Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. PENGERTIAN hs-CRP................................................................................2

B. TUJUAN hs-CRP..........................................................................................3

C. PRINSIP hs-CRP..........................................................................................3

D. ALAT DAN BAHAN...................................................................................4

E. CARA KERJA..............................................................................................5

F. INTERPRETASI HASIL..............................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. KESIMPULAN...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
CRP merupakan protein fase akut tidak spesifik yang digunakan untuk
mendiagnosa infeksi akibat bakteri dan inflamasi. CRP juga dapat meningkat saat
terjadi nekrosis pada jaringan. CRP di produksi terutama oleh liver selama proses
inflamasi akut dan penyakit lain. Pada gambaran kontras, kadar CRP dapat
menggambarkan adanya respon low-grade inflammatory dengan kisaran 1 sampai
10 mg/L. Kadar CRP dalam plasma dapat meningkat dua kali lipat sekurang-
kurangnya setiap 8 jam dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 50 jam. Setelah
diberi pengobatan yang efektif maka rangsangan inflamasi akan hilang dan kadar
CRP akan menurun sesuai waktu paruh plasma dalam 5–7 jam (Wicaksono, dkk.
2021).

Pada proses inflamasi akut dihasilkan beberapa mediator seperti C-Reactive


Protein (CRP) yang disekresi oleh hati. Pemeriksaan kadar CRP serum merupakan
prosedur yang sering dilakukan sebagai penanda proses inflamasi akut. Metode
pemeriksaan imunologi seperti aglutinasi dapat mengukur CRP pada kadar 5-20
mg/L. Pada kasus inflamasi kronik kadar CRP serum mengalami penurunan,
sehingga dilakukan pemeriksaan lain, yaitu high sensitivity C-Reactive Protein
(hs-CRP) untuk memeriksa kadar CRP yang sangat rendah (Suhendra, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari hs-CRP ?
2. Bagaimana prinsip dari hs-CRP?
3. Apa saja tujuan dari hs-CRP?
4. Bagaimana prosedur kerja dari hs-CRP?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari hs-CRP
2. Untuk mengetahui prinsip dari hs-CRP
3. Untuk mengetahui tujuan dari hs-CRP

1
4. Untuk mengetahui prosedur kerja dari hs-CRP

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN hs-CRP
C-Reactive protein (CRP) adalah globulin alfa dengan massa molekul sekitar
110.000 - 140.000 dalton, dan terdiri dari lima subunit identik, yang dirakit secara
non-kovalen sebagai pentamer siklik. C-reactive protein merupakan molekul
polipeptida dari kelompok pentraxins yang merupakan protein fase akut sebagai
penanda inflamasi CRP disintesis di hati dan normalnya terdapat sebagai
penyusun serum atau plasma pada kadar kurang dari 0,3 mg/dl. CRP adalah salah
satu protein fase akut, kadar serum atau plasmanya meningkat selama respon
umum dan nonspesifik terhadap berbagai macam penyakit (Calbiotech, 2017).
sMeskipun deteksi peningkatan kadar CRP dalam serum tidak spesifik untuk
penyakit tertentu, ini merupakan indikator proses inflamasi yang berguna. Selain
itu, pengukuran CRP dengan uji CRP sensitivitas tinggi dapat menambah nilai
prediktif penanda jantung lainnya (mioglobin, kreatin-kinase-MB, troponin I, dan
T), yang digunakan untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular dan pembuluh
darah perifer. Peradangan di arteri mungkin berperan dalam penyakit jantung dan
HS-CRP dapat menentukan risiko penyakit jantung pada mereka dengan penyakit
jantung yang tidak terdeteksi dan risiko komplikasi bagi mereka yang sudah
pernah mengalami kejadian jantung.
High sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) merupakan molekul yang sama
dengan C-reactive protein (CRP). Perbedaan antara CRP dan hs-CRP adalah pada
sensitivitas analitiknya dimana hs-CRP dapat mengukur kadar CRP yang sangat
rendah (Djamin, 2020). hs-CRP adalah penanda inflamasi yang dapat
memprediksi insidensi infark miokardium, stroke, penyakit arteri perifer, dan
kematian jantung mendadak diantara orang normal tanpa riwayat penyakit
jantung, CRP juga memprediksi insidensi serupa pada penderita sindroma coroner
akut ataupun penyakit koroner stabil. Dalam dekade terakhir, pemeriksaan hs-
CRP untuk pengukuran telah tersedia. Teknik assay sensitivitas tinggi seperti
immunonephelometri, immunoturbidimetri, tes ELISA dapat mendeteksi CRP

3
dengan kisaran sensitivitas 0,01 sampai 10 mg. Ada beberapa keterbatasan
intrepretasi pemeriksaan hs-CRP, yaitu non-spesifik, bisa meningkat
konsentrasinya dalam keadaan infeksi akut dan trauma. Supaya akurat,
pemeriksaan hs-CRP jangan dilakukan pada kedua kondisi tersebut (Suhartini,
2018).
American Heart Association (AHA) dan Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) membuat beberapa rekomendasi mengenai penggunanaan hs-
CRP untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular. Hs-CRP merupakan penanda
independen dari risiko penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan hs-CRP sebaiknya
dilakukan pada orang dengan metabolisme yang stabil tanpa gejala inflamasi atau
infeksi dan dibandingkan dengan kadar sebelumnya. Penilaian risiko penyakit
kardiovaskular idealnya menggunakan rata- rata 2 kali pemeriksaan dengan
jangka waktu antar pemeriksaan 2 minggu. Screening seluruh populasi dewasa
menggunakan hs-CRP tidak direkomendasikan dan hs-CRP bukan pengganti
faktor risiko tradional penyakit kardiovaskular (Knight, 2015).

B. TUJUAN hs-CRP
1. Mendeteksi resiko penyakit kardiovaskular (Rajagukguk, 2018).
2. Mendeteksi proses inflamasi yang terjadi akibat pembentukan plak
(aterosklerosis) dalam sistem pembuluh darah arteri, terutama arteri
coroner.
3. Menentukan risiko penyakit jantung pada mereka dengan penyakit jantung
yang tidak terdeteksi dan risiko komplikasi bagi mereka yang sudah pernah
mengalami kejadian jantung (Calbiotech, 2017).

C. PRINSIP hs-CRP
Kit CRP ELISA adalah metode sandwich langsung fase padat. Reagen encer
dan konjugat (anti-CRP Biotin & HRP) ditambahkan ke sumur yang dilapisi
dengan Streptavidin. CRP dalam sampel pasien membentuk sandwich antara dua
antibodi spesifik terhadap CRP. Konjugat protein dan HRP yang tidak terikat
dicuci oleh wash buffer. Setelah penambahan substrat TMB, intensitas warna

4
sebanding dengan konsentrasi CRP dalam sampel. Kurva standar disiapkan terkait
intensitas warna dengan konsentrasi CRP (Calbiotech, 2017).

Gambar 1. Prinsip Sandwich ELISA

D. ALAT DAN BAHAN

a) Alat & Bahan yang tersedia pada Kit :

Alat & Bahan Ukuran


No

1 Mikrowell dilapisi Streptavidin 12x8x1

2 CRP Standar : 6 Botol (siap digunakan) 0,25 ml

3 CRP Reagen Konjugat mengandung Anti CRP- 12 ml


Biotin dan Anti CRP-HRP : 1 botol (siap
digunakan)

4 TMB Substrat : 1 botol (siap digunakan) 12 ml

5 Stop Solution : 1 botol (siap digunakan) 12 ml

6 Sample Diluent 50 ml

7 20x wash concentrate : 1 botol 25 ml

5
b) Alat & Bahan yang tidak termasuk dalam kit :
1. Air distilasi
2. Mikropipet
3. ELISA Reader
4. Kertas penyerap / tissue
5. Kertas grafik
c) Penanganan Alat & Bahan:
1. Simpan Kit pada suhu 2−80 C
2. Simpan Mikrowell yang belum dibuka pada wadah yang kering
3. Reagen stabil sampai waktu kadaluwarsa pada kit
4. Jauhkan reagen dari panas, sinar matahari dan cahaya yang terlalu
terang.
d) Sampel : Serum
e) Penanganan Sampel :
1. Segera pisahkan serum dari specimen darah setelah mengambil
specimen.
2. Serum dapat disimpan pada refrigerator pada suhu 2-8°C selama 5
hari. Bila waktu penyimpanan lebih dari 5 hari, specimen dibekukan
pada suhu -20°C dan dapat disimpan hingga 1 bulan.
3. Hindari siklus pembekuan-pencairan.
4. Sebelum melakukan pemeriksaan, serum yang membeku harus
dicairkan terlebih dahulu dan dihomogenkan .
5. Jangan gunakan serum yang lipemik

E. CARA KERJA
a) Persiapan Reagen
1. 1X wash buffer : Disiapkan 1X wash buffer yang ditambahkan ke
wadah botol (25ml, 20X) ke 475ml aquades. Disimpan pada suhu
ruang (20-25°C)

6
2. Sebelum reagen digunakan harus sudah pada suhu ruang, kemudian
dihomogenkan

b) Cara Kerja
1. Tempatkan sejumlah strip berlapis Streptavidin yang diinginkan ke
dalam holder.

2. Encerkan sampel dan kontrol (1:100) dengan menambahkan 5 µl


sampel ke dalam 495 µl sampel diluent.

3. Tambahkan 10 µl standar, sampel, dan kontrol ke dalam sumur yang


sesuai.

4. Tambahkan 100 µl reagen konjugat ke dalam semua sumuran. Ketuk


holder untuk menghilangkan gelembung udara dari larutan kemudian
dihomogenkan.

5. Inkubasi selama 60 menit pada suhu ruang (20-25°C)

6. Buang larutan dari semua sumuran kemudian sumuran dicuci 3 kali


menggunakan 1X wash buffer sebanyak 300 µl. Sumur dikeringkan
dengan tisu.

7. Tambahkan 100 µl substrat TMB ke semua sumuran.

8. Inkubasi selama 15 menit pada suhu ruang

9. Tambahkan 50 µl stop solution ke semua sumuran. Ketuk plat dengan


lembut untuk mencampurkan larutan.

10. Baca absorbansi pada ELISA Reader dengan panjang gelombang 450
nm selama 15 menit setelah penambahakn stop solution.

7
F. INTERPRETASI HASIL

Kadar CRP dilaporkan dalam mg/dL. Adapun interpretasi kadar hs-CRP


sebagai berikut:

1. Kurang dari 0.3 mg/dL : normal (kadar yang terlihat pada kebanyakan
orang dewasa yang sehat).

2. 0.3 – 1.0 mg/dL : peningkatan normal atau minor (dapat dilihat pada orang
dengan obesitas, kehamilan, depresi, diabetes, flu, radang gusi,
periodontitis, merokok, dan polimorfisme genetik).

3. 1.0 – 10.0 mg/dL : peningkatan kadar yang tergolong sedang (terdapat


pada orang dengan peradangan sistemik seperti RA (Rheumatoid
Arthritis), SLE (Systemic Lupus Erythematosus) atau penyakit autoimun
lainnya, keganasan, infrak miokard, pankreatitis, dan bronkitis)

4. Lebih dari 10.0 mg/dL : peningkatan kadar yang nyata (terdapat pada
orang dengan infeksi bakteri akut, infeksi virus, vaskulitis sistemik, dan
trauma berat).

5. Lebih dari 50.0 mg/dL : peningkatan kadar yang akut (terdapat pada orang
dengan infeksi bakteri akut) .

Ketika digunakan untuk stratifikasi risiko jantung, kadar hs-CRP <1 mg/dL
dianggap berisiko rendah. Kadar antara 1-3 mg/dL dianggap sebagai risiko sedang
dan kadar >3 mg/dL dianggap berisiko tinggi untuk berkembangnya penyakit
kardiovaskular (Nehring, 2022).

Berikut adalah contoh dari hasil pembacaan ELISA Reader pada well yang
berisi standar 1-6, dengan panjang gelombang 450 nm diperoleh hasil sebagai
berikut :

8
Optical Density (OD) 450 nm Konsentrasi (mg/L)

Standar 1 0,011 0

Standar 2 0,156 0,005

Standar 3 0,334 0,01

Standar 4 0,978 0,025

Standar 5 1,769 0,05

Standar 6 2,324 0,1

Hasil optical density (OD) yang diperoleh dibuat kurva standar menggunakan
jenis kurva Quadratic Fit dengan bantuan software CurveExpert 1.4 sebagai
berikut :

9
Melalui kurva standar di atas, dapat langsung dihitung konsentrasi sampel
pengenceran sebagai X dengan memasukkan Optical Density (OD) sampel
pengenceran sebagai Y. Sebagai contoh jika OD sampel pengenceran adalah
2,324 maka konsentrasi sampel pengenceran adalah 0,0948217 mg/L atau
dibulatkan menjadi 0,095 mg/L. Nilai ini perlu dikalikan faktor pengenceran
sampel yaitu 1:100 sehingga konsentrasi sampel adalah 0,095 x 100 = 9,5 mg/L.
Penentuan konsentrasi kontrol serum juga dapat dihitung seperti perhitungan
sampel di atas.

Sebagai catatan pasien dengan konsentrasi HS-CRP lebih tinggi dari 10 mg/L,
sampel pengenceran 1:100 harus dilakukan pengenceran 10x lagi sehingga faktor
pengenceran menjadi 1:1000, sehingga hasil akhir ditentukan dengan mengkalikan
dengan 1000.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa CRP merupakan
protein fase akut tidak spesifik yang digunakan untuk mendiagnosa infeksi akibat
bakteri dan inflamasi. CRP disintesis di hati dan normalnya terdapat sebagai
penyusun serum atau plasma pada kadar kurang dari 0,3 mg/dl. Pada respon low-
grade inflammatory kadar CRP berkisar antara 1 sampai 10 mg/L. Perbedaan
antara CRP dan hs-CRP adalah pada sensitivitas analitiknya dimana hs-CRP dapat
mengukur kadar CRP yang sangat rendah. hs-CRP adalah penanda inflamasi yang
dapat memprediksi insidensi infark miokardium, stroke, penyakit arteri perifer,
dan kematian jantung mendadak diantara orang normal tanpa riwayat penyakit
jantung. Pemeriksaan hs-CRP sebaiknya dilakukan pada orang dengan
metabolisme yang stabil tanpa gejala inflamasi atau infeksi dan dibandingkan
dengan kadar sebelumnya. Keterbatasan yang terjadi saat intrepretasi pemeriksaan
hs-CRP, yaitu non-spesifik, bisa meningkat konsentrasinya dalam keadaan infeksi
akut dan trauma.

11
DAFTAR PUSTAKA

Calbiotech. (2017). High Sensitivity C-Reactive Protein (CRP) ELISA. Al Cajon


U.S.A : Calbiotech Inc.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. (2008).


Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan yang Benar. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Djamin, R. D. (2020). Korelasi Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein


Dengan Kadar Low Density Lipoprotein Pada Penyandang Obes. Jurnal
Human Care, 5(3), 676-681. doi: 10.32883/hcj.v5i3.717.

Indrati, Agnes R. (2015). Peranan High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP)


pada Penyakit Jantung Koroner. Dept. Patologi Klinik, RS Hasan Sadikin/
FK Universitas Padjadjaran Bandung

Knight, M. L. (2015). The Application of High-Sensitivity C-Reactive Protein in


Clinical Practice. US Pharm, 40(2), 50–53.

Rajagukguk, Tiara dan Nova Florentina. (2018). Analisa Kadar High Sensitivity
C-Reactive Protein (HsCRP) Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Jurnal Analisis
Laboratorium Medik, 3(1).

Suhartini. (2018). Korelasi High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-Crp) Dan


Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Pasien Hipertensi.

Suhendra, A., Sugiarto, C., & Raharjanti, A. (2015). Perbandingan Kadar High
Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) pada Perokok Aktif Berat, Perokok
Aktif Ringan, dan Nonperokok.

Wicaksono, A.., Komalasari, I., & Mulyati, S. (2021). Hubungan Antara Hs-Crp
Dengan Derajat Keparahan Lesi Angiografi Berdasarkan Gensini Scoring
Pada Penderita Stable Angina di Surabaya. Hang Tuah Medical Journal,
18(2), 146-159. doi:10.30649/htmj.v18i2.120.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai