Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II B CIANJUR

Aji Mulyana Bagas Dana Rizqulla


LPPM Universitas Suryakancana Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
E-mail: ajimulyana94@gmail.com E-mail:

Dey Ravena Indah Permatasari


Pascasarjana Program Magister & Doktor Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Universitas Islam Bandung E-mail: Indahpeematawijaya28@gmail.com
E-mail: dey.ravena@yahoo.co.id
Dang Revi Fauzi
Chepi Ali Firman Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Pascasarjana Program Magister & Doktor E-mail: Revifauzi79@gmail.com
Universitas Islam Bandung
E-mail: chepialifirmanzakaria@gmail.com Delia Islami Dini
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Krisnawan Gumelar E-mail: deliaislamidini@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
E-mail: krisnawangumelar@gmail.com M Ridwan Rozali
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Annisa Ambarwati E-mail: Ridwanrozali55@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
E-mail: annisaambarwati4d@gmail.com Fajar Nurcholis
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
Gesti Vinka Bella E-mail: Fajarnurcholis14@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
E-mail: Gestivinkabellaaryani@gmail.com Yuliyanti
Fakultas Hukum Universitas Suryakancana
E-mail: Yuliyantiazzahra1@gmail.com

ABSTRAK
Lembaga pemasyarakatan merupakan ujung tombak pelaksanaan pengayoman demi mencapai
tujuan sistem pembinaan. Pembinaan yang dilakukan melalui 3 (tiga) proses yaitu pendidikan,
rehabilitasi, dan reintegrasi. Salah satu upaya pemerintah terhadap program pembinaan terhadap
narapidana narkotika selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Cianjur,
narapidana diberikan pembinaan seperti kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa
dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) pembinaan kesadaran hukum.
Demi optimalisasi capaian target pembinaan dan sebagaimana diamanatkan oleh UU No.12
tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Lapas membangun
kerjasama dengan berbagai pihak seperti, Pemerintah Daearah, kepolisian, dan Badan Narkotika
Nasional, untuk mengatasi hambatan di atas maka perlu diadakan kerjasama secara terpadu
antar instansi untuk mengikuti aktivitas atau program yang sudah ditentukan dalam membina
narapidana narkotika.
Kata Kunci: Narapidana; Narkotika; Pembinaan.

195
196 Aji Mulyana, dkk.
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

ABSTRACT
Penitentiary is the spearhead of the implementation of protection in order to achieve the
objectives of the guidance system. Coaching is carried out through 3 (three) processes, namely
education, rehabilitation and reintegration. One of the government's efforts to develop the
program for narcotics convicts while in the Class II B Correctional Institution, Cianjur
Regency, prisoners are provided with guidance such as religious awareness, national and state
awareness development, intellectual capacity building (intelligence), legal awareness
development. In order to optimize the achievement of guidance targets and as mandated by Law
No.12 of 1995 concerning Corrections and Government Regulation No. 32 of 1999 concerning
Requirements and Procedures for the Implementation of the Rights of Correctional Assistants,
Prisons build cooperation with various parties such as the Regional Government, the police,
and the National Narcotics Agency, to overcome the above obstacles it is necessary to hold
integrated cooperation between agencies to participate in activities or programs which has
been determined in fostering narcotics prisoners.
Keywords: Prisoners; Narcotics; Coaching.

A. PENDAHULUAN
Perkembangan hukum dalam masyarakat mengikuti setiap kebutuhan manusia. Hukum
terus mengalami perubahan yang signifikan guna memperbaiki pola perkembangan kehidupan
masyarakat demi terwujudnya tujuan nasional, tidak terkecuali dalam proses pembinaan bagi
narapidana di lembaga pemasyarakatan. 1
Lembaga pemasyarakatan adalah tempat dilakukannya pembinaan bagi narapidana,
dimana narapidana akan diberikan berbagai macam pembinaan mulai dari pembinaan mental,
akhlak, dan kemandirian, dengan dilakukannya pembinaan tersebut diharapkan warga binaan
yang telah habis masa pidananya akan memiliki bekal untuk melanjutkan hidupnya di
masyarakat.2
Lembaga pemasyarakatan merupakan ujung tombak pelaksanaan pengayoman demi
mencapai tujuan sistem pembinaan. Pembinaan yang dilakukan melalui 3 (tiga) proses yaitu
pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sejalan dengan peran lembaga pemasyarakatan, maka
petugas pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan narapidana di
atur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang mana petugas

