Anda di halaman 1dari 5

SMA Kolese Gonzaga

Jalan Pejaten Barat No.10A Jakarta, 12550 Indonesia


https://www.gonzaga.sch.id

PENGARUH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TERHADAP


LINGKUNGAN DAN KEHIDUPAN SEKITAR BANTARGEBANG
Kelompok 4:
Aaron Miguel Penyami X7 / 1, Alphonse Kei Putra Prabowo X8 / 1, Michael Wibowo X4 / 22,
Colin X5 / 6, Yohanes Kentshi Christgunadi X4 / 20

SMA Kolese Gonzaga

ABSTRAK
Laporan Hasil Observasi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan di
Bantargebang. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengenal
beberapa pengaruh TPA Bantargebang kepada lingkungan dan kehidupan para penduduk sekitar
Bantargebang. Observasi tersebut dijalani dalam rangka kegiatan kesadaran ekologis sejalan
dengan ajakan Universal Apostolic Preferences tentang Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama.
Kunjungan ini dijalani agar dapat melihat secara langsung, mengenal, dan memberi masukan
untuk menanggulangi dampak sosial yang dirasakan masyarakat yang berada di Bantargebang,
terutama di Kelurahan Ciketing Udik, yang wilayahnya terkena dampak sosial paling intensif
dari TPA Bantargebang. Berdasarkan Penelitian, dapat dinyatakan bahwa pengaruh keberadaan
TPA terbesar di Indonesia terhadap Bantargebang sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan sekitar
dan kesehatan daerah Bantargebang masih kurang; (2) Sampah memiliki nilai guna ekonomis
yang tinggi, dan berperan sebagai sumber penghasilan utama bagi para pemulung sekitar
Bantargebang; (3) Fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari seperti sekolah hingga rumah
sakit masih minimal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh keberadaan
TPA di kawasan Bantargebang memberikan pengaruh signifikan, dan dapat ditingkatkan untuk
memaksimalkan kehidupan para penduduk.

FENOMENA
Sampah (atau limbah) adalah bahan yang tidak diinginkan atau tidak dapat digunakan.
Limbah adalah setiap zat yang dibuang setelah penggunaan utama, atau tidak berharga, rusak dan
tidak berguna. Sampah-sampah yang terkumpul dapat diproses dan ditindak agar dapat diolah
dari awal hingga pembuangan akhir. Proses tersebut dikenal sebagai pengelolaan sampah, atau
waste management. Proses pengelolaan sampah antara lain termasuk pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan limbah, bersama dengan pemantauan dan
pengaturan proses pengelolaan limbah dan undang-undang terkait limbah, teknologi, mekanisme
ekonomi.
Salah satu tempat yang ada untuk menimbun sampah adalah Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). TPA merupakan lahan yang digunakan sebagai tempat akhir pembuangan sampah, dan
adalah bentuk pembuangan limbah tertua dan paling umum. Daerah-daerah yang menjadi tempat
pembuangan akhir akan berpengaruh secara signifikan. Salah satu TPA yang terbesar di
Indonesia adalah TPA Bantargebang, yang sudah berdiri selama 37 tahun sejak 1986. Tiap tahun,
sekitar 2,28 juta ton sampah yang masuk ke TPST Bantargebang. Terkumpulnya sampah-sampah
ini menarik pemulung-pemulung dari sekitar ke daerah Bantargebang dan untuk pengelolaan dan
menjadikan sampah-sampah itu sebagai sumber penghasilan utama.

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
Bagaimana pengaruh adanya Tempat Pembuangan Akhir kepada lingkungan sekitar alami dan
sosial di daerah Bantargebang?

HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengenal beberapa pengaruh adanya TPA di Bantargebang dalam beberapa aspek. Kita dapat
mengenal pengaruh sampah-sampah dan TPA ini terhadap kehidupan sehari-hari di
Bantargebang, dari aspek kesehatan, ekonomis, pendidikan, kesehatan, dll. Diharapkan penelitian
dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui dan sadar pengaruh sampah
terhadap masyarakat seperti di Bantargebang.
Karena warga yang tinggal di Bantargebang hidup di dekat TPA dan memiliki
penghasilan yang rendah, mereka sangat bergantung kepada sampah yang mereka kelola untuk di
daur ulang.

METODE PENELITIAN
Pada 3 Maret tahun 2023, SMA Kolese Gonzaga mengadakan observasi ke Kelurahan
Ciketing Udik yang diikuti siswa-siswa SMA Kolese Gonzaga. Observasi disambut oleh para
rekan di Sanggar Anak Kita (SAKA). Penelitian dijalani dengan kualitatif terjun langsung ke
lapangan dan membantu warga sekitar, serta observasi secara langsung keadaan sekitar.
Sesampainya disana terlihat para pemulung mengolah berbagai jenih sampah. Salah satu
pengolahan sampah yang terdapat pada pengolahan bola-bola lampu, dimana kumpulan
bola-bola lampu diolah untuk mengambil bagian-bagian yang dapat didaur ulang, antara lain
bagian-bagian logam dan IC yang terdapat di dalam setiap bola lampu.
Selama berdinamika di Bantargebang, terlihat secara langsung bagaimana masyarakat
sekitar menjalani kehidupannya sehari-hari. terlihat secara langsung kondisi lingkungan
Bantargebang dengan ditemunya banyak sampah dalam setiap sudut. Terdapat gunung
tumpukkan sampah yang terlihat dari jauh. Kondisi yang kurang secara higienis mempengaruhi
terhadap kesehatan, seperti pada kurangnya persediaan air bersih dan sabun. Pada lingkungan
sekitar, terlihat secara langsung kawasan Ciketing Udik yang terdampak secara intensif dari
operasionalisasi TPA Bantargebang. Beberapa warga memperoleh kebutuhan sehari-hari yang
bekas, antara lain seperti sabun, baju, hingga makanan. Daerah tersebut juga kurang dengan
adanya sekolah teratur, selain adanya institusi yayasan untuk pendidikan anak-anak sekitar,
seperti SAKA, dan lain-lain.
PEMBAHASAN
Kunjungan observasi ke Bantargebang adalah sebuah kesempatan untuk melihat secara langsung kondisi
lingkungan sekitar sebuah tempat pembuangan. Terlihat beberapa pengaruh adanya Tempat Pembuangan Akhir
kepada lingkungan sekitar Bantargebang.
TPA Bantargebang sudah ada sejak 1986. Awalnya lokasi Bantargebang merupakan tempat galian-galian
besar sejak 1978 untuk proyek properti, dan merupakan kawasan permukiman dengan lahan-lahan sawah milik
penduduk. Sekitar 115 hektare tanah di Bantargebang dibeli oleh Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Kondisi daerah Bantargebang yang luas dan berada di tempat yang jauh dari pusat kota serta lahannya yang cekung
dapat dijadikan tempat pengumpul sampah, sehingga Bantargebang menjadi daerah yang dinilai cocok untuk
menjadi Tempat Pembuangan Akhir.
Pertama, adanya TPA di Bantargebang berpengaruh kepada kesehatan dan kebersihan sekitar. Terkumpulnya
sampah mengakibatkan TPA menjadi rawan akan hama dan penyakit. Sampah-sampah yang terkumpul akan
mengalami proses dekomposisi, dan akan menarik berbagai organisme seperti mikroba, fungi, hingga bakteri.
Sampah-sampah yang terkumpul juga akan menarik hewan-hewan seperti semut, cacing, hingga tikus.
Organisme-organisme yang tertarik dapat membawa berbagai penyakit dan akan berpengaruh terhadap kesehatan
penduduk sekitar. Selain itu, proses dekomposisi sampah akan juga menghasilkan berbagai senyawa gas, seperti
metana dan karbon dioksida. Gas-gas yang dihasilkan dapat mencemarkan udara bersih, dan juga dapat berdampak
bagi pemanasan global.
Secara ekonomis, terlihat bahwa penghasilan para pemulung sekitar Bantargebang kurang cukup. Terdapat
juga beberapa pemulung yang memperoleh kebutuhan sehari-hari dari bahan-bahan bekas, antara lain pakaian
hingga makanan. Selanjutnya, terdapat perubahan fisik keruangan di wilayah penelitian yang ditandai dengan
bertambahnya area terbangun, yaitu tumbuhnya tempat-tempat permukiman pemulung warung-warung,
rumah-rumah penduduk, bertambah panjang dan lebarnya jalan, serta menurunnya kualitas air tanah, udara dan
kesuburan lahan. Daftar kemiskinan di TPA Bantargebang pun tercatat sekitar 5000 orang. Namun demikian ada
perubahan pada ekonomi penduduk ke arah yang lebih baik, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah pendapatan
dan terbukanya peluang mengembangkan usaha sampingan.
Secara sosial, Keberadaan TPA Sampah Bantargebang telah membawa banyak perubahan terhadap mata
pencaharian masyarakat dan komunitas masyarakat di sekitar lokasi TPA. Pola mobilitas masyarakat dan terjadinya
interaksi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang umumnya berprofesi sebagai pemulung
mengakibatkan terjadinya perubahan cara hidup yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini menunjukkan adanya
terjadi hubungan timbal balik yang dinamis antara pengoperasian TPA Sampah di satu sisi dengan perubahan
kondisi sosial masyarakat di sisi lain serta upaya masyarakat sekitar untuk beradaptasi dengan perkembangan yang
terjadi di sekitarnya.

Gambar 1. Gunung Sampah di TPA Bantargebang


KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama berdinamika, diketahui bahwa
pengaruh adanya Tempat Pembuangan Akhir di Bantargebang bersifat signifikan. Terkumpulnya
sampah di Bantargebang mengakibatkan dampak signifikan kepada aspek kesehatan, ekonomis,
dan sosial. Pemulung-pemulung yang menduduki daerah Bantargebang bergantung pada
sampah-sampah yang terkumpul sebagai sumber penghasilan utama. Adanya sampah terkumpul
memperluas lapangan kerja bagi para penduduk sekitar Bantargebang. Namun, jadinya TPA di
Bantargebang mempengaruhi lingkungan sekitar TPA Bantargebang yang kurang secara
kebersihan dan menarik hama dan penyakit. Sampah-sampah yang terkumpul dan terurai juga
dapat menghasilkan gas-gas seperti metana dan karbon dioksida, dan berpengaruh terhadap
pencemaran udara dan pemanasan global.
Daerah Bantargebang membutuhkan bantuan kesejahteraan. Masyarakat sekitar
memerlukan adanya upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Daerah sekitar juga
memerlukan upaya untuk meningkatkan kebersihan agar dapat menjaminkan kesehatan para
penduduk sekitar. Terakhir, aksesibilitas kebutuhan sehari-hari bagi penduduk sekitar juga
sebaiknya ditingkatkan, seperti sekolah, dan rumah sakit, agar para penduduk sekitar dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sepenuhnya.

REFLEKSI
Refleksi yang kami dapat untuk kegiatan di Bantargebang kemarin adalah, kami
mendapatkan banyak nilai 4CHS dari kegiatan kami. Seperti untuk nilai Simplicity, kami
menerapkan ini saat memisahkan tembaga dari bohlam lampu. Kami menggunakan barang
barang seadanya seperti pipa besi, palu dari kayu dan lain lain. Walau demikian kami tetap dapat
melakukan tugas kami dengan lancar. Selanjutnya adalah Commitment, untuk nilai commitment
kami menerapkan dengan cara commit dengan tugas yang sudah di beri, kami mengerjakan tugas
tersebut dan tidak berkeliaran ke tempat lain karena kami sudah komit terhadap tugas kita. Lalu
ada nilai Conscience, disini kami mengikuti hati nurani untuk melakukan tugas dengan sepenuh
hati. Disini tugas yang diberi adalah tugas yang dapat menguntungkan warga warga di
Bantargebang maka dengan itu kami memilih untuk bekerja dengan sepenuh hati. Dugaan
hipotesis kita benar yaitu warga yang tinggal di Bantargebang hidup di dekat TPA, sangat
bergantung kepada sampah. Nilai yang bisa kita ambil setelah terjun ke lapangan adalah kita
harus lebih peduli kepada sampah-sampah yang kita buang, terutama sampah plastik, dan
berkomitmen untuk mengurangi penggunaan barang atau benda yang bisa digunakan hanya 1
kali seperti sedotan plastik, gelas plastik, dll. Untuk nilai Honesty yang kami dapat adalah untuk
jujur dalam bekerja, kami kemarin bekerja dengan jujur dan menyelesaikan tugas seperti
seharusnya. Tidak bermalas malas dan mengerjakan dengan penuh daya juang seperti dalam nilai
Competence, walau kemarin keadaan di Bantargebang tidak terlalu nyaman namun kami semua
memiliki daya juang yang sangat besar sehingga walaupun dengan semua kondisi itu kami tetap
bekerja dengan sepenuh tenaga. Karena kami tahu bahwa warga warga disini pasti jauh lebih
capai jika mengerjakan semua tugas ini sendirian maka karena kita diberi kesempatan untuk
membantu kami bekerja sekeras mungkin untuk menghasilkan hasil yang memuaskan.
Perjalanan ke Bantargebang dapat meningkatkan nilai Compassion dengan memahami kesulitan
hidup, menghargai kerja keras, menunjukkan rasa peduli, dan meningkatkan kesadaran sosial
terhadap masalah sosial dan lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Dari itu pun kami sadar
bahwa kami bisa membantu para pekerja di Bantargebang tanpa perlu pergi ke tempatnya dengan
cara menyortir sampah dan juga membuat barang daur ulang.
Demikian, Setelah semua yang telah dilalui, sebuah kesimpulan yang didapat adalah
bahwa hasil observasi di Bantargebang berjalan lancar dan tanpa halangan. Banyak pelajaran dan
pengetahuan baru yang didapat dan juga wawasan mengenai hal-hal baru. Ini adalah sebuah
kesempatan untuk kesadaran diri akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar kita. Sebuah
kesempatan untuk sadari pentingnya merawat bumi ini, dan bagaimana cara kita dapat
melestarikan lingkungan alam sekitar. Semoga dari observasi ini, kita dapat mengenal lebih baik
pentingnya dan cara kita dapat menjaga bumi ini.
Ad Maiorem Dei Gloriam.

DAFTAR REFERENSI

Kesuma, Nila. Haryadi. Marsoyo, Agam. (2003). Perubahan Fisik Keruangan Dan Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kawasan Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantargebang Kota Bekasi.
Jurnal Manusia Dan Lingkungan. Vol 10, No. 2
Redaksi. (2021). Sejarah Berdirinya Tempat Sampah Raksasa di Bantargebang. Bekasi: Infobekasi.
Rizaty, Monavia Ayu. (2022). Jakarta Timur Sumbang Sampah Paling Banyak di TPST Bantargebang
pada 2021. Jakarta: Databoks.
Thompson, Derek. (2012). 2.6 Trillion Pounds of Garbage: Where Does the World’s Trash Go?. The
Atlantic
Siagian, Robet Tua Parluhutan. Seda, Francisia Saveria Sika Ery. (2003). Dampak sosial operasionalisasi
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Bantargebang terhadap kesejahteraan masyarakat.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Noriko, Nita. (2003). Tinjauan Ekologis Tempat Pemusnahan Akhir Bantargebang, Bekasi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai