Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SAINS FISIKA

Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar


http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

ABSORBSI CAHAYA

Muh.Adrian Salman1, Fajriyah Rafidah2, Fadhli Wahab Basri3, Khusnul


Khatimah4, Abdullah5, Andini Putri Rahayu6
123456
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,,UIN Alauddin Makassar
bociladri@gmail.com

ABSTRACT
Light absorption experiments were carried out with the aim of determining
the absorption coefficient of a material, observing the influence of the absorber
thickness on the light absorption of a material and observing the influence of the
resistance on the intensity of the reflection (reflection). of a substance. In this
experiment, 3 measurement methods are carried out, namely absorption coefficient
with varying resistance, light absorption coefficient with varying color and thickness
of the material, and light absorption with varying voltage source. The tools and
materials used in this experiment are multimeter, lux meter, power supply, lens,
colored paper, screw micrometer, halogen light source and aperture diaphragm.
From the results obtained it can be concluded that the thickness of the material, the
size of the barrier and the size of the source voltage used affect the Id, Ip and the
absorption coefficient of a material, namely the greater the thickness of the larger the
barrier and the size of the used Also, the greater the source voltage, the greater Id,
Ip, and the absorption coefficient of a resulting material, or in other words, both are
directly proportional.
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Absorbsi Cahaya, dengan tujuan percobaan
untuk menentukan koefisien penyerapan suatu material, mengamati pengaruh
ketebalan absorber terhadap penyerapan cahaya suatu material dan untuk mengamati
pengaruh hambatan terhadap besar intensitas pantul (refleksi) suatu material. Dalam
percobaan ini ada 3 metode pengukuran yang dilakukan yaitu koefisien absorbsi
dengan hambatan bervariasi, Koefisien absorbsi cahaya dengan warna dan ketebalan
material yang bervariasi, dan Absorbsi cahaya dengan sumber tegangan yang
bervariasi. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah multimeter,
luxmeter, power supply, lensa, kertas warna, micrometer sekrup, sumber cahaya
halogen, dan celah diafragma. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa ketebalan material, besar penghalang, dan besarnya tegangan
sumber yang digunakan berpengaruh terhadapa Id, Ip, dan koefisien penyerapan suatu
material, yaitu semakin besar ketebalan material, besar penghalang, dan besarnya
tegangan sumber yang digunakan maka Id, Ip, dan koefisien penyerapan suatu
material yang dihasilkan juga akan semakin besar, atau dengan kata lain keduanya
berbanding lurus.
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Kata Kunci: Cahaya, Intensitas datang dan Koefisien penyerapan.


PENDAHULUAN
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat dengan
mata. Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah
menjadi cahaya tampak (visible light). Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan
oleh gelombang elektromagnetik. Kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik
di ruang bebas sama dengan 3x108 meter per detik. Jika frekuensi (ƒ) dan panjang
gelombang (λ). Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 340 nanometer
(nm) hingga 700 nanometer (nm), di mana jika diuraikan akan terdiri dari beberapa
daerah warna (Pamungkas, dkk, 2015: 121).
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang.
Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila
tidak disediakan akses pencahayaan. Penggunaan sistem pencahayaan yang tidak
efektif dan efisien dapat menurunkan produktifitas, kenyamanan, dan menyebabkan
pemborosan. Perancangan sistem kontrol pencahayaan dalam ruang mampu
mengidentifikasi kuat penerangan dalam ruang terhadap pembacaan iluminasi ruang.
Cahaya adalah suatu gejala fisis di mana sumber cahay memancarkan energi
dan sebagian energi diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromagnetik. Sehingga cahaya itu
merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya
ialah gelombang-gelombang panas, radio, televisi, dan sebagainya. Gelombang-
gelombang ini hanya berbeda frekuensinya saja.
Fluks cahaya adalah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya dalam
satu detik. Satuan untuk fluks cahaya dalah lumen. Fluks cahaya per satuan sudut
ruang yang dipancarkan ke sutau arah tertentu di sebut dengan intensiras cahaya
(Atmam, dkk, 2015: 2-3).
Intensitas cahaya (I) di definisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang
memancar (Φ) per satuan sudut ruang (ω). Total sudut ruang adalah ω=4π (steradian).
Fluks cahaya adalah besarnya intensitas cahaya yang memancar pada sudut ruang
tertentu. Iluminansi cahaya adalah sinar yang jatuh (datang) pada sebuah permukaan
atau fluks cahaya yang menerangi bidang tiap satu satuan luas, sehingga dapat ditulis
persamaan. Karena fluks cahaya yang memancar dari titik seluruh ruang adalah
Φ=4πl dan luas permukaan bola adalah A=4πR2, suatu sumber intensitas cahaya (I)
menghasilkan iluminansi total. Ini menunjukkan bahwa iluminansi pada jarak R
berbanding lurus terhadap intensitas cahaya sumber dan berbanding terbalik terhadap
kuadrat jarak (Hartati, dkk, 2010: 20).
Luxmeter adalah alat ukur kuat penerangan dalam suatu ruang. Satuan ukur
luxmeter adalah lux. Luxmeter juga di sebut digital light meter. Alat ini dilengkapi-
sensor cahaya yang sangat peka terhadap perubahan jumlah cahaya yang diterima
Untuk mengukur kuat penerangan pada pencahayaan alami siang hari, perlu diketahui
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

faktor-faktor yang menentukan besar kuat penerangan yang terukur di suatu titik
ukur, istilah-istilah dalam pengukuran dan juga jenis titik ukur.
            Ada dua jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan
alami berasal dari cahaya matahari yang selalu tersedia di alam dan cahaya langit
hasil pemantulan cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari stabil sedangkan
intensitas cahaya langit dipengaruhi waktu dan cuaca, karena intensitas cahaya langit
fluktuatif, besar kuat penerangan yang terukur di suatu titik pun tidak stabil.
            Pencahayaan buatan berasal dari sistem cahaya berenergi terbatas di ala,
misalnya energi listrik serta energi dari proses minyak bumi dan gas. Intensitas
cahaya dan kuat penerangan cahaya buatan stabil tanpa dipengaruhi perubahan waktu
dan cuaca. Besarnya pun dapat di ukur sesuai kebutuhan (Latifah, 2015: 7-9).
            Menurut Cahyono (2017: 105), ada tiga tipe sistem penerangan buatan yaitu:
1. Sistem penerangan merata (area light), yaitu penerangan yang merata ke seluruh
penjuru ruangan.
2. Sistem penerangan terarah (spot light), yaitu penerangan yang diarahkan ke objek
tertentu.
3. Sistem penerangan setempat (point light), yaitu penerangan yang
dikonsentrasikan khusus pada bidang kerja.
Pemancaran cahaya adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang
secara umum disebut radiasi, maka ada hubungan antara pemancaran cahaya dan
pemancaran radiasi. Namun kuat pemancaran cahaya belum tentu sebanding dengan
kuat pemancaran radiasi, atau disebut daya terang, bersangkutan dengan peristiwa
perangsangan panca indera mata. Mata sangat peka terhadap warna kuing dan
kepekaan itu makin merosot untuk warna-warna yang panjang gelombang makin
panjang maupun makin pendek dari panjang gelombang warna kuning tersebut.
Banyaknya pancaran dari cahaya atau disebut fluks cahaya, dinyatakan dalam satuan
lumen (Soedojo, 1992: 58).
Hukum Lambert-Beer berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari
sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan
konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut
lain sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan dengan
konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan molekul yang lain
maka nilai serapan molar dari satu molekul itu akan berubah atau terpengaruh. Secara
keseluruhan, nilai absorbansi yang dihasilkan pun ikut terpengaruh, sehingga secara
kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah molekul yang diukur di
dalam larutan uji.
METODE PENELITIAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, 21 November 2022 di Laboratorium
Optik, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah multimeter, Luxmeter, Power
Supply, lensa, Mikrometer sekrup, sumber cahaya halogen, serta celah diafragma.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah kertas warna (hijau, kuning dan pink).

Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Menyusun rangkaian seperti gambar berikut :

Celah
Lensa
Kertas
warna
lampu

P.Supply Volt
meter

Lux Meter

2. Mengukur tebal masing-masing plat dan catat tegangannya


3. Mengatur celah diafragma lalu menyalakan power supply
4. Mengukur Id (intensitas dating = di depan material), Ip (intensitas pantul =
dimiringkan di depan material)
5. Melakukan pengukuran berdasarkan :
a. Untuk warna dan ukuran ketebalan material yang berubah, dan tegangan
sumber tetap
b. Untuk tegangan sumber cahaya yang bervariasi, dan ukuran ketebalan
material yang tetap.
6. Melakukan pengamatan untuk material lainnya
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Hasil Pengamatan

Kegiatan 1: Koefisien absorbsi dengan hambatan bervariasi


Tabel 1. Koefisien absorbsi dengan hambatan bervariasi
Ketebalan kertas (x) = 0,13 mm Tegangan sumber (Vs) = 10 v
No Keadaan Hambatan Id (lux) Ip (lux) µ
(cm)

1. 20 0 1 ∞

2. 25 0 1 ∞

3. Lensa Tetap 30 1 1 0
4. 35 1 1 0
5. 40 1 1 0
6. 45 1 1 0
1. 20 1 1 0
2. 25 1 1 0
3. Celah Tetap 30 0 1 ∞

4. 35 0 1 ∞

5. 40 1 1 0
6. 45 1 1 0

Kegiatan 2: Koefisien absorbsi cahaya dengan warna dan ketebalan material yang
bervariasi
Tabel 2. Koefisien absorbsi cahaya dengan warna dan
ketebalan material yang bervariasi
Jarak (L) = 30 cm Tegangan sumber (Vs) = 10 v
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

No x (mm) Id (lux) Ip (lux) µ

1. 0,141 0 1 ∞

2. 0,842 1 1 0

3. 0,93 1 1 0

4. 1 0 1 ∞

5. 2 1 1 0

6. 3 0 1 ∞

Kegiatan 3: Absorbsi cahaya dengan sumber tegangan yang bervariasi

Tabel 3. Absorbsi cahaya dengan sumber tegangan yang bervariasi


Jarak (L) = 30 cm Ketebalan kertas (x) = 0,83 mm
No Vs (Volt) Id (lux) Ip (lux) µ

1. 3 1 1 0

2. 4,5 1 1 0

3. 6 1 1 0

4. 7,5 0 1 ∞

5. 9 0 1 ∞

6. 10,5 0 1 ∞

1. Menghitung koefisien absorbsisetiap penyerapan (µ)


a. Absorbsi cahaya dengan sumber tegangan yang bervariasi
Untuk L = 30 cm
x = 0,83 mm
1
µ = ln
x ( )
Id
Ip

=
1
()
ln
0 , 83 1
0
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

= 1,2 ln 0
=∞

Kesimpulan
Cara menentukan koefisien penyerapan (µ) suatu material yaitu dengan cara
membandingkan antara intensitas cahaya yang datang dan intensitas cahaya yang
dipantulkan. Rumusnya yaitu ;
µ=
1
ln( )
Id
x penyerapan
Ketebalan absorber berpengaruh terhadap Ip suatu material. Absorber yang
memiliki ketebalan cukup kecil akan berbeda daya serapnya dibandingkan dengan
absorber yang memiliki ketebalan besar. Semakin tebal sebuah absorber, maka
semakin kecil daya serapnya.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
ketebalan material, besar penghalang, dan besarnya tegangan sumber yang digunakan
berpengaruh terhadapa Id, Ip, dan koefisien penyerapan suatu material, yaitu semakin
besar ketebalan material, besar penghalang, dan besarnya tegangan sumber yang
digunakan maka Id, Ip, dan koefisien penyerapan suatu material yang dihasilkan juga
akan semakin besar, atau dengan kata lain keduanya berbanding lurus.

DAFTAR PUSTAKA
Atmam, dkk. 2015. Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi
                Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150
                Pekanbaru. Pekanbaru: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri.
            Vol.13, NO.1, ISSN: 1693-2390.
Cahyono, T. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta: ANDI.
Hartati, M., dkk. 2010. Pengembangan Model Pengukuran Intesitas Cahaya dalam  
                Fotometri. Bandung: J. Oto. Ktrl. Inst. Vol.2, No.2, ISSN: 2085-2517.
Latifah, N.L. 2015. Fisika Bangunan 2. Jakarta: Erlangga.
Pamungkas, M., dkk. 2015. Perancanagan dan Realisasi Alat Pengukur Intensitas
                Cahaya. Bandung: Jurnal ELKOMIKA Itenas. Vol.3, NO.2, ISSN: 2338-
            8323.
Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3. Yogyakarta: Gadjah Mada
            University Press.
JURNAL SAINS FISIKA
Prodi Fisika, FakultasSainsdanTeknologi, UIN Alauddin Makassar
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sainfis

Anda mungkin juga menyukai