1
Dessy Lina Oktaviani Suendra, I Ketut Rai Setiabudhi, and I Wayan Suardana, ‘Proses Pembinaan
Terhadap Narapidana Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kerobokan’, Kerthasemaya,
1.1 (2013), 1–9.
2
Hamja, ‘Model Pembinaan Narapidana Berbasis Masyarakat (Community Based Corrections) Dalam
Sistem Peradilan Pidana’, Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 27.3 (2016),
445 <https://doi.org/10.22146/jmh.15882>.
Aji Mulyana, dkk 197
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

pemasyarakatan tidak hanya menegakkan norma-norma hukum saja, tetapi juga menerapkan
nilai-nilai keadilan mengenai ketentuan hak dan kewajiban untuk narapidana.
Salah satu tindak pidana yang memerlukan perhatian pemerintah dalam penerapan sanksi
pemidanaan yang tepat, yakni tindak pidana penyalahgunaan narkotika, dimana penyalahgunaan
narkotika yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sebanyak 28 (dua puluh delapan) dari
32 (tiga puluh dua) kecamatan di Kabupaten Cianjur terindikasi peredaran dan penyalahgunaan
narkotika. Bahkan, di 110 (seratus sepuluh) desa dari total 360 (tiga ratus enam puluh) desa
sudah terjadi indikasi penyalahgunaan narkotika. 3
Pada Tahun 2019, Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Cianjur telah
mengungkap sebanyak 89 (delapan puluh sembilan) kasus yang diperoleh dari Polres Cianjur,
BNNK, dan BNN Provinsi Jawa Barat. Saat ini sudah berada pada tahapan indikasi peredaran,
menguasai tanpa hak, dan pemakaian narkotika. Para pelaku yang terlibat, diantaranya
menjalani proses hukum ataupun mendapatkan kesempatan rehabilitasi. 4 Sedangkan narapidana
penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Cianjur kelas II B menurut
Komandan Jaga Agus Setia Suratma yang telah divonis untuk ditahan atau di rehabilitas ada
259 orang sampai dengan tahun 2020.
Penanggulangan kejahatan yang berhubungan dengan narkotika sudah dilakukan oleh
berbagai pihak dengan banyak cara. Salah satu cara penanggulangan penyalahgunaan narkotika
adalah memberikan sistem pembinaan bagi narapidana narkotika, agar para narapidana narkoba
yang telah melaksanakan sistem pembinaan akan terbebas sepenuhnya dari jerat bahaya
narkotika dan dapat diterima kembali ke masyarakat.5
Adapun permasalahan pada latar belakang di atas adalah mengenai bagaimana upaya
pemerintah terhadap program pembinaan narapidana narkotika dan hambatan pemerintah
terhadap pembinaan narapidana nakotika di lembaga pemasyarakatan klas II B Kabupaten
Cianjur.

3
Fadilahudini, ‘Pola Pembinaan Narapidana Berbasis Pesantren Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B
Cianjur Dalam Meningkatkan Integritas Diri Narapidana’, Universitas Pendidikan Indonesia, 2017
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>.
4
Shofira Hanan, ‘Kabupaten Cianjur Darurat Narkoba’, Pikiran Rakyat, 2019 <https://www.pikiran-
rakyat.com/jawa-barat/pr-01308557/kabupaten-cianjur-darurat-narkoba> [accessed 1 July 2020].
5
Shofira Hanan. Ibid
198 Aji Mulyana, dkk.
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan perpaduan data primer,
sekunder, dan tersier, serta data pendukung lainnya dari pihak Lapas Kelas II B Kabupaten
Cianjur.

C. HASIL PENELITIAN DAN ANALSIS


1. Upaya Pemerintah Terhadap Program Pembinaan Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Cianjur
Pembinaan narapidana kasus dan korban narkoba merupakan persoalan yang sangat
kompleks ibarat fenomena gunung es yang hanya terlihat ujungnya saja, mengingat yang terlibat
dalam kasus narkoba tidak terbatas pada kalangan masyarakat baik pengedar ataupun pengguna
atau keduanya, pemakai sekaligus pengedar. Hal ini menyebabkan masalah pembinaan terhadap
narapidana kasus narkoba menjadi lebih krusial dibandingkan masalah binaan terhadap
narapidana kasus lainnya.
Salah satu upaya pemerintah terhadap program pembinaan terhadap narapidana narkotika
selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Cianjur, narapidana diberikan
pembinaan seperti kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara,
pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) pembinaan kesadaran hukum. Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Cianjur memiliki beberapa pembinaan kepribadian yang
diberikan kepada narapidana dimana kegiatan ini wajib diikuti oleh setiap narapidana.
Berdasarkan prinsip-prinsip untuk bimbingan dan pembinaan itu adalah:
a. Mengayomi narapidana dengan memberikan bekal atau ilmu yang positif serta berguna
untuk lingkungan sekitar, ketika keluar dari lembaga pemasyarakatan;
b. Penjatuhan pidana bukanlah suatu balas dendam dari Negara;
c. Rasa tobat dapat dicapai dengan cara memberikan bimbingan bukan dengan cara disiksa;
d. Negara tidak berhak membuat narapidana menjadi lebih buruk atau lebih jahat;
e. Narapidana berhak mendapatkan perlakuan yang manusiawi dan dapat diterima di
lingkungan masyarakat meski kehilangan hak kemerdekaannya pada saat di dalam lapas;
f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana ketika di dalam lapas tidak boleh bersifat
menguntungkan salah satu pihak saja, tetapi demi membangun pertumbuhan Negara;
g. Bimbingan yang diberikan harus berdasarkan pada asas pancasila dan UUD 1945; dan
Aji Mulyana, dkk 199
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

h. Sarana fisik yang harus memadai. 6


Adapun Pembinaan terhadap narapidana penyalahgunaan umumnya lebih diinsentifkan
pada bidang kesehatan para penyalahguna narkotika khususnya yang masih mengalami
ketergantungan. Antara lain:
a. Perawatan kesehatan umum;
b. Perawatan kesehatan ketergantungan narkotika; dan
c. Perawatan kesehatan jasmani dan rohani. 7

Selain pembinaan kepribadian terhadap narapidana narkotika, juga menerapkan


pembinaan kemandirian dimana bertujuan untuk mengembangkan kreativitas narapidana sesuai
dengan bakat masing-masing narapidana dalam mengembangkan dan mengasah
keterampilannya, dalam rangka mempersiapkan narapidana berintegrasi dengan masyarakat
tetap dilaksanakan berdasarkan tentang peraturan pembinaan pada umumnya walaupun sebagian
besar pembinaan tersebut tidak dapat dilaksanakan mengingat masalah di bidang kesehatan
(ketergantungan) yang dihadapi oleh para narapidana penyalahgunaan narkoba.
Adapun upaya lain yang dapat dilakukan adalah tindakan rehabilitasi untuk narapidana
penyalahgunaan narkotika untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental,
dan sosial bagi narapidana narkotika. Selain untuk memulihkan, rehabilitasi juga sebagai
pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkotika, agar para pecandu dapat sembuh dari
kecanduannya terhadap narkotika. 8
Bagi pecandu narkotika yang memperoleh keputusan dari hakim untuk menjalani sanksi
dan mendapatkan pembinaan maupun pengobatan dalam Lembaga Permasyarakatan, dalam hal
ini adalah rehabilitasi sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dan sejalan dengan pendapat Suardana yang menyatakan bahwa hak-hak
warga binaan atau korban penyalahgunaan Napza mencakup pula hak rehabilitasi sebagai upaya
pemulihan korban,9 yang mana rehabilitasi dibedakan dua macam, yaitu meliputi:

6
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama (Bandung: Refika
Aditama, 2013), hlm. 98.
7
Dessy Lina Oktaviani Suendra, I Ketut Rai Setiabudhi, dan I Wayan Suardana, Op Cit.
8
Yuliana Yuli W dan Atik Winanti, ‘Upaya Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Dalam Perspektif
Hukum Pidana’, ADIL: Jurnal Hukum, 10.1 (2019), 136–49
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>.
9
Darwis, Menghukum Atau Memulihkan (Suatu Tinjauan Sosiologis Tentang Tindakan Terhadap
Penyalahguna Nafza) (Makassar: Sah Media, 2018), hlm. 2.
200 Aji Mulyana, dkk.
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

1. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
2. Rehabitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik secara fisik,
mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi
sosial dalam kehidupan masyarakat. 10

Menurut Blum, rehabilitasi sosial merupakan upaya dari tindakan yang dilakukan oleh
manusia untuk membangun sebuah paradigma dan kondisi yang dinamis dalam sosialisasi
diantara individu dan orgnisasi.11
Rehabilitasi sosial sebagai bentuk upaya pemulihan terhadap narapidana narkotika, yang
perlu memperhatikan berbagai referansi terkait dengan hak-hak pemulihan, dengan prinsip
utama rehabilitasi tersebut adalah upaya pemulihan terhadap narapidana narkotika secara
komprehensif (baik rehabilitasi medis maupun sosial). 12

2. Hambatan Pemerintah Terhadap Pembinaan Narapidana Nakotika di Lembaga


Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Cianjur.
Hambatan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten
Cianjur, yaitu kurang optimalnya kerjasama dengan instansi swadaya masyarakat ataupun
dengan pemerintah daerah.
Selain itu terdapat kendala internal dan eksternal, mengenai pembinaan narapidana
narkotika, yaitu:
a. Hambatan secara internal yang berasal dari dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Kabupaten Cianjur itu sendiri berupa hambatan internal secara fisik dan non-fisik atau
perihal infrastruktur, anggaran dana, dan sumber daya manusia.
b. Hambatan secara eksternal yang berasal dari pihak luar, yaitu ketika narapidana bebas
dari lembaga pemasyarakatan dimungkinkan kembali ke lingkungan penyalahguna
narkotika seperti semula dan sistem pengawasan hanya pada saat narapidana berada di
dalam lembaga pemasyarakatan.
Menurut Basuki Kepala BNNK Cianjur, kondisi ini sangat darurat, dan narkoba di
Cianjur harus diperangi, maka dari pada itu perlu adanya kerja sama yang konsisten dan
menyeluruh serta berkomitmen dengan pemerintah daerah, agar semua lini dapat bergabung

10
Yuliana Yuli W dan Atik Winanti. Op Cit
11
Darwis. Op Cit
12
Darwis. Ibid
Aji Mulyana, dkk 201
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

mewujudkan kawasan bersih narkoba. Maka dari itu, diharapkan dapat mencegah peredaran,
dan narkoba teratasi.13
Demi optimalisasi capaian target pembinaan dan sebagaimana diamanatkan oleh UU
No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan PP No. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Lapas membangun kerjasama dengan
berbagai pihak seperti, Pemerintah Daerah, kepolisian, dan Badan Narkotika Nasional, untuk
mengatasi hambatan di atas maka perlu diadakan kerjasama secara terpadu antar instansi untuk
mengikuti aktivitas atau program yang sudah ditentukan dalam membina narapidana narkotika.

D. PENUTUP
Untuk mengembalikan narapidana yang terlibat kasus narkotika perlu dilakukan tahapan-
tahapan yang dilakukan oleh pihak Lapas sesuai dengan harapan yang diinginkan, dan untuk
lapas kelas II B di Cianjur demi mengoptimalisasikan pembinaan ini perlu penanganan khusus
dan kerjasama dengan berbagai pihak demi terwujudnya pembinaan yang optimal untuk
mengatasi hambatan di atas maka perlu diadakan kerjasama secara terpadu antar instansi untuk
mengikuti aktivitas atau program yang sudah ditentukan dalam membina narapidana narkotika.
Lahirnya sistem pemasyarakatan membawa Bangsa Indonesia memasuki era baru dalam
pembinaan narapidana. Tujuan dari pembinaan narapidana adalah supaya setelah kembali ke
masyarakat, narapidana tidak melakukan pelanggaran hukum lagi, serta dapat berperan aktif dan
kreatif dalam pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Darwis, Menghukum Atau Memulihkan (Suatu Tinjauan Sosiologis Tentang Tindakan terhadap
Penyalahguna Nafza), Makassar: Sah Media, 2018.
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung: Refika Aditama,
2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

13
Shofira Hanan. Op Cit
202 Aji Mulyana, dkk.
PROSIDING
"SEMINAR NASIONAL ONLINE & CALL FOR PAPERS”
[FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA 2020]

Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan.

C. Jurnal
Dessy Lina Oktaviani Suendra, I Ketut Rai Setiabudhi, dan I Wayan Suardana, ‘Proses
Pembinaan Terhadap Narapidana Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Kerobokan’, Kerthasemaya, 1.1 (2013).
Fadilahudini, ‘Pola Pembinaan Narapidana Berbasis Pesantren di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II-B Cianjur Dalam Meningkatkan Integritas Diri Narapidana’, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2017 https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hamja, ‘Model Pembinaan Narapidana Berbasis Masyarakat (Community Based Corrections)
Dalam Sistem Peradilan Pidana’, Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada, 27.3 (2016), 445 https://doi.org/10.22146/jmh.15882
Shofira Hanan, ‘Kabupaten Cianjur Darurat Narkoba’, Pikiran Rakyat, 2019
<https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01308557/kabupaten-cianjur-darurat-
narkoba> [accessed 1 July 2020]
Yuliana Yuli W dan Atik Winanti, ‘Upaya Rehabilitasi Terhadap Pecandu Narkotika Dalam
Perspektif Hukum Pidana’, ADIL: Jurnal Hukum, 10.1 (2019), 136–49
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>

Anda mungkin juga menyukai