Anda di halaman 1dari 9

BAB III

IMPLEMENTASI KETELADANAN KH. MAIMOEN ZUBAR DEMI

MENGEMBANGKAN KUALITAS KEILMUAN GENERASI MUSLIM

A. Santri Sebagai Generasi Masa Depan Bangsa & Agama

Santri tidak jauh berbeda pengertiannya dengan orang yang mencari ilmu,

akan tetapi santri memiliki pengertian khusus, yaitu orang yang mencari ilmu dan

mendiami suatu tempat. Mereka adalah tonggak generasi bangsa dan agama. Hal

itu sesuai dengan ta’rif santri yang jika dikaji pada huruf ‫ ن‬nya yaitu ‫َاسبُ ال ُعلَ َما ِء‬
ِ ‫ن‬
memiliki pengertian “penerus ulama”. Santri memiliki kedudukan strategis dalam

islam. Ia merupakan penerus ulama sekaligus inspirasi pemimpin masa depan.

Dan merekalah yang akan membawa tongkat istafet kepemimpinan yang dengan

bahasa pesantrennya ibarat mudlaf ilaih yang sewaktu-waktu menggantikan

mudlaf ketika berhalangan.1

Santri memiliki beberapa kelebihan, khususnya pengetahuan dan kecerdasan

dibidang spiritual dan akhlakul karimah sehingga mampu menjawab segala

tantangan dan persoalan di masa yang akan datang. Hingga saat ini keberadaan

santri sangat diharapkan mampu menjadi pendongkrak dalam pembangunan di era

milenial. Di era yang serba praktis generasi muda penerus bangsa mengalami

degradasi moral sedikit demi sedikit dilihat dari partisipasinya dalam membangun
1
Isyaratul Bararah, Signifikansi Kitab Nubdzatul Bayan Dalam Mempelajari Kitab Kuning, MA.
Raudlah Najiyah, Paper Tapel 2018-2019, Hal. 15.
2

negeri, contohnya mereka sibuk dengan gadget dan media sosial tapi tidak peduli

dengan pemasalahan sosial di sekitarnya, bahkan mereka lebih peduli dengan

gosip-gosip artis dan hoaks serta mengutarakan komentar-komentar yang dapat

menimbulkan kesenjangan dengan pihak yang bersangkutan. Dengan adanya

pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang asli dari Indonesia

yang berperan sebagai wadah pengajaran berbasis islam dalam membina,

mencerdaskan, dan mengembangkan masyarakat melalui para santri

Generasi milenial saat ini harus terus dibina dalam segi keseluruhan mulai

dari kemampuan diferensial dan distinctive menghadapi perkembangan perubahan

global. Hal ini disebabkan generasi tersebut terlahir dimana dunia modern dan

teknologi canggih diperkenalkan publik. Istilah milenial sendiri dilekatkan pada

suatu generasi yang dianggap berbeda karena generasi milenial adalah generasi

yang berumur 17-37 pada tahun ini. Dengan kecanggihan teknologi yang

berkembang pesat telah dimanfaatkan oleh semua komponen masyarakat tidak

hanya bagi lapisan masyarakat berusia dewasa namun, juga merambah pada

remaja bahkan anak–anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan Taman

Kanak–Kanak.

Santri bukan hanya seorang yang memiliki intelektual yang tinggi tapi juga

sosok yang mempunyai kecerdasan spiritual di atas rata-rata. Ilmu yang diperoleh

dari pesantren untuk bisa berpandangan jauh ke depan tentang bagaimana

membangun bangsa & agama. Tidak lepas dari aturan yang diberlakukan dalam

pesantren yaitu belajar mengaji, menghafal, hingga mengikuti aktivitas pondok


3

yang bertujuan menciptakan kader santri untuk bisa belajar istiqomah sehingga

tidak terlepas dari hal–hal yang dapat membuat malas dan tidak fokus.

