap pengumpulan data berikutnya. Proses saat mendapatkan bukti-

bukti inilah yang dinamakan verifikasi data. Apabila kesmpulan

yang diperoleh peneliti di awal berdasarkan data dan fakta di

lapangan, maka kesimpulan yang diperoleh bersifat kredibel.

36
Menurut Salim & Haidar untuk mengetahui kualitas data, seorang

peneliti dapat menilai melalui beberapa metode seperti :

a. Mengecek keterwakilan data

b. Mengecek data dari pengaruh peneliti

c. Mengecek melalui triangulasi

d. Melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat

dipercaya

e. Membuat perbandingan atau mengkontraskan data

f. Penggunaan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data

negatif

37
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Zul,dkk. (2018). Mentoring Sebagai Suatu Inovasi Dalam Peningkatan

Kinerja. Journal of Education and Instruction, Vol.1 .

Cahyono, Hadi. (2019). Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa MIN Jati. Jurnal

Dimensi Pendidikan dan pembelajaran. Vol 7, hlm:1-4.

Hadi, Fida Rahmantika. (2015). Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar Dalam

Menyelesaikan Soal HOTS Matematika Berdasarkan Teori Newman. Jurnal

Madrasah Ibtidaiyah. Vol. 6 No. 2. 43-56.

Marlina.(2019). Asesmen Kesulitan Belajar. Jakarta : Prenamedia Group.

Rayaswala, Risa. (2018). Model Pendampingan Tutor Dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Warga Belajar Paket C PKBM Gema Tasikmalaya. FKIP :

Universitas Siliwangi.

Raziqin, Khairul. (2020). Identifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik pada

Pembelajaran Fisika di Mas Lamno. Pendidikan Fisika : Universitas Islam Negeri

Ar-Raniry Nangro Aceh Darussalam.

Salim, dkk. (2019). Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan, dan Jenis.

Jakarta : Kencana.

Suhartanti, Ika. (2017). Metode Pembelajaran Klinik Berbasis Mentorship

Terhadap Motivasi dan Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Dalam Praktik Klinik

38
Keperawatan Medikal Bedah RSUD Sidoarjo. Fakultas Keperawatan : Universitas

Airlangga.

Sardiman. (2007). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Tabrani, Ahmad. (2020). Pengaruh Kepemimpinan dan Mentoring Terhadap

Motivasi dalam Melayani. Journal of education and leadership, Vol 1.

39
lampiran

KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA GURU

Hari/tanggal :

Tempat :

Nama :

Jabatan :

NO INDIKATOR Pertanyaan Jawaban

1. Pelaksanaan Apakah bapak/ibu guru

mentorship/penda melakukan

mpingan siswa di mentorship/pendamping

SDN 1 Cingebul. an selama berada di

kelas?

2. Mentorship yang seperti

apa yang bapak/ibu

guru lakukan?

3. Menurut bapak/ibu

bagaimana pelaksanaan

dari awal hingga akhir

dalam kegiatan

mentorship/pendamping

an belajar siswa selama

40
di kelas?

4. Apakah kegitan

mentorship/pendamping

an kepada siswa selama

ini memiliki kendala?

5. Jika bapak atau ibu

telah menjelaskan

pelaksanaan

mentorship/pendamping

an pada siswa, apakah

pada kegiatan

mentorship/pendamping

an ini selalu

menggunakan metode

yang sama ataukah

berbeda?

6. Menurut bapak/ibu

guru,

mentorship/pendamping

an seperti apa yang

melibatkan peserta

didik lebih banyak?

7. Apakah bapak/ibu guru

41
sering menggunakan

mentoringship yang

melibatkan banyak

siswa aktif?

8. Apakah ada capaian

yang telah diperoleh

oleh bapak/ibu guru

selama melakukan

mentorship atau

pendampingan pada

peserta didik di kelas?

9. Apa yang menjadi

faktor pendukung

berjalannya mentorship

atau pendampingan

berjalan dengan lancar

dan baik?

10. Menurut bapak/ibu guru

kelebihan dan

kekurangan apa saja

dalam pelaksanaan

mentorship atau

pendampingan belajar

42
siswa di kelas?

11. Pemahaman Kesulitan belajar apa

tenaga pendidik saja yang bapak/ibu

mengenai guru temukan pada

kesulitan belajar peserta didik saat di

atau learning kelas?

disorder.

12. Apa faktor utama

penyebab dari kesulitan

belajar tersebut?

13. Bagaimana sikap

bapak/ibu mengenai

anak yang mengalami

kesulitan belajar?

14. Apakah bapak/ibu

pernah mengalami

kendala dalam

menyelesaikan atau

menghadapi anak yang

memiliki kesulitan

belajar?

15. Apakah peserta didik

43
yang mendapatkan

mentorship/pendamping

an dari bapak/ibu

mengalami perubahan?

16. Bagaimana respon

peserta didik yang

mengalami kesulitan

belajar saat didampingi

dalam belajar oleh

bapak/ibu guru?

44
lampiran

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Hari/tanggal :

Tempat :

Nama :

Jabatan :

NO INDIKATOR Pertanyaan Jawaban

1. Pelaksanaan Berdasarkan

mentorship pengamatan

atau bapak kepala

pendampingan sekolah, apakah

di SDN 1 guru atau wali

Cingebul. kelas di SDN 1

Cingebul sudah

menjalankan

kegiatan

mentorship atau

pendampingan

untuk mengatasi

kesulitan belajar

siswa di kelas?

45
2. Berdasarkan

pengamatan

bapak/ibu kepala

sekolah, apakah

guru atau wali

kelas di SDN 1

Cingebul sudah

menjalankan

kegiatan

mentorship/penda

mpingan untuk

mengatasi

kesulitan belajar

siswa dengan

baik?

3. Menurut

bapak/ibu kepala

sekolah, salah

satu contoh

kegiatan

mentorship atau

pendampingan

yang sering guru

46
lakukan

merupakan

mentorship atau

pendampingan

yang seperti apa?

4. Menurut

bapak/ibu kepala

sekolah kendala

yang mungkin

sering dihadapi

dalam

pelaksanaan

mentorship atau

pendampingan

dari segi peserta

didik?

5. Menurut

bapak/ibu kepala

sekolah kendala

yang mungkin

sering dihadapi

dalam

pelaksanaan

47
mentorship atau

pendampingan

dari segi sekolah?

6. Menurut

bapak/ibu kepala

sekolah faktor apa

saja yang

mengakibatkan

terjadinya kendala

dalam mentorship

atau

pendampingan di

kelas?

7. Apa saja upaya

sekolah dalam

memfasilitasi

peserta didik saat

kegiatan

mentorship atau

pendampingan di

kelas?

8. Pemahaman Apa yang

tenaga pendidik dilakukan sekolah

48
mengenai ketika mendapati

kesulitan peserta didik yang

belajar pada mengalami

siswa kesulitan belajar?

9. Apa yang telah

sekolah berikan

terhadap adanya

peserta didik yang

mengalami

kesulitan belajar?

10. Adakah

perubahan yang

diperoleh dari

peserta didik

setelah sekolah

memfasilitasi

siswa yang

kesulitan belajar?

49
lampiran

INSTRUMEN OBSERVASI KELAS

Nama sekolah : ……………………….

Nama Guru : ………….……………

Kelas/semester : ………….……………

Mata Pelajaran : ……………………….

Hari/tanggal : ……………………….

ASPEK YANG DESKRIPSI


DIAMATI
I. Perangkat
Guru

II. Kegiatan
pembelajaran
(Pendahuluan,
Inti, Penutup)

50
51

Anda mungkin juga menyukai