Anda di halaman 1dari 77

PEREKONOMIAN INDONESIA

TRANSFORMASI STRUKTURAL
PEREKONOMIAN INDONESIA

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
TRANSFORMASI STRUKTURAL

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat


menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian. Transformasi
struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor non-primer khususnya industri manufaktur atau jasa.
Proses perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses
industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Chenery dalam Tambunan (2015) juga menyatakan bahwa perubahan
struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan
sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya
dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor),
Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga
kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya
pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi
maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu
pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka
pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan
wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah
agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

Pembangunan ekonomi mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut :


● Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus-menerus
● Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
● Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam
jangka panjang
● Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang. Misalnya ekonomi, politik,
hukum, sosial dan budaya

2
Faktor Penyebab Transformasi Stuktural:
Sesuai dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat,
maka makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan
pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
barang-barang produksi industri menjadi bertambah besar. Dengan demikian
peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua,
perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang
berlangsung secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan
cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri
manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan
luar negeri atau ekspor.
Terjadinya Transformasi Struktural:
Sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga
kelompok utama yaitu:
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan penggalian.
2. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan.
3. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan)

Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah


transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi
dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tertier). Kontribusi
output dari sektor primer terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
semakin mengecil sedangkan pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor
sekunder dan tertier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
pendapatan nasional perkapita. Dengan demikian, transformasi ekonomi
menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional
menjadi perkonomian yang modern.
Saluran Transformasi Struktural Indonesia:
1. Pendidikan

3
Pendidikan merupakan salah satu motor penggerak utama dalam
proses transformasi struktural ekonomi di Indonesia. Orang yang
berpendidikan tinggi, memungkinkan untuk mendapatkan pendapatan yang
lebih baik. Selain itu pemerintah juga harus mampu menutup kekurangan
keterampilan di Indonesia yang akan meningkatkan mutu pendidikan di
semua tingkatan, serta memperluas dan meningkatkan mutu pusat-pusat
pelatihan. Para lulusan lembaga pendidikan dan tenaga kerja perlu dibekali
dengan keterampilan teknis dan perilaku yang tepat (disiplin, kehandalan,
kerjasama, dan kepemimpinan). Semua program peningkatan taraf
pendidikan yang dicanangkan pemerintah merupakan prioritas utama dari
pembangunan pendidikan di Indonesia.
2. Migrasi Pekerjaan
Supply tenaga kerja di sektor pertanian meningkat menyebabkan
tingkat upah yang rendah. Untuk itu peralihan tenaga kerja di sektor
pertanian ke sektor industri manufaktur/jasa akan membuat tingkat upah
lebih tinggi.
3. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan Orde Baru yang memiliki sistem pola pikir
totaliter dengan adanya transformasi struktural ekonomi berubah menjadi
pemerintahan yang demokrasi. Dimana hal ini dapat kita lihat dalam
implementasinya bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat.

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok
yaitu :
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (sustence)
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for
servitude) yang merupakan salah satu hak asasi manusia

Pembangunan ekonomi ditandai dengan :


1. Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat
2. Pertambahan GDP > Tingkat Pertambahan Penduduk 
4
3. Peningkatan GDP suatu negara disertai dengan perombakan struktur
ekonomi tradisional ke modernisasi (transformasi struktural).

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan
ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan ekonomi atau
sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan
struktur ekonomi itu terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan
salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada
peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita.

Pendapatan Per Kapita Di Indonesia


Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk
suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat
dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Memasuki dekade 1960-an akhir dan awal dekade 1970-an, pembangunan
ekonomi mengalami redefinisi.
Peningkatan pendapatan per kapita akan mendorong terjadinya transformasi
struktural melalui 4 proses, yaitu :

1. Proses akumulasi : Pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan


kapasitas produksi.
Proses akumulasi merupakan proses pemanfaatan sumber daya
untuk meningkatkan kapasitas produksi secara terus-menerus seiring
dengan pendapatan per kapita suatu negara. Indikator adanya proses
akumulasi sumber daya produksi ditandai dengan :
5
● Pola Investasi: pendapatan per kapita naik, % investasi dan tabungan
DN naik, arus modal LN turun. Rasio investasi meningkat disebabkan
meningkatnya investasi asing dan pinjaman asing yang keduanya
dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Implikasi dari meningkatnya
investasi adalah semakin membaiknya sarana dan prasarana serta
pelayanan publik, seperti transportasi dan telekomunikasi.
● Indikator Pendidikan: pendapatan per kapita naik, % belanja
pendidikan naik, School Enrollment naik. Adanya perbaikan dalam
tingkat pendidikan akan meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Hal
ini pula akan meningkatkan penguasaan, penggunaan dan
pengembangan teknologi.
● Indikator Keuangan Pemerintah: pendapatan per kapita naik, %
penerimaan pajak naik. % penduduk yang membayar pajak
meningkat dan pajak yang diterima dari barang yang bukan
kebutuhan pokok akan meningkat. Dalam hal ini pemerintah semakin
mampu untuk membiayai investasi dalam infrastruktur, baik fisik
maupun pendidikan dan kesejahteraan.
2. Proses alokasi: Penggunaan sumber daya untuk kegiatan produksi maupun
konsumsi.
Proses Alokasi: proses interaksi antara proses akumulasi dan
pergeseran konsumsi masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan
per kapita. Indikator adanya proses alokasi sumber daya produksi ditandai
dengan:
● Indikator Permintaan Domestik: pendapatan per kapita naik,
menyebabkan investasi dalam negeri naik, % konsumsi (Swasta,
pemerintah, non-makanan) naik, % konsumsi makanan turun.
● Indikator Perdagangan Internasional: pendapatan per kapita naik
(manufaktur dan  jasa) naik, % impor naik, % ekspor barang primer
turun.
● Indikator Produksi: pendapatan per kapita naik, menyebakan produksi
(industri, utility, jasa) naik, % produksi barang primer turun.
3. Proses demografi : Perkembangan kependudukan.
4. Proses distribusi : Pemerataan pendapatan.

6
TRANSFORMASI STRUKTURAL NEGARA MAJU DAN NEGARA
BERKEMBANG
Transformasi struktural merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Hampir seluruh negara mengawali
pertumbuhan ekonominya dengan suatu transformasi struktural. Namun demikian,
pola transformasi struktural mungkin saja tidak sama antar satu negara dengan
negara lain

A. Transformasi Struktural di Negara Maju


Proses transformasi struktural negara maju cenderung seragam antara satu
negara dengan negara lain, dimana proses tersebut terdiri dari 2 tahap.
● Pertama, pada awalnya sumber-sumber daya ekonomi sebagian besar
dialokasikan pada sektor pertanian, yang kemudian seiring dengan
pertumbuhan ekonomi alokasi ekonomi bertransformasi ke sektor industri
dan jasa.
● Kedua, alokasi sumber-sember daya ekonomi kembali bertransformasi dari
sektor pertanian dan industri ke sektor jasa.

Berarti dengan adanya kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB), hasil dari
sektor pertanian akan menurun, hasil dari sektor industri pada awalnya akan naik
tetapi kemudian turun, dan hasil dari sektor jasa akan selalu meningkat.
Negara-negara maju ini mengalami proses pertumbuhan yang panjang dalam
perekonomiannya terutama terkait dengan pertumbuhan PDBnya. Menurut Duarte
dan Restuccia (2008), sebagian besar negara-negara maju mengalami peningkatan
PDB yang sangat signifikan karena mereka mengalami pergeseran alokasi sumber
daya ekonomi dari yang tadinya mayoritas dialokasikan ke sektor pertanian menjadi
teralokasi ke sektor jasa.

B. Transformasi Struktural di Negara Berkembang


Negara berkembang memiliki pola transformasi struktural yang berbeda
dengan negara maju walaupun memang ada beberapa negara yang mengikuti pola
negara maju. Perbedaannya terletak di dua dimensi, yaitu:

7
1. slope atau efek transisi, dimana menunjukkan sifat hubungan antara
perubahan dalam bagian output sektoral dengan perubahan log GDP per
kapita;
2. efek level, dimana menunjukkan level bagian output sektoral pada GDP per
kapita tertentu.

Selain itu, kesimpulan yang dapat diambil berkaitan dengan pola


transformasi struktural, terdapat heterogenitas yang besar akan pola transformasi
struktural yang ada di negara berkembang. Pada intinya, penelitian dalam paper ini
memperlihatkan perbedaan pola transformasi struktural pada negara berkembang,
baik dengan negara maju maupun dengan sesama negara berkembang.
Perbedaan transformasi struktural antara negara-negara berkembang itu kemudian
penulis jabarkan dalam golongan-golongan berdasarkan perbedaan geografis
menjadi negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

C. Transformasi Struktural di Asia


Secara umum transformasi struktural di Asia memiliki kemiripan dengan
negara maju, yaitu terjadi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Namun
demikian, keunikan transformasi struktural di Asia terletak pada tahap transformasi
pertama yaitu dari sektor pertanian ke sektor industri. Latar belakang dari
fenomena ini dengan melihat berbagai faktor yang ada. Salah satu hal yang
menjadi faktor tingginya tingkat transformasi struktural ke sektor industri adalah
terjadinya manufacturing export boom di Asia sekitar tahun 1980an hingga
sekarang. Dalam hal ini, Asia menjadi pilihan utama negara-negara di dunia untuk
memperoleh barang-barang hasil industri. Hal ini mungkin disebabkan oleh
ketersediaan bahan baku serta harga faktor produksi yang murah.
Hal ini kemudian mengarah kepada suatu liberalisasi perdagangan.
Perdagangan ekspor di Asia ini kemudian berkembang menjadi yang paling
terdiversifikasi di antara negara berkembang lain di dunia dikarenakan faktor
perkembangan teknologi. Selain itu, faktor lainnya adalah kebijakan pemeritah
beberapa negara yang meningkatkan privatisasi. Hal ini kemudian meningkatkan
foreign direct investment khususnya pada sektor manufaktur yang berorientasi
ekspor. Di samping itu, liberalisasi finansial juga berperan pada transformasi

8
struktural di Asia. Dalam hal ini bank-bank mulai berperan aktif dalam memberikan
pinjaman untuk investasi.

D. Transformasi Struktural di Afrika


Transformasi struktural di Afrika dapat dikatakan ’anomali’ bila dibandingkan
dengan pada negara maju. Gambaran antara GDP per kapita dengan jumlah output
seperti misleading, karena beberapa waktu GDP per kapita nya mengalami
penurunan sementara output sektor jasa tetap tinggi. Kemudian secara
keseluruhan terlihat bahwa jumlah output sektor bernilai konstan antara 1965 –
2000.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tidak proporsionalnya masing-masing
proses transformasi struktural yang terjadi. Jumlah output masing-masing sektor
yang konstan menunjukkan proses akumulasi dan alokasi yang tidak berjalan
secara kontinyu. Masing-masing sektor berjalan sendiri-sendiri tanpa dipengaruhi
langsung oleh peningkatan GDP per kapita.
Pergerakan output yang konstan ini tidak menggambarkan adanya
pergerakan pengalihan dari sektor pertanian ke sektor industri kemudian ke sektor
jasa. Hal ini dapat terjadi karena karakteristik negara Afrika yang tingkat
permintaannya cenderung stabil. Tidak terdapat permintaan yang fluktuatif yang
dapat menyebabkan perubahan pada struktur penawaran produksi yang akan
berakibat pada pergeseran pada lapangan pekerjaan maupun output produksi.

E. Transformasi Struktural di Amerika Latin


Pada Amerika Latin, polanya berada di “tengah-tengah”, dalam artian
hubungan peningkatan dan penurunannya cukup menyerupai pola negara maju,
namun jumlahnya cenderung tidak sesuai. Penurunan jumlah output sektor
pertanian diikuti oleh peningkatan jumlah output sektor jasa telah bernilai tinggi
walaupun di awal-awal proses transformasi berjalan serta jumlah output sektor
industri yang cenderung masih di batas bawah kurva negara maju di sebagian
besar negara.
Beberapa hal mempengaruhi pola transformasi struktural di Amerika
Selatan. Salah satunya krisis hutang yang terjadi di sebagian negara Amerika Latin
pada tahun 1982. Hal ini menyebabkan pergeseran subsitusi impor ke promosi
ekspor. Selain itu, kebijakan stabilisasi serta penyesuaian struktural yang dilakukan
9
pemerintah di sebagian negara pun turut mempengaruhi transformasi struktural
yang terjadi di Amerika Latin.

Transformasi Struktural dan Stagnasi Ekonomi


Dengan terjadinya transformasi struktural, akan merubah struktur ekonomi
berupa sumber daya dan output yang digunakan untuk membangun. Menurut
Syrquin (1994) terdapat hubungan yang kuat antara struktur ekonomi dengan
tingkat pembangunan tertentu dan pertumbuhan dan perubahan strukturnya. Hal ini
terjadi sejak periode stagnasi ekonomi dan penurunan ekonomi. Misalnya saja di
Amerika Latin terjadi struktural transformasi dari pertanian ke industri, di Brazil
shares output jasa meningkat ketika per kapita GDP stagnan $ 5000, di negara
Afrika GDP perkapita tahun 2000 sama atau lebih rendah dari tahun 1965
walaupun pengalaman struktur transformasinya telah terjadi pada tahun
1965-2000.
Hal tersebut mendeskripsikan substansi dari struktur transformasi dengan
penurunan besar GDP per kapita. Ketika negara sedang tumbuh (berkembang)
dalam output sektoral maka akan mengikuti arah yang benar. Tetapi ketika negara
mengalami stagnan atau penurunan ekonomi maka menjadi arah yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

10
11
PEREKONOMIAN INDONESIA
INDUSTRIALISASI INDONESIA

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
INDUSTRIALISASI
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan
yang mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh
pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik,

kimiawi, mesin, dan organisasi serta intelektual dalam produksi. Industrialisasi

merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi,


spesialisasi dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya
sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas
sumber-sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa.
Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat
pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian
tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian
pula halnya dengan transportasi dan komunikasi. Industrialisasi merupakan proses
peralihan dari satu bentuk masyarakat tertentu, menuju masyarakat industrial
modern. Wield (1983:80) mengemukakan tiga jenis definisi untuk memahami
industrialisasi antara lain:
1. Residual, industri berarti semua hal yang bukan pertanian.
2. Sektoral, yang mengatakan bahwa industri adalah energi, pertambangan,
dan usaha manufaktur.
3. Bersifat mikro dan makro, yaitu sebagai proses produksi, dan yang lebih luas
lagi sebagai proses sosial industrialisasi

Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi


nasional. Sektor ini tidak saja berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi
yang besar melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi kultural bangsa ke arah
modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing
nasional.
Proses industrialisasi bisa dipahami melalui konsep pembangunan, karena
arti pembangunan dan industrialisasi seringkali dianggap sama. Konsep
pembangunan bersifat dinamik, karena konsep itu bisa berubah menurut
2
lingkupnya. Apabila pembangunan itu dihubungkan pada setiap usaha
pembangunan dunia, maka pembangunan akan merupakan usaha pembangunan
dunia. Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan industri berada pada satu
jalur kegiatan, yaitu pada hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan rakyat. Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu
sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam. Tujuan pembangunan
industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk
mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk
mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan penyebaran industri.

Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi:


a. Kemampuan teknologi dan inovasi
b. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri
tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi
lebih cepat.
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan
kegiatan ekonomi.
e. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat
dalam industrialisasi
g. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi
industri orientasi ekspor.
Strategi Pembangunan Sektor Industri
3
Startegi pelaksanaan industrialisasi :
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
• Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestik yang dapat
menggantikan produk impor, membangun industri barang-barang konsumsi
dan mengembangkan industri hulu (upstream industries)

Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.


Pertimbangan menggunakan strategi ini:
● Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia.
● Potensi permintaan dalam negeri memadai
● Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
● Kesempatan kerja menjadi luas
● Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang

2. Strategi promosi ekspor (Outward Looking)


Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri
dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
● Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang
merefleksikan kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun
output.
● Tingkat proteksi impor harus rendah.
● Nilai tukar harus realistis.
● Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
Beberapa tipe insentif diberikan kepada eksportir seperti
pengurangan bea, fasilitas listrik, jasa transportasi kereta api dan
kendaraan darat, pengurangan pajak penghasilan dan subsidi kredit
ekspor. Pemerintah Indonesia juga intervensi dalam kebijakan
pengurangan risiko dalam kaitan dengan ketidakpastian ekspor,
jaminan diberikan berupa pembayaran kembali atas pinjaman luar
negeri.

Unsur-Unsur Industrialisasi
a. Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin;

4
b. Berskala besar;
c. Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks; dan
d. Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam.
Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari
cara yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi
industri. Dalam hal ini terjadi proses transformasi, yaitu suatu perubahan
masyarakat dalam segala segi kehidupannya.
Basis Kebijakan Industrialisasi
Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi
suatu kebijakan industrialisasi, yaitu:
1. Keunggulan kompraratif
Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif
(comparative advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis
industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya.
2. Keterkaitan industrial
Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial linkage)
akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang
paling luas mengait perkembangan bidang-bidang kegiatan atau
sektor-sektor ekonomi lain.
3. Penciptaan kesempatan kerja
Negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan lapangan
kerja (employment creator) niscaya akan lebih memprioritaskan
pengembangan industri-industri yang paling banyak tenaga kerja. Jenis
industri yang dimajukan bertumpu pada industri-industri padat karya dan
industri-industri kecil.
4. Loncatan teknologi
Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan tekhnologi (tekhnologi
jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan tekhnologi tinggi
(hitech) akan memberikan nilai tambah yang sangat best, diiringi dengan
kemajuan bagi tekbologi bagi industri-industri dan sektor lain.

Masing-masing teori diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Teori


keunggulan komparatif kelebihannya dalam hal efisien alokasi sumber daya
demean mengembangkan industri-industri yang secara komparatif unggul. Sumber
5
daya ekonomi akan teralokasi ke penggunaan yang paling menguntungkan
kelebihannya terletak pada pendekatannya yang menyadarkan pada sisi produk
yang memiliki keunggulan komparatif boleh jadi barang yang kurang diminati
konsumen, sehingga meskipun efisien diproduksi. Mungkin sulit dipasarkan.
Teori keterkaitan industrial sangat peduli akan kemungkinan-kemungkinan
berkembangnya sektor lain, yaitu terletak pada keterkaitannya kedepan (forward
linkage). Maupun keterkaitan kebelakang (backward linkage). Sektor industrial
diharapkan bisa berperan sebagai motor penggerak perkembangan sektor lain.
Kelemahan teori ini kurang memperlihatkan pertimbangan efisiensi. Industri yang
dikembangkan memiliki kaitan luas. Sehingga diprioritaskan, dan boleh jadi
merupakan industri-industri yang memerlukan modal besar atau menyerap banyak
devisa, atau industri yang tidak memiliki keunggulan komparatif.
Teori penciptaan kesempatan kerja unggul karena titik tolaknya yang sangat
manusiawi. Dengan menempatkan manusia sebagai subyek (bukan objek)
pembangunan. Teori ini sangat populis dan cocok bagi negara-negara berkembang
yang memiliki jumlah penduduk dalam jumlah besar. Namun industri-industri yang
dikembangkan berdasarkan penciptaan kesempatan kerja, mungkin saja
industri-industri yang tidak memiliki kaitan luas dengan sektor-sektor lain. Sehingga
tidak dapat berperan sebagai sektor yang memimpin (leading sektor).
Teori loncatan tekhnologi merupakan pandangan baru dalam jajaran teori
industrialisasi. Kekuatan teori ini terletak pada optimisme tekhnologi, bahwa
pengembangan industri berteknologi tinggi akan memacu kemajuan teknologi di
sektor-sektor lain. Kelemahannya teori ini ”tidak perlu biaya”, tidak menghiraukan
masalah ketersediaan modal, sehingga potensial boros devisa. Selain itu, teori ini
juga kurang peduli akan kesiapan kultur masyarakat dalam menghadapi loncatan
teknologi yang dikembangkan.

Kebijakan Industrialisasi di Indonesia dari masa ke masa


1. Kebijakan Industri Indonesia Sebelum Krisis Moneter (1967-1997)
Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam
kebijakan perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan
stabilitas di tingkat makro dan dilaksanakannya kebijakan diberbagai bidang, Ada

6
tiga aspek kebijakan ekonomi Orde Baru yang menumbuhkan iklim lebih baik bagi
pertumbuhan sektor industri ketiga aspek tersebut adalah:
● Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih
bebas dan lebih sederhana.
● Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi
perusahaan negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sector swasta bersamasama dengan sektor BUMN.
● Diberlakukannya Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA). Sebagai
akibat kebijakan ini, Indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan industri
dengan landasan yang luas. Sehingga pada tahun 1970 industri-industri
utama sektor modern meningkat dengan pesat. Akibatnya sektor industri
dalam GDP meningkat dari 9% menjadi 12% pada tahun 1977, yang
dibarengi dengan menurunnya sektor pertanian dalam GDP.

Sesuai dengan GBHN, tujuan pembangunan jangka panjang Indonesia


adalah untuk mengubah struktur perekonomian agar tercipta struktur ekonomi yang
seimbang, dimana industry menjadi tulang punggung ekonomi didukung
kemampuan pertanian yang tangguh. Untuk mencapai tujuan tersebut, sektor
industri harus berkembang dan meningkat secara bertahap.

2. Kebijakan Industri Indonesia Setelah Krisis Moneter 1997


Langkah-langkah kebijakan yang diterapkan adalah program Revitalisasi,
Konsolidasi dan Restrukturisasi industri. Kebijakan ini ditempuh dengan tujuan
untuk mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat goncangan krisis
ekonomi yang berlanjut dengan krisis multi dimensi. Industri-industri yang
direvitalisasi adalah industri yang mempekerjakan banyak tenaga kerja serta yang
memiliki kemampuan ekspor.
Cabang industri yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDB
setelah krisis adalah industry makanan, minuman dan tembakau. Kontribusi
terbesar lainnya adalah industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 5,5%,
produk industri pupuk, kimia serta barang dari karet sebesar 4,2%.

3. Kebijakan Industri Indonesia Periode 2004-sekarang

7
Fokus pembangunan industri pada jangka menengah (2004-2009) adalah
penguatan dan penumbuhan klaster-klaster industri inti, yaitu industri makanan
dan minuman, pengolah hasil laut, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, kelapa sawit,
barang kayu, karet dan barang karet, pulp dan kertas dan peralatan listrik. Pada era
Jokowi, industri Indonesia fokus pada industri nilai tambah seperti teknologi inovasi
(elektronik, mobil, kapal laut). Terbatasnya sumber alam di Indonesia mendorong
pemerintah Jokowi untuk fokus pada industri berat dan kimia.

Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional


Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan
industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara
juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di
negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang
dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Sejak krisis ekonomi
dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian
nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan
industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot
ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga
internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara
memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi
obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah
bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya
saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada
posisi yang sangat rendah. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri
yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya
potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya
jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan
kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya
manusia Indonesia (competitive advantage).

Faktor-Faktor Pembangkit dan Penghambat Industri Di Indonesia


Pembangkit:
8
Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan perindustrian di Indonesia,
diantaranya adalah:
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang
melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah,
mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2. Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu
teknologi apakah menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau
techno-hybrids.
3. Kepemimpinan
Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam
mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan
kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Penghambat:
Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian adalah :
1. Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat
efektifitas dan kemampuan produksi.
2. Kualitas sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk
mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.

3. Keterbatasan dana pemerintah


Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk
mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi

Permasalahan Industrialisasi di Indonesia


Permasalahan internal:
● Lemahnya sarana dan prasarana
● Kesenjangan pembangunan daerah
● Ketergantungan impor
● Rendahnya kualitas SDM
9
● Lemahnya penguasaan teknologi
● Lingkungan usaha yang belum kondusif kepastian hukum

Permasalahan eksternal:
• Isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi
• Kesepakatan internasional
• Munculnya raksasa ekonomi baru
• Arah perkembangan pasar dunia

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

10
PEREKONOMIAN INDONESIA
KEBIJAKAN FISKAL

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat
perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan

yang mengatur penerimaan dan pengeluaran negara. Menurut Tulus TH


Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yaitu:
● mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya.
● mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain;
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca
pembayaran.

Menurut Nopirin (1987), kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran


pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta
susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer)
dengan penerimaan terutama dari pajak. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan
yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Dengan demikian,
kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi
pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
Penerimaan negara di Indonesia terdiri dari pajak, penerimaan di luar pajak,
dan penerimaan lainnya yang bersifat hibah. Pengeluaran pemerintah pada
dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Pada masa krisis peran pemerintah dapat dikatakan sebagai motor
penggerak perekonomian, mengingat sektor swasta belum dapat diandalkan untuk
menggerakkan perekonomian secara optimal. Ketika pengangguran, pemerintah
harus menambah belanja negara atau mengurangi pajak. Sedangkan ketika inflasi,
pemerintah harus mengurangi belanja negara atau menambah pajak.
Tujuan dari Kebijakan Fiskal

2
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud
mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor
swasta dan sektor Negara.Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk
mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah
harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor publik, namun pada
kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem
yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi
investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini
disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun
pemerintha.
Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat
meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N.
Tripathy terdapat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan
rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang
diperlukan diantaranya; 
1. control fisik langsung,
2. peningkatan tariff pajak yang ada,
3. penerapan pajak baru,
4. surplus dari perusahaan Negara,
5. pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan 
6. keuangan defisit.
2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,
dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi
tangunggan Negara secara  serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal.
Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang
lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan 
perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi,
keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan

3
lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan
program pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.Dalam
rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus
diterapkan pajak ekspor dan impor.Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang
timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor
barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya
beli tambahan.
5. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah
dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak
komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan
pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional
terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari
pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada
berbagai sektor perekonomian.

Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam
pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas
barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat.
Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol,
bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji
guru sekolah.
2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan
yang berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga

4
mempunyai kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan
seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan
semata-mata untuk pembangunan negara tersebut.Kebijakan pemerintah
atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini
disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan
pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat, seperti
meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan
keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer
merupakan bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran
tansfer tidak masuk dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan
nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan pembelian
sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan
karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi
pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi
perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari
produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa,
pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan
fiskal dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan
peluang kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:
1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum. Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh
5
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi
tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, sedangkan
dalam jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat barang
dan jasa.

Pengaruh Risiko Kebijakan Fiskal


Risiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang
disebabkan oleh sesuatu di luar kendali pemerintah. Pengungkapan risiko fiskal
sangat perlu untuk empat tujuan strategis, yaitu :
1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam pengelolaan kebijakan fiskal.
2. Meningkatkan keterbukaan fiskal
3. Meningkatkan tangung jawab fiskal
4. Menciptakan kesinambungan fiskal

Risiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama, yaitu :


1. Risiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang
digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, suku bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak
mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi
dasar yang menjadi acuan penghitungan besaran-besaran pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber risiko fiskal
yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua risiko utama,
yakni inflasi dan harga minyak.
● Inflasi.
Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar
antara 3,5-5,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World
Economic Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85
persen. Angka ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010
dan lebih rendah dari proyeksi tahun 2011.Dengan demikian
angka proyeksi pemerintah masih sejalan dengan kecendrungan
penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi telah

6
menunjukkan angka penurunan, tetapi risiko tekanan inflasi ke
depan diperkirakan masih cukup tinggi.
● Harga Minyak.
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75
per barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan
penurunan harga minyak dipasaran dunia.

2. Risiko Utang Dinamika Ekonomi Makro


Pengelolaan risiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang
dapat diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan
penumpukan beban utang yang tidak terkendali pada masa yang akan
mendatang.pada dasarnya risiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
● Risiko pasar ini terdiri dari risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga
dan risiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian
kondisi pasar keuangan yang dinamis. Risiko nilai tukar terutama
berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan risiko
tingkat bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis
LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
● Risiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya
pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
● Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh kegagalan
pada orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait.Sert yang
ditimbulkan oleh aspek legal. Risiko ini antara lain dapat berupa
gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang
berdampak pada penurunan sorvereign credit rating.
● Risiko Reputasi
Risiko Reputasi merupakan risiko penurunan kredibilitas
pengelolaan utang dari sudut pandang investor dan lender yang
disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi
penerapan strategi pengelolaan utang.

3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat

7
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya
atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi
pemerintah pusat yang menjadi risiko fiskal bersumber dari pemberian
dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,
kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua
pegawai negeri.

4. Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan
kebijakan ini selain menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang
diharapkan ternyata juga berpotensi menimbulkan risiko fiskal. Risiko Fiskal
dari desentarlisasi fiskal diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran
daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan
pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan
pajak pusat menjadi pajak daerah.

APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia  yang disetujui oleh DPR.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember).
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai
stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN.
8
Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
tahun anggaran berikutnya.

Siklus dan mekanisme APBN ini meliputi :


a) tahap penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
b) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan
Perwakilan Rakyat;
c) tahap pelaksanaan APBN;
d) tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang,
antara lain Badan Pemeriksa Keuangan; dan
e) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Salah satu tahap dari
siklus anggaran di Indonesia adalah tahap perencanaan anggaran.

Tahapan ini dimulai ketika setiap kementerian/lembaga membuat Rencana


Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Dalam tahap inilah pemerintah
menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal
kepada DPR untuk dibahas bersama. Indikator ekonomi makro yang digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan APBN adalah sebagai berikut:
● Pertumbuhan ekonomi
● Inflasi
● Nilai tukar
● Suku bunga SBI
● Harga minyak internasional
● Produksi minyak Indonesia

Fungsi APBN
• Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
• Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
9
negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan
tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa
berjalan dengan lancar.
• Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi
rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang
negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
• Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
• Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.

Hubungan APBN dan Kebijakan Fiskal


Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua
tahap yang berurutan, yaitu :
● Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN
dan
● Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi
yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan
pemerintah yang memerlukan uang untuk pelaksanaannya. Dalam praktek macam
pos –pos yang tercantum di sisi ini sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa
yang ingin dilaksanakan pemerintah dalam programnya. Untuk tujuan pembahasan
disini cukup bagi kita untuk menganggap bahwa sisi ini terdiri dari 3 (tiga) pos
utama, yaitu :
1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang atau jasa.
2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya.
10
3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payments yang meliputi,
pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan
masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman
pemerintah kepada masyarakat.

Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk


melaksanakannya. Sisi penerimaan menunjukkan darimana dana yang diperlukan
tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana tersebut,
yaitu :
• Pajak (berbagai macam).
• Pinjaman dari bank sentral.
• Pinjaman dari masyarakat dalam negeri.
• Pinjaman dari luar negeri.

Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama


adalah mengatasi APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya. Defisit APBN
terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya.
Prioritas kedua adalah mengatasi masalah stabilitas ekonomi makro, yang terkait
dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan
inflasi, jumlah kesempatan kerja/ penggangguran dan saldo neraca pembayaran.
Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk membiayai
saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money yang
berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi
pinjaman, baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi, atau dari
luar negeri (cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi tertutup ). Karena opsi
pertama tersebut sangat berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka biasanya
opsi kedua yang dipilih.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

12
PEREKONOMIAN INDONESIA
NERACA PEMBAYARAN

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
NERACA PEMBAYARAN
Neraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai
transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu negara dengan
negara lain dalam suatu tahun tertentu. Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan
yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk Negara tersebut
dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Neraca pembayaran adalah
suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai transaksi (mutasi) keuangan
yang dilakukan antara satu negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun tertentu.
Pada dasarnya neraca pembayaran adalah sebuah catatan sistematis dari semua
transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, dan pinjaman) yang terjadi antara
penduduk dalam negeri pada suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka
waktu tertentu. Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa,
hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi

Adapun tujuan dari Neraca pembayaran yaitu sebagai berikut :


1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi di sini termasuk ekspor
dan impor, hubungan utang piutang, hubungan penanaman modal, dan
hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di
bidang moneter dan fiskal.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh
hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di
bidang politik perdagangan Internasional.

Neraca pembayaran internasional terdiri dari beberapa transaksi.


Transaksi-transaksi dalam neraca pembayaran internasional tersebut perlu
dibedakan satu sama lain, yaitu: transaksi-transaksi mana yang merupakan
transaksi kredit dan transaksi mana yang merupakan transaksi debet. Hal ini
dilakukan karena tanpa adanya pembedaan ini suatu neraca pembayaran
internasional tidak akan mempunyai arti sama sekali. Dalam kita
menggolong-golongkan transaksi-transaksi internasional ke dalam transaksi kredit
dan transaksi debet adapun prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan adalah:

2
a) Suatu transaksi merupakan transaksi kredit, apabila transaksi tersebut
timbulnya atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai
neraca pembayaran internasional tersebut untuk menerima pembayaran
dari negara lain.
b) Suatu transaksi merupakan transaksi debit, apabila transaksi tersebut
mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara
yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran
kepada penduduk negara lain.

Transaksi internasional diartikan sebagi aktivitas pertukaran barang, jasa,


atau asset antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk dari negara lain.
Istilah penduduk di sini tidak hanya menunjuk pada individu, namun juga
perusahaan, unit-unit ekonomi pada umumnya, dan bahkan pemerintah. Namun,
hadiah dan beberapa bentuk transfer (yang tidak disertai dengan pembayaran) juga
dimasukkan dalam pencatatan neraca pembayaran dari suatu Negara.
Neraca pembayaran disusun sesuai prinsip double entry bookkeeping, yaitu
pembukuan ke salah satu sisi neraca disebut debit, pembukuan ke sisi yang
satunya disebut kredit. Neraca pembayaran tersusun atas beberapa rekening;
defisit dalam satu atau beberapa rekening harus diimbangi dengan surplus pada
rekening yang lain. Jadi, debit total harus seimbang atau sama dengan kredit total,
sehingga sesuai dengan istilah balance atau neraca. Neraca pembayaran
memberikan perbandingan dalam periode waktu tertentu, satu tahun misalnya,
antara pembayaran memberikan ke luar atau outflow keluar negeri yang dibukukan
sebagai debit, yang dibukukan sebagai kredit.

Komponen Neraca Pembayaran


Sebagai suatu neraca pembukuan, neraca pembayaran dapat dibedakan
kepada dua bagian: pasiva dan aktiva. Dalam bagian pasiva, di catat
transaksi-transaksi yang menyebabkan negara itu melakukan pembayaran ke
negara-negara lain. Dalam bagian aktiva, dicatatkan transaksi-transaksi yang
menyebabkan negara itu menerima pembayaran dari negara lain. Selanjutnya
suatu neraca pembayaran dibedakan pula menjadi dua jenis pembukuan, yaitu :
● Neraca transaksi berjalan
● Neraca transaksi modal (finansial)
3
Transaksi perjalanan mencatat transaksi internasional yang berkaitan
dengan barang, jasa, dan transfer unilateral, sedangkan transaksi modal atau
capital account mencatat transaksi internasional yang berkaitan dengan aliran
asset keuangan, seperti peminjaman, pemberian pinjaman, dan investasi.

1. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)


Neraca transaksi berjalan merupakan gabungan dari neraca perdagangan
dan neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account) di dalamnya mencatat
segenap arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah).
Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa
perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing,
serta transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada
kiriman atau pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak
asing, serta berbagai kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu)
kepada pihak domestik (pemerintah atau individu). Transaksi ini meliputi
pembayaran dimana penerimanya tidak perlu membayar dalam bentuk uang atau
jasa.
Pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta penerimaan transfer
unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai kredit (+) karena
transaksi itu membawa penerimaan pembayaran dari pihak luar negeri. Sebaliknya,
pengeluaran untuk impor barang dan jasa serta pengeluaran transfer unilateral
masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai debet (-) karena hal itu
mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak domestik kepada pihak luar negeri.
Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang
meliputi barang-barang yang bisa dilihat secara fisik seperti minyak, kayu,
tembakau, timah dan sebagainya. Ekspor jasa misalnya penjualan jasa-jasa
angkutan, tourisme, dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk juga
pendapatan dari investasi capital di luar negeri. Impor barang misalnya barang
konsumsi, bahan mentah untuk industri. Sedangkan  impor jasa meliputi pembelian
jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa adalah
pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau keuntungan) untuk modal yang
ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.

4
Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi
berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini berarti bahwa
suatu Negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga  mempunyai
saldo (+) dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi berjalan berarti
impor lebih besar daripada ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar
negeri. Dengan demikian transaksi berjalan sangat erat hubungannya dengan
pendapatan nasional, karena ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan
nasional.
Jadi, neraca berjalan mencatat transaksi sbb:
• Nilai Ekspor dan impor barang tampak
• Nilai Ekspor dan impor barang tidak tampak
• Pembayaran pindahan

2. Neraca transaksi Modal (Capital Account)


Pada dasarnya neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran
yang khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi
asing, serta segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal
menunjukkan perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan
asset luar negeri di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah.
Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar
negeri di negara itu (selain daripada aset pemerintah) merupakan arus keluar
modal (capital outflow) atau debet (-), karena hal itu menyebabkan pembayaran
kepada pihak asing. Dilain pihak penurunan dalam asset negara tersebut di luar
negeri dan kenaikan asset luar negeri di negara itu adalah arus masukan modal
(capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan penerimaan dari orang asing
Transaksi modal dapat dibagi dua, yaitu:

a. Transaksi modal jangka pendek, meliputi:


● Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau
kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain
(transaksi debet).
● Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank
didalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit).
5
● Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debet)
atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada
penduduk negara lain (transaksi kredit).

b. Transaksi modal jangka panjang, meliputi:


● Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di
dalam negeri (transaksi kredit).
● Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara
lain (transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga jangka
panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).
● Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain
(transaksi debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari
penduduk negara lain (transaksi kredit).

Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun


penurunan kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar
(masuk) atau merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi
modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri
merupakan aliran modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).

Jadi, neraca modal mencatat transaksi sbb:


● Aliran modal jangka panjang
● Aliran modal keuangan swasta

Dua neraca penting dalam suatu neraca pembayaran adalah neraca


perdagangan dan neraca keseluruhan.
● Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan di antara ekspor dan impor.
● Neraca keseluruhan menunjukkan perimbangan di antara keseluruhan aliran
pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan aliran penerimaan dari luar negeri.

Defisit, Surplus dan Seimbang Neraca Pembayaran


● Defisit dalam neraca pembayaran adalah “bila pengeluaran luar negeri yang
dilakukan penduduk suatu negara melebihi jumlah penghasilan atau
penerimaan yang diterima oleh penduduk negara itu”.
6
● Surplus neraca pembayaran adalah “bila suatu negara lebih banyak
menerima daripada mengeluarkan dalam transaksi luar negerinya”.
● Seimbang neraca pembayaran adalah “bila suatu negara menerima sama
besar mengeluarkan dalam transaksi luar negerinya”.

Neraca Pembayaran suatu negara sangat penting karena mempengaruhi


dan dipengaruhi oleh variabel ekonomi makro lain seperti pendapatan nasional
(GNP), kesempatan kerja, inflasi, kurs dan tingkat harga. Defisit dalam neraca
pembayaran akan menimbulkan efek buruk terhadap kestabilan kurs pertukaran
sehingga akhirnya akan menimbulkan masalah pengangguran dan kestabilan
harga-harga.

Defisit Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran menunjukkan pula pertimbangan mutasi-mutasi
keuangan dari satu negara ke negara-negara lain. Perimbangan ini dinamakan
neraca keseluruhan. Neraca keseluruhan yang negatif, dan dinamakan defisit
neraca pembayaran, berarti mutasi-mutasi keungan ke luar negeri adalah lebih
banyak dari yang diterima dari luar negeri. Disamping dapat menunjukkan besarnya
defisit yang dialami dalam suatu waktu tertentu, dari neraca pembayaran dapat
juga dilihat sebab-sebab yang menimbulkan defisit tersebut. Mungkin sebabnya
adalah impor yang lebih besar dari ekspor. Disamping itu ia dapat disebabkan pula
oleh pengaliran modal yang terlalu besar ke luar negeri.
Defisit dalam neraca pembayaran menimbulkan beberapa akibat buruk
terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit sebagai akibat impor
yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan dalam negeri dengan barang
impor. Harga valuta asing akan meningkat dan menyebabkan harga-harga barang
impor bertambah mahal. Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun
mengurangi kegairahan pengusaha-pengusaha untuk melakukan penanaman
modal dan membangun kegiatan usaha baru. Dengan demikian, sama halnya
dengan masalah pengangguran dan inflasi, masalah defisit dalam neraca
pembayaran dapat menimbulkan efek yang buruk ke atas prestasi kegiatan
ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Defisit dalam neraca pembayaran, yang disebabkan oleh impor yang
melebihi ekspor, mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di dalam negeri dan
7
masalah pengangguran yang lebih serius akan dihadapi. Masalah lain yang
mungkin timbul adalah kehilangan kepercayaan orang terhadap prospek ekonomi
negara akan mengalir ke luar dan modal luar negeri tidak akan ditanam di negara
tersebut. Keadaan seperti ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di masa
depan. Akibat-akibat buruk seperti ini menyebabkan berbagai negara berusaha
untuk menghindari masalah defisit dalam neraca pembayaran.

Jika suatu negara menghadapi masalah pengangguran dan defisit dalam


neraca pembayaran 🡪 kebijakan memindahkan perbelanjaan. Jika suatu negara
menghadapi masalah inflasi dan defisit dalam neraca pembayaran 🡪 kebijakan
mengurangi perbelanjaan.

a. Kebijakan Memindahkan Perbelanjaan


Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah
defisit neraca pembayaran yang akan mengakibatkan pertambahan ekspor dan
pengurangan impor.
Langkah:
• Pembatasan impor
• Menekan / mengurangi penggunaan valuta asing
• Menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing (devaluasi)
• Memberi insentif untuk menambah kegiatan produksi barang ekspor
• Mewujudkan kestabilan upah dan harga

b. Kebijakan Mengurangkan Perbelanjaan


Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah
defisit neraca pembayaran dengan cara mengurangi perbelanjaan agregat dan
tingkat kegiatan ekonomi negara.

Langkah:
● Menaikkan pajak pendapatan
● Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang
● Mengurangi pengeluaran pemerintah

8
Pengaruh Neraca Pembayaran Luar Negeri Terhadap Perekonomian
Indonesia
Secara umum apabila kita ingin mengkaji lebih mendalam terkait pengaruh
neraca pembayaran luar negeri bagi Indonesia, maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu mengenai proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran,
karena pengaruh dari pada neraca pembayaran terlihat secara jelas pada proses
penyeimbangan kembali neraca pembayaran. Dalam proses penyeimbangan
kembali neraca pembayaran tersebut terdiri dari 3 komponen, yaitu tingkat harga,
tingkat kurs, dan sektor moneter.
1. Tingkat harga
Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan bertambahnya uang
yang beredar di masyarakat. Sebaliknya jika neraca pembayaran defisit akan
mengurangi jumlah uang yang beredar. Pertambahan uang yang beredar
menyebabkan kenaikan harga, dan sebaliknya berkurangnya uang yang beredar
menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca pembayaran akan
meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi yang akan
mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri menurun dibandingkan
produsen luar negeri, hal ini akan meningkatkan impor daripada impor.
Kenaikan impor dan penurunan ekspor keduanya bersama-sama
mendorong berkurangnya surplus neraca pembayaran proses penyeimbangan ini
akan berjalan terus menerus dengan surplus neraca pembayaran suatu negara
dibarengi dengan derfisit neraca pembayaran negara asing. Jumlah uang yang
beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan terjadi inflasi,
berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi peningkatan ekspor dan
penurunan impor negara asing tersebut.

2. Tingkat kurs
Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit
dan revaluasi untuk surplus. Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau
mengurangi ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan
penawaran valuta asing.

3. Sektor moneter

9
Pendekatan sektor moneter neraca pembayaran menganggap bahwa
timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran karena ketidakseimbangan
portopolio yaitu saldo kas yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan
masyarakat. Menyamakan saldo kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah
yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran dan
berfluktuasinya kurs valuta asing. Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah
semata-mata merupakan gejala moneter. Oleh karena itu mengendalikan jumlah
uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak akan ada hasilnya.
Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan dalam sistem kurs
bebas, dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Pengaruh timbal balik antara
kebijaksanaan moneter dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs
dan tidak pada neraca pembayaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

10
PEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN ERA GLOBALISASI

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
GLOBALISASI
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena
adanya pertukaran pandangan dunia, pemikiran, produk, dan berbagai aspek
kebudayaan lainnya. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara
menjadi bias. Secara etimologi kata globalisasi diambil dari bahasa Inggris, yaitu
globalize yang berarti universal atau menyeluruh. Penambahan imbuhan “ization”
pada kata Globalization artinya adalah proses mendunia. Sehingga arti globalisasi
adalah proses sesuatu (informasi, pemikiran, gaya hidup, dan teknologi) yang
mendunia.

Berikut ini adalah ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnnya


fenomena globalisasi di dunia.
a) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam,televisi satelit,dan internet
menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya,sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
b) Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan
internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional,dan
dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
c) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media masa
(terutama televisi, film, musik dan transmisi berita dan olah raga
internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenao hal-hal yang melintasi
beraneka ragam budaya. Misalnya dalam bidang fashion, literatur dan
makanan.
d) Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan
hidup, krisis multinasional, inflansi regional dan lain-lain.

2
Cochrane dan Pain menyatakan bahwa globalisasi dipengaruhi oleh tiga
pelaku utama, yaitu;
● Para Globalis, yaitu mereka yang percaya bahwa globalisasi merupakan
suatu kenyataan yang mengandung konsekuansi nyata terhadap bagaimana
orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
● Para Tradisionalis, yaitu mereka yang tidak percaya bahwa globalisasi
sedang terjadi dan menganggapnya sebagai mitos atau sesuatu yang
dilebih-lebihkan
● Para Transformalis, yaitu mereka yang berada di tengah-tengah para
globalis dan tradisionalis. Mereka percaya bahwa globalisasi tengah
berlangsung, namun menganggap pengaruh globalisasi terlalu
dibesar-besarkan oleh para globalis.

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi)


menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan
komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu
negara dengan negara lain saling bergantungan dan dapat saling menguntungkan
satu sama lainnya dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang
ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan
keunggulan komparatif yang di milikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan
komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efisien dan bemutu
tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan pada kainnya. Dengan teori ini,
Jepang di anjurkan untuk memproduksi digital, lalu menutup kekurangan
penawaran kain dengan membelinya dair Indonesia, begitu juga sebaliknya.