Tidak semua santri berpandangan jauh ke depan atau berupaya

mengamalkan segala keterampilan intelektualnya di segala bidang pada saat

mereka sudah keluar dari pesantren. Sering kali kita jumpai sebagian besar santri

beranggapan bahwa hanya ilmu yang telah dipelajari di pesantren saja yang akan

bermanfaat di kehidupan mereka selanjutnya. Seharusnya mereka paham bahwa

tugas sebagai generasi milenial tidak hanya mengamalkan ilmu yang terdapat

dalam kajian di pesantren tetapi juga harus mampu membaca kalam kauliah

maupun kalam kauniah yang ada disekitar kita secara optimal dengan pemikiran

yang kontemporer.2

Perlahan, santri santri era sekarang tidak hanya mampu menguasai ilmu-

ilmu agama saja namun juga ilmu-ilmu lainnya, seperti perkembangan teknologi

informasi atau IT. Sekarang banyak santri yang menekuni dunia IT mulai menjadi

admin website berbasis keagamaan, sampai dengan IT Developer.

Keberadaan santri sudah mulai terlihat mewarnai dunia maya. Bahkan akun

media sosial keagamaan berbasis pondok pesantren sudah benyak bermunculan.

Kebangkitan santri dalam dunia IT cukup memiliki sarana yang bisa mendukung,

baik faktor intenal, maupun Eksternal.

Alumni pesantren tidak hanya menjadi ulama, tapi juga banyak menjadi

pemimpin daerah, birokrat yang bisa memengaruhi kebijakan-kebijakan

pemerintah. Faktor dukungan dari pemerintah yang berupa penetapan Hari Santri

2
Di akses dari https://osc.medcom.id/community/bangkitkan-negeri-dengan-santri-60 pada Tanggal
22 Agustus 2022 jam 13.42
4

Nasional pada tanggal 18 Oktober menunjukkan bahwa para santri merupakan

asset berharga sebuah negara dalam memajukan bangsanya.3

Keberhasilan pesantren dalam menciptakan sosok santri yang handal terus

digalakkan agar bisa bersaing dengan kemajuan zaman. Peran santri dalam

pembangunan sudah tidak diragukan lagi. Banyak hal yang telah santri curahkan

demi bangsa ini serta tidak sedikit pula santri yang menjadi sosok pemimpin saat

ini. Keberhasilannya paling tidak dapat dilihat dari banyaknya pemimpin di negeri

ini yang dilahirkan dari pesantren.

Di era milenial ini, peran santri dalam memajukan bangsan sangatlah

berpengruh dan harus kita dukung. Zaman sudah sangat berkembang, dahulu

orang-orang berpegian hanya dengan jalan kaki saja, tapi sekarang dengan adanya

teknologi canggih jadi cukup dengan menyalakan mesin kendaraan, lalu pergi.

Tidak perlu kelelahan dengan jalan kaki, bisa juga sambil menikmati angin dan

bisa berpergian dengan jauh tanpa harus takut lelah.

Dahulu juga orang-orang jika ingin berkomunikasi pasti bertemu, sekarang

cukup dengan menyalakan ponsel bisa langsung berkomunikasi dan melihat

wajah, dan tentunya masih banyak lagi. Tentu dalam peningkatan di zaman ini kita

perlu menyikapinya dengan bijak, karena jika tidak begitu zaman itu sendiri akan

menggerus dan dapat juga menghancurkan dan tentu saja menghancurkan tanpa

menyentuh.

Dahulu santri itu hanya fokus membahas mengenai keagamaan saja dan

dengan metode tradisional serta menyalurkan kepada masyarakat dengan cara

yang tradisional pula, sehingga pola pikir masyarakat terhadap santri bahwa santri
3
Abdullah Hamid. Literasi Santri Milleinial, PT. Elex Media, Jakarta 2021
5

hanya dapat mengurus atau menbahas mengenai agama saja dan masyarakat juga

berfikir bahwa santri tidak memberikan pengaruh dan kontribusi dalam bidang

politik, ekonomi, serta teknologi dan juga minat masyarakat untuk memasukkan

anaknya di pesantren atau dayyah tentu saja berkurang. Di zaman sekarang santri

tidak hanya menjadi ustadz saja, namun banyak dari santri sekarang yang

memasuki dunia poitik. Guna agar politik menjadi lebih adem serta mempunyai

martabat yang tinggi.

Sebagai santri jangan hanya mengali ilmu agama sajaa, tetapi juga ilmu-

ilmu umum lainnya, Karena jika tidak, negara dan masyarakat nantinya akan diisi

oleh orang-orang yang tidak faham agama. Dan jika itu terjadi maka akan terdapat

goncangan yang begitu besar dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara.

Karena seperti yang kita ketahui sudah banyak masalah di zaman sekarang ini

baik sosial maupun pribadi masyarakat itu sendiri. Jadi, santri harus dapat bangkit

menjadi agent of change (gerakan perubahan) bagi negara. Guna agar negara

dapat lebih maju dan juga santri milenial dapat lebih semangat di era milenial ini.

Santri di era milenial juga sudah melek teknologi, serta dapat membendung

atau membatas sebuah paham yang akan merusak citra Agama dan tentunya dapat

merusak Negara. Santri di era milenial juga tidak arang memposting sesuatu yang

berkaitan dengan negara dan agama, seperti berdakwah dalam media sosial dan

juga selalu menshare dan membatasi konten yang bisa merusak citra Agama dan

Negara.4

: Syeikh Musthafa al-Ghalayini menerangkan dalam kitabnya

4
Diakses dari https://alhikmahdua.net/peran-santri-dalam-memajukan-bangsa-di-era-milenial/ pada
Tanggal 25 Agustus 2022 jam 22.11
6

‫ض‬ ِ َ‫ َوفِي َأ ْقدَا ِم ُك ْم َحيَاتَهَا فَأ ْق ِد ُموا إ ْقدا َم األ َس ِد الب‬، ‫إن فِي يَ ِد ُك ْم أ ْم َر اُأل َّم ِة‬
َ ْ‫ وا ْن ِهضُوا نُهُو‬، ‫اس ِل‬ َّ
‫ُأل‬
ُ‫ تَحْ َي بِ ُك ُم ا َّمة‬، ‫ص َل‬ ِ ‫صاَل‬َّ ‫ت ال‬ ِ ‫الرِّ َوايَا تَحْ تَ َذا‬

Maksud dari kalimat diatas adalah pemuda yang orientasinya adalah santri.

Hari ini adalah pemimpin hari esok, sesungguhnya di tanganmulah wahai para

pemuda (santri) urusan umat (bangsa), dan di dalam keberanianmu majulah

seperti beraninya singa yang gagah, dan bangkitlah seperti unta yang mengangkat

tubuhnya kerena dalam dirimu terletak kehidupan umat. Jadi sudah tidak salah

lagi bahwa santri merupakan generasi bangsa dan agama sekaligus yang menjalani

istafet perjuangan ulama.5

B. Meningkatkan Kualitas Keilmuan Santri Dengan Meneladani KH. Maimoen

Zubair

Mbah Moen adalah mata air keteladanan, ia bagaikan cucuran hujan yang

membasahi bumi sehingga semua makhluk hidup dapat mengambil manfaatnya.

Sudah seharusnya generasi muslim untuk dapat meneladaninya sebagai upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang maju serta menjadikan generasi

muslim terlebih para santri sehingga menjadi insal kami untuk menyongsong

keilmuan yang lebih baik.

Untuk meneladani Mbah Moen dari segala aspeknya, penulis sudah

menyusun beberapa aspek yang patut dijadikan teladan.

5
Ibrahim Al-Ghalayini, Iddzatun Nashiin, Maktabah al-Hidayah, Surabaya, Hal. 6
7

Yang pertama, adalah meneladani masa pendidikan Mbah Moen. Seperti

yang sudah kita ketahui bahwa, proses thalibul ilmi Mbah Moen sangatlah

panjang bahkan sampai usia dewasa pun ia tetap belajar.

Rihlah panjang pendidikannya, akhirnya menjadikannya orang yang alim

dan faqih dalam ilmu agama. Syaikh Az-Zarnuji di dalam kitabnya tersebut

menuliskan sebuah syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.,

dua bait syair itu berbunyi:

‫َسُأ ْنبِ ْيكَ ع َْن َمجْ ُموْ ِعهَا بِبَيَا ٍن‬ ‫اَال الَ تَنا َ ُل ْا ِلع ْل َم ِإالَّ بِ ِستَّ ٍة‬
ٍ ‫َوِإرْ َشا ِد ُأ ْستَا ٍذ َوطُوْ ِل َز َم‬
‫ان‬ ‫ص َواصْ ِطبا َ ٍر َوب ُْل َغ ٍة‬ ٍ ْ‫َذكا َ ٍء َو ِحر‬
Artinya: “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan
memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci.
Yaitu: Kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru dan waktu yang
lama.”6

Dalam mendapatkan ilmu, seseorang harus menempuh kurun waktu yang

sangat lama. Maka seharusnya bagi santri untuk meneladani Mbah Moen dari

aspek masa pendidikannya yang sangat panjang dengan tujuan agar ilmu yang

didapatkan benar-benar matang dan sempurna.

Kedua, meneladani dari corak pemikirannya. Mbah Moen sebelumnya

sudah penulis jabarkan bahwa, selain ia punya kepribadian yang hebat,ia juga

punya corak pemikiran yang luar biasa dan sudah berada dalam tingkatan berfikir

abstrak. Dengan cara berfikir kritisnya, Mbah Moen mampu menjawab

problematika yang ada dengan jawaban tepat yang tidak lain juga didukung oleh

kemampuan spritualnya. Santri dituntun untuk mempunyai cakrawala keilmuan

6
Imam Zarnuji, Ta’limul Muta’alim, Maktaba Mahkota, Surabaya, Hal. 10
8

yang luas apalagi pada zaman sekarang, santri harus punya cara berfikir cerdas

agar supaya tidak terpengaruh oleh dinamika zaman, akan tetapi tetap bijak dalam

menghadapinya, terlebih nantinya santri akan menjadi problem solving di tengah

masyarakat. Oleh karena itu ia harus punya cakrawala keilmuan yang bisa

diandalkan, dan dengan sosok Mbah Moen bisa ia jadikan teladan dari aspek

pemikirannya.

Ketiga, meneladani dari aspek sosialnya. Mbah Moen adalah seorang kiai

yang memiliki kharisma besar di tengah masyarakat. Hal demikian menuntut

masyarakat untuk menjadikan Mbah Moen sebagai sosok yang di hormati di

karenakan faktor perannya dalam lingkup sosial. Selain sibuk dengan santri dan

pesantrennya, ia juga tak lupa untuk terjun ke tengah masyarakat sebagai upaya

membina dan mengajarkan masyarakat dengan keilmuan dan akhlakul karimah

sebab ia juga ulama waratsatul anbiya. Tak hanya itu, Mbah Moen juga terjun ke

dunia politik praktis dengan menduduki kursi jabatan DPR Jawa Tengah.

Kontribusinya dalam menerapkan nilai-nilai keislaman sangatlah besar sehingga

ia menjadi figul Ulama’ dan Umara’. Kita sebagai santri haruslah meneladaninya

dari aspek sosialnya sehingga nantinya kita bisa bersosialisasi dengan baik dan

menjadikan negara Indonesia sebagai negara Baldatun Thayyibatun Warabbun

ghafur.

Terakhir, adalah meneladani Mbah Moen dari aspek pendidikan keluarga.

Mbah Moen yang kita ketahui adalah orang alim yang tarbiyah dalam

pengembaraan mencari ilmu berawal dari keluarganya. Pendidikan keluarga

sangatlah penting, dikarenakan orang tua adalah madrasah pertama dan keluarga
9

merupakan sesuatu yang di jumpai setiap hari oleh seorang anak, sehingga sesuatu

yang terjadi di keluarga akan menjadi karakternya ketika dewasa. Mbah Moen

dahulu di didik langsung oleh keluarganya, terlebih ayah dan kakeknya. Dan

Mbah Moen juga mampu menerapkannya pada putra-putrinya hingga menjadi

orang hebat. Seyoginya santri haruslah meneladani bagaimana Mbah Moen

mendidik putra-putri dan keluarganya, dikarenakan santri kelak akan menjadi

orang tua juga. Maka, haruslah menyiapkan masa depan untuk diajarkan kepada

pada anak-anak kita hingga menjadikannya bibit unggul generasi bangsa dan

agama.

Anda mungkin juga menyukai