Makalah Bioteknologi
Makalah Bioteknologi
KELOMPOK 5
Roihan Fadhil 20011014008
Wilda Srianti 20011014036
Hermawan 20011014040
Randika 20011014045
Jumarni 21011014011
Hendrawan 21011014008
Ismail Nur Hakim 21011014026
Rifki Pratama 21011014015
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang sudah melimpahkan rahmat
dan karunia – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Bioteknologi ini
dengan tepat waktu, Karena tanpa Pertolongannya kami tidak dapat menyelesaikan makalah
ini.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini yang berjudul “Aplikasi Teknologi DNA
Rekombinan pada Rekayasa Genetik Kentang Tahan Penyakit Late Blight” Adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi dan dengan adanya makalah ini
semoga bisa menambah ilmu kami.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampuh yang telah
memberikan tugas makalah ini, karena masih ada kekurangan dalam hal pembuatan makalah
ini maka besar harapan kami, saran dan masukan dari pembaca.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang merupakan tanaman pangan penting di dunia selain gandum, padi dan jagung.
Sebagai tanaman pangan, kentang merupakan sumber pangan dengan kandungan nutrisi
tinggi, yang menyediakan banyak vitamin penting, mineral, dan asam amino dan merupakan
sumber tambahan nutrisi dan kalori yang penting pada masyarakat yang dalam kebutuhan
pangan hariannya didominasi beras (Anonim, 2004).
Usaha budidaya kentang saat ini sangat dipengaruhi oleh adanya penyakit late blight yang
disebabkan oleh patogen jamur Phytophthora infestans. Patogen ini menyerang baik daun
dan umbi kentang, terutama pada musim hujan, yang kalau tidak dikendalikan sejak dini
dapat menyebabkan kehancuran/gagal panen pada satu hamparan pertanaman. Rata-rata
kehilangan hasil akibat serangan peyakit ini diseluruh dunia sebasar 15 %. Di Indonesia
dengan luas penanaman kentang sebesar 65.000 ha, rata-rata biaya penanggulangan penyakit
late blight dengan menggunakan fungisida mencapai 224 US$/ha (ABSP-II, 2008).
Mempertimbangkan seriusnya tingkat serangan penyakit late blight terhadap kehilangan
hasil kentang, biaya penanggulangan dengan fungsida yang tinggi serta dampaknya terhadap
lingkungan dan kesehatan produk, maka dianggap perlu segera dilakukan upaya
penanggulangan terhadap penyakit ini melalui pemuliaan tanaman kentang tahan penyakit
late blight.
Pemuliaan kentang tahan late blight dapat dilakukan secara konvensional, yaitu dengan
persilangan antara tanaman kentang budidaya yang peka penyakit late blight dengan tanaman
kentang tipe liar yang memiliki sifat/gen ketahanan terhadap penyakit late blight. Metode
lainnya yang dapat digunakan adalah melalui teknologi DNA rekombinan atau rekayasa
genetika, yaitu dilakukan dengan cara memasukan konstruksi gen tertentu yang tahan
terhadap penyakit late blight ke tanaman peka sehingga tanaman tersebut menjadi tahan
terhadap penyakit late blight (Litbang Deptan, 2007; Glick and Pasternak, 1991).
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit late blight yang menyerang tanaman kentang dapat menurunkan produksi
tanaman, dapat dikendalikan dengan menggunakan tanaman kentang tahan late blight
yang dihasilkan baik dengan pemuliaan konvensional maupun non konvensional dengan
teknologi DNA rekombinan melalui proses rekayasa genetika.
Rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman transgenik yang tahan penyakit late
blight dapat dilakukan karena didukung oleh tersedianya teknologi DNA rekombinan yang
terus berkembang sehingga memungkinkan peneliti mengidentifikasi, mengisolasi,
menggandakan, memasukan gen ketahanan tersebut pada tanaman kentang budidaya yang
peka penyakit late blight, bahkan dapat mendeteksi keberhasilan transformasi gen tersebut
pada tingkat dini sehingga dapat mempersingkat waktu pengujian hasil transformasi.
Keberhasilan transformasi gen pada akhirnya ditentukan oleh apakah gen yang
diinsersikan/disisipkan ke genom tanaman dapat diekspresikan oleh tanaman tersebut
bilamana tanaman tersebut dipaparkan langsung dengan patogen penyakit, serta apakah gen
ketahanan ini tetap dapat diekspresikan pada generasi-generasi selanjutnya. Untuk
menjawab ini maka uji bioassay mutlak dilakukan.
Akhirnya, bagaimanapun hebatnya teknologi yang sudah dikembangkan untuk
menghasilkan tanaman tanaman transgenik yang mampu mengatasi kendala-kendala
dibidang pertanian, semuanya tidak akan banyak berarti atau hanya akan sampai pada
tataran eksperimen dilaboratorium kalau masyarakat yang merupakan muara akhir dari
produk transgenik tidak dapat memahami, menerima dan menggunakan produk ini, oleh
karena proses sosialisasi yang menyeluruh perlu terus dilakukan pada semua lapisan
masyarakat baik oleh pemerintah sebagai pemegang otoritas maupun oleh peneliti sebagai
perekayasa produk tanaman transgenik.
DAFTAR PUSTAKA
Lengkong.F.Edy. (2008) Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan pada Rekayasa genetik kentang
Tahan Penyakit Late Blight. Universitas Sam Ratulangi. Manado