Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH : KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Dosen MK : Ns. Dwi Yogyo S, S.Kep,. M.Kep

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
(Pada Gangguan Kesadaran dan Pendengaran)

Kelompok 6 :
1. Sindi maiysaroh
2. Suci rahmadani
3. Suryanti jerry
4. Santriyani
5. Samsiar H Abdullah
6. Sutrianingsih

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Warahmatullahi.Wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Komunikasi Keperawatan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Komunikasi Keperawatan” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian ilmu dan
juga pengetahuannya sehingga tugas ini dapat kami selesaikan.
Kami menyadari, tugas yang telah kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan tugas ini.
Waalaikumsalam. Warahmatullahi.Wabarakatuh

Tolitoli, 2 Oktober 2020

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Ruang Lingkup 3
BAB II GANGGUAN KESADARAN
A. Pengertian Gangguan Kesadaran 5
B. Klasifikasi Gangguan Kesadaran 6
C. Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Gangguan Kesadaran 6
D. Gejala Gangguan Kesadaran 8
E. Penyebab Gangguan Kesadaran 8
F. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran 9
G. Teknik Komunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran 9
BAB III GANGGUAN PENDENGARAN
A. Pengertian Gangguan Pendengaran 12
B. Klasifikasi Gangguan Pendengaran 12
C. Gejala Gangguan Pendengaran 13
D. Penyebab Gangguan Pendengaran 14
E. Pencegahan Terhadap Gangguan Pendengaran 15
F. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi dengan Seseorang Gangguan Pendengaran
16
G. Teknik Komunikasi dengan Seseorang Gangguan Pendengaran 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi secara
terapeutik. Pada klien tidak sadar, perawat juga perlu menggunakan komunikasi terapeutik walaupun
pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Dimana, komunikasi
teraputik tersebut merupakan suatu komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya disebabkan oleh
faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras. Pendengaran bisa dikatakan
terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.
Proses pendengaran terjadi ketika gendang telinga bergetar akibat gelombang suara yang masuk
ke liang telinga. Getaran kemudian dilanjutkan ke telinga tengah melalui tiga tulang pendengaran
yang dikenal dengan nama osikel (terdiri dari tulang malleus, incus, stapes). Osikel akan memperkuat
getaran untuk dilanjutkan menuju rambut-rambut halus di dalam koklea, di mana koklea akhirnya
mengirim sinyal melalui saraf pendengaran ke otak.
Biasanya gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tapi hilangnya pendengaran bisa
muncul tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan hingga 79 desibel masih bisa
dikategorikan aman bagi telinga manusia.
B. Ruang Lingkup
1. Gangguan Kesadaran
a) Pengertian Gangguan Kesadaran
b) Klasifikasi Gangguan Kesadaran
c) Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Gangguan Kesadaran
d) Penyebab Gangguan Kesadaran
e) Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran

3
f) Teknik Komunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran
2. Gangguan Pendengaran
a) Pengertian Gangguan Pendengaran
b) Klasifikasi Gangguan Pendengaran
c) Gejala Gangguan Pendengaran
d) Penyebab Gangguan Pendengaran
e) Pencegahan Terhadap Gangguan Pendengaran
f) Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi dengan Seseorang Gangguan Pendengaran
g) Teknik Komunikasi dengan Seseorang Gangguan Pendengaran

4
BAB II
GANGGUAN PENDENGARAN

A. Pengertian Gangguan Kesadaran

Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi secara
terapeutik. Pada klien tidak sadar, perawat juga perlu menggunakan komunikasi terapeutik walaupun
pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Dimana, komunikasi
teraputik tersebut merupakan suatu komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran
merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan.
Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran.
Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial
ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks
serebri, batang otak keduanya.
Komunikasi tersebut tetap dilakukan karena pasien tidak sadar pada fungsi utama
mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya.
Selain itu juga, karena fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga stimulus
dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut. Etika

5
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang menerapkan komunikasi pada klien gangguan
kesadaran.
B. Klasifikasi Gangguan Kesadaran
Berdasarkan tingkatannya, penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi:
1. Kompos mentis
Kondisi sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun lingkungan. Pada kompos mentis, aksi
dan reaksi bersifat adekuat yang tepat dan sesuai.
2. Apatis
Kondisi atau keadaan seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan.
3. Delirium
Penurunan tingkat kesadaran seseorang disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun
yang terganggu. Pengidapnya akan tampak gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta.
4. Somnolen
Kondisi mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan. Namun, saat
rangsangan dihentikan, orang tersebut akan tertidur lagi. Pada somnolen, jumlah jam tidur
meningkat dan reaksi psikologis menjadi lambat.
5. Soporous atau stupor
Keadaan mengantuk yang dalam. Pengidap masih dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat,
tetapi ia tidak terbangun sepenuhnya dan tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik. Pada
soporous/stupor, refleks kornea dan pupil baik, tapi BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor
disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
6. Semi koma
Penurunan kesadaran ketika orang tersebut tidak bisa memberi respons terhadap rangsangan
verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali. Namun, refleks kornea dan pupilnya masih
baik.
7. Koma
Penurunan kesadaran yang terjadi sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada
respon terhadap nyeri yang dirasakan.
Selain keadaan di atas, masih ada kondisi lain yang tergolong dalam penurunan kesadaran,
misalnya kondisi vegetatif, mati otak atau mati batang otak, keadaan sadar minimal, dan locked-in
syndrome.
C. Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Gangguan Kesadaran

6
Komunikasi dengan klien gangguan kesadaran dalam proses keperawatan memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
1. Mengandalikan Prilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan klien tidak
ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara
tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak
melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki
prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih
dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat menggunakan kesempatan
ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi
adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari
keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak
lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam.
Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih
dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.
3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya perawat dapat
melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien. Perawat dapat
mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif
yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap
negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung terhadap
klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif maupun negatif dari
klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien.
Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang
terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan
klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali
dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.
4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang akan kita
lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk menginformasikan

7
pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan
menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat
meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak
mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu
maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukan
tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu atau lebih
dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu
untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting adanya.
Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas. Dibawah ini akan diuraikan fungsi-
fungsi berkomunikasi dengan klien, terhadap klien tidak sadar.
Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan seorang pasien
yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk membantu sesama,
memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling membantu. Perawat akan membantu
siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya
sebagai klien.
D. Gejala Gangguan Kesadaran
Gejala-gejala yang muncul ketika seseorang mengalami penurunan kesadaran berbeda-beda,
tergantung tingkat penurunan kesadaran yang dialami. Berikut ini merupakan gejala yang timbul
sebelum atau sewaktu seseorang mengalami penurunan kesadaran:
1. Kehilangan keseimbangan.
2. Sulit berjalan.
3. Mudah terjatuh.
4. Tidak bisa mengontrol buang air kecil dan besar.
5. Jantung berdebar.
6. Berkeringat.
7. Demam.
8. Berkunang-kunang.
9. Merasa lemah di bagian kaki, tangan, dan wajah.
10. Kejang.
E. Penyebab Gangguan Kesadaran

8
Gangguan kesadaran bisa terjadi akibat berbagai faktor, baik yang berasal dari otak maupun dari
organ lain, antara lain:
1. Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, cerebellum, atau batang otak). Hal ini bisa terjadi
akibat perdarahan, trombosis maupun emboli.
2. Infeksi seperti ensefalomeningitis yaitu meningitis, ensefalitis, cerebritis, atau abses otak.
Mengingat infeksi seperti yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur merupakan
penyakit yang sering dijumpai di Indonesia, maka pada setiap gangguan kesadaran yang disertai
suhu tubuh meninggi perlu dicurigai adanya ensefalomeningitis.
3. Gangguan metabolisme. Penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus juga kerap
menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran seseorang.
4. Tumor. Tumor otak, baik primer maupun metastatik, sering dijumpai. Tumor lebih sering
dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut usia. Kesadaran menurun umumnya timbul
berangsur-angsur tetapi bersifat progresif atau tidak akut.
5. Trauma kepala. Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
6. Epilepsi. Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status epileptikus.
7. Intoksikasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri), makanan
tertentu, dan bahan kimia lainnya.
8. Gangguan elektrolit dan endokrin. Gangguan ini sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang khusus untuk mengenali gangguan tersebut
F. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran
Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan bahwa organ
pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan penerimaan, rangsangan
pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari
lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan mengucapkan
kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan yang perawat
sampaikan dekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu
bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus
terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

9
G. Teknik Komunikasi dengan Seseorang Gangguan Kesadaran
Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik.
Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik,
walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik,
perawat tetap dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap
klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien. Dengan
menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari pesan yang
dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk
menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam interaksi
berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat
berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena
dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan
pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menujukkan dengan
kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau
mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang
tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang
hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang
terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian
yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi satu
arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim dan diterima oleh

10
penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang
dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar.
Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan
kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

11
BAB III
GANGGUAN PENDENGARAN

A. Pengertian Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya disebabkan oleh
faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras. Pendengaran bisa dikatakan
terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.
Proses pendengaran terjadi ketika gendang telinga bergetar akibat gelombang suara yang masuk
ke liang telinga. Getaran kemudian dilanjutkan ke telinga tengah melalui tiga tulang pendengaran
yang dikenal dengan nama osikel (terdiri dari tulang malleus, incus, stapes). Osikel akan memperkuat
getaran untuk dilanjutkan menuju rambut-rambut halus di dalam koklea, di mana koklea akhirnya
mengirim sinyal melalui saraf pendengaran ke otak.
Biasanya gangguan pendengaran berkembang secara bertahap, tapi hilangnya pendengaran bisa
muncul tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan hingga 79 desibel masih bisa
dikategorikan aman bagi telinga manusia.
Menurut WHO, sampai tahun 2015, sekitar 360 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan
pendengaran. Sementara, ada sekitar 1,1 miliar orang di dunia berisiko menderita gangguan
pendengaran akibat cara penggunaan alat pemutar musik yang membahayakan pendengaran.
B. Klasifikasi Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Conductive hearing Loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau tengah dan
berkaitan dengan masalah penghantaran suara.Kemungkinan penyebab bisa dari tertumpuknya

12
earwax atau kotoran telinga, infeksi atau pertumbuhan telinga bagian luar, adanya lubang pada
gendang telinga, penyakit yang disebut dengan otosklerosis (yang menyebabkan rangkaian
tulang-tulang pendengaran menjadi kaku dan tidak dapat bergetar) atau faktor keturunan.
Conductive hearing loss biasanya bisa disembuhkan secara medis, namun bila tidak dapat maka
alat bantu dengar biasanya dapat membantu mengatasinya.
2. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga
bagian dalam, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim pendengaran pusat (sering disebut
tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan
disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat
suara yang terlalu keras. 90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss &
jarang yang bisa diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
3. Mixed Hearing Loss (gangguan pendengaran campuran), dimana kondisi gangguan
pendengarannya ada unsur konduktif & sensorineural. Banyak orang dengan gangguan
pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu dengar.
Berdasarkan kemampuan telinga menangkap bunyi, gangguan pendengaran dikelompokkan
menjadi:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB).
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB).
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB).
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
C. Gejala Gangguan Pendengaran
Beberapa tanda dan gejala awal gangguan pendengaran adalah:
1. Meminta orang lain untuk mengulang perkataannya.
2. Selalu kelelahan atau stres, karena harus berkonsentrasi saat mendengarkan.
3. Menarik diri dari pembicaraan.
4. Kesulitan mendengar dering telepon atau bel pintu.
5. Menghindari beberapa situasi sosial.
6. Kesulitan mendengarkan perkataan orang lain secara jelas, khususnya ketika berdiskusi dengan
banyak orang atau dalam keramaian.
7. Kesulitan mendengarkan konsonan
8. Mendengarkan musik atau menonton televisi dengan volume suara lebih keras dari orang lain.

13
9. Kesulitan menentukan arah sumber suara.
Gejala-gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak sedikit berbeda dengan orang
dewasa. Beberapa gejala gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak adalah:
1. Tidak kaget saat mendengar suara nyaring.
2. Untuk bayi di bawah 4 bulan, tidak menoleh ke arah sumber suara.
3. Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat berusia satu tahun.
4. Menyadari kehadiran seseorang ketika ia melihatnya, namun acuh saat dipanggil namanya.
5. Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara.
6. Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaannya.
7. Sering berbicara dengan lantang atau menyetel volume TV keras-keras.
8. Memperhatikan orang lain untuk meniru sesuatu yang diperintahkan, karena ia tidak
mendengar sesuatu yang diinstruksikan.
D. Penyebab Gangguan Pendengaran
1. Usia.
Pada lansia, struktur di telinga menjadi kurang elastis. Rambut-rambut halus rusak dan kurang
mampu merespon gelombang suara. Gangguan pendengaran dapat berkembang selama
beberapa tahun.
2. Suara keras.
Paparan suara keras – misalnya, dari alat-alat listrik, pesawat terbang, senjata api, atau dari
mendengarkan musik keras pada earphone dapat merusak sel-sel rambut di koklea. Parahnya
kerusakan tergantung pada tingkat kenyaringan suara dan lamanya mendengar suara tersebut.
3. Infeksi telinga.
Saat infeksi telinga terjadi, cairan menumpuk pada bagian telinga tengah. Biasanya gangguan
pendengaran karena infeksi telinga, bersifat ringan dan sementara. Namun, jika infeksi telinga
tidak diobati, mereka dapat menyebabkan gangguan pendengaran berat dan jangka panjang.
4. Lubang pada gendang telinga.
Infeksi telinga, suara keras, trauma kepala, atau tekanan kuat di telinga saat terbang dalam
pesawat atau melakukan scuba diving dapat membuat lubang di gendang telinga – membran
yang memisahkan saluran telinga dan telinga bagian tengah. Ini biasanya menyebabkan
kehilangan pendengaran ringan atau sedang kecuali ada beberapa masalah lain.
5. Penyakit atau infeksi.

14
Campak, gondok, meningitis, dan penyakit Meniere adalah contoh-contoh beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
6. Tumor.
Tumor, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang parah.
Ini termasuk neuroma akustik (schwannoma vestibular) dan meningioma. Orang yang memiliki
tumor mungkin juga mengalami mati rasa atau kelemahan pada wajah dan dering di telinga.
7. Sebuah benda asing di telinga.
Ketika benda terjebak di telinga, mereka dapat memblokir pendengaran. Kotoran telinga –
substansi, tebal lengket yang biasanya mencegah bakteri dan zat asing lainnya dari memasuki
telinga – kadang-kadang dapat menumpuk dan mengeras di telinga, mematikan kemampuan
untuk mendengar.
8. Cacat telinga.
Beberapa orang dilahirkan dengan struktur telinga yang tidak normal, yang mencegah mereka
dapat mendengar dengan baik
9. Trauma.
Cedera seperti patah tulang tengkorak atau gendang telinga tertusuk dapat menyebabkan
gangguan pendengaran yang parah.
10. Obat-obatan.
Beberapa jenis obat, termasuk kelas aminoglikosida antibiotik (streptomycin, neomisin,
kanamisin), aspirin, obat kemoterapi (cisplatin, carboplatin), Vicodin (dalam jumlah besar),
antibiotik makrolida (eritromisin) dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Kadang-kadang
efek ini bersifat sementara dan pendengaran akan kembali setelah Anda berhenti minum obat,
tetapi dalam banyak kasus gangguan pendengaran menjadi permanen.
11. Gen.
Para ilmuwan telah mengidentifikasi gen tertentu yang membuat orang lebih rentan terhadap
gangguan pendengaran yang parah, terutama yang berkaitan dengan usia gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran genetik sering dimulai dengan gangguan pendengaran
yang didiagnosis saat lahir
E. Pencegahan Terhadap Gangguan Pendengaran
1. Gunakanlah pelindung pendengaran.

15
Jika berada di lingkungan yang memiliki tingkat kebisingan tinggi gunakanlah pelindung
pendengaran seperti penutup telinga. Alat ini juga bisa digunakan saat melakukan kegiatan
sehari-hari seperti memotong rumput.
2. Waspadai kebisingan
Kapan pun waktunya usahakan untuk mengecikan volume radio, televisi atau speaker.
3. Berhati-hatilah menggunakan earphone.
Jika menggunakan earphone maka aturlah volume agar tidak terlalu keras, jika orang yang
disebelah Anda bisa mendengar suara dari earphone maka volumenya sudah terlalu keras.
4. Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat
Semakin sering seseorang terpapar suara maka bisa mempengaruhi gangguan pendengaran,
bahkan suara dengan volume rendah sekalipun jika terpapar dalam jangka waktu lama bisa jadi
berbahaya. Untuk itu berilah waktu bagi telinga untuk beristirahat dengan berada di dalam
ruangan yang tenang.
5. Periksalah telinga secara teratur
Tes pendengaran dan pemeriksaan telinga sebaiknya menjadi kegiatan kesehatan yang rutin,
karena semakin cepat gangguan diketahui maka penanganannya akan menjadi lebih mudah dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.
F. Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berkomunikasi Dengan Seseorang Gangguan Pendengaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
pendengaran adalah sebagai berikut.
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal, jangan berteriak
7. Susun ulang kalimat jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindikasikan
G. Teknik Komunikasi Dengan Seseorang Gangguan Pendengaran
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien.

16
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir anda.
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik
wajah yang lazim.
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu misalnya makanan atau
permen karet.
5. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk
tulisan atau gambar (simbol)

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya disebabkan oleh
faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring/keras. Pendengaran bisa dikatakan
terganggu jika sinyal suara gagal mencapai otak.
B. Saran
Demikian tugas ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan
kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon agar dapat dimaklumi dan dimaafkan, karena kami adalah
hamba yang tidak luput dari salah, khilaf dan lupa.

18
DAFTAR PUSAKA

Hesti. (11, April 2011). Cara Mencegah Gangguan Pendengaran. Dipetik Oktober 02, 2020, dari
detikhealth: http://health.detik.com/read/2011/04/11/113154/1613201/766/cara-
mencegah-gangguan-pendengaran

Muti. (2015, Januari 30). Makalah Aplikasi Komunikasi Pada Pasien Gangguan Pendengaran dan
Penglihatan. Dipetik Oktober 02, 2020, dari KUMPULAN MAKALAH:
http://makalahapaajaboleh.blogspot.co.id/2015/01/makalah-aplikasi-komunikasi-pada-
pasien.html

Pane, d. M. (2020, Agustus 30). Gangguan Pendengaran. Dipetik Oktober 02, 2020, dari ALODOKTER:
http://www.alodokter.com/gangguan-pendengaran

Pastakyu. (2015, Januari 15). Komunikasi dengan Pasien Tak Sadar. Dipetik Oktober 02, 2020, dari
NURSES LIBRARY: https://pastakyu.wordpress.com/2010/01/22/komunikasi-dengan-pasien-
tak-sadar/#more-33

Rasuna. (2019, September 13). Penurunan Kesadaran. Dipetik Oktober 03, 2020, dari halodoc:
https://www.halodoc.com/kesehatan/penurunan-kesadaran

Rochana, S. (2010, April 16). Komunikasi Pada Klien dengan Gangguan Pendengaran. Dipetik Oktober
02, 2020, dari SITTI ROCHANA BLOGSPOT:
http://sitirochana.blogspot.co.id/2015/04/komunikasi-pada-pasien-dengan-gangguan.html

19

Anda mungkin juga menyukai