Globalisasi Ekonomi
Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan finansial, produksi, investasi
perdagangan yang kelak berpengaruh pada hubungan antar bangsa dan hubungan
antar individu dalam segala aspek kehidupan. Hubungan antar bangsa menjadi
lebih saling tergantung yang bahkan menjadikan ekonomi dunia menjadi satu
sehingga seolah-olah batas antar negara dalam kegiatan perdagangan, bisnis tidak
ada lagi (boarderless world). Pada umumnya negara di dunia menghadapi
perkembangan tersebut dengan melakukan langkah penyesuaian baik dalam
3
wilayah regional maupun masing individu negara yang kecenderungannya
mengarah kepada proteksionisme. Hal tersebut terlihat jelas dengan munculnya
blok blok perdagangan yang pada intinya justru melanggar kesepakatan yang di
tuangkan dalam WTO.
Globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses aktivitas ekonomi
dan perdagangan, dimana berbagai negara di seluruh dunia menjadi kekuatan
pasar yang satu dan semakin terintegrasi tanpa hambatan atau batasan teritorial
negara. Globalisasi ekonomi erat kaitannya dengan perdagangan bebas yang
berusaha menciptakan kawasan perdagangan yang makin luas dan menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan internasional.
Globalisasi ekonomi adalah suatu proses di dalam kegiatan ekonomi serta
perdagangan yang mana negara di seluruh dunia akan menjadi satu kekuatan
pasar yang semakin terhubung dengan tanpa adanya rintangan batas territorial
negara. Sebab globalisasi perekonomian mewajibkan penghapusan seluruh
batasan serta hambatan terhadap arus modal, barang serta jasa. Pada saat
globalisasi perekonomian terjadi maka batas suatu negara akan menjadi kabur
selain itu hubungan yang ada di antara ekonomi nasional dan internasional pun
akan berubah menjadi semakin ketat. Di satu sisi, dengan adanya globalisasi
perekonomian maka akan membuka peluang pasar produk yang berasal dari dalam
negeri ke ranah pasar internasional secara kompetitif, selain itu di sisi lain
globalisasi perekonomian akan membuka peluang masuknya produk global ke
dalam pasar domestik.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas
investasi atau pasar secara nasional,regional ataupun internasional. Hal ini
disebabkan oleh:
● Perkembangan politik dunia
● Peningkatan praktek perdagangan bebas
● Perkembangan perusahaan multi nasional
● Pekembangan investasi protofolio di pasaran LN
● Kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan pengangkutan
● Penggunaan secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
tiap-tiap negara
● Metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien
Beberapa wujud nyata dari globalisasi itu sendiri, yaitu:
4
● Globalisasi Produksi
Setiap perusahaan produksi memiliki sasaran supaya biaya produksi
menjadi lebih rendah, sebab upah buruh yang rendah, tarif bea masuk
murah, infrastruktur memadai atau bisa juga karena iklim usaha serta politik
yang kondusif. Dalam hal ini dunia akan menjadi lokasi manufaktur global.

● Globalisasi Pembiayaan
Akan membuat perusahaan global memiliki akses agar bisa mendapatkan
pinjaman maupun menlakukan investasi baik itu secara langsung ataupun
portofolio di setiap negara di dunia.

● Globalisasi Tenaga Kerja


Tenaga kerja di seluruh dunia akan di manfaatkan oleh perusahaan global
sesuai dengan kelasnya. Dengan kehadiran globalisasi ketenaga kerjaan
maka akan membuat human movement menjadi semakin mudah serta
bebas. Ciri dari globalisasi tenaga kerja yaitu dengan banyaknya kehadiran
tenaga kerja asing.

● Globalisasi Jaringan Informasi


Menjadikan masyarakat pada suatu negara akan dengan mudah dan cepat
dalam memperoleh suatu informasi dari negara lain di dunia akibat dengan
adanya kemajuan dalam bidang teknologi seperti tv, radio dan lain
sebagainya. Kemudian dengan semakin majunya jaringan komunikasi maka
hal tersebut juga akan membantu memperluas pasar ke berbagai belahan
dunia dengan barang yang sama sehingga akan membuat masyarakat dunia
baik itu berdomisili di kota maupun di desa akan menuju pada selera global
yang sama. Misalnya saja seperti menjamurnya restoran cepat saji KFC
dimana – mana.

● Globalisasi Perdagangan
Hal ini akan terjadi apabila terdapat bentuk penurunan serta penyeragaman
tariff dan penghapusan berbagai hambatan non tarif sehingga akan
mengakibatkan kegiatan perdagangan serta persaingan akan menjadi
semakin cepat, ketat dan fair.
5
Kebijakan Perdagangan Era Globalisasi Ekonomi
Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas
diarahkan pada penciptaan dan pemantapan kerangka landas perdagangan yaitu
dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negri dan perdagangan luar
negri dengan tujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa, mendorong
pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang
usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas
kesemoatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan dan memeratakan
pendapatan rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi.
Kerangka landasan yang ingin dicapai tersebut meliputi unsur-unsur sebagai
berikut :
a) Penciptaan sturktur ekspor non migas yang kuat dan tangguh dengan cara
melakukan diversifikasi produk maupun pasar serta pelakunya.
b) Pencitaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan data saing produk ekspor,mempertahankan tingkat harga
yang stabil dalam negri.
c) Peningkatan daya saing usaha pelaku dalam kegiatan ekonomi
perdaganagn baik dalam negri maupun ekspor dengan memupuk
kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia yang makin ketat,
d) Transparansi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan dengan
membangun sistem jaringan perdagangan,
e) Meningkatkan peran lembaga penunjang perdagangan seperti badan
pelaksana bursa komditi, pasar lelang, dan lain-lain.

Terbukanya pasar dunia akibat globalisasi ekonomi membuka peluang bisnis antara
lain:
a) Tersebarnya pasar yang lebih luas skalanya dan terdiversifikasinya barang
manufaktur dan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi ( value added
products).
b) Terjadi relokasi industri menufaktur dari negara industri maju ke
negara-negara sedang berkembang dengan upah buruh yang lebih murah.
Sebagai konsekuensi logis dari relokasi industri tersebut,siklus proses bahan

6
baku menjadi produk akhir menjadi lebih pendek. Hal ini akan menurunkan
harga per unit serta meningkatkan volume perdagangan.
c) Tersedianya sumber pendanan yang dapat diperoleh dengan biaya yang
lebih murah (bunga) karena makin beragamnya portofolio pendanaan
terutama bagi negara yang sedang tumbuh perekonomiannya.

Dampak Positif Globalisasi:


● Produksi dunia dapat ditingkatkan
Peningkatan kapasitas produksi menjadi salah satu aspek penting
dalam globalisasi ekonomi, dengan artian dalam masyarakat global yang
melakukan perdangangan akan terus meluasakan pangsa pasaranya.
Dengan adanya pasar yang luas penjualan juga akan meningkat tajam,
hingga akhirnya kondisi ini menimbulkan adanya pengelola produk, baik jasa
atau barang secara lebih besar.
● Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
Dampak positif lainnya, dari globalisasi ekonomi adalah peningkatan
kemakmuaran pada suatu negara. Perolehan kemakmuran ini didapatkan
dengan adanya hasil pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan
tertentu, apalagi jika sudah di hak patenkan setiap negara yang ikut
meluasakan produknya haruslah meinta izin dengan memberikan distribusi
pendapatkan tamabahan.
● Meluaskan pasar untuk hasil produksi DN
Meluasnya produk dalam negri yang dimaksudkan adalah
produk-produk berkualitas dan berbeda dengan produk lainnya. Produk
dalam negari yang ikut bergabung dalam globalisasi ekonomi ini akan
mudah di dapatkan ketika seseorang pergi dan berkunjung ke negara
lainnya.
● Memeroleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Dampak postitif globalisasi ekonomi, yang lainnya adalah
menimgkatakan modal dalam membiayai ekonomi pembangunan. Baik
perekonomian yang dilakukan untuk perusahaan itu sendiri ataupun
perekonomian yang dilakukan untuk negara-negara yang bersangkutan.
● Berkembangnya Teknologi

7
Teknologi dan ekonomi menjadi salah satu aspek bahasan utama
dalam globalisasi ekonomi, teknologi memiliki peranan yang tinggi dalam
hubungan sosial masyarakat. Peranan ini di dapatkan dari adanya keyakinan
akan kebutuhan manusia. Misalnya saja berembangnya teknologi dalam
globalisasi ekonomi ini adalah kasus penggunaan email untuk penjualan,
berkembangnya waktu masyarakat lebih suka langsung pada marketplace
(toko berbasis online).
● Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Dampak Negatif Globalisasi:


• Menghampat pertumbuhan sektor industri terutama pada negara
berkembang
Industri kreatif di dalam negari akan terhambat dengan adanya
globalisasi ekonomi, hal ini didasari pada kalahnya persaingan dan juga
kalahnya modal dalam melakukan perdangan dan pengembangan produk,
oleh karena itulah setiap masyarakat keratif mencipatakan
produk-produknya harus lebih giat dibandingkan dengan sebelumnya.
• Memperburuk neraca pembayaran
Tidak stabil dalam globalisasi ekonomi tertutama dirasakan bagi
neraca pembayaran, hal ini disebabkan kerana dalam globalisasi ekonomi
seringkali harga jual dalam pasar lebih besar dengan proses pengirimannya
yang akhirnya dengan keadaan ini banyak perusahaan menangah ke bawah
gulung tikar atau bangkrut.

• Sektor keuangan semakin tidak stabil


Investasi yang ada dalam masyarakat membuktikan adalah keinginan
bangsa lain untuk ikut meluasakan pasar produksinya. Akan tetapi dengan
investasi yang berlebihan membuat sulit untuk mengatur keuangannya, hal
ini banyak disebabkan karena tingginya tuntutan dari para investor.
• Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Peluang ekonomi jangka pajang yang ada di setiap negara akan
melamah, kebijakan yang dilakukan tidak akan berpangaruh signifikan pada
perkembangan ekonomi global. Hal ini disebabkan karena banyaknya

8
produk yang masuk di suatu negara membuat masyarakat hanya sebatas
menjadi penonton dan penikmat daripada derasnya globalisasi ekonomi.
• Terjadinya tranfer pricing untuk memarkir dana maupun keuntungan di
negara yang menganut tax shelter (memberikan perlindungan terhadap
persembunyian kewajiban membayar pajak).
• Relokasi industri karena footlose industry membawa pula teknologi
kadaluarsa ke negara sedang berkembang (host country). Hal ini terjadi di
negara asalnya (home country) teknologi yang dipakai industri tersebut
ketinggalan jaman.
• Masuknya FDI (foreign direct investment) dengan tekonlogi canggih,
seringkali tidak di imbangi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang
siap mengoperasikannya sehingga membuat ketergantungan pada negara
asla investasi tersebut. Masuknya FDI juga seringkali menimbulkan trade off
politic yang merugikan masyarakat dan pelaku bisnis di dalam negri.

Contoh Globalisasi Ekonomi


Beberapa contoh yang bisa disebutkan dalam globalisasi ekonomi, antara
lain adalah sebagai berikut;
a. Contoh Globalisasi Ekonomi di Indonesia
Contoh globalisasi ekonomi yang dialami Indonesia pada saat ini
misalnya dalam mie produk Indofood yang pada fakta globalisasi di
Indonesia sudah dikenal sampai ke 100 Negara bahkan produk mie asli
Indonesia ini menjadi primadona makanan serta menjadi produksi dominan
di banyak negara-negara Afrika.

b. Contoh Globalisasi Ekonomi Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari kita merakan adanya
dampak signifikan dalam globalisasi ekonomi, misalnya dalam penggunaan
sepada motor dengan merek Honda, Yamaha, Suzuki, atau lain sebaginya.
Yang banyak dikenal produk tersebut berasal dari Japan sebagai produsen
industri sependa motor terkenal di dunia, termasuk dalam Indonesia.
Keseharian kita sebenarnya sudah menimati kasus globalisasi ekonomi ini.

c. Contoh Globalisasi Ekonomi di Lingkungan Sekitar


9
Contoh lainnya, mengenai globalisasi ekonomi di lingkungan sekitar,
misalnya saja dalam penggunan teknologi seperti Watshaap, Facebook,
atupun Twitter yang banyak digunakan masyarakat di sekitar kita adalah
produk-produk dari luar negri, kondisi ini bahkan menimbulkan kekalahan
saingan para pembuat media sosial di Indonesia sendiri, dan ini tentusanya
menjadi salah satu permasalahan sosial akibat globalisasi ini di Indonesia.

Indonesia dalam Era Globalisasi


1. Kegiatan Perdagangan
Indonesia telah lama menjalin hubungan dagang dengan negara lain
Hubungan dagang dilakukan secara bilateral yang dilakukan oleh dua
negara dan regional dengan melibatkan beberapa negara di kawasan,
seperti ASEAN, Asia Pasifik.

2. Kegiatan Investasi
Indonesia telah memberi izin kepada perusahaan asing untuk melakukan
usaha di Indonesia. Misal Indonesia memberi kesempatan kepada PT Caltex
untuk melaksanakan penambangan minyak bumi di Indonesia. Di sisi lain,
Indonesia juga melakukan investasi di negara lain. Misal, PT Pertamina telah
melakukan penambangan minyak bumi di Arab Saudi dan Kuwait.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Masyarakat Ekonomi Asean adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam
artian adanya sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN
Dalam mendirikan (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip
terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang
konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk
kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.
Karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

10
Penduduk di kawasan ASEAN akan mempunyai kebebasan untuk
melanglangbuana masuk ke suatu negara dan keluar dari suatu negara di kawasan
ASEAN tanpa hambatan berarti.
• Penduduk mempunyai kebebasan dan kemudahan untuk memilih lokasi
pekerjaan yang dianggap memberikan kepuasan bagi dirinya.
• Perusahaan mempunyai kebebasan untuk memilih lokasi pendirian pabrik
dan kantor perusahaan di kawasan ASEAN

Peluang dan Tantangan Globalisasi Ekonomi bagi Indonesia


Peluang:
● Makin  mudahnya  barang  dan  jasa  produksi  Indonesia untuk  memasuki 
pasaran  luar  negeri.   Hambatan  non-tarif  (kuota,  dan sebagainya) bagi
produk Indonesia ke negara lain akan semakin hilang atau tidak  berarti 
lagi.  
● Demikian  pula  halnya  dengan  tenaga  kerja  Indonesia, mereka  akan 
dapat  bekerja  dengan  mudah  di  negeri  asing  tanpa  hambatan
peraturan  imigrasi  yang  berarti. 

Tantangan:
Akan terjadi persaingan kualitas barang, jasa dan tenaga kerja DN dan LN
guna merebut pasar DN. Maka sumber daya manusia yang berkualitas
(masyarakat dan kalangan dunia usaha yang kreatif dan inovatif) sangat
diperlukan. Serta perlu menciptakan  sektor  pertanian  dan industri yang efisien,
efektif, dinamis  dan  berkelanjutan,  penyebarluasan teknologi  dan  inovasi  yang 
terkait  dengan  sistem  produksi,  packaging, serta pemasaran.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

12
PEREKONOMIAN INDONESIA
SISTEM MONETER INDONESIA

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
SISTEM MONETER
Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari
tentang sifat, fungsi serta pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Secara
Umum, kegiatan ekonomi dapat di artikan sebagai suatu kegiatan yang
mempengaruhi tingkat pengangguran produksi, harga dan hubungan perdagangan
/ pembayaran internasional. Oleh karena itu ekonomi moneter mencakup /
mempelajari beberapa hal diantaranya :
1. Peranan dan fungsi uang dalam perekonomian
2. Sistem moneter dan pengaruhnya terhadap jumlah uang beredar dan kredit
3. Struktur dan fungsi bank sentral
4. Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap kegiatan ekonomi
5. Pembayaran serta sistem moneter internasional

Sistem moneter atau monetary system yaitu sistem yang menetapkan


kebijakan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi interaksi faktor moneter
dalam suatu negara, termasuk pengawasan cadangan valuta asing. Di Indonesia
otoritas sistem moneter terdiri atas Bank Indonesia, dan Pemerintah yang diwakili
oleh Menteri Keuangan.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter memegang peranan yang cukup penting di dalam
perekonomian Indonesia. Kebijakan moneter adalah sekumpulan tindakan
pemerintah di dalam mengatur perekonomian melalui peredaran uang dan tingkat
suku bunga. Kebijakan ini ditempuh untuk mengantisipasi pengaruh-pengaruh baik
yang positif atau sebaliknya, dari peredaran uang dan tingkat suku bunga yang
berlaku di masyarakat. Hal ini dapat dimengerti karena peran uang yang begitu vital
dalam kehidupan perekonomian suatu negara, begitu pula pentingnya tingkat suku
bunga yang dapat mempengaruhi pola kegiatan imvestasi di Indonesia.
Kebijakan moneter adalah sekumpulan tindakan pemerintah di dalam
mengatur perekonomian melalui peredaran uang dan tingkat suku bunga.
Kebijakan moneter merupakan proses mengatur atau mengelola persediaan uang
sebuah negara untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu, seperti inflasi yang
terkontrol, meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau meningkatkan
kesempatan kerja. Di dalam sistem perekonomian Indonesia, kebijakan moneter ini
2
dijalankan oleh pemerintah melalui lembaga keuangan yang disebut dengan Bank
Indonesia. Setelah berdirinya Bank Indonesia, kebijakan moneter di Indonesia
secara umum ditetapkan oleh Dewan Moneter dan pemerintah bertanggung jawab
atasnya. Mengingat buruknya perekonomian pasca perang, yang ditempuh
pertama kali dalam bidang moneter adalah upaya perbaikan posisi cadangan
devisa melalui kegiatan ekspor dan impor.
Pada periode ekonomi terpimpin, pembiayaan deficit spending keuangan
negara terus meningkat, terutama untuk membiayai proyek politik pemerintah. Laju
inflasi terus membumbung tinggi sehingga dilakukan dua kali pengetatan moneter,
yaitu tahun 1959 dan 1965. Lepas dari periode tersebut pemerintah memasuki
masa pemulihan ekonomi melalui program stabilisasi dan rehabilitasi yang
kemudian diteruskan dengan kebijakan deregulasi bidang keuangan dan moneter
pada awal 1980-an. Di tengah pasang surutnya kondisi perekonomian, lahirlah
berbagai paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk memperkuat struktur
perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia seperti halnya di negara-negara lainya, adalah satu-satunya
bank sentral di Indonesia yang secara lebih rinci memiliki tugas:
• Sebagai banknya pemerintah, dalam arti membantu pemerintah dalam
menegelola (menyimpan dan meminjami) dana pemerintah yang akan
dipergunakan untuk pembangunan.
• Sebagai bank-nya bank umun, dalam arti akan membantu para bank
umum dalam kegiatan operasional dana yang dimiliki atau dibutuhkanya.
• Sebagai lembaga pengawasan kegiatan lembaga keuangan, dalam arti
mengawasi produk-produk yang dikeluarkan oleh masing-maisng lembaga
keungan yang dapat mempengaruhi peredaran uang dan iklim investasi

Berdasarkan uraian kebijakan moneter kuantitatif dan kualitatif, Instrumen


Kebijakan Moneter dikelompokkan menjadi:
a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
• Operasi pasar terbuka adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral
(atau bank Indonesia) untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI)
atau membeli surat-surat berharga di pasar modal/saham.

3
• Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli
surat-surat berharga di pasar modal.

b. Kebijakan Kredit Ketat


• Kebijakan kredit ketat dikeluarkan dengan tujuan mengawasi uang yang
beredar saat perekonomian mulai menunjukkan gejala inflasi.
• Contoh : Pemberian kredit moneter ketat didasri oleh 5C, yaitu Character,
Capability, Collateral, Capital. Dan Condition of Economy.

c. Kebijakan Politik Diskonto


• Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (atau bank Indonesia) untuk
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan cara menaikan atau menurunkan suku bunga Bank. Kebijakan ini
dikeluarkan dengan tujuan agar masyarakat menabungkan uangnya di Bank.
• Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah
menghitung dan mengindikasikan jumlah uang yang beredar telah melebihi
kebutuhan (gejala inflasi).
• Agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beradar sama
dengan jumlah barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral
menaikkan suku bunga Bank agar masyarakat berbondong-bondong
menabungkan uangnya.

d. Kebijakan Cadangan Kas


• Naik atau turunnya kas (casio ratio) di suatu Bank, ditentukan oleh kebijakan
bank sentral sebagai pemegang wewenang untuk mengatur kas.
• Contoh : Kebijkan cadangan kas dilakukan dengan cara menahan atau
melarang sebagian dari tabungan dan uang masyarakat (deposito, giro,
sertifikat deposito dll) untuk dipinjamkan.

e. Kebijakan Dorongan Moral


• Kabijakan ini dikeluarkan Bank sentral melalui pidato, pengumuman atau
edaran yang ditujukan kepada Bank-Bank umum. Melalui pengumuman
tersebut uang yang beredar dapat distabilkan.
4
• Contoh : Isi pengumuman tersebut bisa berupa larangan atau ajakan untuk
menahan pinjaman tabungan maupun melepaskan pinjaman.

Kebijakan Moneter Ekspansif


Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan pemerintah dengan
cara menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat, menurunkan suku bnga
dan menyediakan kredit. Kebijakan Moneter Ekspansif juga banyak dikenal sebagai
Kebijakan Moneter longgar (easy money policy). Tujuan Kebijakan Moneter
Ekspansif adalah untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli
masyarakat saat ekonomi lesu (resesi atau depresi)

Kebijakan Moneter Kontraktif


Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan pemerintah dengan
cara mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, menaikkan suku bunga
dan membatasi kredit. Kebijakan moneter kontraktif dikeluarkan saat perekonomian
negara mengalami inflasi (inflasi adalah: nilai tukar uang yang merosot) yang
mengakibatkan naiknya harga barang di pasaran.

Tujuan Kebijakan Moneter


Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro
yang tercapai. Tujuan tersebut tidak sama dari waktu ke waktu serta tidak sama
dari satu negara dengan negara lainnya. Tujuan kebijakan moneter tidak statis,
namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan
perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan empat
hal yang menjadi tujuan dari kebijakan moneter, yaitu:
• Menjaga Kestabilan Ekonomi
• Menjaga Kestabilan Harga
• Membuka Kesempatan Kerja
• Memeperbaiki Neraca Perdagangan Dan Pembayaran

Dalam menentukan indikator keberhasilan kebijakan moneter, bank sentral


dapat menggunakan 3 indikator. Ketiga indikator tersebut adalah:
1. Uang Beredar (Monetary Targeting)

5
Menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai sasaran menengah.
Kekurangan:
• Penerapannya tergantung kepada kestabilan hubungan antara
besaran moneter dengan sasaran akhir (inflasi)
• Sulit dimengertioleh masyarakat
Kelebihan:
• Dimungkinkan pelaksanaan kebijakan moneter yang independen
sehingga bank sentral dapat fokus pada pencapaian tujuan
(inflasi).

2. Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)


Menyesuaikan dan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata
uang negara-negara besar yang memiliki laju inflasi rendah
Kekurangan:
• Rentan terhadap tindakan spekulan, gejolak yang terjadi di suatu negara
dapat langsung berdampak terhadap perekonomian domestic.

Kelebihan:
• Sederhana dan mudah dipahami masyarakat.
• Dapat meredam laju inflasi.
• Penargetan nilai tukar ditetapkan dengan aturan yang dapat
mendisiplinkan kebijakan moneter.

3. Target Inflasi (Inflation Targeting)


Penetapan target inflasi jangka menengah dan komitmen untuk mencapai
stabilitas harga sebagai tujuan jangka panjang.
Kekurangan:
• Sinyal terhadap pencapaian target tidak secepat dengan pendekatan
sebelumnya.

Kelebihan:
• Target pencapaian sangat jelas dan sederhana.
• Meningkatkan akuntabilitas bank sentral.

6
• Kebijakan moneter dapat difokuskan pada pencapaian kestabilan
perekonomian domestik.
• Tidak bergantung kepada kestabilan hubungan antara besaran
moneter dan sasaran akhir (inflasi).

Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia


Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004
dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan rupiah yang dimaksud
mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju
inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain.
Dalam konteks perkembangan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain,
Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem
keuangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan untuk
menjaga kestabilan nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan
tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Dalam upaya mencapai tujuan rersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek
kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi
merupakan sasaran yang diutamakan (overriding objective). Bank Indonesia secara
konsisten terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter,
sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi,
guna memperkuat efektivitasnya.

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2019


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2019
memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga
Lending Facility sebesar 6,75%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya
7
menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan
mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. Bank Indonesia juga terus
menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di
pasar Rupiah maupun pasar valas sehingga dapat mendukung stabilitas moneter
dan sistem keuangan. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan
bauran kebijakan dan memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas
terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal,
termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun menuju
kisaran 2,5% PDB pada 2019. ​
Pertumbuhan ekonomi dunia melandai, namun ketidakpastian pasar
keuangan sedikit mereda. Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS 2019
diprakirakan melambat akibat pasar tenaga kerja yang semakin ketat dan
dukungan fiskal yang terbatas. Stance kebijakan moneter The Fed AS lebih dovish
dan diprakirakan menurunkan kecepatan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate
(FFR). Pertumbuhan ekonomi Eropa diprakirakan juga melambat pada 2019
sehingga dapat pula memengaruhi kecepatan normalisasi kebijakan moneter bank
sentral Eropa (ECB). Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus
melambat dipengaruhi oleh melemahnya konsumsi dan ekspor neto antara lain
akibat ketegangan hubungan dagang dengan AS dan dampak proses deleveraging
yang masih berlanjut. Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia itu,
harga komoditas global diprakirakan menurun, termasuk harga minyak dunia akibat
peningkatan pasokan dari AS. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan
sedikit mereda dan mendorong aliran modal ke negara berkembang sejalan
dengan lebih rendahnya prakiraan kecepatan kenaikan FFR dan berkurangnya
eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok. ​
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat ditopang
permintaan domestik. Berbagai indikator pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2018
menunjukkan permintaan domestik tetap kuat ditopang oleh konsumsi, baik
konsumsi swasta maupun konsumsi Pemerintah. Konsumsi swasta diprakirakan
tetap baik seiring terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen serta dampak
positif persiapan pemilu. Konsumsi pemerintah tumbuh kuat ditopang belanja
barang dan bantuan sosial. Namun demikian, ekspor diperkirakan masih terbatas
dipengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan harga komoditas
ekspor Indonesia yang menurun. Sementara itu, impor mulai menurun sejalan
8
dengan kebijakan yang ditempuh, meskipun masih tumbuh tinggi untuk memenuhi
permintaan domestik. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2019 tetap baik yakni pada kisaran 5,0-5,4%, ditopang oleh
terjaganya permintaan domestik dan membaiknya ekspor neto. ​
Neraca perdagangan Indonesia Desember 2018 mencatat defisit sedangkan
aliran masuk modal asing masih berlanjut. Defisit neraca perdagangan tercatat
sebesar 1,1 miliar dolar AS dipengaruhi penurunan kinerja ekspor, khususnya
ekspor nonmigas akibat kondisi global yang kurang kondusif. Sementara itu, aliran
masuk modal asing kembali terjadi pada Desember 2018 sebesar 1,9 miliar dolar
AS, dan berlanjut pada Januari 2019. Posisi cadangan devisa pada akhir
Desember 2018 cukup tinggi sebesar 120,7 miliar dolar AS, atau setara dengan
pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3
bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan
Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian
defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5% dari PDB. ​
Nilai tukar Rupiah dalam tren menguat sehingga mendukung stabilitas
harga. Rupiah pada Desember 2018 secara rerata menguat sebesar 1,16%,
meskipun secara point to point sedikit melemah sebesar 0,54%. Tren penguatan
Rupiah berlanjut pada Januari 2019. Penguatan Rupiah antara lain dipengaruhi
aliran masuk modal asing akibat perekonomian domestik yang kondusif dan imbal
hasil domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global
yang sedikit mereda. Dengan perkembangan yang cenderung menguat menjelang
akhir tahun 2018, Rupiah secara rerata keseluruhan tahun 2018 tercatat
mengalami depresiasi sebesar 6,05%, atau secara point to point sebesar 5,65%
dibandingkan dengan level tahun sebelumnya. Depresiasi Rupiah secara point to
point tersebut lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara lain
seperti Rupee India, Rand Afrika Selatan, Real Brasil, dan Lira Turki. Ke depan,
Bank Indonesia terus mencermati risiko ketidakpastian pasar keuangan global
dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai
fundamentalnya dengan tetap mendorong berjalannya mekanisme pasar, dan
mendukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan. ​
Inflasi tetap rendah dan terkendali sehingga pada 2018 berada dalam
kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK pada Desember 2018 sebesar 0,62%
9
(mtm), tetap terjaga sesuai dengan pola musiman akhir tahun. Dengan
perkembangan ini, inflasi 2018 tercatat 3,13% (yoy) atau berada dalam kisaran
sasarannya selama empat tahun terakhir. Inflasi yang terkendali dipengaruhi inflasi
inti yang terjaga pada level rendah sejalan dengan konsistensi kebijakan Bank
Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi.
Inflasi volatile food juga terkendali ditopang oleh pasokan pangan yang terjaga dan
pengaruh harga pangan global yang menurun. Inflasi administered prices tercatat
rendah sejalan dengan minimalnya kebijakan terkait tarif dan harga barang dan
jasa yang diatur Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga
stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di
tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil,
yang pada 2019 diprakirakan berada dalam sasaran inflasi sebesar 3,5±1%. ​
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang
tetap baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 23,3% dan rasio likuiditas
(AL/DPK) masih aman yakni sebesar 20,1% pada November 2018. Selain itu, rasio
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7%
(gross) atau 1,2% (net). Dari fungsi intermediasi perbankan, pertumbuhan kredit
pada November 2018 tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,3% (yoy). Pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) pada November 2018 sebesar 7,2% (yoy), menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy).
Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO
dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable
Certificate of Deposit (NCD) selama Januari s.d. November 2018 tercatat sebesar
Rp197,1 triliun (gross), turun dibandingkan dengan capaian periode yang sama
pada 2017 sebesar Rp276,9 triliun (gross). Pada 2019, Bank Indonesia
memprakirakan pertumbuhan kredit berada dalam kisaran 10-12% (yoy) sedangkan
pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia
akan terus berkoordinasi dengan otoritas terkait guna turut menjaga stabilitas
sistem keuangan, termasuk memantau kecukupan dan distribusi likuiditas di
perbankan. ​
Perekonomian domestik yang tetap baik ditopang kelancaran sistem
pembayaran yang tetap terpelihara, baik dari sisi tunai maupun nontunai. Dari sisi
10
pembayaran tunai, posisi uang yang diedarkan (UYD) meningkat 7,8% (yoy) di
Desember 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2018
sebesar 7,3% (yoy). Di sisi pembayaran nontunai nilai besar, nilai transaksi yang
diselesaikan melalui BI-RTGS pada Desember 2018 mengalami peningkatan
sebesar 1,53% (yoy), setelah pada sebelumnya mencatat penurunan 1,7% (yoy).
Di sisi pembayaran nontunai nilai ritel, pertumbuhan SKNBI menurun menjadi
8,08% dari 9,7% pada November 2018. Sementara itu, transaksi masyarakat
menggunakan ATM/ Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik masing-masing
meningkat sebesar 14,3%, 7,9%, dan 215,4%. Peningkatan seluruh komponen
sistem pembayaran tidak terlepas dari pengaruh musiman Natal 2018 dan Tahun
Baru 2019. Ke depan, guna menjaga stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia
terus memastikan kelancaran dan ketersediaan sistem pembayaran nasional, baik
sistem yang dioperasikan oleh Bank Indonesia maupun diselenggarakan oleh
industri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

11
PEREKONOMIAN INDONESIA
OTONOMI DAERAH

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

Kode Matakuliah :
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM., CPHCM
OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah
masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan
keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan
tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.
Otonomi sesungguhnya diambil dari bahasa Yunani, dari kata “autos” yang
bisa diterjemahkan sebagai sendiri, dan “namos” yang berarti undang – undang
atau peraturan. Jika disambung dan diartikan berarti maknanya adalah aturan
sendiri. Sehingga maksud dari Otonomi Daerah adalah wilayah dengan batas –
batas tertentu yang mempunyai aturannya sendiri. Otonomi Daerah dapat diartikan
sebagai kewenangan yang bertujuan untuk melakukan pengaturan serta
pengurusan kepentingan masyarakat sesuai dengan karsa sendiri, yang didasari
oleh aspirasi dari masyarakat sesuai dengan Undang – Undang yang berlaku.
Menurut UU No.32 tahun 2004, arti dari Otonomi Daerah adalah “hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom guna mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya serta kepentingan masyarakat seseuai dengan undang – undang
yang berlaku”.

Prinsip Otonomi Daerah


Kewenangan otonomi yang diberikan terhadap daerah adalah kewenangan
otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Berikut prinsip-prinsip otonomi daerah:
● Prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang mencakup
kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap
bidang politik luar negeri, keamanan, moneter, agama, peradilan, dan
keamanan serta fiskal nasional. 
● Prinsip otonomi nyata, artinya daerah diberikan kewenangan untuk
menangani urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang, dan
kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup
dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. 
2
● Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah
termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian
utama dari tujuan nasional.

Landasan Hukum Otonomi Daerah


Implementasi otonomi daerah di Indonesia diawali dengan peresmian
pemantapan Daerah Percontohan Otonomi yang fokus pada Daerah Tingkat II
pada 25 April 1995 dengan payung hukum PP Nomor 8/1995 Tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan Kepada 26 Daerah Tingkat II Percontohan.
Daerah-daerah tersebut a.l. Aceh Utara, Simalungun, Tanah Datar, Kampar,
Batanghari, Muara Enim, Lampung Tengah, Bengkulu Selatan, Bandung,
Banyumas, Sleman, Sidoarjo, Sambas, Kotawaringin Timur dan Tanah Laut.
Kemudian Kutai, Minahasa, Donggala, Gowa, Kendari, Badung, Lombok Tengah,
Timor Tengah Selatan, Aileu, Maluku Tengah dan Sorong.
Lalu terbitlah Keppres Nomor 11/1996 tentang Hari Otonomi Daerah yang
menetapkan Tanggal 25 April sebagai Hari Otonomi Daerah. Sekitar tiga tahun
kemudian otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui UU Nomor 22/1999
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839).
Pada 2004, UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (berdasarkan
Konsiderans UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah) dianggap tidak
sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah sehingga diganti dengan UU Nomor 32/2004
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Dalam perkembangannya, UU
Nomor 32/2004 pun mengalami beberapa kali perubahan, di antaranya UU Nomor
12/2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32/2004 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844). Dan terakhir kali melalui penerbitan UU Nomor 23/2014.
Selain sudah adanya aturan lain sebagai penopangnya, yakni UU Nomor
33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, regulasi otonomi daerah juga terus dilengkapi. Salah satunya adalah PP
3
Nomor 12/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Kemudian, terkait dengan inovasi yang merupakan
katalisator daya tahan dan kemajuan ekonomi, Pemerintah juga telah menerbitkan
PP Nomor 38/2017 tentang Inovasi Daerah.

Otonomi Daerah UU NO. 32/2004


• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
• Daerah otonom dalam definisi tersebut merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.

Prinsip Otonomi Daerah (Penjelasan UU 32/2004)


● Otonomi seluas-luasnya
● Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
● Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat
● Menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya,
daerah dengan Pusat
● Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI
● Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan fasilitasi

Pemberian Otonomi Luas diarahkan untuk:


• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, serta
keanekaragaman daerah
Tujuan Otonomi Daerah
1. Pelayanan Kepada Masyarakat Menjadi Semakin Baik
Apabila segala macam hal hanya bisa dilakukan dalam pemerintahan
pusat, coba bayangkan betapa repotnya orang – orang dan pemerintah itu
sendiri. Orang di daerah harus pergi ke Jakarta hanya untuk mengurus
dokumen – dokumen sederhana seperti dokumen kependudukan.
4
Bayangkan juga seberapa banyak antriannya jika semua orang di Indonesia
ini harus mengurus segala hal dalam satu tempat saja. Dengan adanya
Otonomi Daerah, segala hal bisa menjadi lebih mudah untuk masyarakat.
Pemerintah pun lebih mudah dalam melakukan pengontrolan karena sudah
dibantu oleh alat – alat kelengkapan yang ada di daerah.
2. Kehidupan Demokrasi Berkembang
Demokrasi sendiri bisa diartikan penyelenggaraan suatu negara
berpusat dari, untuk, dan oleh rakyat. Dengan adanya otonomi, demokrasi
lebih mudah untuk diterapkan. Apalagi dengan kondisi wilayah Indonesia
yang sangat besar. Jika ada aspirasi dari rakyat semua bisa ditampung di
pemerintahan daerah terlebih dahulu untuk selanjutnya bisa disampaikan ke
pusat untuk ditindak lanjuti.
3. Mewujudkan Keadilan Nasional
Rasanya seperti tidak mungkin untuk mewujudkan keadilan nasional
seadil – adilnya di negara ini jika hanya dilakukan oleh pemerintah pusat
saja. Berdasarkan latar belakang, geografis, dan masyarakat yang beraneka
ragam, untuk mewujudkan keadilan nasional bukan perkara yang mudah.
Dengan adanya Otonomi Daerah, pemerintah daerah bisa lebih terfokus
untuk daerahnya masing – masing keadilan seperti apa yang diinginkan dari
setiap masing – masing daerah dapat terwujud perlahan – lahan, karena
memang antara satu daerah satu dan yang lainnya berbeda. Misalnya,
keadilan untuk masyarakat di Yogyakarta akan berbeda dengan rasa
keadilan Masyarakat di Papua.
4. Pemerataan Wilayah Daerah
Maksudnya dari pemerataan adalah usaha yang dilakukan
pemerintah pusat untuk membuat semua daerah di Indonesia ini tidak
timpang jauh antara satu dan yang lainnya. Ini bukan perkara yang mudah.
Nyatanya, dalam satu daerah saja belum pasti pembangunannya bisa
merata. Untuk itu, diberikanlah wewenang kepada pemerintahan daerah
untuk mengelola daerahnya dan melakukan pemerataan. Meskipun misalnya
pembangunan di Kota Kediri akan berbeda dengan Kota Tangerang, tetapi
setidaknya pemerintah daerah setempat tahu bagaimana memaksimalkan
sumber daya yang ada untuk mensejahterakan masyarakatnya.

5
5. Memelihara Hubungan Pusat dan Daerah dalam NKRI
Otonomi Daerah memudahkan masyarakat untuk berhubungan
dengan pemerintah pusat melalui pemerintahan daerah. Yang mana disini
pemerintah daerah akan membantu masyarakat dalam menyampaikan
aspirasi rakyat kepada pusat dan sebagai jembatan agar pemerintah pusat
dapat memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat di berbagai daerah
di Indonesia.
6. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat
Dengan adanya Otonomi Daerah, masyarakat daerah dapat
berpartisipasi dalam pengelolaan daerahnya dengan lebih bebas di berbagai
bidang. Jadi, segala sesuatu tidak bergantung kepada pusat dan meghindari
pengontrolan terlalu banyak dari pemerintahan pusat sehingga masyarakat
merasa terkekang di daerah asal mereka sendiri. Masyarakat dan tokoh
daerah juga akan merasa lebih diberdayakan. Tujuan – tujuan di atas
diharapkan dapat memenuhi tujuan utama Otonomi Daerah dalam politik,
administratif, dan ekonomi. Melalui Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilah Rakyat Daerah diharapkan dapat terwujud untuk Indonesia yang
lebih baik dan pembangunan yang lebih merata. Dengan demikian
masyarakat akan menjadi lebih sejahtera dan indeks pembangunan manusia
juga meningkat.

Manfaat Otonomi Daerah


Beberapa manfaat diterapkannya sistem otonomi daerah yaitu:
● Agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan di pusat sehingga penyelenggaraan
pemerintahan berjalan lancar.
● Pemerintahan bukan hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, melainkan
pemerintah daerah juga terlibat.
● Kesejahteraan masyarakat di daerah semakin meningkat.
● Daya kreasi dan inovasi masyarakat di daerah akan semakin meningkat,
karena setiap daerah pasti berusaha menampilkan keunggulan di
daerahnya.
● Meningkatnya pengawasan kegiatan yang dilakukan.
● Meningkatkan pasokan baran dan jasa di daerah dengan biasa yang
disesuaikan.
6
● Memudahkan pengaturan administrasi pemerintahan.
● Lembaga masyarakat mengalami peningkatan.

Contoh Otonomi Daerah


1. Penetapan Upah Minimum Regional
UMR adalah standar gaji terendah yang dianjurkan pemerintah
kepada para pengusaha untuk menggaji karyawannya. UMR diperhitungkan
berdasarkan biaya hidup di masing – masing daerah.
2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Ada beberapa mata pelajaran yang memang bersifat wajib dan harus
diajarkan untuk seluruh siswa di Indonesia. Katakanlah Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Bahasa Indonesia. Akan tetapi, disini pemerintah
pusat memberikan kelonggaran kepada pemerintah daerah untuk
mengembangkan mata pelajaran apa saja yang bisa ditambahkan dalam
pendidikan anak, biasanya disebut dengan muatan lokal.
3. Penggunaan APBD
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD satu
daerah dan yang lainnya bisa berbeda – beda. Tergantung kepada
kebutuhan daerah setiap tahun, alokasi umum, dan alokasi khususnya.
Pemerintah pusat sudah memberikan keleluasaan untuk apa dana akan
dialokasikan asalkan semua yang dibuat oleh pemerintah daerah ada
pertanggungjawabannya dan tidak disalah gunakan.

4. Pengelolaan Objek Wisata Daerah


Pemerintah daerah sudah dibebaskan oleh pemerintah pusat dalam
pengelolaan sumber daya yang ada di dalam daerah tersebut. Termasuk
wisatanya, dalam praktiknya pemerintah daerah menyerahkan pengelolaan
sepenuhnya kepada masyarakat setempat. Pemerintah daerah akan
memberikan bantuan jika memang diperlukan. Hal ini memberi keuntungan
kepada masyarakat karena dapat dimanfaatkan untuk menaikkan taraf
ekonomi mereka. Selain itu, dengan adanya kunjungan wsata dari orang di
berbagai daerah, juga akan membuat UMKM yang berfokus pada sektor
pariwisata lebih cepat untuk berkembang.
5. Penentuan Retribusi
7
Sering kali tarif retribusi ketika memasuki daerah wisata, parkir, dan
yang lainnya antar satu daerah dan yang lainnya ditemukan berbeda – beda.
Tarif per jam parkir di Jakarta dengan kota lainnya berbeda. Perbedaan ini
bukan bersumber dari kemauan juru parkir, tetapi peraturan daerah yang
telah ditetapkan oleh pemerintah daerah atas wewenang dari pusat.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan berdasarkan tiga asas, yaitu:
1. Asas Desentralisasi
Ini merupakan pemberian wewenang untuk menjalankan pemerintahan
kepada daerah otonom berdasarkan struktur NKRI dan dasar hukum yang
berlaku.
2. Asas Dekosentrasi
Ini merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
gubernur yang bertugas sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat
daerah.
3. Asas Tugas Pembantuan
Ini merupakan pemberian tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan tugas tertentu dengan biaya, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia. Tugas tersebut harus
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada yang berwenang.

Asas Umum Penyelenggaraan Negara


• Asas kepastian hukum adalah asas yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara. 
• Asas tertib penyelenggara adalah asas menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara. 
• Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. 
• Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. 
8
• Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
• Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 
• Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 
• Asas efisiensi dan efektivitas adalah asas yang menjamin terselenggaranya
kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya tersedia secara
optimal dan bertanggung jawab (efisiensi = ketepatgunaan, kedayagunaan,
efektivitas = berhasil guna). 

Korupsi dan (Kegagalan) Otonomi Daerah


Otonomi daerah merupakan salah satu agenda utama reformasi yang
bertujuan memangkas kesenjangan ekonomi-politik antara pemerintah pusat dan
daerah. Seperti kita tahu, kebijakan sentralistis yang dipraktikkan di era Suharto
telah memunculkan ketimpangan kewenangan antara pusat dan daerah yang
berujung pada munculnya ancaman disintegrasi. Reformasi 1998 menjadi titik tolak
bergesernya paradigma pemerintahan dari sentralistis menuju desentralistis. Publik
pun menaruh harapan besar bahwa desentralisasi yang dimanifestasikan ke dalam
aturan otonomi daerah akan membawa perbaikan bagi daerah. Publik berharap,
otonomi daerah akan membawa mewujudkan pemerintahan daerah yang
demokratis, adaptif pada lokalitas, namun tetap dalam kerangka integritas-nasional.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, harapan itu justru kian jauh


panggang dari api. Dua dasawarsa sejak era reformasi bergulir, otonomi daerah
justru berjalan di luar rel yang seharusnya. Harapan akan pemerintahan yang
demokratis dan bersih, justru ditelikung oleh kenyataan maraknya korupsi di level
daerah. Agus Susanto dalam bukunya “Menyingkap Tabir Otonomi Daerah di
Indonesia” memberikan tiga penjelasan mengapa otonomi daerah melahirkan
ekses negatif berupa korupsi.
9
● Pertama, otonomi daerah yang selama ini berjalan cenderung hanya terfokus
pada pelimpahan wewenang dalam membuat kebijakan, pengelolaan
keuangan serta administrasi birokrasi dari pusat ke daerah. Sistem otonomi
daerah yang selama ini berjalan luput menyertakan pembagian kekuasaan ke
masyarakat.
Konsekuensinya, peluang untuk mengakses sumber-sumber ekonomi dan
politik daerah hanya terbuka bagi para elite lokal. Hal inilah yang kemudian
menyuburkan praktik kongkalikong antara pengusaha nakal dan penguasa
korup.
● Kedua, otonomi daerah telah memutus struktur hirarkis pemerintahan, yang
memungkinkan kepala daerah menjalankan kekuasaannya tanpa kontrol
pemerintah pusat. Hubungan pusat dan daerah dalam sistem otonomi yang
sekarang ini berjalan ialah hubungan yang bersifat normatif-fungsional. Situasi
ini menyebabkan tidak adanya institusi formal yang mampu melakukan
pengawasan secara efektif terhadap kinerja pemerintahan daerah.
● Ketiga, gagalnya dewan legislatif daerah dalam menjalankan fungsinya sebagai
pengontrol kekuasaan. Bahkan, dalam banyak kasus korupsi di daerah,
legislatif acapkali menjadi aktor yang terlibat di dalamnya. Di sisi lain, gerakan
masyarakat sipil (civil society) yang diharapkan mampu menjadi agregator
kritisisme pada kekuasaan juga belum sepenuhnya mapan terbentuk.

Fenomena kepala daerah terseret kasus korupsi telah menjadi semacam


siklus yang berulang kali terjadi. Di sejumlah daerah, korupsi kepala daerah bahkan
seolah sudah menjadi tradisi yang diwariskan. Salah satu yang mendesak untuk
segera dilakukan ialah memastikan semua aktivitas penyusunan anggaran dan
pengadaan barang dilakukan secara akuntabel dan transparan. Mekanisme
layanan e-procurement, e-catalog, e-planning dan e-budgetting idealnya menjadi
hal yang wajib dipraktikkan oleh semua daerah di Indonesia. Dengan perencanaan
anggaran dan pengadaan barang yang serba-daring, potensi korupsi yang
melibatkan pejabat daerah, legislatif dan pengusaha dapat ditekan ke angka paling
minimal.

Tidak kalah penting dari itu ialah menata ulang alur birokrasi perizinan
daerah yang selama ini identik dengan keruwetan dan rawan perilaku koruptif.
10
Penyederhanaan birokrasi dan alur perijinan menjadi hal yang mutlak dilakukan
untuk mencegah praktik suap yang selama ini kadung dianggap wajar. Dalam
konteks kepentingan jangka panjang, gagasan untuk membentuk perwakilan KPK
di daerah sepatutnya tidak berakhir sebagai wacana belaka. Ditinjau dari efek yang
ditimbulkannya, tidak diragukan lagi bahwa korupsi merupakan kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime). Publik menaruh harapan tinggi pada KPK sebagai lembaga
anti rasuah yang sejauh ini cenderung masih dapat dipercaya, dibanding penegak
hukum lainnya. Di atas itu semua, partisipasi aktif masyarakat sipil dalam
mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan daerah merupakan hal yang
mutlak. Tanpa adanya kekuatan check andbalance yang berasal dari civil society,
dapat dipastikan kepala daerah akan menjelma serupa raja-raja kecil yang
congkak, arogan dan korup.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambunan, Tulus T.H. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan


Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Tambunan, Tulus T.H. (2006). Perekonomian Indonesia, Sejak Orde Lama
Hingga Pasca Crisis.. Pustaka Quantum. Jakarta.
3. Kuncoro, Mudrajat (2009). Ekonomika Indonesia –Dinamika Lingkungan Bisnis
di Tengah Krisi Global, UPP STMIK YKPN, Yogyakarta
4. Basri, Faisal (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai