Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IKLIM KELAS (CLASSROOM CLIMATE)


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Matematika Sekolah
Dosen Pengampu :Dr.Moh Zayyadi, S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh :
Moh Rolis (2020620011)
Mosdalifah (2020620032)

PROGRAM STUDI PENDOIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MADURA
2023
PENDAHULUAN
Siapa yang ingin bekerja sama dengan seseorang yang tidak mereka sukai,
hormati, atau percayai? Saya tidak, dan mungkin taruhan yang aman bahwa saya tidak
sendirian. Kebanyakan orang lebih suka bekerja dan bersosialisasi dengan orang-orang
yang ramah, perhatian, dan adil. Anak-anak tidak terkecuali, terutama jika menyangkut
guru. Ketika diminta untuk mendeskripsikan guru yang baik, siswa hampir selalu
mengatakan bahwa mereka peduli.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya meciptakan iklim kelas


yang kondusif dan menyenangkan untuk mendukung proses pembelajaran dan
pencapaian peserta didik, sehingga ketika keadaan kelas baik, kondusif dan juga
hubungan guru serta siswa baik maka tak dapat dipungkiri kegiatan belajar mengajar
akan berjaan seperti mestinya dan akan mencapai apa yang dituju. Namu saying nya
proses pembelajaran yang terjadi terkadang berjalan satu arah, yang mana kurang dalam
memperhatikan siswa dan potensi yang ada dalam siswa tersebut sehingga belom
mampu meciptakan kompetensi siswa secara maksimal. Suatu proses pembelajaran di
sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang
mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan. Bagaimana guru
menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah


kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang diajarkan. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya peserta didik dalam menguasai materi
pembelajaran, salah satunya adalah kualitas proses pembelajaran. Kualitas proses
pembelajaran akan semakin meningkat, jika antusiasme belajar peserta didik juga
meningkat, yang ditandai oleh peningkatan rasa keingintahuan (curiousity), tingginya
motivasi untuk bertanya, rajin menulis makalah, dan senantiasa sensitif terhadap isu-
isu pengetahuan mutakhir.
Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas
yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran. Namun
sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung satu arah,
kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru
cenderung belum menempatkan dirinya sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator
dalam suatu proses pembelajaran yang lebih menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar. Guru lebih cenderung menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sumber
belajar, sehingga peserta didik selama ini lebih cenderung dinggab sebagai objek
belajar yang harus menerima segala sesuatu yang akan diberikan oleh guru. Iklim
belajar demikian tentunya kurang kondusif untuk mengembangkan kreatifitas, daya
analisis, dan sikap kritis siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses
pembelajaran yang terjadi selama ini kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum
mampu mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih
optimal.
TINJAUAN TENTANG IKLIM KELAS (CLASSROOM CLIMATE)
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi belajar
antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid yang lainnya. Berhasil
tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana proses interaksi
pembelajaran tersebut. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja
materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi
tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate)
dalam proses pembelajaran tersebut.
Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola
interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
Tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh Nasution
(2003: 119-120). Menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam mengajarkan
materi pelajaran. Pertama, suasana kelas dengan sikap guru yang “otoriter”. Suasana
kelas dengan sikap guru yang otoriter, terjadi bila guru menggunakan kekuasaannya
untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak,
khususnya bagi perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak
dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggab perlu untuk ujian dan masa
depannya. Kedua, Suasana kelas dengan sikap guru yang “permisif”. Suasana kelas
dengan sikap guru yang permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam
kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran
selalu dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang
untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan
pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar anak bebas dari kegoncangan jiwa
dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ketiga,
Suasana kelas dengan sikap guru yang “riil”. Suasana kelas dengan sikap guru yang riil
ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian. Anak-anak
diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas tanpa diawasi atau diatur deng
dengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasan guru.
Agar pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan sesuai target yang
diinginkan serta bisa membentuk krakter siswa dengan baik maka tentunya kita butuh
membentuk iklim kelas yang baik dan relefan sehingga bisa diterima oleh siswa. Hal
ini bisa terwujud dengan bebrapa langkah berikut.
Membangun Hubungan Positif dengan Siswa
Hubungan yang dibangun antara siswa dan guru sangatlah penting dalam membentuk
iklim kelas yang sesuai dan relefan, ketika guru sudah membangun hubungan yang baik
dengan siswa nya maka hal itu akan membawa siswa lebih senang dan semangat dalam
kegiatan pembelajaran didalam kelas. Jere Brophy mendefinisikan manajemen kelas
sebagai "menciptakan dan memelihara lingkungan belajar yang mendukung instruksi
dan meningkatkan prestasi siswa" (1999, hal. 43).
Langkah pertama adalah membangun iklim kelas yang positif berdasarkan
rasa saling percaya, menghormati, dan peduli. Landasan dari iklim itu adalah hubungan
yang terjalin antara guru dengan siswa dan antar siswa. Siswa menyukai sekolah lebih
baik dan memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi ketika hubungan yang positif
(Jones & Jones, 2000).
Sebagian besar guru mengetahui hal ini dan mencoba menjalin semacam
hubungan dengan siswa mereka. Koneksi ini telah menjadi lebih penting untuk
pengajaran yang efektif dari waktu ke waktu, dan merupakan landasan mutlak
manajemen kelas. Banyak anak datang kepada kami karena tidak pernah memiliki
hubungan yang sukses dengan orang dewasa. Bagi beberapa siswa, orang dewasa
adalah orang yang ditakuti dan tidak dipercaya; yang lain tidak terlalu dekat dengan
orang dewasa. Jika kita akan mempengaruhi siswa secara positif, kita harus melakukan
upaya nyata untuk mengenal mereka, dan agar mereka mengenal kita, sebagai manusia.
Siswa membutuhkan dan menginginkan guru bersikap tegas. Kemampuan memadukan
ketegasan dengan kehangatan dan kepedulian itu sulit, tetapi pasti mungkin; ketegasan,
kehangatan, dan kepedulian tidak saling eksklusif. Faktanya, pengajaran yang efektif
melibatkan pencampuran ketiga unsur ini bersama-sama. Jadi, bagaimana cara kita
membuat koneksi dan mengembangkan hubungan yang hangat dengan siswa kita? Kita
harus bekerja dengan rajin dalam hal ini. Kabar baiknya adalah ada strategi yang efektif
untuk melakukannya.

STRATEGI MEMBANGUN HUBUNGAN KEPEDULIAN


1. Memodelkan prilaku yang kita inginkan
Pemodelan adalah strategi yang kuat. Pikirkan tentang cara anak-anak
belajar berjalan, berbicara, dan makan: mereka belajar dengan mengamati orang
dewasa. Cucu perempuan saya berbicara persis seperti saya lakukan—ekspresi
yang sama, nada suara yang sama, gerak tubuh yang sama. Apakah dia
mendapatkan langsung petunjuk? Tentu saja tidak! Dia belajar dari melihatku.
Orang dewasa memiliki rasa kagum beberapa tanggung jawab di arena ini
karena anak-anak tidak hanya meniru yang indah hal-hal yang kami lakukan—
sayangnya, mereka menirusemuanyakami lakukan.Pemodelan perlu dilakukan
secara sadar dan dengan ketelitian dan kehati-hatian. Kami hanya meniru orang
yang kami sukai dan hormati. Jika Anda ingin pemodelan Anda memiliki efek
pada siswa, Anda harus terlebih dahulu membangun hubungan dengan mereka.
Jika mereka menghormati Anda dan memiliki hubungan positif dengan Anda,
mereka akan ingin melakukan apa yang Anda lakukan.Saat hubungan
membangun dan memperdalam, pemodelan memiliki efek yang lebih besar.ni
adalah situasi win-win.Anda harus mencontohkan perilaku yang Anda inginkan.
Jika Anda ingin siswa bersikap sopan, Anda
bersikap sopan; jika Anda ingin mereka mempercayai Anda, Anda
mempercayai mereka. Komitmen teladan,ketepatan waktu, antusiasme untuk
belajar, mendengarkan aktif, pengendalian kemarahan, pertimbanganuntuk
orang lain, kejujuran, dan memperhatikan dalam majelis. Jika Anda ingin anak-
anak melakukannya sesuatu, Anda harus melakukannya terlebih
dahulu.Dimungkinkan juga untuk mencontohkan perilaku yang tidak produktif.
Apakah Anda memiliki meja yang berantakan? Apakah Anda terlambat
meninggalkan ruang guru setelah istirahat? Apakah Anda mengatakan hal-hal
seperti,
“Saya selalu membenci matematika”? Anda tidak melakukannya kecuali Anda
ingin siswa Anda membagikannya sikap.Mencontohkan perilaku bukanlah
satu-satunya cara untuk mendemonstrasikan bagaimana melakukan
sesuatu.Anda juga dapat memodelkan suatu proses. Ini dikenal sebagai strategi
"berpikir-keras", dan itu tujuannya adalah untuk membuat pemikiran publik.
Contohnya termasuk memecahkan masalah keras, mendemonstrasikan langkah-
langkah yang Anda lalui untuk membuat keputusan, dan mengungkapkannya
pikiran Anda ketika bekerja untuk mengendalikan kemarahan Anda. Produk
pemodelan (akhir nya perilaku yang Anda lakukan atau proses (langkah-
langkah pemikiran Anda) menu hasil yang besar.
Seorang guru bertugas dalam membimbing, mengembangkan, dan
membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termasuk guru. Dengan
demikian suasana kelas yang demokratis ini akan memberikan dampak positif,
karena guru dan siswa mempunyai kesempatan untuk saling memahami,
membantu, mengemukakan segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka. Guru
akan memahami keadaan siswa, dan di sisi lain siswa akan melihat keteladanan
dan merasa ada contoh yang dapat dilihat. Berkaitan dengan hal tersebut Nana
Sudjana (2002: 42), mengemukakan bahwa suasana belajar yang demokratis
akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan
dengan suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas pada
guru.
2. Bangun Hubungan yang Ramah Tapi Sesuai
ada dua cara utama untuk membangun hubungan yang tepat dengan siswa:
a.dengan memberi mereka kesempatan untuk mengenal kita sebagai manusia,
dan dengan bersikap terbuka keprihatinan dan perasaan mereka. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengenal kita sebagai manusia. Pertama kita
perlu untuk memutuskan dengan tepat seberapa terbuka dan terlibatnya kita
ingin bersama anak-anak kita.
Dalam merekabukuManajemen Kelas Komprehensif, Vernon dan Louise Jones
(2000) menggambarkan tiga tingkat keterbukaan untuk hubungan siswa-guru:

• Keterbukaan total: guru berbagi banyak hal tentang pengalaman


dan kehidupan nya yang bisa membuat motifasi terhadap siswa
• Keterbukaan terkait sekolah: guru berbagi perasaan tentang
sekolah, tapi bukan tentang kehidupan di luar sekolah.
• Hubungan terikat peran: guru tidak berbagi perasaan atau reaksi
pribadi tetapi hanya melakukan tugas-tugas instruksional.

Kita semua, terutama para guru pemula, bergumul dengan


memutuskan sebuah tingkat keterbukaan yang sesuai. Siswa merespons
paling baik pada orang dewasa yang nyaman mampu dengan diri
mereka sendiri, keyakinan mereka, dan nilai-nilai mereka, dan siapa
yang tidak dapat membagikannya menghakimi. Berbagi minat yang
sama—buku, musik, olahraga, hiburan— dan mendiskusikan ide-ide
penting yang ada di terhadap siswa (Jones & Jones, 2000).terkadang
guru salah dalam mengartikan membangun hubungan bersama siswa,
dalam hal ini kita harus mempunyai Batasan sebagai seorang guru dan
memngikat bahwa kita merupakan guru meraka karena ketika seorang
guru mengungkapkan terlalu banyak detail pribadi atau terlalu dekat
dengan murid maka siswa bisa jadi tidak menghormati kita atau malah
melunjak.

STRATEGI MEMBANGUN HUBUNGAN YANG KUAT SECARA


SISTEMATIS
Selain percakapan biasa yang dijelaskan di atas, kita juga perlu mengambil lebih
banyak langkah-langkah sistematis untuk membangun hubungan dengan siswa kami.
Ini lebih sulit dengan beberapa anak daripada dengan yang lain. Siswa yang belum
pernah memiliki per sukses hubungan pribadi dengan orang dewasa tidak akan
merangkul upaya Anda pada awalnya pergi berkeliling. Kepercayaan bukanlah
komoditas yang mereka alami, dan itu akan memakan banyak waktu dari "membangun
hubungan" sebelum mereka merasa nyaman menurunkan kewaspadaan mereka.Strategi
berikut dapat membantu Anda sukses dalam hal ini.
1. Pertahankan Rasio Positif terhadap Pernyataan Negatif yang Tinggi
Sudah menjadi sifat manusia untuk memperhatikan perilaku buruk. Kami
melihat hal-hal yang perlu diperhatikan. Itu Triknya adalah untuk tidak
merespon setiap kali kita melihat! Komentar negatif yang sering hamper selalu
menyebabkan siswa tidak menyukai sekolah. Kita cenderung berpikir bahwa
komentar kritis memperbaiki perilaku. Sebenarnya, penelitian mengatakan
sebaliknya. Di ruang kelas di mana guru membuat banyak pernyataan negatif,
siswa menganggap mereka kurang di bawah berdiri, peduli, membantu, dan
adil. Pesan yang diterima siswa dari ini pernyataan negatif adalah bahwa mereka
tidak layak, tidak mampu, dan tidak berharga. Kapan ini terjadi, siswa tidak mau
bekerja sama dengan guru (Jones & Jones, 2000). Ini tidak berarti kami
membiarkan perilaku buruk meningkat. Itu memang berarti bahwa kita
menghadapinya dengan cara yang lebih positif dengan mengajar siswa yang
sesuai perilaku dan memberi mereka dukungan dan bantuan saat mereka
membuat perubahan.Guru yang melihat perilaku buruk sebagai masalah yang
harus dipecahkan, bukan sebagai kesalahan harus menghukum, membangun
hubungan yang jauh lebih baik dengan siswa.
2. Komunikasikan Harapan Tinggi
Siswa menyukai dan memercayai guru yang percaya pada mereka dan
percaya bahwa mereka bisa berhasil baik secara akademik maupun sosial.
Mengkomunikasikan keyakinan ini adalah sebuah bagian penting dalam
membangun hubungan. Guru kelas 6 saya adalah seorang ahli dalam ini.
Suatu hari, dia berkata kepada saya, “Kamu adalah pemotong yang sangat
baik. Maukah Anda memotong beberapa pola untuk saya jika Anda punya
waktu? Sekarang, saya tidak pernah memikirkan tentang saya
keterampilan memotong satu atau lain cara, tetapi guru ini baru saja
meyakinkan saya bahwa saya memiliki masa depan dengan gunting! Dia
mengomunikasikan keyakinan pada kemampuan saya, dan saya sangat
senang. Ke hari ini, setiap kali saya mengambil gunting, komentar Tuan
Howard melintas di benak saya kepala. Itu masih membuat saya merasa
cukup baik! Baginya, itu mungkin hanya omong kosongkomentar,
tetapi,bagi siswa kelas 6 ini, itu adalah awal dari hubungan yang hebat.
Dia percaya saya bisa melakukan tugas penting ini, dan itu pasti cara
untuk membangun hubungan dengan saya. Tidak banyak dari kita yang
dekat dengan orang yang menganggap kita tidak efektif dan tidak
kompeten! Tapi, ketika mereka melihat kami terampil dan sukses, itu
adalah cerita yang berbeda.Kami sering menanggapi berbeda untuk siswa
berprestasi rendah. Kami memberi mereka lebih sedikit peluang untuk
merespons, periode waktu yang lebih singkat untuk merespons, dan lebih
sedikit umpan balik tertentu. Meskipun kita tentu tidak melakukan ini
dengan sengaja, faktanya demikian perilaku ini memang mengakibatkan
siswa merasa kurang dihargai.
3. Kontrol Berbagi
Berapa banyak orang yang suka diperintah? Tidak banyak yang saya
tahu, dan saya termasuk saya sendiri. Saya suka mengatakan apa yang
terjadi pada saya; kendali atas diri seseorang hidup adalah sesuatu yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh semua orang. Ketika kita tidak
mendapatkannya, kita mengejarnya kontrol atas orang lain. Karena
banyak masalah disiplin kita di sekolah baik dimulai atau diakhiri
dengan perebutan kekuasaan, ada baiknya untuk melihat ide berbagi
kendali dengan para siswa. Merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan dengan membentuk struktur kelas dan jadwal piket.dalam hal
itu siswa bertanggung jawab mengotrol diri sendiri dan teman kelasnya.
4. Bernegosiasi dan Memberikan Pilihan
Mendapatkan kerja sama lebih mudah dan lebih efektif daripada mendapatkan
kendali. Sudah berapa tahun kita berusaha membuat anak mengerjakan PR,
menyelesaikan tugas, membereskan meja, dan berjalan dengan tenang? Terlalu
banyak! Mari berpikir untuk mengubah perilaku kita agar mereka mengubah
perilaku mereka. Ketika kita memberikan pilihan, kita menyerahkan sebagian
kendali kita. Kabar baiknya adalah bahwa orang lain tidak harus melawan kita
untuk itu. Memberi pilihan bukan berarti kita menempatkan siswa dalam
kendali. Saya berbicara di sini tentang pilihan terstruktur—pilihan dalam batas.
Fay dan Funk, diMengajar dengan Cinta dan Logika(1995), memberi tahu kami
bahwa memberi pilihan membutuhkan beberapa batasan, seperti ini:
• Pilihan harus otentik dan sah. Pilihan, “Kamu mau kerja atau bolos
istirahat?” tidak memberi anak banyak kendali, terutama jika anak ini
hidup untuk istirahat.
• Kedua pilihan tersebut harus dapat diterima oleh guru dan siswa yang
mendapatkannya. “Selesaikan pekerjaanmu atau tetap di kelas untuk
makan siang” mungkin tidak dapat diterima oleh Anda jika Anda
melewatkan makan siang saat siswa memilih untuk tetap di dalam.
Pastikan Anda bisa hidup dengan pilihan mana pun. Jangan
menyudutkan diri sendiri dengan pilihan yang tidak sesuai untuk Anda.
• Ucapkan setiap pilihan Anda dengan antusiasme yang sama. Untuk
menekankan yang satuAndalebih memilih untuk mempengaruhi siswa
adalah manipulasi.

Ada banyak sekali situasi di mana guru dapat memberikan pilihan yang
sah dan otentik:

• Apakah Anda ingin membaca sebelum atau sesudah makan


siang?

• Apakah Anda lebih suka membersihkan sebelum atau sesudah


kita pergi ke perpustakaan? • Haruskah saya menelepon ibumu
atau ayahmu?

• Apakah Anda lebih suka menyelesaikan tugas Anda saat


istirahat atau makan siang?

• Anda dapat bekerja sendiri atau dengan pasangan.

• Apakah Anda lebih suka bekerja di sini atau di belakang meja?

Memberi pilihan menghindari perebutan kekuasaan dan


mengajarkan siswa untuk membuat keputusan yang baik, dan memikul
tanggung jawab atas hasil-baik atau buruk. Pilihan sangat penting untuk
pengembangan pengendalian diri siswa, dan itu dibahas dalam setiap
bab dari bagian ini
MENGGUNAKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Keterampilan komunikasi yang efektif sama pentingnya di dalam kelas
seperti saat mereka berada aspek lain dari kehidupan kita. Sebenarnya, mereka
adalah dasar dari manajemen yang baik. Jika kami tidak menguasai seni
komunikasi, upaya kami untuk menciptakan manusia yang halus sistem
manajemen dan untuk membangun hubungan dengan siswa kami terbatas.
Merawat interaksi interpersonal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan siswa
akan keselamatan, keamanan, keterikatan, dan harga diri. Keterampilan
komunikasi dibagi menjadi dua kategori: mengirim keterampilan dan menerima
keterampilan.
1. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Dalam proses pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan bahasa dan kosa
kata yang mudah dipahami oleh siswa-siswinya. Penggunaan kata yang tepat tentu
baik juga untuk perkembangan anak. Selain itu, lakukan penekanan dan penjelasan
berulang-ulang pada apa yang menjadi kata kunci dari pelajaran tersebut.
Sebisa mungkin berbicaralah dengan tempo yang tepat, yakni tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat. Bicara dengan tempo yang terlalu cepat akan membuat siswa jadi
kurang bisa mencerna sedangkan tempo lambat bisa membuat siswa jadi mengantuk.

2. Perhatikan penggunaan kata kata ‘kamu’ dan ‘saya’


Mengatakan ‘kamu’ kepada siswa terkesan menghakimi dan menempatkan mereka
pada posisi defensive, yakni perasaan takut dan sering merasa terancam. Misalnya
“kamu sangat bodoh”. Tentu siswa akan merasa dihakimi dan itu hanya akan
membuat mereka semakin malas. Beda halnya dengan penggunaan kata ‘saya’ yang
lebih merefleksikan perasaan pembicara.

Misalnya “saya kecewa saat ada murid saya yang tidak paham dengan pelajaran
saya”. Kalimat kedua tentu lebih mengena pada perasaan si siswa sehingga lambat
laun siswa yang tadinya malas berubah menjadi rajin.

3. Bersikap asertif saat menangani konflik


Sikap asertif adalah kemampuan menyelesaikan konflik di mana seseorang akan
mengutarakan apa yang dirasakannya, meminta apa yang diinginkan dan menolak apa
yang tidak diinginkan.

Guru yang bersikap asertif akan memperjuangkan apa yang benar dan mengubah
prilaku yang salah tanpa adanya paksaan yang manipulatif. Maka dari itu, seorang
guru sebaiknya mampu bersikap asertif saat menangani konflik dengan siswa.

4. Hindari kata-kata yang terkesan menyalahkan siswa


Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata yang
terkesan menyalahkan siswa, seperti mengkritik, memberi label, menceramahi dan
sebagainya. Misalnya, ketika seorang siswa mendapat nilai buruk saat ujian, maka
tidak perlu langsung mengkritiknya dan melabeli dia dengan sebutan ‘bodoh’.

Jika ada kasus seperti itu, maka sebaiknya tanyakanlah penyebab mengapa ia
mendapat nilai buruk. Karena kritik dan pemberian label seperti itu, hanya akan
membuat siswa semakin merasa bersalah dan kehilangan kepercayaan diri.

5. Jadilah pendengar yang baik


Seorang guru yang tidak hanya sibuk memberi arahan tapi juga mampu menjadi
pendengar yang baik manakala siswanya memberikan pendapat tentu akan mendapat
nilai plus tersendiri di mata para siswanya.

Siswa yang diberi kesempatan mengutarakan pendapat tentu akan senang bukan main.
Hal itu karena ia merasa dihargai. Jadi, menunjukkan perhatian dan memberi
tanggapan yang positif adalah tindakan terbaik.

6. Perhatikan komunikasi non verbal


Dalam pembelajaran, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tapi juga
komunikasi non verbal. Gerakan seperti kening berkerut tanda berpikir keras atau
menggelangkan kepala tanda menolak merupakan contoh komunikasi non verbal.
Seorang guru sebaiknya harus bisa membaca hal tersebut. Misalnya ada seorang siswa
yang sedang menguap sambil merenggangkan tangan.

Hal itu menandakan bahwa siswa tersebut mengantuk atau mungkin saja bosan
dengan materi yang dibawakan oleh sang guru. Jika sudah begini, sang gurulah yang
harus membaca situasi. Mungkin bisa memberikan selingan dengan memberikan
sedikit permainan kecil yang menghibur.

7. Ciptakan suasana yang menguntungkan


Sebagai seorang guru, hendaknya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
Karena komunikasi yang efektif berawal dari suasana yang bersahabat, terbuka dan
dua arah.

Yakinkan mereka tentang manfaat apa yang dipetik dengan mempelajari materi yang
sedang diajarkan. Dengan begitu, mereka akan tahu betapa pentingnya sebuah
pembelajaran.

8. Tanamkan sikap respek


Sebuah proses komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tidak dibarengi dengan
penghargaan. Penghargaan yang dimaksud di sini adalah sikap respek.

Seorang guru yang mengajar dengan respek pada siswa-siswinya tentu akan menerima
umpan balik yang serupa dari mereka. Para siswa pun juga akan bersikap respek pada
sang guru.
9. Pahami kondisi siswa
Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah memaksa siswa-siswinya untuk
menuruti semua keinginannya. Jika salah seorang siswa terlihat sedikit aneh, maka
jangan langsung memarahinya apalagi mengusirnya keluar dari kelas.

Tunggulah saat jam istirahat tiba lalu panggil ia dan bicaralah empat mata. Tanyakan
padanya alasan dia seperti itu, apa keluhanya, dan lain sebagainya.

10. Tunjukkan sikap yang baik


Para siswa tentu tidak ingin diajar oleh guru yang galak dan pemarah. Mereka suka
dengan guru yang menyenangkan dan murah senyum. Saat pembelajaran berlangsung,
gunakanlah kata-kata yang sopan.

Ingatlah bahwa bukan hanya murid saja yang harus berprilaku sopan. Seorang guru
pun juga harus sopan karena gurulah yang akan jadi contoh bagi murid-muridnya.

11. Makna dari pesan harus jelas


Sepandai apapun seorang guru, tidak ada artinya jika murid-muridnya tidak mengerti
apa yang ia ucapkan. Seorang guru harus jelas dalam menyampaikan bahan ajar agar
para siswa bisa lebih mudah mengerti.

Hindari terlalu banyak penggunaan bahasa ilmiah. Sebaiknya gunakanlah bahasa yang
sesuai dengan usia siswa. Berbicara pada murid kelas 1 SD tentu berbeda saat
berbicara dengan murid kelas 3 SMA.

12. Tanamkan sikap pengendalian diri


Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa para siswa biasanya tidak begitu
menyukai guru yang galak dan pemarah. Mereka tidak ingin belajar dalam tekanan
hanya karena takut dimarahi. Maka dari itu, sebagai seorang guru ada baiknya untuk
menanamkan sikap pengendalian diri.

Dalam satu ruangan kelas tentu ada berbagai karakter murid. Jika ada murid yang
menyebalkan, hindarilah bertengkar dengannya. Itu hanya akan terlihat kekanakan.
Sebaiknya kendalikan diri sebaik mungkin agar tidak mudah terpancing emosi.

13. Bersikap rendah hati


Seorang guru belum tentu lebih hebat dari siswa-siswinya. Banyak juga siswa yang
justru lebih cerdas dari guru itu sendiri. Jika sudah begini, sikap rendah hati sangat
diperlukan. Hal itu bertujuan agar sang guru tidak merasa tersaingi oleh si murid. Saat
guru merasa tersaingi, maka hilanglah tujuan dari komunikasi efektif itu.
STRATEGI MENCIPTAKAN RUANG KELAS YANG KONDUSIF DAN
BERKUALITAS DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang
berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa
faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu: pertama, pendekatan
pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered);
Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks
pembelajaran. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan
pembelajaran. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran
sebaiknya dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting
sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses
pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi
yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa
dengan cepat.
Pada faktor yang pertama, pendekatan pembelajaran berorientasi pada bagaimana
siswa belajar (student centered), mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran
hendaknya diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya
berusaha memberi peluang terjadinya proses aktif siswa dalam mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator,
motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran. Pendekatan ini biasa disebut dengan
pendekatan konstruktivistik. Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah
membantu siswa membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara
membuat informasi pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa. Hal
ini menurut Mustaji (2005) dapat dilakukan guru dengan cara memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya dan mengajak
siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk
belajar. Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran menjadi
lebih berkualitas dan bermakna bagi siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi dan prestasi belajar siswa.
Faktor kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam
proses kegiatan pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapatnya, dan berani mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas. Dengan
demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk
mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri.
Dalam kaitannya dengan penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya
tidak sekedar dinilai dari segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap
penghargaan siswa terhadap aktivitas teman-temannya dan kemampuannya didalam
bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan
siswa untuk dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap
positif terhadap teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap
kesempatan yang diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung. Shindler (2001:
2) menjelaskan bahwa partisipasi siswa yang tergolong baik dalam proses pembelajaran
secara garis besar antara lain diindikasikan sebagai berikut: siswa dapat bekerjasama
dengan anggota kelompok yang lain, siswa selalu bersikap positif terhadap teman-
temannya dan selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan
Faktor ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan
pembelajaran. Mengapa demikian? Hal ini karena kepemimpinan guru yang demokratis
dalam mengelola proses pembelajaran akan dapat menjadikan siswa merasa nyaman
untuk dapat belajar semaksimal mungkin. dengan pandangan Goodlad (Dede Rosyada,
2004: 19) yang menyatakan bahwa setting demokrasi merupakan pemberian
kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi
tempat yang nyaman bagi siswa untuk semaksimal mungkin mereka belajar.
Kemampuan guru dalam menanamkan setting demokrasi pada siswa sangat
berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan. Dengan demikian suasana
pembelajaran yang disetting secara demokratis sangat penting untuk menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif, berkualitas dan bermakna
Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran
hendaknya dibahas secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi
pembelajaran lebih mendudukkan siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan
tanggung jawab yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga
akan mampu mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan
menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana pandangan Freire (1972: 80), seorang praktisi pendidikan yang banyak
menggagas pendidikan liberatif menyatakan bahwa dengan dialog akan memungkinkan
munculnya pemikiran kritis, karena hanya dialoglah yang memerlukan pemikiran kritis.
Lebih lanjut Friere, menyatakan bahwa tanpa dialog tidak akan ada komunikasi, dan
tanpa komunikasi tidak mungkin ada pendidikan sejati. Dengan demikian proses
dialogis cukup penting peranannya dalam menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dan berkualitas
Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga
memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu
cara yang dapat dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk
belajar siswa yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi siswa secara
variatif dan pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-
dinding rungan kelas sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Pengaturan setting
tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai kebutuhan dan strategi pembelajaran yang
digunakan. Pesan yang ditempel di dinding hendaknya kontekstual dengan materi
pembelajaran. Oleh karena itu, icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan
pembelajaran hendaknya selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya.
Pengaturan lingkungan kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung
terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas. Haryanto (2001)
menyatakan bahwa pengaturan ruang secara tepat dapat menciptakan suasana yang
wajar, tanpa tekanan, dan menggairahkan siswa untuk belajar secara efektif. Lebih
lanjut Haryanto menyatakan bahwa agar tercipta suasana belajar yang aktif (mampu
mengaktifkan siswa), pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah perlu diperhatikan.
Pengaturan itu hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan
guru secara leluasa membimbing dan membantu siswa dalam belajar. Pengaturan meja
secara berkelompok, akan mampu meningkatkan kerjasama yang baik antar siswa.
Dengan terciptanya gairah siswa dalam belajar, tentunya akan berpengaruh pada
efektifitas belajar siswa. Dan dengan terciptanya suasana belajar yang wajar tanpa
tekanan tentunya akan memungkinkan munculnya daya kritis dan kreatifitas siswa.
Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang
berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari. Hal ini
mengandung pengertian bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam proses
pembelajaran. Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, dalam ”ruang sumber
belajar” yang khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang
berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. Peranan guru adalah memberi
bimbingan konsultasi, pengarahan jika ada kesulitan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk memberikan informasi tentang
dimana sumber belajar yang harus dipelajari tersebut berada, sehingga siswa secara
aktif dan mandiri dapat menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut.
Keberadaan berbagai jenis sumber belajar yang memadai di lingkungan sekolah cukup
membantu siswa untuk membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jenis
sumber belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku, modul, pembelajaran berprograma,
audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempermudah siswa untuk dapat belajar
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik gaya belajarnya masing- masing. Dengan
demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna dan berkualitas.
KESIMPULAN
1. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan
atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan.
Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam proses
pembelajaran tersebut.
2. Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan kegiatan
pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi
atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
3. Suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah dapat dibedakan tiga
jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan sikap guru yang otoriter, kedua, suasana
Laissez-faire dengan sikap guru yang permisif, dan ketiga, suasana demokratis dengan
sikap guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana pembelajaran tersebut, suasana
demokratis dengan sikap guru yang riil lebih memungkinkan untuk memberi peluang
dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
4. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang
berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa, antara lain yaitu:
pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa
belajar (student centered); Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif
siswa dalam setiap konteks pembelajaran. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis
dalam memeneg kegiatan pembelajaran. Keempat, setiap permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan
kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan
mendorong terjadinya proses pembelajaran. Keenam, menyediakan berbagai jenis
sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang
dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce McLoed, J. F. (2003). The Key Elements of Class Room
Managemen. . Association for supervison and curriculum
development
Mustamaji & Sugiarso (2005). Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik:
Penerapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Muhtadi, Ali. "Menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) yang kondusif
dan berkualitas dalam proses pembelajaran." Majalah Ilmiah
Pembelajaran 2.1 (2005).

Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai