Jumlah kematian
Mortalitas= x 1000
Jumlah populasi manusia
Kriteria Mortalitas
Mortalitas Kriteria
> 18 Tinggi
14 – 18 Sedang
9 – 13 Rendah
Ukuran dalam mortalitas menunjukkan angka,
rasio, persentase atau peluang terjadinya mortalitas atau kematian penduduk dalam suatu
wilayah. Berikut beberapa ukuran yang digunakan dalam menghitung mortalitas.
1) Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate- CDR)
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) didefinisikan sebagai jumlah orang
yang meninggal pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan
tahun itu dikali dengan konstanta 1000. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah penduduk yang meninggal tanpa memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau
variabel lainnya
D
CDR= x k
P
Dimana:
D = jumlah kematian dalam satu tahun
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = 1.000
KASUS
Angka Kematian di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2017
(Sumber: Pofil Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan)
a) Angka Kematian Neonatal
Gambar diatas menunjukkan bahwa kabupaten yang tertinggi dalam hal kematian
neonatal pada tahun 2016 adalah Kabupaten Banjar (91 kasus), sedangkan pada tahun
2017 kabupaten dengan kematian neonatal tertinggi berada pada di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup dan terendah berada di Kota
Banjarmasin yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup. Jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
dibanding jenis kelamin perempuan pada kematian neonatal di Provinsi Kalimantan
Selatan. Penyebab kematian neonatal diantaranya dari faktor ibu yaitu kehamilan dibawah
umur 20 tahun dan di atas usia 35 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi, jumlah
paritas yang banyak dengan jarak kelahiran kurang dari dua tahun, status gizi ibu yang
kurang baik pada saat pembuahan dan selama kehamilan. Faktor janin yaitu BBLR dimana
berat badan lahir kurang dari 2500 gram dan Asfiksia yaitu keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur selain itu juga bisa akibat adanya
infeksi karena sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain
dan dalam hal ini bayi belum memiliki imunitas.
Gambar disamping
menunjukkan jumlah kematian ibu
di Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2016,
kematian ibu saat hamil, bersalin
dan nifas. Kematian ibu saat nifas
(49 kasus) lebih tinggi
dibandingkan kematian ibu saat
bersalin dan hamil. Kota Banjarmasin, Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Banjar
merupakan daerah yang berkontribusi lebih tinggi terhadap kematian ibu dibanding
kabupaten/kota lainnya. Penyebab kematian ibu tahun 2016 tertinggi adalah perdarahan
dan penyebab lain yang memperburuk kondisi ibu seperti faktor non obstetri diantaranya
karena gangguan jantung, oedem pulmonal, diabetes mellitus dan gagal ginjal.
Sedangkan pada tahun 2017
kematian ibu saat nifas (32 kasus)
lebih tinggi dibandingkan kematian
ibu saat bersalin dan hamil. Menurut
Kabupaten/Kota jumlah kematian
ibu hamil tertinggi berada di
Kabupaten Hulu Sungai Utara
sebanyak 4 kasus. Jumlah kematian
ibu bersalin tertinggi berada di
Kabupaten KotaBaru yaitu sebanyak
7 kasus. Jumlah Kematian Ibu Nifas
tertinggi yaitu di Kabupaten Tapin
dan kabupaten Banjar yaitu
sebanyak 6 kasus, dan untuk jumlah
kematian ibu tertinggi di Kabupaten
Kotabaru yaitu sebanyak 13 kasus. Sehingga Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Banjar, dan
Kabupaten Hulu Sungai tengah, merupakan daerah yang berkontribusi lebih tinggi
terhadap kematian ibu dibanding kabupaten/kota lainnya.
Penurunan kasus kematian ibu diperlukan upaya-upaya untuk mengendalikan atau
menurunkan kasus kematian ibu, diantaranya adalah meningkatkan pembinaan audit
maternal ke daerah potensi, meningkatkan fasilitas Puskesmas PONED, pelayanan
Polindes, membina kemitraan dengan Tenaga non Nakes (Dukun Kampung Terlatih),
meningkatkan kualitas ANC, akseptor Keluarga Berencana dan perawatan ibu saat nifas
serta setiap ibu hamil harus kontak dengan dokter minimal 1 kali.
Kriteria Natalitas :
Natalitas Kriteria
> 30 Tinggi
20 - 30 Sedang
< 20 Rendah
1) Crude Birth Rate (CBR)
L
CBR= x 1000
P
Dimana:
L = jumlah kelahiran selama satu tahun
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut
KASUS
Angka Kelahiran di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2000 – 2012
(Sumber: BPS)
Sebetulnya indeks r adalah selisih antara natalitas spesifik pada suatu saat (yaitu laju
per individu perwaktu) dan laju kematian spesifik pada suatu saat :
t=b-d
laju pertumbuhan populasi secara keseluruhan pada keadaan lingkungan tidak terbatas
(r) tergantung pada :
1. komposisi umur
2.laju pertumbuhan spesifik yang berikatan dengan reproduksi komponen kelompok
umur.
Kasus
1. Perhatikan data penduduk RRC pada tabel berikut
Gunakan Model Pertumbuhan Logistik untuk Tentukan nilai prediksi jumlah penduduk
pada 1951-1955 dan 2000-2003 dengan model pertumbuhan logistik, jika diberikan
nilai K = 1.393.000.000 dan r = 4, 30725 1011. Bandingkan dengan data populasi
sesungguhnya.
Data BPS Laju Kenaikan Penduduk Di Provinsi Kalimantan Timur
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi
Kalimantan Utara - - - - -
Sulawesi Utara 2,31 1,60 1,33 1,28 1,13
Sulawesi Tengah 3,86 2,87 2,57 1,95 1,67
Sulawesi Selatan 1,74 1,42 1,49 1,17 1,10
Sulawesi Tenggara 3,09 3,66 3,15 2,08 2,16
Gorontalo - - 1,59 2,26 1,62
Sulawesi Barat - - - 2,68 1,93
Maluku 2,88 2,79 0,08 2,80 1,79
Maluku Utara - - 0,48 2,47 2,16
Papua Barat - - - 3,71 2,61
Papua 2,67 3,46 3,22 5,39 1,95
INDONESIA 2,31 1,98 1,49 1,49 1,36
Catatan:
Tidak Termasuk Timor Timur
1
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2000–2010 untuk Aceh dihitung dengan
menggunakan data Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) 2005 dan SP2010
2
Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2010–2014 untuk Kalimantan Timur merupakan
3
Dilihat dari data BPS di atas dapat diketahui bahwa di Kalimantan Timur setiap 10 tahun
dari tahun 1971 sampai tahun 2000 mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk dan
pada tahun 2000-2010 mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk dari 10 tahun
terakhir sebelumnya.
3. Penyebaran Umur dan Distribusi Intern
a) Penyebaran Umur
Penyebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang sangat
mempengauhi natalitas dan mortalitas. Secara ekologis populasi umumnya memiliki
tiga bentuk sebaran umur yaitu muda (prareproduktif), reproduktif dan umur tua
(postreproduktif). Prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya
adalah individu-individu berumur muda. Populasi demikian merupakan populasi yang
sedang berkembang cepat. Prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar
anggotanya adalah individu-individu berumur muda. Populasi demikian merupakan
populasi yang sedang berkembang cepat. Pascareproduktif, yaitu populasi yang
sebagian besar anggotanya adalah individu-individu berumur tua. Populasi demikian
merupakan populasi yang sedang menurun.
Kriteria
1) Populasi yang cepat berkembang, ditandai dengan jumlah individu muda yang
sangat besar proporsinya, disebut populasi muda
2) Populasi stationer (bentuk segitiga sama sis atau lonceng), yang mempunyai
penyebaran kelompok-kelompok umur secara merata
3) Populasi menurun (bentuk kendi), yang mempunyai proporsi kelompok umur tua
lebih besar.
KASUS
PIRAMIDA PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2010-2035
(Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Pusat Statistik
United Nations Population Fund)
Berdasarkan proyeksi penduduk diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010
pola penyebaran umur di kategorikan sebagai kelompok umur prareproduktif dimana
jumlah umur muda (produktif) lebih besar dibandingkan dengan penduduk berumur tua.
Pada tahun 2035 penduduk Kalimantan timur di proyeksikan populasinya menurun
(berbentuk kendi) dimana proporsi umur tua di Kalimantan timur lebih besar.
b) Distribusi Intern (dispersi)
Distribusi dispersi atau variabilitas merupakan derajat penyebaran nilai-nilai
variabel dari suatu tendensi sentral (nilai sentral) dalam suatu distribusi
1) Pengukuran jarak (Range) yaitu, jarak antara nilai yang tertinggi dengan nilai
yang terendah.
R = X max – Xmin
2) Pengukuran deviasi kuartil merupakan jarak antara nilai kuartil 2 (K3) dengan
nilai kuartil 1 (K1).
R = K3 – K1
3) Pengukuran deviasi rata-rata (MD) merupakan rata-rata dari deviasi nilai-nilai
dari rata-rata dalam suatu distribusi, diambil nilai yang absolut.
Contoh
= 2.73
4) Pengukuran varians dan standard deviasi (SD) merupakan akar dari jumlah
deviasi kuadrat dibagi dengan banyaknya individu dalam distribusi. Standard
Deviasi adalah suatu statistic yang ddigunakan untuk meenggambarkan
variabilitas / disperse dalam suatu variabilitas dalam suatu distribusi maupun
variabilitas beberapa ddistribusi.
Var = sd = ∑2(xi−M )
2
N
Data Deviasi dari rata- Kuadrat deviasi
rata dengan nilai dari rata-rata
absolut
19 5 25
18 4 16
Var = sd2 = ∑
2
(xi−M )
17 3 9 N
16 2 4
110
15 1 1 = 11
14 0 0
13 1 1 = 10
12 2 4
11 3 9 Sd = √10 = 3.162
10 4 16
9 5 25
∑ |(Xi – M)| = 30 ∑ (Xi – M)2 = 110
4. Dispersi anggota populasi (emigrasi,imigrasi,dan migrasi)
a) Definisi
Penyebaran populasi (dispersi) merupakan pergerakan individu kedalam atau keluar dari populasi.
Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau
manusia kesuatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Penyebaran populasi di dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui 3 pola yaitu :
a. Emigrasi : pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
b. Imigrasi : pergerakan individu ke dalam suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
c. Migrasi : pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah populasi ke daerah populasinya
lainnya secara periodik (temporer)
c) formula perhitungan
1) rumus jumlah penduduk migrasi
Rumusnya : T = I – E
Keterangan :
T = jumlah pertumbuhan penduduk per tahun
I = jumlah migrasi masuk per tahun
E = jumlah migrasi keluar per tahun
2) rumus pola persebaran makhluk hidup
Keterangan :
Id = Indeks Dispersi Morisita
n = Jumlah plot pengambilan contoh
N = Jumlah individu dalam n plot
X = Jumlah individu pada setiap plot
Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut:
Id = 1, distribusi individu cenderung acak
Id = 0, distribusi individu bersifat seragam
Id = n (> 1), distribusi individu cenderung berkelompok.
Kasus
Dalam menganalisa pola persebaran yang dimiliki oleh siput laut gonggong
dilakukan pengukuran dengan menggunakan indeks dispersi morisita dan diujikan dengan
uji chi Kuadrat.
Bedasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perairan pesisir Pulau Dompak
terdapat 2 pola persebaran populasi siput laut gonggong, yaitu Mengelompok dan acak.
Pola persebaran mengelompok ditemukan pada stasiun 1, 3 ,5 dan 6 sedangkan pola
persebaran acak terdapat pada stasiun 2 dan 4.
Berdasarkan data bps, gunakan sebagai contoh dan interpretasikan data tersebut. Lakukan
pada data kependudukan sebanyak 3 tahun (dimulai dari data tahun 2000) dan pada data
provinsi yang sama
Migrasi Masuk :
Kalimantan Timur 155 498 149 389 213 558 120 005
Migrasi Keluar :
Kalimantan Timur 42 817 47 478 73 039 101 169
Migrasi neto
112 681 101 911 140 519 18 836
Kalimantan Timur
Berdasarkan data migrasi diatas, pada migrasi masuk terlihat penurunan jumlah
penduduk yang masuk ke kaltim dari tahun 2000-2015. sedangkan pada migrasi keluar
terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2000-2015.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-
2035.pdf.
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/upload/files/Pengantar%20Statistik.pdf.